Tugas Akhir Muh. Ilham 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS AKHIR SIMULASI KOMPUTASI NAYS2DH-IRIC PADA BANGUNAN MELINTANG DI SALURAN MEANDER NAYS2DH-IRIC COMPUTATIONAL SIMULATION ON TRANSVERSE BUILDINGS IN THE MEANDER CHANNEL MUH. ILHAM D111 15 022



PROGRAM SARJANA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2020



LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini, Muh.Ilham., dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Simulasi Komputasi Nays2DH-iRIC pada Bangunan Melintang di Saluran Meander”, adalah karya ilmiah penulis sendiri, dan belum pernah digunakan untuk mendapatkan gelar apapun dan dimanapun. Karya ilmiah ini sepenuhnya milik penulis dan semua informasi yang ditulis dalam skripsi yang berasal dari penulis lain telah diberi penghargaan, yakni dengan mengutip sumber dan tahun penerbitannya. Oleh karena itu semua tulisan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Apabila ada pihak manapun yang merasa ada kesamaan judul dan atau hasil temuan dalam skripsi ini, maka penulis siap untuk diklarifikasi dan mempertanggungjawabkan segala resiko. Gowa, Januari 2020 Yang membuat pernyataan,



Muh. Ilham NIM. D111 15 022



KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohiim Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Simulasi Komputasi Nays2DH-iRIC pada Bangunan Melintang di Saluran Meander”, sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk menyelesaikan studi. sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Hasanuddin. Penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk dan perhatian dari dosen pembimbing. Maka dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin 2. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Wihardi Tjaronge S.T., M.Eng., dan Dr. Eng. Muhammad Isran Ramli, S.T., M.T. selaku ketua dan sekertaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. M. Saleh Pallu, M.Eng, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari awal penelitian hingga selesainya penulisan ini. 4. Bapak Dr. Eng. Mukhsan Putra Hatta, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya. 5. Seluruh dosen Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. 6. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Sipil, staf dan karyawan Fakultas Teknik serta staf dan asisten Laboratorium Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Yang teristimewa penulis persembahkan kepada: 1. Kedua orang tua yang tercinta, yaitu ibunda Suriani Katu dan ayahanda Syamsul Abd Latif atas doa, kasih sayangnya dan segala dukungan selama ini, baik spritiual maupun material yang telah diberikan. 2. Kepada HMS FT-U, terimakasih banyak atas pengalaman yang di berikan. Organisasi yang membuat pribadi saya menjadi lebih baik



sebelumnya. JAYALAH HMS FT-UH, KIBARKAN BENDERAMU DI SEANTERO NUSANTARA 3. Teman-teman Kepengurusan Badan Eksekutif HMS FT-UH Periode 2018/2019 yang telah banyak memberikan kesan selama di kampus dan berjuang bersama. 4. Sahabat hijrah sekaligus ketua angkatan, Fiky Deska Pratama yang memberikan banyak motivasi tentang kesabaran. 5. Teman-teman PATRON 2016, mahasiswa Departemen Teknik Sipil Angkatan 2015 atas kenangan-kenangan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa setiap karya buatan manusia tidak akan pernah luput dari kekurangan, oleh karena itu mengharapkan kepada pembaca kiranya dapat memberi sumbangan pemikiran demi kesempurnaan dan pembaharuan tugas akhir ini. Akhirnya semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat, khususnya dalam bidang Teknik Sipil. Gowa, Januari 2020



Penulis



ABSTRAK



Menurut Charlton Pembentukan meander diawali dengan alur lurus kemudian terbentuk suatu penghalang aliran seperti gosong sungai sehingga terjadi perpindahan alur yang awalnya lurus menjadi belok dan mengikis tepi sungai. Sama seperti aliran pada saluran lurus, aliran pada saluran meander memiliki karakteristik tersendiri diantaranya kecepatan, angka froude dan kedalaman aliran. Dalam penelitian ini kita ingin menganalisis fenomena atau karaktristik yang terjadi pada aliran ketika di saluran meander diletakkan bangunan melintang melalui simulasi komputasi menggunakan aplikasi iRIC dengan solver Nays2DH 3.0. Hasil penelitian menunjukkan pemasangan bangunan hanya pada satu sisi saluran menyebabkan penambahan kecepatan yang lebih kecil dibandingkan dengan saluran yang diletakkan bangunan di kedua sisi saluran. Hal yang sama terjadi dengan angka froude, aliran pada saluran yang diletakkan bangunan hanya di satu sisi memiliki angka froude yang lebih kecil dibandingkan dengan saluran dengan bangunan di kedua sisi. Untuk kedalaman aliran, saluran yang diletakkan bangunan di satu sisi saja mengalami peunurunan kedalaman yang lebih kecil dibandingkan dengan saluran dengan bangunan di kedua sisinya. Adapun pengaruh ukuran bangunan yaitu, semakin besar ukuran bangunan maka kecepatan aliran dan angka froude yang dihasilkan setelah bangunan semakin besar. Untuk kedalaman aliran, semakin besar ukuran bangunan yang diletakkan pada saluran maka semakin besar pula penurunan kedalaman alirannya setelah bangunan. Kata Kunci : Saluran meander, Nays2DH 3.0, Simulasi komputasi, Bangunan melintang



ABSTRACT According to Charlton, the formation of meanders begins with a straight groove and then forms a flow barrier such as a scorched river, resulting in the displacement of the channel which was initially straight into turns and erodes the river bank. Just like flow in a straight channel, flow in the meander channel has its own characteristics including speed, froude number and depth of flow. In this study, we want to analyze the phenomena or characteristics that occur in flow when in the meander channel transverse buildings are used through computational simulations using the iRIC application with the Nays2DH 3.0 solver. The results showed the installation of the building only on one side of the channel caused a smaller increase in speed compared to the channel used by the building on both sides of the channel. The same thing happens with the number froude, the flow in the channel used by the building only on one side has a smaller number froude compared to the channel with buildings on both sides. For depth of flow, the channel used by buildings on one side only experienced a decrease in depth that is smaller than that of channels with buildings on both sides. The influence of the building size, that is, the greater the size of the building, the flow velocity and froude figures generated after the building is getting bigger. For flow depth, the greater the size of the building placed on the channel, the greater the decrease in flow depth after the building. Key Words : Meander channel, Nays2DH 3.0, Computational simulation, Transverse building.



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH................................................ii KATA PENGANTAR....................................................................................iii ABSTRAK.....................................................................................................v ABSTRACT..................................................................................................vi DAFTAR ISI................................................................................................vii DAFTAR GAMBAR......................................................................................ix DAFTAR TABEL........................................................................................xiii BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................1 A. Latar Belakang................................................................................1 B. Rumusan Masalah..........................................................................2 C. Tujuan Penelitian.............................................................................2 D. Manfaat Penelitian...........................................................................3 E. Batasan Masalah.............................................................................3 F. Sistematika Penulisan.....................................................................4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................6 A. Bangunan Melintang Sungai...........................................................6 B. Saluran Terbuka..............................................................................6 B.1. Aliran Pada Saluran Terbuka.................................................8



C. Meander Sungai............................................................................15 D. iRIC: Nays2DH 3.0........................................................................17 D.1. Karakteristik Model Aliran.....................................................19 BAB 3. METODE PENELITIAN.................................................................22 A. Jenis dan Variabel Penelitian........................................................22 B. Pengumpulan data........................................................................22 C. Bagan Alir Penelitian.....................................................................23 D. Perancangan Simulasi..................................................................24 E. Langkah-Langkah Simulasi iRIC: Nays2DH.3.0...........................26 F. Skenario Running..........................................................................38 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................39 A. Data Penelitian..............................................................................39 B. Analisis Karakteristik.....................................................................41 B.1. Analisa Kecepatan Aliran.....................................................41 B.2. Tipe Pola Aliran Berdasarkan Angka Froude.......................57 B.3. Analisis Kedalaman Aliran....................................................73 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................81 A. Kesimpulan....................................................................................81 B. Saran.............................................................................................82 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................83



DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tipe alur sungai.......................................................................16 Gambar 2. Perilaku aliran pada belokan sungai........................................17 Gambar 3. Bagan pengoperasian software iRIC.......................................18 Gambar 4. Struktur umum model iRIC (Nelson et al, 2016)......................18 Gambar 5. Bagan alir penelitian................................................................24 Gambar 6. Model 1....................................................................................24 Gambar 7. Model 2....................................................................................25 Gambar 8. Model 3....................................................................................25 Gambar 9. Model 4....................................................................................25 Gambar 10. Model 5..................................................................................25 Gambar 11. Tampilan awal software iRIC 3.0...........................................26 Gambar 12. Tampilan pemilihan solver.....................................................26 Gambar 13. Tampilan pemilihan metode pembuatan grid........................27 Gambar 14. Tampilan menu Channel Shape............................................27 Gambar 15. Tampilan menu Cross Sectional Shape................................28 Gambar 16. Tampilan menu Cross Shape Parameters............................29 Gambar 17. Tampilan menu Bed and Channel Slope...............................29 Gambar 18. Tampilan menu Upstream and Downstream Condition.........30 Gambar 19. Tampilan menu Width Variation.............................................30 Gambar 20. Tampilan menu Bed Condition..............................................31 Gambar 21. Tampilan menu Confirmation.................................................31



