Tugas 3. Sejarah Sastra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Dwi Suryanti Nim : 041313424 Tugas 3 Sejarah Sastra



Jawablah pertanyaan berikut dengan menyertakan alasan yang dapat memperkuat keilmiahan jawaban Anda berupa bukti kutipan dari modul atau sumber lain (internet) ! 1. Bagaimana kondisi karya sastra (puisi, prosa, dan drama) pada masa Jepang? Jelaskan masing-masing, minimal 5 kalimat! 2. Karya sastra Masa 66 dan 70 memiliki ciri khusus, apa saja perbedaannya dengan karya-karya sebelumnya dilihat dari latar belakang kemunculannya! Jawaban : 1. Pada masa penjajahan jepang sastra cenderung mati, baik sastra populer maupun sastra adiluhung. Pada masa tersebut, semua karya sastra mendapat sensor yang cukup ketat dari pemerintah kolonial jepang (Pusat Kebudayaan/Keimin Bunka Shidoso). Karya sastra yang banyak berkembang pada masa peralihan (masa penjajahan jepang) merupakan sastra propaganda, yaitu karya yang ditujukan oleh jepang kepada rakyat indonesia guna menarik simpati mereka terhadap pemerintahan kolonial jepang. Karya seni dipercaya dapat bersentuhan langsung dengan empati dan perhatian pembaca. Melalui karya seni, khususnya sastra, Jepang mengajak kaum pribumi untuk membantu militer Jepang melawan Amerika dan Inggris dalam perang dunia II. Selain itu, karyakarya seni itu juga menampilkan tema yang bermuara pada upaya memompa semangat berperang dan semangat membantu perjuangan bangsa Asia melawan bangsa Barat. Ungkapan-ungkapan, seperti “Asia untuk Asia”, atau “Membangun Asia” menjadi acuan yang jelas bagi seniman dalam membuat karyanya. Kehadiran pusat kebudayaan tersebut tentu saja mendorong balai pustaka menjadi pasif, balai pustaka pada masa itu hanya menjadi pendukung percetakan semata tanpa bisa menyensor karya-karya yang muncul pada masa itu.Pada awalnya banyak seniman yang mendukung pemerintah jepang, karena banyak seniman yang memandang program pemerintah tersebut dapat mendukung kemakmuran mereka. Namun seiring dengan berkembangnya waktu, para penyair dan seniman sadar dengan keadaan tersebut dan mengubah cara pandang mereka terhadap jepang. Mereka melawan jepang dengan karya sastra. Meskipun pada masa peralihan sastra (populer dan adiluhung) sempat mati, bukan berarti pada masa peralihan tidak terdapat karya sastra. 2. Angkatan ‘66 Nama Ankatan ’66 dicetuskan oleh Hans Bague Jassin melalui bukunya yang berjudul Angkatan ’66 bersamaan dengan kondisi politik Indonesia yan tengah kacau akibat PKI.          Contoh ciri-ciri karya penting pada Angkatan ‘66 Ciri-ciri Karya pengarang



Kebanyakan tentang protes terhadap social dan politik



Pagar Kawat Berduri



Toha Mochtar



Tirani dan Benteng



Taufiq Ismail



Pariksit



         Banyak penggunaan gaya retorik dan slogan



        Goenawan Mohammad



Para Priayi



Umar Kayam



     Cerita dengan berlatar perang



        Mata Pisau dan Peluru Kertas



       Supardi Joko Damono



      Mulai dikenal gaya epic pada puisi



 Angkatan



’70-an          Sekitar tahun ’70-an, muncul karya-karya sastra yang lain dari sebelumnya yang dimana tidak menekankan pada makna kata yang kemudian digolongkan kedalam jenis sastra kontemporer. Contoh ciri-ciri dan karya penting pada angkatan ’70-an Ciri-ciri Diabaikannya unsur makna Penuh semangat eksperimentasi Beraliran surealistik Dalam drama, pemain sering improvisasi



karya O, Amuk, Kapak Hukla Wajah Kita Catatan Sang Koruptor Dandandik



pengarang Sutardji Calzoum Bachri Leon Agusta Hamid Jabar F. Ibrahim Ibrahim Sattah