Tugas Adl - Kel.6 A1 - Kasus A [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ADULT NURSING III LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN



DISUSUN OLEH Kelompok 6 Keperawatan A1 2020



1) Adisti Yulia Dwi K (012011024) 2) Marlyn Carmenita (012011006) 3) Rea Ambi Tamara (012011024) 4) Amanda Zeilika Salsabila (012011045)



Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Binawan 2022



LAPORAN PENDAHULUAN OTOSKLEROSIS



DEFINISI Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah kaki stapes dan pada tahap selanjutnya mngeras menjadi sklerotik. Sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantar suara ke labirin dengan baik kemudian terjanji gangguan pendengaran. ( Irawati,2008). Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosisdi daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantar getaran suara ke labirin dengan baik. ( Salima, etc)



ETIOLOGI Penyebab otosklerosis belum dapat diketahui dengan pasti. Diperkirakan beberapa faktor ikut sebagai penyebab atau merupakan predisposisi terjadinyaotosklerosis seperti faktor herediter, endokrin, metabolik, infeksi measles,vaskuler autoimun, tapi semuanya tidak bisa dibuktikan proses terjadinya secara pasti. Dari bebrapa penelitian genetik dinyatakan otosklerosis diturunkan secara autosomal dominan dengan penetrasi inkomplit 20%-40%. Otosklerosis bersifat heterogenetik dengan lebih dari satu gen yang menunjukkan fenotipe otosklerosis. Dari beberapa kasus dinyatakan gen yang berhubugan dengan otosklerosis adalah COLIAI gen yang merupakan salah satu dari dua gen yang mengkode type I kolagen dari tulang. Diduga virusmeasles juga merupakan predisposisi terjadinya otosklerosis. Secara epidemiologi dibuktikan dengan menurunnya angka kejadian otosklerosis sejak ditemukannya vaksin measles. Infeksi virus measles diduga menyebabkan persistennya virus measles pada kapsul otik. Dengan pemeriksaan mikroskop elektron pada stapes penderita otosklerosis post stapedektomi didapatkan struktur filamen pada reticulum endoplasmik dan sitosol dari osteoblas dan preosteoblas yang merupakan gambaran morfologi dari measles nucleocapsid. Dalam penelitian immunohistochemical juga disebutkan adanya ribonucleic acid dari virusmeasles pada lesi otosklerosis. Pada perilimf juga didapatkan peningkatan antibody terhadap virus measles. Dari kenyataan tersebut ada teori yang menyatakan bahwa infeksi virus measles menginisiasi terjadinya otosklerosis. Manifestasi Klinik a) Pendengaran Menurun Pada penderita otosklerosis didapatkan adanya pendengaran menurun secara progresif yang biasanya bilateral dan asimetris. Pada awalnya berupa



tulikonduksi dan pada tahap selanjutnya bisa menjadi tuli campuran atau tulisensorineural jika proses otosklerosis sudah mengenai koklea. Penderita biasanya datang pada awal penyakit dimana ketulian telah mencapai 30-40 db ( tuli konduksi pada frekuensi rendah ).Penurunan pendengaran pada otosklerosis tanpa disertai adanya riwayat infeksi telinga atau riwayat trauma. b) Tinitus Sekitar 70 % penderita otosklerosis datang dengan mengeluh adanya tinnitusyang digambarkan oleh penderita sebagai suara berdenging atau bergemuruh, dapat juga berupa suara bernada tinggi yang dapat muncul berulang-ulang, Makin lama tinnitusnya memberat sejalan dengan memberatnya ketulian. Paracusis Willisii Penderita otosklerosis dapat mendengar lebih baik pada lingkungan yang bising yang disebabkan karena tuli konduksinya menutupi kebisingan disekitarnya. c) Vertigo Pada penderita otosklerosis juga didapatkan keluhan vertigo sekitar 25%30%kasus. Vertigo biasanya timbul dalam bentuk ringan dan tidak menetap yaitu bila penderita menggerakkan kepala. Penyebab pasti dari vertigo ini belum diketahui secara pastid. Paracusis willisii Seorang pasien otosklerotik mendengar lebih baik di keramaian dari pada di lingkungan yang sepi. Hal ini disebabkan oleh karena orang normal akan meningkatkan suara di lingkungan