Gambar 22. Tampilan Hasil Grid...............................................................31 Gambar 23. Tampilan Hasil pembuatan bangunan melintang bentuk persegi......................................................................................32 Gambar 24. Tampilan copy obstacle.........................................................33 Gambar 25. Tampilan polygon value.........................................................33 Gambar 26. Tampilan Grid.........................................................................33 Gambar 27. Tampilan Attribute Mapping...................................................34 Gambar 28. Tampilan Setelah di tambahkan polygon..............................34 Gambar 29. Tampilan Setelah di tambahkan angka manning..................35 Gambar 30. Tampilan Menu Solver Type..................................................35 Gambar 31. Tampilan Menu Boundary Condition.....................................36 Gambar 32. Tampilan Untuk memasukkan Debit......................................36 Gambar 33. Tampilan Menu Time.............................................................36 Gambar 34. Tampilan Running iRIC..........................................................37 Gambar 35. Tampilan open new 2d post-processing window...................37 Gambar 36. Tampilan hasil running...........................................................38 Gambar 37. Penampang saluran...............................................................40 Gambar 12. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 1..............................42 Gambar 13. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 2..............................43 Gambar 14. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 3..............................44 Gambar 15. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 4..............................45 Gambar 16. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 5..............................46 Gambar 17. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 1..............................47



Gambar 18. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 2..............................48 Gambar 19. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 3.............................49 Gambar 20. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 4.............................50 Gambar 21. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 5..............................51 Gambar 22. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 1..............................52 Gambar 23. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 2.............................53 Gambar 24. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 3.............................54 Gambar 25. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 4..............................55 Gambar 26. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 5..............................56 Gambar 27. Hasil Simulasi Angka Froude Model 1...................................58 Gambar 28. Hasil Simulasi Angka Froude Model 2...................................59 Gambar 29. Hasil Simulasi Angka Froude Model 3...................................60 Gambar 30. Hasil Simulasi Angka Froude Model 4...................................61 Gambar 31. Hasil Simulasi Angka Froude Model 5...................................62 Gambar 32. Hasil Simulasi Angka Froude Model 1...................................63 Gambar 33. Hasil Simulasi Angka Froude Model 2...................................64 Gambar 34. Hasil Simulasi Angka Froude Model 3...................................65 Gambar 35. Hasil Simulasi Angka Froude Model 4...................................66 Gambar 36. Hasil Simulasi Angka Froude Model 5...................................67 Gambar 37. Hasil Simulasi Angka Froude Model 1...................................68 Gambar 38. Hasil Simulasi Angka Froude Model 2...................................69 Gambar 39. Hasil Simulasi Angka Froude Model 3...................................70 Gambar 40. Hasil Simulasi Angka Froude Model 4...................................71



Gambar 41. Hasil Simulasi Angka Froude Model 5...................................72 Gambar 42. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 1.............................73 Gambar 43. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 2.............................74 Gambar 44. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 3.............................74 Gambar 45. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 4.............................75 Gambar 46. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 5.............................75 Gambar 47. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 1.............................76 Gambar 48. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 2.............................76 Gambar 49. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 3.............................77 Gambar 50. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 4.............................77 Gambar 51. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 5.............................78 Gambar 52. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 1.............................78 Gambar 53. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 2.............................79 Gambar 54. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 3.............................79 Gambar 55. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 4.............................80 Gambar 56. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 5.............................80



DAFTAR TABEL



Tabel 1. Koefisien Kekasaran Manning (n)................................................14 Tabel 2. Harga Koefisien Kekasaran Manning (n).....................................14 Tabel 4. Skenario Running........................................................................38 Tabel 5. Debit yang digunakan..................................................................40 Tabel 6. Kecepatan Aliran setelah bangunan krib....................................41 Tabel 7. Bilangan Froude dan Jenis Aliran pada Bangunan melintang....57



BAB 1. PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Sungai merupakan tipe umum dari saluran terbuka namun bentuk



penampang melintangnya tidak teratur. Sungai itu merupakan saluran utama (primer) yang menampung air dari saluran sekunder dan tersier. Seluruh jaringan yang masuk dalam sistem saluran terbuka di desain untuk mengalir secara gravitasi. Artinya, air mengalir dari hulu ke hilir. Ada beberapa macam bentuk dari saluran terbuka, ada yang bentuknya trapesium, segi empat, segitiga, setengah lingkaran, ataupun kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut.  Saluran terbuka biasanya juga mempunyai bentuk yang berkelok sama halnya dengan meander pada bagian sungai. Aliran air pada bagian meander dapat menyebabkan gerusan di bagian luar saluran. Gerusan tersebut dapat menyababkan perubahan morfologi saluran sehingga perlu ditempatkan beberapa bangunan kontrol untuk menyeimbangkan dan melindungi bagian luar dari saluran atau bagian tebing pada sungai adalah dengan pemasangan krib. Krib berfungsi mengatur arah aliran, memperlambat aliran pada belokan sungai, serta melindungi tebing sungai dari pukulan air. Perlindungan dengan menggunakan bangunan melintang, selain dapat dipasang pada belokan sungai juga dapat dipasang sebelum belokan sungai.



Pada penelitian ini simulasi dibuat dengan menggunakan software iRIC: Nays2DH 3.0 yang di buat oleh Yasuyuki Shimizu da Hirosh Takebayashi model



di Hokkaido University, Jepang. Nays2DH



komputasi



3.0 adalah



untuk mensimulasikan kedalaman kecepatan aliran



dan pola aliran. Karena kajian ini menitikberatkan pada pembahasan mengenai pengaruh bangunan melintang pada bagian meander saluran, maka dari itu penulis menuangkannya dalam bentuk penulisan tugas akhir atau skripsi dengan judul: “SIMULASI KOMPUTASI NAYS2DH-IRIC PADA BANGUNAN MELINTANG DI SALURAN MEANDER”



B.



Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dipaparkan



diatas maka permasalahan yang akan di teliti pada studi ini adalah simulasi bagaimana pola aliran yang terjadi dengan adanya pemasangan bangunan melintang pada saluran berkelok/meander menggunakan software iRIC: Nays2DH 3.0?



C.



Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah



menganalisis pola aliran yang terjadi dengan adanya pemasangan bangunan melintang pada saluran meander menggunakan software iRIC: Nays2DH 3.0



D.



Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan memberikan gambaran



pola aliran yang terjadi dengan adanya pemasangan bangunan melintang pada saluran berkelok/meander menggunakan software iRIC: Nays2DH 3.0



E.



Batasan Masalah Agar penelitian ini berjalan dengan baik dan sesuai dengan



rencana, maka penelitian ini diberikan batasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan software IRIC: Nays2DH 3.0 dengan debit bervariasi 0.338 m3/s, waktu running 500 detik, aliran seragam (uniform), slope 0,001, geometri saluran lebar 1 m dan panjang tinjauan 20 m. 2. Pemodelan dilakukan dengan angka manning 0,013 yang seragam pada keseluruhan saluran. 3. Simulasi dilakukan dengan ditambahkan bangunan melintang di sisi luar meander dan sisi dalam meander. 4. Bentuk bangunan melintang yang akan disimulasikan yaitu bentuk persegi empat 5. Ukuran Bangunan ada 3 variasi yaitu 0.1 m, 0.2 m, dan 0.3 m 6. Saluran meander yang disimulasikan dengan sudut belokan 45 0 7. Penelitian ini melihat fenomena perubahan aliran yang terjadi pada sekitar bangunan melintang dengan pengamatan visual.



F.



Sistematika Penulisan Secara umum penulisan tugas akhir ini terbagi dalam lima bab.



Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: BAB 1. PENDAHULUAN Pendahuluan menyajikan gambaran secara singkat dan jelas tentang latar belakang mengapa penelitian ini perlu dilaksanakan. Dalam pendahuluan ini juga memuat rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan yang digunakan pada tugas akhir ini. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab berisi mengenai konsep teori yang digunakan sebagai landasan atau acuan penelitian dan memberikan gambaran mengenai metode pemecahan masalah yang akan digunakan pada penelitian ini. BAB 3. METODE PENELITIAN Bab ini menyajikan lokasi penelitian, variabel penelitian, data yang digunakan dalam penelitian, tahapan perancangan simulasi pada software IRIC Nays2dh 3.0, Langkah – langkah Simulasi IRIC, dan penyajian bagan alir penelitian. BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menguraikan hasil simulasi dari software IRIC, yang dapat menampilkan secara visual pola aliran.



BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat kesimpulan singkat mengenai hasil analisa yang diperoleh yang disertai dengan saran-saran mengenai keseluruhan penelitian maupun untuk penelitian yang akan datang.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA A.



Bangunan Melintang Sungai Bangunan melintang sungai adalah bangunan, yang dibuat mulai



dari tebing sungai kearah tengah guna mengatur arus sungai dan tujuan utamanya adalah mengatur arus sungai, mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai, mempercepat sedimentasi, menjamin keamanan tanggul atau tebing terhadap gerusan, mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai, mengonsentrasikan arus sungai dan memudahkan



penyadapan.



Jadi



bangunan



melintang



merupakan



bangunan yang secara aktif mengatur arah arus sungai dan mempunyai dampak positif yang besar jika dibangun secara benar dan sesuai dengan bentuk dan ukurannya. Pemasangan bangunan melintang dapat mengalirkan aliran ke tengah alur sungai dan tidak membahayakan tebing sungai sehingga tercipta suatu alur sungai yang stabil. Dalam perencanaan bangunan melintang harus diperhitungkan terhadap kedalaman air dan pola gerusan, besarnya



degradasi



sungai



yang



diperkirakan



akan



terjadi



dan



mempengaruhi kestabilannya (Sosrodarsono Suyono, 2008).



B.



Saluran Terbuka Saluran terbuka adalah saluran dimana air mengalir dengan muka



air bebas. Pada disetiap titik disepanjang saluran, tekanan di permukaan air adalah sama, yang biasanya adalah tekanan atmosfir. Pengaliran



melalui suatu pipa (saluran tertutup) yang tidak penuh (masih ada muka air bebas) masih termasuk aliran melalui saliran terbuka (Triatmodjo, 2003). Menurut Suripin (2018), aliran dalam saluran terbuka maupun tertutup yang mempunyai permukaan bebas disebut aliran permukaan bebas (free surface flow) atau aliran saluran terbuka (open channel flow). Permukaan yang bebas itu merupakan pertemuan dua fluida dengan kerapatan ρ (density) yang berbeda. Biasanya pada saluran terbuka dua fluida itu adalah udara dan air dimana kerapatan udara jauh lebih kecildaripada kerapatan air (Kodoatie, 2002) Menurut Dr. Ir Erizal, M. Agr (2013), zat cair yang mengalir pada saluran terbuka mempunyai bidang kontak hanya pada dinding dasar saluran. Saluran terbuka dapat berupa: a. Saluran alamiah atau buatan, b. Galian tanah dengan atau tanpa lapisan penahan, c. Terbuat dari pipa, beton, batu, bata, atau material lain, d. Dapat berbentuk persegi, segitiga, trapesium, lingkaran, tapal kuda, atau tidak beraturan. Saluran yang dijumpai dialam mempunyai beberapa morfologi sungai, sungai lurus, sungai dengan tikungan dan sungai yang menganyam. Sungai lurus terjadi pada daerah yang belum stabil dan untuk menyalurkan energinya sungai ini akan memperpanjang aliran dan membentuk meander. Salah satu cara agar aliran mencapai kestabilan



dapat dilakukan dengan memasang Krib Impermeable pada Krib Kombinasi Permeable & Impermeable. Fenomena yang terjadi pada tikungan sungai yaitu perubahan distribusi kecepatan dan tegangan geser dan terjadinya gerusan dan timbunan. Sungai yang menganyam biasanya terdapat pada daerah yang terjal dengan butiran yang seragam dan mempunyai alur yang berpindahpindah, jadi pada setiap musim sungai ini dapat berubah bentuk. Sifat-sifat sungai sangat dipengaruhi oleh luas daerah aliran sungai (DAS) serta kemiringan saungai. Bentuk tebing, dasar muara dan pesisir di depan muara memberi pengaruh terhadap pembentukan sedimentasi terutama terhadap angkutansedimen (Sudarman, 2011 dalam Sudira dan Tiny, 2013).



B.1.



Aliran Pada Saluran Terbuka Menurut Suripin (2018), aliran dalam saluran terbuka maupun



tertutup yang mempunyai permukaan bebas disebut aliran permukaan bebas (free surface flow) atau aliran saluran terbuka (open channel flow). Permukaan bebas mempunyai tekanan sama dengan tekanan atmosfer setempat. Sungai, saluran irigasi, selokan, dan estuary semuanya adalah saluran terbuka. Ada berbagai macam tipe aliran pada saluran terbuka, menurut Daties (2012) tipe aliran pada saluran terbuka ada 4 macam yaitu: 1. Aliran tetap (Steady flow)



Aliran steady memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 



Perubahan debit aliran terhadap waktu tetap







Perubahan kedalaman aliran terhadap waktu tetap







Perubahan kecepatan aliran terhadap waktu tetap



2. Aliran tidak tetap (Unsteady flow) Aliran unsteady memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 



Perubahan debit aliran terhadap waktu tidak tetap







Perubahan kedalaman aliran terhadap waktu tidak tetap







Perubahan kecepatan aliran terhadap waktu tidak tetap



3. Aliran seragam (Uniform flow) Aliran uniform memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 



Besar dan arah kecepatan tetap terhadap jarak







Aliran dengan penampang sama







Variabel fluida lain juga tetap



4. Aliran tidak seragam (Non uniform flow) Aliran non-uniformmemiliki ciri-ciri sebagai berikut: 



Aliran dengan penampang tidak sama







Pengaruh pembendungan dan variabel fluida lain juga tetap



Sungai pada umumnya memiliki tipe aliran tetap (steady flow) dan aliran tidak seragam (non uniform flow). Menurut ilmu mekanika fluida aliran diklasifikasikan berdasar perbandingan antara gaya-gaya inersia (inertial forces) dan gaya-gaya kekentalan (viscous forces) menjadi tiga, yaitu laminer, aliran transisi,



dan aliran turbulen. Variabel yang dipakai adalah bilangan Reynolds yang didefinisikan sebagai berikut: Re=U .



Rs v



(1)



Dengan: U



= Kecepatan aliran (m/s)



Rs



= Panjang karakteristik (m)



v



= Kekentalan kinematik = 10-6 (m/s) Klasifikasi aliran berdasarkan bilangan Reynoldsdapat dibedakan



menjadi tiga kategori seperti berikut: 



Re < 500, maka termasuk aliran laminar







500 < Re < 12.500, maka termasuk aliran transisi







Re >12.500, maka termasuk aliran turbulen



Umumnnya aliran pada saluran terbuka mempunyai Re > 12.500, sehingga alirannya termasuk dalam aliran turbulen (French, 1985 dalam Achmadi, 2001). Selain itu tipe aliran juga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kekritikan



alirannya.



Tingkat



kekritikan



aliran



dapat



dibedakan



berdasarkan bilangan Froude. Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan kecepatan gelombang gravitasi dengan amplitudo kecil.



Gelombang



gravitasi



dapat



dibangkitkan



dengan



merubah



kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut subkritis, dan jika kecepatan alirannya lebih besar



daripada kecepatan kritis, alirannya disebut superkritis. Persamaan untuk menghitung bilangan Froude adalah sebagai berikut: Fr =



U √ g.h



(2)



Dengan: Fr



= Bilangan Froude



U



= Kecepatan aliran (m/s)



g



= Percepatan gravitasi (m/s2)



h



= Kedalaman aliran (m)



Nilai U diperoleh dengan menggunakan rumus: U=



Q A



(3)



Dengan: Q



= Debit aliran (m3/s)



A



= Luas penampang basah saluran (m2)



Nilai A diperoleh dengan menggunakan rumus: A=b . h Dengan: A



= Luas penampang basah saluran (m2)



b



= Lebar saluran (m)



h



= Kedalaman aliran (m)



Faktor – Faktor yang mempengaruhi Koefisien Kekasaran Manning



(4)



Suatu saluran tidak harus memiliki satu nilai n saja untuk setiap keadaan. Sebenarnya nilai n sangat bervariasi dan tergantung pada berbagai faktor. Dalam memilih nilai n yang sesuai untuk berbagai kondisi perancangan maka adanya pengetahuan dasar tentang faktor-faktor tersebut akan sangat banyak membantu. Faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap koefisien kekasaran baik bagi saluran buatan maupun alam diuraikan sebagai berikut. 



Kekasaran Permukaan, yang ditandai dengan ukuran dan bentuk butiran bahan yang membentuk luas basah dan menimbulkan efek hambatan terhadap aliran. Hal ini sering dianggap sebagai satusatunya



faktor



dalam



memilih



koefisien



kekasaran,



tetapi



sebenarnya hanyalah satu dari beberapa factor utama lainnya. Secara umum dikatakan bahwa butiran halus mengakibatkan nilai n yang relatif rendah dan butiran kasar memiliki nilai n yang tinggi. 



Tetumbuhan, digolongkan sebagai jenis kekasaran permukaan, tetapi hal ini juga memperkecil kapasitas saluran dan menghambat aliran.







