17 0 646 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “KMB 3”
Disusun oleh: 1. Alimatul Misbah Almuniroh (201701162) 2. Siti Nur Khavilah (201701151) 3. Khuzaimatul Abidah (201701147) 4. Rosita Fenila Sari (201701144) 5. Titik Zumaroh (201701132) 6. Miftahus Sholihah (201701153) 7. Ani Khoirul Ummatin (201701156) 8. Ahmad Aris Abdillah (201701152) 9. Dedy Habib Rohman (201701167) 10. Putra Willytama (201701150)
S1 KEPERAWATAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH INFEKSI SALURAN KEMIH. Shalawat serta salam senantiasa kami curahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata
kami
berharap
semoga
makalah tentang ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN MASALAH INFEKSI SALURAN KEMIH ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Mojokerto, 05 November 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 5 1.1
Latar Belakang Masalah ................................................................ 5
1.2
Rumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3
Tujuan dan Manfaat ....................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 6 2.1
Definisi .......................................................................................... 6
2.2
Etiologi .......................................................................................... 6
2.3
Manifestasi Klinis.......................................................................... 7
2.4
Patofisiologi................................................................................... 8
2.5
Pathway ......................................................................................... 9
2.6
Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 10
2.7
Komplikasi .................................................................................. 11
2.8
Penatalaksanaan ........................................................................... 11
2.9
Pencegahan ISK .......................................................................... 12
2.10
Konsep Asuhan Keperawatan .................................................. 12
2.10.1 Pengakajian ......................................................................... 12 2.10.2 Pemeriksaan fisik persistem ................................................ 13 2.10.3 Diagnosa .............................................................................. 14
iii
2.10.4 Intervensi ............................................................................. 15 BAB III LAPORAN KASUS.................................................................... 20 3.1
Pengakjian ................................................................................... 20
3.2
Analisa Data ................................................................................ 23
3.3
Diagnosa ...................................................................................... 24
3.4
Intervensi ..................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 28
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Optimalisasi adalah sebuah pengomptimalan suatu softwere untuk mempercepat penggunaannya dengan menggunakan beberapa teknik-teknik yang dilakukan untuk memaksimalkannya dengan minimal. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi ISK? 2. Bagaimana etiologi dari ISK? 3. Bagaimana manifestasi klinik dari ISK? 4. Bagaimana patofisiologi ISK? 5. Apa saja pemeriksaan penunjang ISK? 6. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan dari ISK? 7. Bagaimana penatalaksanaan dari ISK? 8. Bagaimana pencegahan ISK? 9. Bagaimana pengkajian pada klien ISK? 10. Apa saja diagnosa keperawatan pada klien ISK? 11. Apa saja rencana keperawatan pada klien ISK? 1.3 Tujuan dan Manfaat 1. Mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, pada klien ISK. 2. Mengetahui pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan pada klien ISK. 3. Mengetahui diagnosa dan rencana keperawatan pada klien ISK.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain.infeksi saluran kemih dapat terjadi baik lpria maupun wanita dari semua umur,dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi dari pada pria (Sudoyo Aru,dkk2009). Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus, mikroorganisme lain (Nanda Nic-Noc,2012). Infeksi saluran kemih adalah invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian saluran kemih.( Muttaqin, A dan Sari, K 2011). Infeksi saluran kemih (ISK ) Atau Urinarius Tractus Infection(UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih.(Agus Tessy,2001). 2.2 Etiologi 1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan Infeksi Saluran Kencing : a. E. coli 90% menyebabkan ISK Uncomplicated b. Pseudomnas, prosteus, Klebsiella : penyebab ISK Complicated c. Enterobacter, staphylococus epidemis, enterococus ,dan lain –lain 2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut antara lain : a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengososngan kandung kemih yang kurang efektif. b. Mobilisasi yang menurun c. Nutrisi yang kurang baik d. Sistem imunitas yang menurun, baik selular maupun humoral e. Adanyahambatan pada aliran urin f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat 6
3) Secara khusus, etiologi ISK berdasarkan jenisnya a. Sistis 1) Disebabkan oleh bakteri dari vagina yang berpindah dari uretra ke kandung kemih. 2) Wanita yang menderita isk setelah melakukan hubungan intim, dikarenakan uretra yang cidera. 3) Vistula vesikovaginal (hubungan abnormal antara kandung kemih dan vagina ) 4) Akibat pemasangan kateter atau alat yang digunakan selama penbedahan b. Urethritis 1) Penyebab bisa berupa bakteri, jamur atau virus yang berasal dari usus besar sampai ke vagina melalui anus. 2) Nesseria gonorrhoea penyebab gonore, bakteri yang masuk ke vagina atau penis pada saat melakukan hubungan seksual. 3) Paling sering disebabkan oleh gonococus c. Prostattitis Disebabkan oleh pertumbuhan bakteri di akibatkan oleh urin yang tertahan pada kandung kemih sehingga menjalar dan terjadilah radang pada prostat. 2.3 Manifestasi Klinis 1. Rasa ingin buang air kecil,meski sudah dicoba untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar. 2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencing bisa berwarna putih, coklat atau kemerahan dan bau nya sangat menyengat. 3. Warna air seni kental / pekat seperti air teh,kadang kemerahan bila ada darah. 4. Nyeri pada pinggang. 5. Demam/ menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal. ( diiringi rasa nyeri disisi bawah belakang rusuk, mual, atau muntah ) 6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh – sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih. 7. Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia, problem minum dan sianosis (kebiruan) 8. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia.