Penatalaksanaan Medis Mayoritas penatalaksanaan otosklerosis ditujukan untuk memperbaiki gangguan pendengaran. Hanya sebagian kecil yang disertai dengan gangguan vestibuler yang membutuhkan penanganan yang lebih spesifik sesuai kausanya. a) Medikamentosa Walau saat ini sudah jarang dipakai tapi sodium fluoride masih bisa dipakai untuk terapi suportif. Ion-ion fluoride akan menggantikan hydroxyl radicalyang normal sehingga terbentuk fluroapatite complex yang lebih stabil dibandingkan hidroxyapatite kristal. Fluoroapatite complex akan menghambat aktivitas osteoklas dan hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan histologis. Disamping itu penggunaan fluoride juga bisa menghambat progresifitas otosklerosis. Dosis sodium fluoride antar 20-120 mg/hari. Evaluasi keberhasilan bisa dilihat dari hilangnya gambaran schwartze sign, kestabilan pendengaran, perbaikan Ct-scan di kapsul otik. Efek samping terapi sangatringan misalnya berupa gejala gastrointestinal seperti mual-muntah yang bisa dihindari dengan penurunan dosis atau dengan pemberian kapsul selaput. Pada penderita otosklerosis yang mendapatkan terapi ini 80 % didapatkan perbaikan keluhan dan tidak memburuknya progresifitas keluhan.



b) Alat Pembantu Mendengar Biasanya digunakan pada stadium lanjut otosklerosis yang tidak memenuhi indikasi untuk operasi. Misalnya pada otosklerosis dengan tuli sensorineural dimana sudah didapatkan kerusakan di koklea yang prognose keberhasilan operasinya kecil sekali. Pada kasus ini dianjurkan untuk penggunaan alat pembantu mendengar atau penggunaan BAHA (bone anchored hearing aid) bisa unilateral atau bilateral. Sedangkan pada kasus dengan tuli sensorineural severe atau profound bilateral dianjurkan untuk pemasangan koklear implan. c) Bifosfonat Bifosfonat telah menggantikan natrium fluorida dalam pengobatanosteodistrofi, seperti penyakit Paget, osteogenesis imperfecta, danosteoporosis, karena sifat antiresorptif yang ditingkatkan dan afinitas yang lebih tinggi dengan jaringan tulang. Mengikuti jalur terapi ini, bifosfonat sudah mulai terbentuk digunakan untuk mengobati otosklerosis. Obat ini berinteraksi dengan metabolisme osteoklas menginduksi apoptosis osteoklas, oleh karena itu menghambat resorpsi tulang. Dengan cara yang samamekanisme, produksi enzim beracun sekunder untuk metabolisme tulang yang abnormal berkurang. d) Pembedahan



Mayoritas



penderita



lebih



memilih



tindakan



operasi



untuk



penatalaksanaan otosklerosis. Angka keberhasilan operasi cukup baik lebih dari 90% penderita mendapatkan perbaikan pendengaran dengan air bone gap kurang dari 10 dB. Prosedur operasi hanya membutuhkan waktu satu hari bisa dengan lokalanstesi atau general anastesi. Rata- rata operasi dapat selesai dalam 45-60 menit.Ada beberapa tehnik operasi yaitu stapedektomi total, partial danstapedotomi. Sebelum operasi harus dipastikan bahwa fungsi N VIII masih baik yang berarti fungsi penerimaan dan transmisi suara menuju otak masih baik. Sehingga prognosis keberhasilan post operasi lebih baik. Padasta pedektomi seluruh stapes dan kaki stapes diangkat kemudian foramen ovale ditutup dengan vein graft untuk menutup vestibulum sehingga tidak terjadi kebocoran endolimf. Stapes diganti dengan prostesis dari polietilen. Ada beberapa modifikasi stapedektomi dengan penggunaan graft dari jaringan lemak atau jaringan ikat dan penggunaan prostesis dari kawat besi atau dengan menggunakan gelatinsponge untuk menutup vestibulum.Operasi sebaiknya dilakukan pada satu telinga setiap kali operasi, telinga yang gangguan pendengarannya lebih jelek didahulukan. Operasi yang kedua baru dilaksanakan jika operasi yang pertama berhasil dan hasilnya permanen. Operasi yang kedua sebaiknya 3-12 bulan setelah operasi pertama.