Ketidakteraturan saluran, mencakup pula ketidakteraturan keliling basah dan variasi penampang, ukuran dan bentuk di sepanjang saluran.







Trase saluran, belokan yang landai dengan garis tengah yang besar akan mengakibatkan nilai n yang relatif rendah, seadngkan



belokan yang tajam dengan belokan-belokan yang patah akan memperbesar nilai n. 



Hambatan, adanya balok sekat, pilar jembatan dan sejenisnya cenderung memperbesar n. Besarnya kenaikan ini tergantung pada sifat



alamiah



hambatan,



ukuran,



bentuk,



banyaknya



dan



penyebarannya. 



Taraf air dan debit, nilai n pada saluran umumnya erkurang bila taraf dan debitnya bertambah. Bila air rendah, ketidakteraturan dasar saluran akan menonjol dan efeknya kelihatan. Namun nilai n dapat pula besar pada taraf air yang tinggi bila dinding saluran kasar dan berumput. Kecepatan rerata



pada suatu penampang saluran dihitung



menggunakan persamaan Manning dengan kemiringan muka air (S), radius hidrolik (R), dan koefisien kekasaran saluran (n). Untuk satuan metrik, nilai faktor konversi adalah 1,0. 2



1



1 U= R 3 S 2 n



(5)



dimana, V



= Kecepatan rata-rata (m/s)



n



= Koefisien kekasaran Manning (s/m1/3), dapat dilihat pada Tabel 1.



R



= Jari-jari hidraulis (m)



S



= Kemiringan dasar saluran Tabel 1. Koefisien Kekasaran Manning (n) Bahan



Koefisien Manning (n)



Besi tulangan dilapis Kaca Saluran Beton Bata dilapis mortar Pasangan batu disemen saluran tanah bersih saluran tanah



0.014 0.01 0.013 0.015 0.025 0.022 0.03



saluran dengan dasar batu dan tebing rumput Saluran pada batu padas



0.04 0.04



Sumber : Bambang Triatmojo, Hidraulika II



Nilai koefisien kekasaran Manning (n) untuk berbagai macam saluran dapat dilihat pada Tabel [ CITATION Cho59 \l 1033 ]. Tabel 2. Harga Koefisien Kekasaran Manning (n) N o



Tipe Saluran dan Jenis Bahan



Beton  Gorong-gorong lurus dan bebas dari kotoran  Gorong-gorong dengan lengkungan dan 1 sedikit kotoran/gangguan  Beton dipoles  Saluran pembuang dengan bak kontrol Tanah, lurus dan seragam  Bersih baru 2  Bersih telah melapuk  Berkerikil  Berumput pendek, sedikit tanaman Saluran alam  Bersih lurus  Bersih, berkelok-kelok 3  Banyak tanaman pengganggu  Dataran banjir berumput pendek-tinggi  Saluran di belukar Sumber: Bambang Triatmojo, Hidraulika II



Min.



Harga n Normal



Maks.



0,010



0,011



0,013



0,011



0,013



0,014



0,011 0,013



0,012 0,015



0,014 0,017



0,016 0,018 0,022 0,022



0,018 0,022 0,025 0,027



0,020 0,025 0,030 0,033



0,025 0,033 0,050 0,025 0,035



0,030 0,040 0,070 0,030 0,050



0,033 0,045 0,080 0,035 0,070



C.



Meander Sungai Alur sungai meander adalah sungai yang terdiri dari banyak



kelokan dengan kemiringan relative datar sehingga meander sungai biasanya terdapat pada daerah hilir (WMO, 2003). Alur sungai akan berubah sesuai dengan energi yang dimilikinya, sehingga pada energi minimum terjadi keseimbangan proses erosi dan sedimentasi secara bersamaan (Maryono, 2008). Proses pembentukan meander disebabkan oleh perubahan garis arus sungai yang terhalang pohon atau dinding batuan keras pada tebing sungai. Garis arus yang terbentur ke salah satu sisi tebing sungai akan membelok menerjang sisi yang lain sehingga terjadi pengikisan dan pengendapan pada tepi sungai secara bergantian. Seiring dengan berjalannya waktu, kelokan garis arus mengakibatkan kelokan sungai semakin besar dan terbentuklah meander (Suharini dan Palangan, 2014). Pembentukan meander diawali dengan alur lurus kemudian terbentuk suatu penghalang aliran seperti gosong sungai sehingga terjadi perpindahan alur yang awalnya lurus menjadi belok dan mengikis tepi sungai. Selain itu, tanpa adanya penghalang aliran tepi sungai tetap terkikis dan diperparah karena benturan aliran (Charlton, 2008). Sungai dengan alur lurus tapa berkelok sulit ditemukan senhingga perlu memperhitungkan indeks belokan suatu sungai atau sinuosity index. Indeks Sinuositas mengindikasikan bahwa meader dapat diukur melalui perbandingan antara panjang alur meander dengan panjang lembah



meander. Indeks sinuositas dengan rasio 1.5 merupakan berkelok (Charlton, 2008).



Gambar 1. Tipe alur sungai Mudjiatko (2000) menyatakan bahwa air yang mengalir melewati suatu belokan akan menghalami suatu gaya sentrifugal yaitu gaya yang menyebabkan air air bergerak keluar belokan. Gaya sentrifugal akan bekerja jika tidak terjadi tranfermassa air ke arah transversal. Akibat adanya distribusi kecepatan aliran terhadap kedalaman dimana kecepatan pada permukaan lebih besar dari kecepatan di dekat dasar, maka akan berpengaruh pada distribusi gaya sentrifugal tersebut. Gaya sentrifugal akan lebih besar di permukaan daripada di dekat dasar. Aliran



helikoidal



adalah



Gerakan



spiral



air



sungai



yang



menyebabkan terkikisnya sisi luar sungai dan pengendapan pada sisi dalam sungai. Besarnya kecepatan arus melintang berkisar antara 1015% dari kecepatan pada arah utama aliran dengan ciri bahwa di dekat permukaan, arus melintang bergerak ke arah belokan dalam. Gaya sentrifugal pada belokan akan menyebabkan timbulnyaarus melintang



sungai, dan Bersama-sama dengan aliran utama membentuk aliran helikoidal diperlihatkan pada gambar



Gambar 2. Perilaku aliran pada belokan sungai D.



iRIC: Nays2DH 3.0 iRIC (International River Interface Cooperative) adalah software analisis aliran dan perubahan dasar sungai penggabungan dari MD_SWMS (Multi Dimentional Surface Water Modeling System) yang dikembangkan USGS dan RicNays melalui Foundation of Hokkaido River Disaster Prevention Research Center (i-ric.org). Aplikasi perangkat lunak The International River Interface Cooperative



(iRIC)



menyediakan



ruang



simulasi



sungai



yang



terintegrasi. iRIC menyediakan lingkungan yang komprehensif dan terpadu di mana data yang diperlukan oleh pemecah analisis sungai (solvers) dapat dihimpun, sungai dapat disimulasikan, dan hasil analisis simulasi sungai dapat divisualisasikan. Secara umum pengoperasian



simulasi



menggunakan



perangkat



lunak



iRIC



mempunyai tiga tahapan utama, yaitu tahap Pre-Processing, tahap Solver Console, dan tahap Post-Processing.



Gambar 3. Bagan pengoperasian software iRIC



Gambar 4. Struktur umum model iRIC (Nelson et al, 2016) Fungsi iRIC sangat beragam bergantung jenis solver yang dipilih, sehingga metode penggunaan aplikasi juga bergantung pada pemilihan solver. Berikut adalah beberapa alat analisis atau solvers yang dimiliki oleh iRIC [CITATION iRI19 \l 1033 ]: 1. Nays2DH



2. FaSTMECH 3. SRM 4. Morpho2DH 5. Nays1D+ 6. CERI1D 7. Culvert Analysis Program (CAP) 8. Slope Area Computation (SAC) 9. Mflow_02 10. River2D 11. NaysCUBE 12. NaysEddy 13. SToRM 14. Nays2DFlood 15. ELIMO 16. DHABSIM 17. EvaTRiP



D.1.



Karakteristik Model Aliran 1.



Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat secara umum. Bentuk (batas) sunga yang dipertimbangkan/dihitung pada pemodelan.



kompleks



dapat



2. Skema TVD-MacCormack (orde



ketelitian



tingkat



2) biasa



digunakan untuk jangka konfeksi pada persamaan momentum sebagai perbedaan metode yang digunakan. 3. Model persamaan 0 biasa digunakan untuk perhitungan pada difusi/persebaran aliran turbulen. 4. Kondisi batas spasial meliputi kedalaman air bagian hilir akhir dan debit air pada bagian hulu akhir. 5. Kedalaman



normal rata-rat secara longitudinal/memanjang



digunakan sebagai kedalaman air awal. Kemiringan dasar sungai sungai rata-rata secara



longitudinal digunakan untuk



menghitung kedalaman normal. Ketika elevasi air mula-mula di dalam grid numerik lebih rendah dari elevasi air mula-mula pada bagian hilir, elevasi mula-mula pada bagian hilir akan digunakan untuk kondisi awal kedalaman air dalam grid numerik. 6. Hukum Manning digunakan untuk memperkirakan tegangan geser pada dasar sungai.



