Tradisi Nyadran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tradisi Nyadran Biasanya menjelang bulan Ramadhan, masyarakat di beberapa wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta akan melakukan sebuah tradisi tahunan peninggalan dari nenek moyang, yaitu Tradisi Nyadran atau Sadranan. Tradisi ini diwujudkan dengan ziarah ke makam para leluhur dengan ritualnya yang meliputi pembersihan makammakam, memanjatkan doa permohonan ampun, dan tabur bunga. Para peserta yang berziarah pun membawa makanan, seperti tumpeng, apem, ingkung, pisang raja, jajanan pasar, dan kolak. Mereka juga membawa kemenyan dan aneka macam bunga, seperti mawar, melati, dan kenanga. Nyadran berasal dari kata “srada’ yang berarti peringatan 12 hari kematian. Dalam tradisi nyadran, syukuran dilengkapi dengan doa yang merupakan ritual inti. Ini dilakukan sebagai timbal balik mereka atas rezeki yang diperoleh selama ini dan harapan atas rezeki yang akan datang. Menurut catatan sejarah, tradisi nyadran ini memiliki kesamaan dengan tradisi “craddha” yang ada pada masa kerajaan Majapahit. Kesamaannya ialah pada ritual manusia yang berkaitan dengan leluhur yang sudah meninggal, misalnya seperti pengorbanan, sesaji, dan ritual sesembahan yang merupakan bentuk penghormatan kepada yang sudah meninggal. Nyadran ini telah menimbulkan pro kontra di kalangan kaum muslim karena sebagian besar menganggap tradisi ini dianggap perilaku syirik karena menggunakan sesaji. Namun, bagi masyarakat yang mempercayainya, nyadran ini adalah peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan dan selama tidak menyembah makam maka dianggap sah-sah saja. Dulunya, tradisi semacam nyadran ini dilakukan oleh masyarakat Hindu dan Budha, namun semenjak Islam datang, tradisi ini terakulturasi dengan budaya Islam yang telah dimodifikasi oleh wali songo. Di dalam nyadran terdapat inti budaya Jawa yaitu harmoni dalam hubungan antar manusia, alam semesta, dan juga roh gaib. Oleh sebab itu, nyadran ini menyertakan sesajian. Aneka makanan, kemenyan, dan bunga, memiliki arti simbolis. Tumpeng melambangkan sebuah pengharapan kepada Tuhan agar permohonan terkabul, Ingkung (anak ayam yang dimasak utuh) melambangkan manusia ketika masih bayi belum mempunyai kesalahan, pisang raja melambangkan suatu harapan supaya kelak hidup bahagia, jajanan pasar melambangkan harapan berkah dari Tuhan, kemenyan merupakan sarana permohonan pada waktu berdoa, dan bunga melambangkan keharuman doa yang keluar dari hati yang tulus.