7
9. Pada anak besar gejalanya lebih besar gejalanya lebih khas seprti sakit waktu kencing, frekuensi kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang,mengompol, dan bau kencing yang menyengat. 2.4 Patofisiologi Menurut Nurharis Huda Amin, yang dikutip dari Masjoer Arif, (2003) Infeksi Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus urinarus yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme patogenik dengan atau tanpa disertainya tanda dan juga gejala. Mikroorganisme ini dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan steroid jangka panjang, makanan yang terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia lanjut, anomali saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan seksual yang tidak sehat, serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran kencing ini dapat mengenai kandung kemih, prostat, uretra, dan juga ginjal Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umunya retensi urin teradi akibat dari obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di vesika urinaria serta penebalan diding vesika, ketika hal ini terjadi maka menyebabkan penurunan kontraksi vesika sehingga menimbullkan tahanan pada kandung kemih, urin yang tertahan pada kandung kamih dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 12 jam ) merupakan media yang baik untuk perkembangan mikroorganisme patogen seperti E. coli, Klabsiella, prosteus, psudomonas, dan enterobacter. Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan melakukan respon pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk menstimulus sistem pertahanan tubuh untuk memfagosit antigen tersebut sehingga akan menyebabkan peningkatan metabolisme dan muncul gejala demam,ketika antigen tidak mampu di fagosit oleh sistem imun kita maka akan menyebabkan munculnya bakteremia skunder yang menjalar ke ureter sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan pada ureter, umumnya ketika hal ini terjadi maka akan menyebabkan pasien mengalami oliguria. Selain itu ketika proses peradangan terjadi akan meningkatkan frekuensi dorongan kontraksi uretra dan memunculkan persepsi nyeri akibat proses depresi syaraf perifer. Selain itu, respon pertahanan tubuh kita juga akan merangsang hipotalamus sehingga muncul lah gejala seperti demam serta nyeri di bagian yang terinfeksi.
8
2.5 Pathway
Akumulasi etiologi dan faktor resiko infeksi mikroorganisme, penggunaan steroid jangka panjang, usia lanjut, anomali saluran kemih, cidera urethra,
Makanan terkontaminasi, mikroorganisme masuk lewat mulut
jaringan parut -> total tersumbat
HCL (Lambung ) Hidup Berkembang di usus terutama pleg player
tidak Hidup Resiko Infeksi
Kuman mengeluarkan endotoksin
Peningkatan tekanann di Vesika urinaria
Penebalan dinding vesika urinaria
Bakteremia primer Tidak di fagosit
di fagosit Mati
Penurunan Kontraksi otot vesika urinaria Sulit berkemih
Bakteremia skunder RETENSI URIN
Ureter Iritasi uretral Oliguria Gangguan Eliminasi Urin
Hipotalamus Menekan termoregulator
Reinteraksi abdominal
Hipertermia Cepat lelah Intoleransi aktivitas
Peradangan Depresi syaraf perifer Peningkatan frekuensi/ dorongan kontraksi uretral
Nyeri Akut
9
Nurharis Huda Amin : 2013, hal 374
2.6 Pemeriksaan Penunjang 1) Urinalisis
Leukosuria atau puria : merupakan salah satu bentuk adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/ lapang pandang besar (LBP) sediment air kemih.
Hematuria : Hematuria positif bila 5 – 10 eritrosit/ LBP sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerolus ataupun urolitiasis.
2) Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
3) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik 4) Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. 5) Metode tes a. Tes dipstick multistrip untuk WBC ( tes esterase leukosit ) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif : maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organime menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonnorrhoeae, herpes simplek) . c. Tes - tes tambahan : Urogram Intravena (UIV), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostat. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
10
2.7 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan : 1. Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal. 2. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik. 2.8 Penatalaksanaan A. NonMedis Istirahat. Diet : perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih. B. Medis 1) Antibiotik sesuai kultur, jika hasil kultur belum ada dapat diberikan antibiotik antara lain cefotaxime, ceftriaxone, kotrimoxsazol,trimetoprim, doksisiklin. -
Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
-
Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu.
-
Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
-
Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi penisilin dengan aminoglikosida.
-
Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin,nitrofurotoin atau sefalosporin.
2) Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm/smz,bactrim,septra),kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E.Coli telah resisten terhadap bakteri ini.pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan akibat infeksi. Dan dianjurkan untuk sering minum dan 11
BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces. 2.9 Pencegahan ISK 1. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari. 2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih. 3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar : -
Jangan menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat.