Angka koefisien Manning dapat



didistribusikan secara horizontal. 7. Hambatan dalam suatu domain/daerah perhitungan dapat dipertimbangkan berdasa data ketinggia area yang tidak tererosi. Dengan menggunakan data dan



bangunan



perhitungan.



lainnya



tersebut, pilar



pada



jembatan



dapat dipertimbangkan dalam



8. Tanaman vegetasi dapat diperhitungkan/dianggap sebagai gaya tarik atau gaya penahan yang bekerja pada arus aliran. Tingkat/jumlah lapisan yang tertutupi oleh tanaman dan tinggi tanaman dapat digunakan untuk estimasi besarnya gaya tarik atau gaya penahan yang bekerja.



BAB 3. METODE PENELITIAN



A.



Jenis dan Variabel Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian simulasi



komputasi.



Penelitian



simulasi



komputasi



ini



berusaha



untuk



memanfaatkan perangkat lunak atau software sebagai alat untuk menyerupai kondisi lapangan yang di harapkan Pada penelitian ini Software yang digunakan untuk melakukan simulasi komputasi adalah The International River Interface Cooperative (iRIC) software.



B.



Pengumpulan data Untuk melakukan simulasi menggunakan software iRIC yang akan



digunakan pada penelitian ini dibutuhkan beberapa data. Data yang akan digunakan pada software iRIC adalah data geometri saluran, debit, slope, krib, dan angka manning. Data yang digunakan durasi waktu running selama 500 detik. Geometri saluran yang ditinjau memiliki panjang 20 m dan lebar 1 m dengan kemiringan saluran (slope) sebesar 0,001 angka manning yang sesuai dengan spesifikasi yang telah di atur dan di asumsikan penampang tersebut terbuat dari beton yang sesuai dengan saluran yang berada di lapangan maka di gunakan angka manning sebesar digunakan yaitu 0.013 dapat di lihat pada tabel 2. Sedangkan panjang bangunan melintang yang



digunakan 20 m. Grid yang digunakan untuk lebar sebanyak 10 grid, sedangkan untuk panjang sebanyak 200 grid.



C.



Bagan Alir Penelitian Secara garis besar, prosedur penelitian pada simulasi software



iRIC dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini. Mulai



Menentukan : 1. Geometri Saluran 2. Debit Rencana 3. Waktu Simulasi 4. Kemiringan saluran 5. Bentuk Krib



Optimasi angka manning Simulasi Matematik



Tidak



Running Simulasi Mengeluarkan data Pola Aliran



Ya A



A



Analisis hasil: Pola Aliran (Kecepatan Aliran, Bilangan Froude, Kedalaman Aliran )



Selesai Gambar 5. Bagan alir penelitian



D.



Perancangan Simulasi Rancangan model simulasi memilki 5 model penempatan bangunan



melintang dapat dilihat pada gambar 6, Gambar 7, gambar 8, gambar 9, dan gambar 10. Setiap model memiliki letak yang berbeda.



Gambar 6. Model 1



Gambar 7. Model 2



Gambar 8. Model 3



Gambar 9. Model 4



Gambar 10. Model 5



E.



Langkah-Langkah Simulasi iRIC: Nays2DH.3.0 Langkah-langkah yang dilakukan untuk simulasi pola aliran yang



terjadi pada bangunan melintang bentuk persegi dengan progran iRIC: Nays2DH.3x. 1.0 adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pre-Processing Buka software iRIC, Klik Create New Project



Gambar 11. Tampilan awal software iRIC 3.0 Setelah tampilan terbuka, pilih Nays2dh3.0 untuk memodelkan pola aliran di sekitar bangunan melintang. Lalu klik ok



Gambar 12. Tampilan pemilihan solver



Untuk membuat geometri saluran pada software iRIC:Nays2DH 3.0 pilih toolbar Grid >> Select Algorithm to Create Grid, setelah itu pilih Multifunction Grid Generator, lalu klik OK.



Gambar 13. Tampilan pemilihan metode pembuatan grid Pada Jendela Grid Creation ada beberapa menu pada kolom Groups. Pertama pilih menu Channel Shape. Select Channel Shape adalah pilihan bentuk saluran, karena saluran yang digunakan berbentuk lengkungan/meander, maka pilih Sine-generated curve, sedangkan Cross Sectional Shape adalah bentuk dari potongan melintang saluran, karena potongan melintang salurannya seragam maka pilih Single Cross Section.



Gambar 14. Tampilan menu Channel Shape



Pada Groups Cross Sectional Shape Parameters terdapat pilihan Width yaitu lebar saluran dalam satuan meter, untuk lebar saluran masukkan angka 1, Selain itu ada pilihan Number of Grid in Lateral Direction yaitu jumlah grid pada arah lateral, pada pilihan ini masukkan angka 10.



Gambar 15. Tampilan menu Cross Sectional Shape Selanjutnya pada kolom Groups pilih Channel Shape Parameters. Pada Channel Shape Parameters terdapat pilihan Wave Lenght of Meander yaitu panjang saluran dalam satuan meter. Untuk panjang saluran masukkan angka 20, sedangkan pada Wave Number masukkan angka 1, Meander Angle masukkan 45 dan Number of Grids in One Wave Length masukkan 200.



Gambar 16. Tampilan menu Cross Shape Parameters Pada Groups Bed and Channel Shape terdapat pilihan Initial Bed Shape dan Channel Slope yaitu bentuk dasar saluran dan kemiringan saluran. Pada Initial Bed Shape pilih Flat (no bar), sedangkan pada Channel slope masukkan angka 0.001.



Gambar 17. Tampilan menu Bed and Channel Slope Pada Upstream and Downstrean Condition, pilih Not Add pada pilihan Add stright channel in upstream dan downstream Condition.



Gambar 18. Tampilan menu Upstream and Downstream Condition Pada Width Variation pilih Constant Width.



Gambar 19. Tampilan menu Width Variation Selanjutnya, pada kolom Groups pilih Bed Condition. Pada pilihan Bed Condition pilih Movable Bed, sedangkan pada Roughness Definition pilih Not Specified. Lalu klik Create Grid.



Gambar 20. Tampilan menu Bed Condition Apabila muncul kolom Confirmation, Do you want to map geographic data to grid attributes now. Klik yes



Gambar 21. Tampilan menu Confirmation



Gambar 22. Tampilan Hasil Grid



Untuk membuat bangunan melintang pada saluran , klik Obstacle pada menu Object browser. Lalu klik kanan pada obstacle, dan pilih Add >> polygon. Buat bangunan melintang pada saluran dan ukuran dimensi sesuai dengan yang di rencanakan.



Gambar 23. Tampilan Hasil pembuatan bangunan melintang bentuk persegi Untuk membuat dasar bangunan melintang tersebut tidak berubah selama proses running. Klik kanan pada pilar yang sudah dibuat, kemudian pilih Copy, lalu pilih Fixed or Movable Bed, klik OK.Selanjutnya pilih Fixed bed dan klik OK.



Gambar 24. Tampilan copy obstacle



Gambar 25. Tampilan polygon value Setelah semua bangunan melintang di buat pada saluran , pilih grid. Lalu klik attributes mapping>> Execute.



Gambar 26. Tampilan Grid



Setelah muncul tampilan attributes mapping , pilih obstacle dan klik OK.



Gambar 27. Tampilan Attribute Mapping Untuk membuat dasar saluran tidak berdeformasi selama proses running klik kanan pada Fixed or Movable Bed, kemudian pilih Add >> Polygon. Selanjutnya gambar Polygon mengelilingi saluran. Setelah selesai pilih Fixed.



Gambar 28. Tampilan Setelah di tambahkan polygon Untuk menentukan koefisien Manning pada dasar saluran. Klik kanan pada Manning’s roughness coefficient, kemudian pilih Add >> Polygon. Kemudian buat Polygon yang mencakup seluruh saluran, lalu masukkan angka koefisien Manning sebesar 0.013.



Gambar 29. Tampilan Setelah di tambahkan angka manning Setelah itu pilih menu Calculation Condition >> Setting, untuk mengatur kondisi saluran saat dilakukan running Pada kolom Groups terdapat beberapa pilihan, pertama pilih Solver Type, yaitu tipe pemecahan masalah yang akan dipilih. Pada select solvet type dipilih Standard Dan pada Bed deformation pilih Disabled.



Gambar 30. Tampilan Menu Solver Type Boundary Condition merupakan pengaturan kondisi pada saluran, untuk memasukkan debit klik Edit pada Time series of discharge at upstream and water level at downstream.