Komplikasi Tiga komplikasi terjadi dalam dua implementasi (30% implantasi, 25% pasien ) a. Komplikkasi perioperative Selama prosedur kokleostomi dan pengeboran tulang otoklerotif di sekitar ceruk jendela bulat dan oval, lubang yang tidak disengaja ruang depan terjadi dalam satu kasus (diklasifikasi sebagai komplikasi minor). Cacat menuju ruang depan di perbaiki dengan fasia dan pate tulang. Stimulasi saraf wajah (FNS) tidak terjadi dalam kasus apapun selama pengujian elektroda implant perioperative (atau pasca operasi) b. Komplikasi pasca operasi Pasien dengan lesi vestibulum selama operasi (lihat di atas) mengalami vertigo pasca operasi selama operasi (lihat diatas) mengalami vertigo pasca operasi selama beberapa bulan selama beberapa bulan, menurun dengan waktu, tetapi berlangsung > 6 bulan (sehingga diklasifikasikan sebagai komplikasi mayor).



Patofisiologi Patofisiologi otosklerosis sangat kompleks. Lokasi lesi sangat multifokal diarea- area endokondral tulang temporal. Secara histologis proses otosklerosisdibagi menjadi 3 fase, fase otospongiosis ( fase awal ), fase transisional, danotosklerosis ( fase lanjut ). Tapi secara klinis dibagi 2 fase otospongiosis danotosklerosis. Pada awalnya terjadi proses spongiosis ( fase hipervaskulerisasi).Pada fase ini terjadi aktivitas dari selsel osteosit, osteoblas dan histiosit yang menyebabkan gambaran sponge. Aktivitas osteosit akan meresorbsi jaringantulang di sekitar pembuluh darah yang akan mengakibatkan sekunder vasodilatasi. Pada pemeriksaan otoskopi akan tampak gambaran Schwartzesign. Aktivitas osteosit yang meningkat akan mengurangi jaringan kolagen sehingga tampak gambaran spongiosis. Pada fase selanjutnya terjadi prosessklerosis, yang terjadi jika osteoklas secara perlahan diganti oleh osteoblas sehingga terjadi perubahan densitas sklerotik pada tempat-tempat yang mengalami spongiosis. Jika prosesini terjadi pada foramen ovale di dekat kaki stapes, maka kaki stapes akan menjadi kaku dan terjadilah tuli konduksi. Hal ini terjadi karena fiksasi kakistapes akan menyebabkan gangguan gerakan stapes sehingga transmisi gelombang suara ke telinga tengah ( kopling osikule ) terganggu. Jika foramenovale juga mengalami sklerotik maka tekanan gelombang suara menujutelinga dalam ( akustik kopling ) juga terganggu. Pada fase lanjut tuli koduksi bisa menjadi tuli sensorineural yang disebabkan karena obliterasi padastruktur sensorineural antara koklea dan ligamentum spirale. Hal tersebut bisa juga disebabkan oleh kerusakan outer hair cell yang disebabkan oleh pelepasan enzim hidrolitik pada lesilesi spongiosis ke telinga



dalam. Masuknya bahan metabolit ke telinga dalam, menurunnya vaskularisasi dan penyebaran sklerosis secara langsung ke telinga dalam yang menghasilkan perubahan kadar elektrolit dan perubahan biomekanik dari membran basiler juga menjadi penyebab terjadinya tuli sensorineural. Bagian yang tersering terkena adalah anterior dari foramen ovale dekat fissula sebelum fenestrumovale. Jika bagian anterior stapes dan posterior kaki stapes terkena disebut fiksasi bipolar. Jika hanya kaki stapes saja disebut biscuit footplate. Jika kaki stapes dan ligmen anulare terkena disebut obliterasi otosklerosis.



