Tugas 3 Manajemen Penerbitan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN PENERBITAN “DUNIA PENERBITAN PADA ERA DIGITALISASI DAN ERA METAVERSE”



OLEH: NAMA



: YENI MARLINDA



NIM



: 042369099



FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TERBUKA 2022/2023



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Dunia Penerbitan pada Era Digitalisasi dan Era Metaverse”. Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh untuk dari kesempurnaan, karena masih banyak kekurangankekurangan, baik dari materi maupun redaksi. Hal ini semata-mata disebabkan oleh keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis. Mudah-mudahan segala kebaikan serta jasa yang telah diberikan semua pihak mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.



Payakumbuh, 22 November 2022 Penulis,



Yeni Marlinda



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penerbitan digital mulai berkembang di Indonesia seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, eBook (buku elektronik) atau disebut juga buku digital merupakan salah satu aspek dari penerbitan digital, mulai digemari sejalan dengan penggunaan telepon pintar atau tablet yang sudah diakomodasi oleh aplikasi eBook Reader (perangkat lunak untuk membaca buku elektronik). Karena penggunaanya yang praktis, maka penikmat buku sudah mulai bergeser membaca eBook, hal ini membuat penerbit buku-buku cetak harus mencari cara agar bisa memenuhi kebuutuhan pembaca di era digital jika ingin terus meningkatkan pendapatan. Industri digital telah memasuki dunia metaverse secara perlahan. Metaverse sendiri merujuk pada dunia virtual 3D yang akan dihuni oleh avatar dengan data diri sungguhan, dalam kehidupan seharai-hari. Contohnya game online yang dimainkan secara realtime. Industri digital printing diharuskan ikut berevolusi mengikuti perkembangan zaman, termasuk industri buku, media promosi cetak seperti banner, brosur, flyer, dan lain sebagainya. Dengan adanya e-book dan e-catalog diyakini media fisik kehilangan sedikit peminat. Namun ternyata masih banyak penerbit buku yang masih eksis mencetak buku fisik, begitu juga dengan digital printing masih terus mencetak media promosi fisik. Karena faktanya tidak semua orang bias menikmati format buku dan media promosi digital, karena membaca buku fisik seperti mempunyai ikatan lain yang tidak didapatkan di media digital. 2. Rumusan Masalah 1) Apa Pengertian Penerbitan? 2) Apa yang Dimaksud dengan Era Digital? 3) Bagaimana Tantangan Industri Penerbitan pada Era Digital? 4) Apa yang Dimaksud dengan Metaverse? 5) Bagaimana Industri Penerbitan pada Era Metaverse? 3. Tujuan 1) Mengetahui Pengertian Penerbitan 2) Mengetahui yang Dimaksud dengan Era Digital 3) Mengetahui Tantangan Industri Penerbitan pada Era Digital 4) Mengetahui yang Dimaksud dengan Era Metaverse 5) Mengetahui Industri Penerbitan pada Era Metaverse



BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Penerbitan Secara umum, istilah penerbitan atau publishing merupakan produksi dan distribusi informasi dalam bentuk cetak yang ditujukan untuk publik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penerbitan diartikan sebagai proses, cara atau pembuatan menerbitkan. Makna penerbitan adalah pekerjaan menerbitkan (buku dan sebagainya). Menurut Hasan Pambudi (1981), penerbitan adalah kegiatan mempublikasikan kepada umum, kepada khalayak ramai kata dan gambar yang telah diciptakan oleh orangorang kreatif kemudian disunting oleh penyunting yang selanjutnya digandakan oleh bagian percetakan. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerbitan adalah pekerjaan menerbitkan informasi dalam bentuk cetak yang ditujukan untuk khalayak umum. 2. Era Digital Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa saat ini kita telah masuk di era digital, yang mana seluruh kegiatan bisa kita lakukan dengan cara yang sangat canggih. Era digital adalah suatu era atau zaman yang sudah mengalami kondisi perkembangan kemajuan dalam ranah kehidupan ke arah yang serba digital. Bila kita membahas tentang definisi era digital, maka di dalamnya akan selalu berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan. Bahkan para ahli pun tidak ada yang bisa mendefinisikan era digital, karena alur perkembangannya yang selalu berjalan dengan cepat sesuai dengan tuntutan zaman. Pengertian umum era digital adalah suatu kondisi zaman ataupun kehidupan yang mana seluruh kegiatan yang mendukung kehidupan sudah bisa dipermudah dengan adanya teknologi yang serba canggih. Selain itu, era digital juga hadir demi menggantikan beberapa teknologi masa lalu agar bisa lebih modern dan juga lebih praktis.  3. Tantangan Industri Penerbitan pada Era Digital Dunia penerbitan buku Indonesia mengalami berbagai masa dan fase yang menunjukkan bagaimana perjalanan bangsa ini juga terbangun dari perjalanan intelektual dan literasi lewat industri perbukuan. Pada awal mulanya, jumlah penerbit di Indonesia sangatlah terbatas. Kisaran antara tahun 1950 sampai 1960-an hanya ada segelintir kecil penerbitan milik anak bangsa, diantaranya: Tiga Serangkai, Erlangga, Rosdakarya, Bumi Aksara, Dian Rakyat, dan tentunya penerbit tertua Balai Pustaka milik pemerintah (BUMN). Tidak dapat dipungkiri jika industri penerbitan di Indonesia banyak ditunjang oleh kebijakan pemerintah yang dikenal sebagai proyek “Inpres” pada tahun 19691970-an. Konsentrasi penerbit banyak terpusat pada pengadaan buku ajar dan buku bacaan untuk anak, menjadikan pasar buku umum menjadi lowong dan berpotensi besar dalam industri tersebut. Pada masa-masa ini, pasar buku juga banyak diisi oleh komik-komik pewayangan dan persilatan, muncul pula cerita fiksi roman picisan, berupa novel-novel dengan tema percintaan dan horor. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mobile. Dengan semakin canggihnya teknologi abad 21 menjadikan industri buku tidak lagi seramai dulu. Semenjak munculnya alternatif media pembelajaran dan hiburan yang dikenal luas sebagai internet, mau tak mau ikut menggerus industri penerbitan konvensional.



Pada dua tahun terakhir ini terjadi penurunan partisipasi penerbit dalam kegiatankegiatan book fair yang banyak diselenggarakan di tanah air. Menurut beberapa sumber yang saya baca, ada empat faktor utama mengapa industri penerbit konvensional di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan.  Berkurangnya jumlah distributor buku di Indonesia ditunjang pula karena sedikitnya produksi buku dari penerbit konvensional. Meskipun produksi buku dengan tema fiksi dan cerita anak meningkat, akan tetapi jumlah yang diproduksi melalui penerbitan daring juga tak sedikit. Dengan munculnya new media dalam hal ini E-Book, membuat minat masyarakat terhadap tren membaca beralih. Jika dahulunya orang-orang membaca melalui kertas, maka sekarang hanya dibatasi oleh layar kaca yang multifungsi. Prospek dari penjualan toko buku online ini amat sangat menggiurkan bagi pelaku usahanya. Jika melihat kecendrungan masayarakat khususnya pembaca muda saat ini yang memfokuskan banyak aktifitasnya di gadget serasa makin menguntungkan saja bagi para penyedia dan penulis di media daring. Namun di lain sisi juga terdapat tantang yang harus penulis hadapi. Karena menggunakan media daring sebagai lahan usahanya, maka kemungkinan kejahatan cyber dan plagiarisme juga mudah terjadi. Jadi, permasalahan dari penerbitan konvensional dihadapkan oleh era digitalisasi yang menjamur. Digitalisasi ini berimbas pada pelaku industri buku cetak, selain karena biaya mahal dan proses produksi yang lama. Kini banyak penerbit konvensional beralih ke penerbitan media daring karena dianggap lebih menguntungkan dan mencegah perusahaan mereka gulung tikar. 4. Era Metaverse Metaverse secara etimologi berasal dari kata “meta” yang memiliki arti melampaui dan “verse” berarti alam semesta. Sehingga metaverse bisa diartikan melampaui alam semesta. Metaverse merupakan era baru di mana manusia memanfaatkan dunia virtual untuk kegiatan sehari-hari. Di dunia metaverse manusia akan melakukan aktivitas di dunia maya sehingga akan sangat menghemat waktu dan biaya untuk memenuhi kebutuhannya. Aktivitas seperti bekerja, bermain, belajar, belanja, menonton konser, wisata bahkan untuk menjelajah ke seluruh penjuru dunia dalam bentuk yang hampir seperti kenyataan. Di dalam metaverse kita akan diwakilkan avatar pada setiap individu yang terlibat di dalamnya dan memiliki jangkauan yang sangat jauh hampir tiada batas. Metaverse mampu menghubungkan berbagai belahan dunia hanya dalam waktu yang sangat singkat. Oleh sebab itu kita harus bersiap-siap menyongsong era baru tersebut dengan meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia tentang teknologi informasi. Kecanggihan metaverse tidak hanya menjadi tantangan bagi penggunanya, akan tetapi akan lebih menjadi tantangan bagi para pengembang-pengembang aplikasi, karena keberhasilan metaverse di masa depan akan ditentukan oleh banyaknya layanan yang teserdia di dalamnya dan itu semua akan berbentuk aplikasi. Pengembang aplikasi akan menjadin sebuah profesi yang sangat menjanjikan di masa depan dan sekolah dengan jurusan komputer akan menjadi salah satu penyuplai Sumber Daya Manusia dalam pengembangan aplikasi-aplikasi di dalam metaverse.