Gambar 31. Tampilan Menu Boundary Condition



Gambar 32. Tampilan Untuk memasukkan Debit Menu Time adalah menu untuk mengatur waktu running. Output time interval adalah interval waktu yang akan dimunculkan saat running. Pada penelitian ini di gunakan 1 detik, Calculate time step adalah langkah waktu kalkulasi yang akan digunakan. Pada penelitian ini di gunakan 0.01 detik. Start time of output adalah waktu awal running.



Gambar 33. Tampilan Menu Time



2. Tahap Processing Setelah data dimasukkan, langkah selanjutnya adalah melakukan running dengan cara klik menu Simulation >> Run atau dengan menggunakan Ctrl+R.



Gambar 34. Tampilan Running iRIC Setelah proses Running selesai, hasil running dapat di lihat pada open new 2d post-processing window



.



Gambar 35. Tampilan open new 2d post-processing window Untuk melihat visual hasil running iRIC, pada menu object browser pilih dan centang velocity.



Gambar 36. Tampilan hasil running Setelah di-running banyak hasil yang bisa dilihat, seperti kecepatan (velocity), elevasi, tinggi muka air, froude number, dan arah aliran (arrow velocity). Untuk pembahasan lebih lanjut dapat dilihat pada bab hasil dan pembahasan.



F.



Skenario Running Simulasi ini menggunakan jenis aliran seragam (uniform flow) dan



slope 0,001. Sedangkan untuk angka manning 0,013. Tabel 3. Skenario Running.



Debit (m3/s)



Jenis Aliran



Slope Koef. Manning



0.338



Aliran Seragam ( Unifrom flow)



0.013



0.001



BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN



A.



Data Penelitian 1. Perencanaan Dimensi Bangunan Melintang Dalam perencanaan krib langkah pertama yang perlu dilakukan



yaitu penentuan lokasi pemasangan.. Kemudian



dilanjutkan



dengan



penentuan letak bangunan melintang. Pemasangan bangunan dilakukan di



sisi



luar dan dalam saluran yang berkelok/meander seperti



pada



gambar 31. Panjang bangunan diambil adalah 3 ukuran. Sehingga, data perencanaan antara lain : 



Lebar saluran (L) = 1 m







Panjang saluran = 20 m







Panjang bangunan (l) = 0.1 m, 0.2 m, dan 0.3 m



Pada penelitian ini, penempatan bangunan melintang di letakkan di sisi dalam dan sisi luar meander dengan variasi perletakan bangunan. Bangunan disimulasikan pada sisi dalam dan luar secara terpisah, dan sisi dalam dan luar secara bersamaan. 2. Penentuan Data Debit Pada Penelitian ini penentuan debit dilakukan secara langsung dengan asumsi debit untuk penampang saluran berukuran lebar 1 m dan tinggi saluran 2 m serta kecepatan aliran 1 m/s. Dari hasil perhitungan didapat hasil yakni sebagai berikut :



Tabel 4. Debit yang digunakan. No 1



Debit ( m3/detik) 0.338



Jadi pada penilitian ini , debit yang ditentukan sendiri akan di simulasikan pada aplikasi software iRIC ini. 3. Geometri Saluran Pada penelitian ini. geometri saluran yang di gunakan adalah geometri berupa belokan/meander pada sungai. Untuk dimensi lebar penampangnya itu sebesar 1 m dan panjang 20m.Pada kemiringan saluran terdapat 0.001 seperti pada Gambar 37.



Gambar 37. Penampang saluran Pada simulasi menggunakan software iRIC: Nays2DH 3.0 saluran akan dibagi menjadi beberapa grid, semakin kecil grid yang digunakan pada saat simulasi maka data yang didapatkan akan semakin akurat. Pada penelitian ini grid yang digunakan pada arah melintang sebanyak 10 grid, sedangkan pada arah memanjang sebanyak 200 grid.



B.



Analisis Karakteristik



B.1.



Analisa Kecepatan Aliran Kecepatan



aliran



setelah



dilakukan



simulasi



mempunyai



karakteristik yang berbeda pada setiap model. Kecepatan aliran akan berubah jika terdapat perubahan morfologi pada penampang saluran seperti adanya bangunan pada saluran. Selain adanya perubahan morfologi saluran, kecepatan aliran juga dipengaruhi oleh bentuk penampang bangunan melintang sendiri. Pada simulasi ini menggunakan dimensi saluran yang sama namun bermeander. Saluran tersebut memiliki panjang 20 m dan lebar 1 m, maka perubahan kecepatan yang terjadi diakibatkan oleh perbedaan perletakan bangunan melintang. Tabel 5. Kecepatan Aliran setelah bangunan krib



Debit (m3/s)



Sudut belokan meander (o)



Ukuran Bangunan (m)



0.1



0.338



45



0.2



0.3



Letak Bangunan melintang



kecepatan aliran setelah melewati bangunan melintang (m/s)



Model 1



1.33717



Model 2



1.34171



Model 3



1.55138



Model 4



1.45888



Model 5



1.38098



Model 1



1.57737



Model 2



1.55158



Model 3



1.75535



Model 4



1.96106



Model 5



1.69796



Model 1



1.71474



Model 2



1.70322



Model 3



2.10009



Model 4



2.15258



Model 5



2.23388



Pada simulasi iRIC ini , dapat di lihat secara visual. Bahwa terjadi percepatan aliran setelah adanya bangunan. Hasil simulasi dapat kita lihat sebagai berikut: 



Sudut belokan meander 450 dengan ukuran bangunan 0.1 m



Gambar 38. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 1 Hasil dari simulasi pada model ini memperlihatkan penambahan kecepatan aliran setelah melewati bangunan pertama pada bagian tengah saluran.



Gambar 39. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 2 Hasil simulasi pada model ini memperlihatkan penambahan kecepatan yang terjadi setelah bangunan, seperti yang terjadi pada model sebelumnya. Kecepatan aliran yang tinggi terjadi pada sisi dalam meander akibat dari adanya bangunan yang diletakkan disisi luar meander. Adapun kecepatan aliran setelah melewati bangunan yaitu sebesar 1.4 m/s.



Gambar 40. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 3 Hasil simulasi pada model ini memperlihatkan bahwa aliran mengalami penambahan kecepatan akibat adanya bangunan yang diletakkan secara seri di kedua sisi meander. Kecepatan aliran meningkat secara teratur sampai pada bangunan terakhir. Adapun kecepatan aliran setelah bangunan yaitu sekitar 1.7 m/s.



Gambar 41. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 4 Hasil simulasi pada model ini menunjukkan bahwa adanya penambahan kecepatan aliran setelah bangunan. Adapun kecepatan aliran setelah bangunan yaitu sekitar 1.6 m/s. perletakan bangunan secara selang seling membuat kecepatan aliran bertambah secara bertahap.



Gambar 42. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 5 Hasil simulasi diatas menunjukkan kecepatan aliran mengalami kenaikan secara berangsur-angsur setelah melewati bangunan pertama sampai setelah bangunan ketiga.







Sudut belokan meander450 dengan ukuran bangunan 0.2 m



Gambar 43. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 1 Hasil simulasi diatas menunjukkan bahwa aliran mengalami penambahan kecepatan kemudian perlahan-lahan turun sebelum sampai di ujung meander.



Gambar 44. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 2 Hasil simulasi pada model ini menunjukkan bahwa kecepatan aliran mengalami kenaikan setelah melewati bangunan kemudian turun sampai di ujung meander.



Gambar 45. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 3 Hasil simulasi pada model ini menunjukkan bahwa kecepatan aliran mengalami penambahan yang cukup besar akibat bangunan yang diletakkan secara seri. Kecepatan aliran meningkat secara beraturan sampai melewati bangunan yang terakhir. Adapun kecepatan aliran setelah bangunan yaitu sekitar 2.1 m/s. Berdasarkan kejadian diatas dapat diketahui bahwa model 3 sangat efektif untuk menambah kecepatan suatu aliran di saluran.



Gambar 46. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 4 Hasil simulasi di atas menunjukkan bahwa kecepatan aliran bertambah setiap kali melewati bangunan. Kecepatan aliran setelah bangunan terakhir juga besar seperti yang terjadi pada model 3.



Gambar 47. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 5 Hasil simulasi diatas menunjukkan bahwa kecepatan aliran bertambah setiap melewati bangunan. Kecepatan yang aliran setelah melewati bangunan terakhir juga besar seperti yang terjadi pada model 3 dan 4, hal ini terjadi karena model 4 dan 5 juga diletakkan bangunan di kedua sisi meander walaupun tidak seperti model 3 yang diletakkan secara seri.







Sudut belokan meander 450 dengan ukuran bangunan 0.3 m



Gambar 48. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 1 Hasil simulasi diatas menunjukkan adanya penambahan kecepatan akibat



bangunan



Penambahan



yang



kecepatan



diletakkan yang



di



sisi



signifikan



dalam



terjadi



dari



meander.



setelah



melewati



bangunan yang pertama kemudian mengalami penurunan, tetapi sebelum sampai di ujung meander kecepatan aliran kembali bertambah pada sisi luar meander.