Pathway



REFERENSI



1. Salima, J., Imanto, M., & Khairani, K. (2016). Tuli Konduktif ec Suspek OtosklerosisAuris Sinistra pada Pasien Laki-laki berusia 49 Tahun. JPM (Jurnal Pengabdian Masyakat) Ruwa Jurai,2(1), 41-45. 2. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017),Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia 3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2017),Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia 4. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2017),Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia 5. Walid, Siful dan Nikmatur Rohmah.2019. Proses Keperawatan: Teori dan Aplikasi.Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. 6. de Oliveira Penido, N., & de Oliveira Vicente, A. (2018). Medical management of otosclerosis. Otolaryngologic Clinics of North America,51(2), 441-452. 7. Foster, M. F., & Backous, D. D. (2018). Clinical evaluation of the patient withotosclerosis.Otolaryngologic Clinics of North America,51(2), 319-326. 8. Dumas, A. R., Schwalje, A. T., Franco-Vidal, V., Bébéar, J. P., Darrouzet, V., & Bonnard, D.(2018). Cochlear implantati on in far-advanced otosclerosis: hearing results andcomplications. Acta Otorhinolaryngologica Italica,38 (5), 445.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN DIAGNOSA MEDIS DI TANGGAL



I.



PENGKAJIAN 1. Identitas a. Identitas pasien Nama



: Ny. A



Umur



: 33 Tahun



Agama



: islam



Jenis kelamin



: perempuan



Status



: menikah



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Suku bangsa



:



Alamat



: Kp.kalimurni rt 03 rw 04 kota jakarta



Tanggal Masuk



: 23 november 2022



Tanggal Pengkajian



: 24 november 2022



No. Register



:



Diagnose medis



:



b. Identitas Penanggung Jawab Nama



:



Umur



:



Hub. Dengan pasien



:



Pekerjaan



:



Alamat



:



2. Status Kesehatan a. Status kesehatan saat ini 1) Keluhan utama (saat MRS dan Saat ini)



keluhan sakit kepala seperti berputar putar baik saat duduk atau berdiri, sakit kepalanya terasa memberat saat beraktifitas, dengan skala7 dari 10. Karena pusing berputar, klien mual dan muntah, sejak tadi pagi jam 7 hingga saat ini jam 9 klien sudah muntah 5 kali dan lemas 2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan saat ini



3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya



b. Status kesehatan masa lalu 1) Penyakit yang pernah dialami Tiga bulan yang lalu telinga kanan Ny.A mengalami penurunan pendengaran 2) Pernah dirawat



3) Alergi Tidak ada 4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll) Tidak ada c. Riwayat penyakit keluarga



d. Diagnose medis dan therapy



3. Pola Kebutuhan Dasar (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan



b. Pola nutrisi metabolic -



Sebelum sakit : makan 3xsehari



-



Saat sakit : makan 2x sehari



c. Pola eliminasi 1) BAB -



Sebelum sakit : 2x sehari



-



Saat sakit : 1x sehari



2) BAK -



Sebelum sakit : 3-5x sehari



-



Saat sakit : 3x sehari



d. Pola aktivitas dan latihan 1) Aktivitas Kemampuan perawatan



0



1



2



3



4



diri Makan dan minum







Mandi







Toileting







Berpakaian







Berpindah







0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total



2) Latihan -



Sebelum sakit



-



Saat sakit



e. Pola kognitif dan persepsi



f. Pola persepsi-konsep diri



g. Pola tidur dan istirahat -



Sebelum sakit : 7 jam tidur malam dan 1 jam tidur siang



-



Saat sakit : 5 jam tidur malam



h. Pola peran-hubungan



i. Pola seksual-reproduksi -



Sebelum sakit :



-



Saat sakit :



j. Pola poleransi stress-koping



k. Pola nilai-kepercayaan



4. Pengkajian Fisik a. Keadaan umum : Tingkat kesadaran : GCS :



mata :



verbal :



psikomotor :



b. Tanda-tanda vital Nadi



= 110 x/menit



Suhu = 37,9°C TD



= 140/95 MmHg



RR



= 22x/menit



c. Keadaan fisik 1) Kepala dan leher : kepala bersih,rambut hitam,kulit kepala bersih, tidak ada benjolan.



