Transisi Demografi Wawan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Transisi Demografi Transisi demografi adalah proses perubahan kematian dan kel ah iran yang berlangsung dari tingkatan yang tinggi ke tingkatan yang rendah dalam suatu kurun waktu pada masyarakat tertentu. Transisi ini muncul dengan terjadinya banyak perubahan di masyarakat, diantaranya ada lah perubahan sosio-ekonomi yang berhubungan timbal balik dengan kesehatan. Pada abad ke -20, nampaknya fertilitas telah turun di banyak Negara baik di Negara maju ataupun di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Kemudian penurunan pada fertilitas juga dibarengi dengan penurunan pada mortalitas, hal ini mengakibatkan adanya transisi demografi, sehingga disebut dengan teori “ transisi demografi”.Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama tinggi, sehingga pertumbuhan penduduk kembali nol atau sangat rendah. Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap kedua dan ketiga. Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi demografi.



Transisi Demografi Indonesia Tahun 1950-2050



Sumber : World Population Prospect, Economic and Social Affairs, UN







Tahap 1 Adalah masa dimana angka kelahiran dan kematian, keduanya ada pada tingkat yang tinggi. Pada saat itu belum ada program pengaturan kelahiran sehingga jumlah bayi yang lahir tidak terkendali. Selain angka kelahiran tinggi, angka kematian



juga tinggi. Disebabkan karena penyakit, perang, kelaparan, dan sebagainya. Teknologi kesehatan belum canggih pada masa itu. 



Tahap 2 Yakni masuk pada tahap dimana angka kematian mulai turun. Yang lebih dulu dapat ditanggulangi adalah angka kematian. Karena mulai berkembangnya ilmu pengobatan dan pertama kali ditemukannya Penicillin Itu ditemukan tahun 1930-an oleh Alexander Fleming yang awalnya untuk keperluan perang. Penicillin baru boleh disebarluaskan pada tahun 1945. Akan tetapi, pada tahap ini, angka kelahiran masih tinggi. Akibatnya, laju pertumbuhan penduduk masih sangat tinggi, karena jumlah penduduk bertambah terus akibat kelahiran sementara kematian sudah dapat di bendung.







Tahap 3 Merupakan tahapan dimana angka kelahiran mulai turun yang ditunjukkan dengan grafik garis biru. Mulai terjadi penurunan mulai tahun 1970-an. Pada tahun itu, sedang maraknya program keluarga berencana di Indonesia. Selain karena campur tangan program pemerintah, turun nya angka kelahiran juga disebabkan oleh perpindahan penduduk dan juga meningkatnya kesejahteraan keluarga, terutama pendidikan.







Tahap 4 Tahap akhir ditandai dengan rendahnya kedua indikator tersebut. Angka kelahiran rendah, artinya jumlah bayi yang dilahirkan oleh setiap perempuan lebih sedikit dan juga angka kematian lebih rendah.



Kaitan Pendapatan Per Kapita terhadap Fertilitas Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak berkurang bila pendapatan meningkat. New household economics berpendapat bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat; (b) bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. H. Leibenstein berpendapat bahwa anak dilihat dari 2 segi kegunaannya (utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut. Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya naik. Sedangkan kegunannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Di samping itu orang tua juga tak tergantung dari sumbangan anak. Jadi



biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan demand terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun (Mundiharno, 1997 :5). Robinson dan Harbinson menggambarkan kerangka analisis ekonomi terhadap fertilitas. Pertimbangan ekonomi dalam menentukan fertilitas terkait dengan income, biaya (langsung maupun tidak langsung), selera, modernisasi dan sebagainya. Menurut Bulatao, modernisasi berpengaruh terhadap demand for children dalam kaitan membuat latent demand menjadi efektif. Menurut Bulatao, demand for children dipengaruhi (determined) oleh berbagai faktor seperti biaya anak, pendapatan keluarga dan selera, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini :



Model Robinson Selain itu, Easterlin berpendapat bahwa bagi negara-negara berpendapatan rendah permintaan mungkin bisa sangat tinggi tetapi suplainya Universitas Sumatera Utara rendah, karena terdapat pengekangan biologis terhadap kesuburan. Hal ini menimbulkan suatu permintaan “berlebihan” (excess demand) dan juga menimbulkan sejumlah besar orang yang benar-benar tidak menjalankan praktekpraktek pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi, permintaan adalah rendah sedangkan kemampuan suplainya tinggi, maka akan menimbulkan suplai “berlebihan” (over supply) dan meluasnya praktek keluarga berencana (Mundiharno, 1997 :7-8).