Gambar 49. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 2 Hasil simulasi diatas menunjukkan bahwa terjadi penambahan kecepatan akibat adanya bangunan yang diletakkan pada bagian luar meander. Penambahan kecepatan terjadi setelah melewati bangunan yang pertama, kecepatan aliran yang tinggi berada pada sisi dalam meander.



Gambar 50. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 3 Hasil simulasi pada model ini menunjukkan bahwa kecepatan aliran mengalami penambahan yang cukup besar akibat bangunan yang diletakkan secara seri. Kecepatan aliran meningkat secara beraturan sampai melewati bangunan yang terakhir. Adapun kecepatan aliran setelah bangunan yaitu sekitar 2.9 m/s. Berdasarkan hal diatas dapat diketahui bahwa model 3 sangat efektif untuk menambah kecepatan sebuah aliran di saluran.



Gambar 51. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 4 Hasil simulasi di atas menunjukkan bahwa kecepatan aliran bertambah setiap kali melewati bangunan. Kecepatan aliran setelah bangunan terakhir juga besar seperti yang terjadi pada model 3. Kecepatan aliran yang besar setelah bangunan berada di sisi dalam.



Gambar 52. Hasil Simulasi Kecepatan Aliran Model 5 Hasil simulasi diatas menunjukkan bahwa kecepatan aliran bertambah setiap melewati bangunan. Kecepatan yang aliran setelah melewati bangunan terakhir juga besar seperti yang terjadi pada model 3 dan 4, hal ini terjadi karena model 4 dan 5 juga diletakkan bangunan di kedua sisi meander walaupun tidak seri seperti model 3 yang diletakkan secara seri. Hal yang paling mempengaruhi perubahan kecepatan aliran adalah ukuran dari bangunan dan penempatan bangunan tersebut, apakah diletakkan secara seri ataupun hanya di satu sisi saja.



B.2.



Tipe Aliran Berdasarkan Angka Froude Pada hasil simulasi juga di dapatkan nilai Froude pada aliran di



bangunan melintang. Pada aliran yang terjadi di sela-sela bangunan melintang, di dapatkan angka Froude yang bervariasi di setiap variasi bangunan melintang yang menyatakan bahwa aliran tersebut adalah jenis aliran subkritis dapat di lihat pada tabel berikut Tabel 6. Bilangan Froude dan Jenis Aliran pada Bangunan melintang



Debit (m3/s)



Sudut Belokan Meander (o)



Ukuran Bangunan (m)



0.1



0.338



45



0.2



0.3



Model 1



Angka Froude aliran setelah melewati bangunan melintang (m/s) 0.796591



Subkritis



Model 2



0.84694



Subkritis



Model 3



1.00475



Superkritis



Model 4



0.922746



Subkritis



Model 5



0.839418



Subkritis



Model 1



0.935935



Subkritis



Model 2



0.982931



Subkritis



Model 3



1.04791



Superkritis



Model 4



1.38717



Superkritis



Model 5



1.00379



Superkritis



Model 1



1.04607



Superkritis



Model 2



1.03372



Superkritis



Model 3



1.23269



Superkritis



Model 4 Model 5



0.832269 0.906983



Subkritis Subkritis



Letak Bangunan melintang



Jenis Aliran



Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat hasil simulasi yang terdiri atas beberapa variasi, baik itu kelengkungan meander, ukuran bangunan serta penempatan bangunan melintang itu sendiri sebagai berikut:







Sudut belokan meander450 dengan ukuran bangunan 0.1 m



Gambar 53. Hasil Simulasi Angka Froude Model 1 Hasil simulasi diatas menunjukkan aliran yang terjadi pada hulu sampai hilir saluran adalah aliran subkritis. Hal ini berarti dari hulu saluran sampai hilir saluran memiliki kecepatan aliran yang tidak terlalu tinggi senhingga angka Froudenya juga kecil.



Gam bar 54. Hasil Simulasi Angka Froude Model 2 Hasil simulasi diatas menunjukkan aliran di bagian dalam memiliki angka froude yang lebih besar dibandingkan bagian luar. Hal ini terjadi karena bangunan diletakkan di bagian luar meander sehingga kecepatan aliran yang tinggi berada pada sisi dalam meander.



Gam bar 55. Hasil Simulasi Angka Froude Model 3 Hasil simulasi pada model 3 menunjukkan aliran yang terjadi dari hulu saluran sampai melewati bangunan kedua adalah aliran subkritis karena kecepatan di derah tersebut belum terlalu tinggi. Angka Froude aliran yang paling tinggi terjadi setelah melewati bangunan ketiga sehingga aliran tersebut merupakan aliran superkritis.



Gam bar 56. Hasil Simulasi Angka Froude Model 4 Hasil simulasi diatas menunjukkan aliran di bagian hulu sampai bangunan kedua merupakan aliran subkritis karena angka Froudenya kurang dari 1. Setelah bangunan ketiga ada aliran yang merupakan aliran kritis karena angka froudenya 1. Secara umum aliran yang terjadi pada model diatas adalah aliran subkritis.



Gambar 57. Hasil Simulasi Angka Froude Model 5 Hasil simulasi diatas menunjukkan aliran dari hulu saluran sampai ke hilir saluran pada umumnya adalah aliran subkritis, dimana angka froudenya tidak sampai 1.







Sudut belokan meander450 dengan ukuran bangunan 0.2 m



Gam bar 58. Hasil Simulasi Angka Froude Model 1 Hasil simulasi pada model 1 menunjukkan aliran secara umum jenis aliran yang ada adalah aliran subkritis. Aliran superkritis hanya terjadi pada bagian luar meander setelah melewati bangunan pertama. Dimana di daerah tersebut memiliki kecepatan aliran yang cukup besar.



Gambar 59. Hasil Simulasi Angka Froude Model 2 Hasil simulasi diatas menunjukkan aliran pada saluran tersebut merupakan aliran subkritis karena memiliki angka Froude yang kurang dari satu. Aliran krisitis hanya terjadi pada bagian dalam meander yang memiliki kecepatan yang cukup besar sehingga angka Froude yang dihasilkan juga besar.



Gambar 60. Hasil Simulasi Angka Froude Model 3 Hasil simulasi diatas menunjukkan aliran yang terjadi dari hulu sampai bangunan ketiga adalah aliran subkritis karena memiliki angka Froude yang kurang dari 1. Aliran superkritis baru terjadi setelah melewati bangunan ketiga.



Ga mbar 61. Hasil Simulasi Angka Froude Model 4 Hasil simulasi pada model 4 menunjukkan aliran dari hulu sampai ke bangunan ketiga adalah aliran subkritis dimana kecepatan alirannya tidak terlalu besar. Aliran setelah bangunan ketiga adalah aliran superkritis dimana di daerah tersebut memiliki kecepatan yang cukup besar.



Ga mbar 62. Hasil Simulasi Angka Froude Model 5 Hasil simulasi diatas menunjukkan aliran di sepanjang hulu saluran sampai ke bangunan kedua adalah aliran subkritis. Aliran kemudian berubah menjadi aliran superkritis setelah melewati bangunan kedua dan ketiga karena kecepatan aliran setelah melewati bangunan cukup besar sehingga angka froudenya juga menjadi besar. Aliran pada saluran dengan model 5 memiliki kesamaan dengan model 3 dan 4 karena cara pemasangan bangunan di kedua sisi meander.







Sudut belokan meander450 dengan ukuran bangunan 0.3 m



Gam bar 63. Hasil Simulasi Angka Froude Model 1 Hasil simulasi diatas menunjukkan pada umumnya aliran pada saluran tersebut adalah subkritis. Aliran superkritis terjadi setelah bangunan pertama dan ketiga.



Gambar 64. Hasil Simulasi Angka Froude Model 2 Hasil simulasi pada model 2 menunjukkan secara umum aliran pada saluran tersebut adalah aliran subkritis. Aliran superkritis hanya terjadi setelah bangunan kedua yang memiliki kecepatan yang cukup tinggi sehingga angka froudenya juga menjadi tinggi.



Gambar 65. Hasil Simulasi Angka Froude Model 3 Hasil simulasi diatas menunjukkan aliran disepanjang hulu saluran sampai dengan bangunan ketiga secara umum adalah aliran subkritis. Aliran baru berubah menjadi aliran superkritis setelah melewati bangunan ketiga yang mana kecepatan aliran di daerah tersebut sangat tinggi sehingga angka Froude pada aliran tersebut juga menjadi tinggi.



Gam bar 66. Hasil Simulasi Angka Froude Model 4 Hasil simulasi pada model 4 menunjukkan aliran dari hulu sampai ke bangunan ketiga adalah aliran subkritis dimana kecepatan alirannya tidak terlalu besar, tetapi aliran setelah bangunan ketiga berubah menjadi superkritis.