2) Dada : -



Paru :



-



Jantung :



3) Payudara dan ketiak : payudara simetris,tidak ada benjolan,tidak ada lesi



4) Abdomen : bising usus 10x/menit,tidak ada nyeri tekan



5) Genetalia : bersih,tidak berbau



6) Integument :



7) Ektremitas : -



Atas :



-



Bawah :



8) Neurologis : -



Status mental dan emosi :



-



Pengkajian saraf cranial :



-



Pemeriksaan reflek :



d. Pemeriksaan penunjang 1) Data laboratorium yang berhubungan : 2) Pemeriksaan radiologi 3) Hasil konsultasi 4) Pemeriksaan penunjang diagnostic lain



5. Analisa Data A. Tabel analisa data Data



masalah



etiologi



Ds : keluhan sakit kepala inflamasi



Nyeri akut



seperti berputar putar baik saat duduk



atau



berdiri,



sakit



kepalanya terasa memberat saat beraktifitas, Do : skala nyeri 7 dari 10



Ds : . Tiga bulan yang lalu Penurunan pendengaran telinga



kanan



mengalami



Gangguan sensori



Ny.A penurunan



pendengaran Do : Ds : sering tiba-tiba terjatuh Penurunan saat



jalan



sesuatu



atau



didepannya



tidak seimbang Do :



menabrak pendengaran seperti



kualitas Resiko cidera



B. Tabel daftar diagnosa keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi (D.0077) 2) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan Gangguan pendengaran (D.0085) 3) Resiko cidera berhubungan dengan Penurunan kualitas pendengaran (D.0136)



C. Rencana tindakan keperawatan No



Diagnosa



Tujuan dan



Intervensi



Rasional



kajiHasil 1.



Nyeri akut



Setelah



Manajemen



-



berhubungan



dilakukan



Nyeri



Mengidentifikasi



dengan



Tindakan



-Identifikasi



lokasi dan skala



Inflamasi



keperawatan



lokasi dan skala nyeri klien



(D.0077)



selama 2x 24 nyeri klien



-Pantau tanda-



jam diharapkan -Kaji tanda-



tanda vital



dengan kriteria tanda vital



-Pernyataan



Ds :



-Keluhan sakit hasil:



klien



memungkinkan



kepala seperti Nyeri



-Dorong



pengungkapan



berputar putar berkurang



ekspresi



emosi dan dapat



baik saat duduk



perasaan



meningkatkan



atau berdiri



-Klien tidak



tentang nyeri



mekanisme



-Sakit



meringis



-Ajarkan



koping



kepalanya



-Skala nyeri



Teknik



-pendekatan



terasa



berkurang



relaksasi,



dengan



memberat saat -Klien dapat



distraksi



menggunakan



beraktifitas,



beraktifitas



-Jelaskan dan



relaksasi dan



kembali normal



bantu klien



nonfarmakologi



Do : skala nyeri -Rasa pusing



dengan



lainnya telah



7 dari 10



klien dapat



tindakan



menunjukkan



berkurang



Pereda nyeri



keefektifan



farmakologi,



dalam mengurai



nonfarmologi



ketegangan dan rasa nyeri



dan interpersonal 2.



Gangguan



Setelah



-Bina hubungan -Hubungan



persepsi



dilakukan



baik



dengan saling



sensori



tindakan



klien



dengan merupakan dasar



berhubungan



keperawatan



komunikasi



dengan



selama2x24 jam terapeutik



Gangguan



diharapkan



pendengaran



dengan kriteria sering



(D.0085)



hasil: -klien



percaya



untuk kelancaran hubungan



-adakan kontak interaksi degan selanjutnya



klien mampu -Bantu



-Kontak klien tapi



sering singkat



Ds :



mengendalikan



untuk mengenal selain membina



-Tiga bulan



pendengaran



pendengaran



hubungan saling



yang lalu



nya



dengan baik



percaya



telinga kanan



-keluarga



-anjurkan obat -Dengan



Ny.A



mampu



jika perlu



mengalami



mengontrol



mengetahui



penurunan



kemampuan



dapat



pendengaran



pendengaran



memutuskan



klien



pendengaran



Do :-



membantu



tidak baik -Dengan dibantu obat memungkinkan pendengaran klien.



3.