5. Industri Penerbitan pada Era Metaverse Industri digital telah memasuki dunia metaverse secara perlahan. Metaverse sendiri merujuk pada dunia virtual 3D yang akan dihuni oleh avatar dengan data diri sungguhan, dalam kehidupan seharai-hari. Contohnya game online yang dimainkan secara realtime. Industri digital printing diharuskan ikut berevolusi mengikuti perkembangan zaman, termasuk industri buku, media promosi cetak seperti banner, brosur, flyer, dan lain sebagainya. Dengan adanya e-book dan e-catalog diyakini media fisik kehilangan sedikit peminat. Namun ternyata masih banyak penerbit buku yang masih eksis mencetak buku fisik, begitu juga dengan digital printing masih terus mencetak media promosi fisik. Karena faktanya tidak semua orang bias menikmati format buku dan media promosi digital, karena membaca buku fisik seperti mempunyai ikatan lain yang tidak didapatkan di media digital.



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Permasalahan dari penerbitan konvensional dihadapkan oleh era digitalisasi yang menjamur. Digitalisasi ini berimbas pada pelaku industri buku cetak, selain karena biaya mahal dan proses produksi yang lama. Kini banyak penerbit konvensional beralih ke penerbitan media daring karena dianggap lebih menguntungkan dan mencegah perusahaan mereka gulung tikar. Industri digital telah memasuki dunia metaverse secara perlahan. Metaverse sendiri merujuk pada dunia virtual 3D yang akan dihuni oleh avatar dengan data diri sungguhan, dalam kehidupan seharai-hari. Contohnya game online yang dimainkan secara realtime. Industri digital printing diharuskan ikut berevolusi mengikuti perkembangan zaman, termasuk industri buku, media promosi cetak seperti banner, brosur, flyer, dan lain sebagainya. Dengan adanya e-book dan e-catalog diyakini media fisik kehilangan sedikit peminat. Namun ternyata masih banyak penerbit buku yang masih eksis mencetak buku fisik, begitu juga dengan digital printing masih terus mencetak media promosi fisik. Karena faktanya tidak semua orang bias menikmati format buku dan media promosi digital, karena membaca buku fisik seperti mempunyai ikatan lain yang tidak didapatkan di media digital. 2. Saran Semoga dengan perkembangan penerbitan di era digital ataupun metaverse dapat memberikan peran yang baik.



DAFTAR PUSTAKA Sumber: Iriantara, Yosal. 2022. Manajemen Penerbitan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. https://cabdindikwil1.com/blog/siapkah-anda-memasuki-era-metaverse/#:~:text=Sehingga %20metaverse%20bisa%20diartikan%20melampaui,dan%20biaya%20untuk%20memenuhi %20kebutuhannya., Diakses tanggal 22-11-2022, Jam 10.05 WIB. https://www.moderndatasolusi.com/memasuki-era-metaverse-industri-cetak-tetap-diminati, Diakses tanggal 22-11-2022, Jam 10.25 WIB.