Gambar 67. Hasil Simulasi Angka Froude Model 5 Hasil simulasi diatas menunjukkan aliran di sepanjang hulu saluran sampai ke bangunan kedua dan ketiga adalah aliran subkritis. Aliran kemudian berubah menjadi aliran superkritis setelah melewati bangunan ketiga karena kecepatan aliran setelah melewati bangunan cukup besar sehingga angka froudenya juga menjadi besar. Aliran pada saluran dengan model 5 memiliki kesamaan dengan model 3 dan 4 karena cara pemasangan bangunan di kedua sisi meander.



B.3.



Analisis Kedalaman Aliran Tabel 7. Kedalaman Aliran Setelah Melewati Bangunan



Debit (m3/s)



Sudut belokan meander (o)



Ukuran Bangunan (m)



0.1



0.338



45



0.2



0.3







Letak Bangunan melintang



Kedalaman aliran setelah melewati bangunan melintang (m)



Model 1



0.294838



Model 2



0.276266



Model 3



0.274998



Model 4



0.280008



Model 5



0.286872



Model 1



0.284676



Model 2



0.267951



Model 3



0.320072



Model 4



0.249864



Model 5



0.293157



Model 1



0.289361



Model 2



0.282698



Model 3



0.260646



Model 4



0.277133



Model 5



0.356765



0



Sudut belokan meander 45 dengan ukuran bangunan 0.1 m



Gambar 68. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 1 Hasil simulasi diatas menunjukkan kedalaman aliran setelah melewati bangunan mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh kecepatan aliran yang mengalami kenaikan.



Gambar 69. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 2 Hasil



simulasi



diatas



menunjukkan



daerah



yang



terjadi



penambahan kecepatan akan mengalami penurunan kedalaman aliran. Penurunan kedalaman terjadi di bagian midlestream bagian sisi dalam meander.



Gambar 70. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 3 Hasil simulasi diatas menunjukkan kedalaman aliran berangsurangsur turun setelah melewati bangunan pertama kedua dan ketiga. Hal ini terjadi karena kecepatan pada daerah tersebut juga mengalami kenaikan setelah melewati bangunan pertama kedua dan ketiga pada bagian midlestream.



Gambar 71. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 4 Hasil simulasi diatas menunjukkan kedalaman aliran setiap melewati bangunan karena kecepatan aliran mengalami kenaikan setiap mewati bangunan.



Gambar 72. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 5 Hasil simulasi diatas menunjukkan perubahan kedalaman tidak terlalu besar pada bagian midlestream. Kedalaman berkurang cukup besar setelah memasuki daerah downstream.







Sudut belokan meander 450 dengan ukuran bangunan 0.2 m



Gambar 73. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 1 Hasil diatas menunjukkan perubahan kedalaman terjadi setelah melewati



bangunan. Pada



daerah



midlestream terjadi



penurunan



kedalaman di sisi dalam meander, sedangkan pada bagian downstream terjadin penurunan pada bagian tengah hingga sisi luar meander.



Gambar 74. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 2 Hasil diatas menunjukkan perubahan kedalaman aliran terjadi pada bagian midlestream di sisi dalam meander. hal ini terjadi karena bangunan yang diletakkan pada sisi luar meander.



Gambar 75. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 3 Hasil diatas menunjukkan adanya penurunan kedalaman secara berangsur-angsur setelah melewati bangunan. Kedalaman paliang kecil terjadi setelah bangunan ketiga dimana aliran pada daerah tersebut juga tinggi.



Gambar 76. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 4 Hasil simulasi diatas menunjukkan dengan pemasangan bangunan secara selang-seling menyebabkan aliran air tertahan dan membuat kedalaman aliran hanya berkurang sedikit setelah melewati bangunan pertama. Kedalaman aliran juga berkurang setelah melewati bangunan ketiga pada sisi dalam meander.



Gambar 77. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 5 Tidak jauh beda dengan hasil simulasi pada model 4, kedalaman aliran baru berubah signifikan setelah melewati bangunan ketiga. 



Sudut belokan meander 450 dengan ukuran bangunan 0.3 m



Gambar 78. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 1 Hasil simulasi diatas menunjukkan adanya penurunan kedalaman aliran pada sisi dalam meander pada saat melewati bangunan pertama. Tetapi sebelum bangunan ketiga kedalaman aliran kembali naik dan turun lagi setelah melewati bangunan ketiga.



Gambar 79. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 2 Hasil simulasi diatas menunjukkan penurunan kedalaman aliran pada sisi dalam meander setelah melewati bangunan pertama dan kedua.



Gambar 80. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 3 Hasil simulasi diatas menunjukkan perubahan kedalaman aliran secara berangsur-angsur. Hal ini sama dengan yang terjadi pada model 3 sebelumnya. Tetapi bedanya perubahan kedalaman yang cukup besar setelah bangunan ketiga. Hal ini disebabkan karena ukuran bangunan yang lebih besar.



Gambar 81. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 4 Hasil simulasi diatas menunjukkan saat melewati bangunan pertama, perubahan kedalaman tidak terlalu besar. Karena kecapatan aliran pada saat itu juga tidak terlalu besar. Perubahan kedalaman yang signifikan terjadi setelah bangunan ketiga.



Gambar 82. Hasil Simulasi Kedalaman Aliran Model 5 Hasil simulasi diatas menunjukkkan kejadian yang hampir sama dengan hasil simulasi pada model 4 karena bangunan yang diletakkan secara selang-seling.



BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN



A.



Kesimpulan Berdasarkan



hasil



dari



penelitian



yakni



simulasi



bangunan



melintang menggunakan aplikasi iRIC Nays2DH 3.0 dapat disimpulkan bahwa: 1. Saluran meander yang diletakkan bangunan melintang pada salah satu sisi saja akan menambah kecepatan aliran umumnya pada bagian midlestream sedangkan saluran meander dengan bangunan yang diletakkan di kedua sisi ataupun secara selang-seling akan menambah kecepatan maksimum pada bagian downstream. Ukuran bangunan pada saluran juga mempengaruhi besarnya percepatan aliran, dimana semakin besar ukuran bangunan maka semakin besar pula percepatan aliran. 2. Saluran meander yang diletakkan bangunan melintang hanya pada salah satu sisinya akan menghasilkan aliran superkritis pada umumnya di daerah midlestream, hal ini seperti yang terjadi dengan kecepatan aliran sedangkan saluran meander yang diletakkan bangunan di kedua sisinya baik secara seri ataupun selang-seling akan



menghasilkan



aliran



superkritis



dibagian



downstream.



Kemudian semakin kecil ukuran bangunan maka angka froude yang dihasilkan juga semakin kecil.



3. Saluran meander yang diletakkan bangunan hanya disalah satu sisi akan menyebabkan penurunan kedalaman yang besar disalah satu sisi meander saja. jika diletakkan dikedua sisi secara seri akan menyebabkan perubahan kedalaman aliran yang cukup besar setelah bangunan.



B.



Saran



1.



Dalam



penelitian



masih



terdapat



beberapa



kekurangan,



penggunaan data gerusan dan variasi model bangunan melintang. 2.



Penelitian selanjutnya, di harapkan pengembang program aplikasi bisa mengembangkan bentuk grid yang lain agar bisa membuat bentuk krib/obstacle yang berbeda serta variasi jarak antar bangunan.



DAFTAR PUSTAKA Charlton,R. 2008. Fundamentals of FluvialGeomorphology. London and New York: Rouledge Taylor and Francis Group. Chow, V. T. 1992. Hidrolika Saluran Terbuka. Erlangga: Jakarta. iRIC Software.2014. Nays2DH Solver Manual. Hokkaido University. Japan, http:i-ric.org/en/introduction. Kodoatie, R.J. 2002. Hidrolika Terapan Aliran Pada Saluran Terbuka dan Pipa. Andi Yogyakarta. Maryono, A.2008. Eko-Hidraulik Pengelolaan Sungai Ramah Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mudjiatko.2000. Pengaruh Meander Sungai Terhadap Perubahan Konfigurasi Dasar dan Seleksi Butiran Sedimen. Yogyakarta. Paresa, Jeni. 2011. Proposal Penelitian Studi Pengaruh Bangunan melintang Hulu Tipe Impermeable pada Gerusan di Belokan Sungai. Universitas Hasanuddin: Makassar Suharini, E. dan Palangan, A. 2014. Geomofologi Gaya, Proses, dan Bentuk Lahan. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Sujatmoko, Bambang. 2002. Kalibrasi model matematis 2D Horizontal FESWMS Dalam Kasus Perubahan Pola aliran Akibat Adanya Bangunan melintang di Belokan. Universitas Riau. Triatmodjo, Prof Dr Ir Bambang,CES,DEA. Revisi 2008. Hidraulika II. Beta offset Yogyakarta. WMO. 2003. Manual on Sediment Management and Measurement. Switzerland:World Meteorological Organization.