Resiko cidera berhubungan dengan Penurunan kualitas pendengaran (D.0136)



Setelah



Pencegahan



-Bertujuan untuk



dilakukan



cedera



mencegah



tindakan keperawatan



terjadinya cidera -Identifikasi



-agar klien



selama2x24 jam area lingkungan mengetahui diharapkan



yang berpotensi manfaat dari



Ds :



dengan kriteria menyebabkan



Latihan dan



-Sering tiba-



hasil:



cidera



terapi fisik



tiba terjatuh



-Resiko cidera



-Diskusikan



tersebut



saat jalan atau



berkurang



mengenal



-Agar klien



menabrak



-Iritabilitas



Latihan dan



mampu



sesuatu



semakin



terapi fisik



menyeimbangi



didepannya



membaik



-Anjurkan klien dirinya sendiri



seperti tidak



berganti posisi



seimbang



secara perlahan selama



Do :-



beberapa menit



D. Implementasi keperawatan Diagnosa



Hari/tgl/jam



Implementasi



Evaluasi



Nyeri akut



Jumat 25



-Identifikasi



S: Pasien



berhubungan



november



lokasi dan



mengatakan



dengan



2022



skala nyeri



sudah tidak



inflamasi



10:00



klien



merasa nyeri



-Kaji tanda-



O: Ekspresi



tanda vital



wajah tenang



klien



A: Masalah



-Dorong



teratasi



ekspresi



P: Intervensi



perasaan



dilanjutkan



keperawatan



(D.0077)



17:00



tentang nyeri



Paraf



21:00



-AjarkTeknik relaksasi,



Jumat 26



distraksi



november



-Jelaskan dan



2022



bantu klien



07:00



dengan tindakan Pereda nyeri farmakologi, nonfarmologi dan interpersonal



Gangguan



Jumat 25



-Bina



S: Klien



persepsi



November



hubungan baik



mengatakan



sensori



2022



dengan klien



sudah tidak



berhubungan



15:00



dengan



mendengarkan



dengan



komunikasi



suara itu



Gangguan



terapeutik



O: Klien sudah



pendengaran



20:00



(D.0085)



-adakan kontak mampu bebaur sering degan



dengan orang



Jumat 26



klien



laen kembali



november



-Bantu klien



A: Masalah



2022



untuk



sudah teratasi



07:00



mengenal



P:Intervensi



pendengaran



dilanjutkan



dengan baik 12:00



-anjurkan obat jika perlu



Resiko cidera berhubungan dengan Penurunan kualitas



Jumat 25



-Identifikasi



S: Klien



November



area



mengatakan



2022



lingkungan



sudah



20:00



yang



mengetahui



pendengaran (D.0136)



berpotensi



mencegah



menyebabkan



terjadinya jatuh



Sabtu 26



cidera



O:Klien



november



-Diskusikan



mampu



2022



mengenal



menjelaskan



10:00



Latihan dan



dengan baik



terapi fisik



A:Masalah



-Anjurkan



teratasi



klien berganti



P:Intervensi



posisi secara



dilanjutkan



15:00



perlahan selama beberapa menit



E. Evaluasi keperawatan No



Hari/tgl/jam



No Dx



Evaluasi



Ttd



1.



Sabtu 26



Nyeri akut



S: Pasien mengatakan sudah tidak merasa nyeri



November



berhubungan



O: Ekspresi wajah tenang



2022



dengan



A: Masalah teratasi



Pukul



Inflamasi



P: Intervensi dilanjutkan



Sabtu 26



Gangguan



S: Klien mengatakan sudah tidak mendengarkan



November



persepsi



suara itu



2022



sensori



O: Klien sudah mampu bebaur dengan orang laen



Pukul 12:00



berhubungan



kembali



dengan



A: Masalah sudah teratasi



Gangguan



P:Intervensi dilanjutkan



10:00



2.



pendengaran (D.0085)



3.



Sabtu 26



Gangguan



S: Klien mengatakan sudah mengetahui



november



persepsi



mencegah terjadinya jatuh



2022



sensori



O:Klien mampu menjelaskan dengan baik



Pukul 15:00



berhubungan



A:Masalah teratasi



dengan



P:Intervensi dilanjutkan



Gangguan pendengaran