-
Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan mengosongkan kandung kemih
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan 2.10.1 Pengakajian a. Identitas klien b. Keluhan utama Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi saluran kemih, nyeri saat berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi kemih yang dikeluarkan hanya sedikit. c. Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien di bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ketempat lain selain Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah di berikan dan bagaimana perubahan data yang didapatkan saat periksa. d. Riwayat penyakit dahulu Adanya penyakit infeksi saluran kemih e. Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanya pada keluarga apakah ada salah satu anggota keluarga ada yang pernah menderita sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain ada di dalam keluarga.
12
f. Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. g. Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih dengan gangguan eliminasi urin b. Pola nutrisi Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali c. Pola eliminasi Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi karena tirah baring, sedangkan eliminasi urin mengalami yang karena adanya organisme yang masuk sehingga urin tidak lancar d. Pola aktivitas Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, karena nyeri yang dialaminya e. Nilai dan keyakinan Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan penyakit yang dideritanya menurut agama dan keyakinan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya. 2.10.2 Pemeriksaan fisik persistem 1) Keadaan umum : didapatkan klien tampak lemah 2) Kesadaran
: Composmentis
3) GCS
: 4-5-6
4) Sistem Pernafasan Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit 5) Sistem Kardiovaskuler Terjadi penurunan tekanan darah 6) Sistem Neurologi 13
Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi 7) Sistem Perkemihan Inspeksi : pada pasien ISK, lakukan inspeksi pada meatus (pembukaan yang dilalui urin untuk meninggalkan bagian bawah abdomen dan nyeri saat berkemih) Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi Perkusi
: pada perkusi terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah
abdomen dan nyeri saat berkemih 8) Sistem Pencernaan Terdapat polifagi, polidipsi, mual muntah, konstipasi, peningkatan lingkar abdomen, obesitas 9) Sistem Integument Turgor kulit menurun, kulit kering 2.10.3 Diagnosa 1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinalius lainnya 2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan proses penyakit 3. Perubahan pola eliminasi urin (disuria, dorongan, frekuensi, atau nokturia) berhubungan dengan infeksi saluran kemih 4. Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih 5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
14
2.10.4 Intervensi No
Dx Kep
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
hasil 1.
Nyeri
akut NOC:
NIC
berhubungan
Pain Level
Pain Management
dengan
Pain Control
1. Lakukan
inflamasi dan
Comfort Level
pengkajian
nyeri
secara komprehensif termasuk
infeksi uretra, Kriteria hasil :
lokasi, karakteristik, durasi,
kandung
frekuensi, kualitas dan faktor
kemih
1. Mampu dan
mengontrol nyeri penyebab
presipitasi
struktur
(tau
traktus
nyeri,
urinalius
menggunakan
lainnya
teknik
terapeutik untuk mengetahui
nonfarmakologi
pengalaman nyeri pasien
mampu
dari ketidaknyamanan 3. Gunakan teknik komunikasi
untuk mengurangi nyeri,
2. Observasi reaksi nonverbal
4. Kontrol
mencari
seperti
2. Melaporkan
suhu
5. Pilih dan lakukan penanganan
berkurang dengan
nyeri
dengan
farmakologi
menggunakan
interpersonal)
manajemen nyeri
(skala,
dan
pasien
7. Ajarkan
teknik
farmakologis dan
mengurangi
tanda nyeri) 4. Menyatakan rasa
non
posisi
senyaman mungkin
intensitas,
nyaman
(farmakologi,
6. Berikan
3. Mampu mengenali
frekuensi,
ruangan,
pencahayaan dan kebisingan nyeri
nyeri
yang
dapat mempengaruhi nyeri
bantuan)
bahwa
lingkungan
non untuk
nyeri,
misal
teknik distraksi dan relaksasi 8. Kolaborasikan dengan dokter
setelah
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri berkurang
nyeri tidak berhasil
15
Analgetic Administration 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi 3. Cek riwayat alergi 4. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal 5. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik pertama kali 6. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat 7. Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala 2.
Hipertermi
NOC
NIC
berhubungan
Thermoregulation
Fever treatment
dengan
Kriteria hasil :
1. Monitor
peningkatan
1. Suhu tubuh dalam
mungkin
rentang normal
2. Monitor IWL
laju metabolisme dan
proses
penyakit
2. Nadi dalam
dan
suhu
sesering
RR
3. Monitor warna kulit dan TTV
rentang
4. Kompres pasien pada lipatan
normal
paha dan aksila 5. Tingkatkan sirkulasi udara Temperatur regulation 1. Monitor suhu minimal 2 jam 2. Monitor TTV dan warna kulit 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
16
4. Selimuti
pasien
mencegah
untuk hilangnya
kehangatan tubuh Vital sign monitoring 1. Monitor TTV 2. Monitor frekuensi dan irama pernafasan 3. Monitor
pola
pernafasan
abnormal 4. Monitor suhu, warna dan kelembapan kulit 5. Monitor sianosis perifer 6. Identifikasi
penyebab
dari
perubahan vital sign 3.
Perubahan
NOC
NIC
pola eliminasi
Urinary
1. Hitung output urin setiap
urin(disuria, dorongan, frekuensi,
elimination
pasien berkemih
Urinary
2. Observasi
contiunence
kandung
atau nokturia) Kriteria hasil : berhubungan
1. Kandung
dengan infeksi
kosong
saluran kemih
penuh
tingkat
distensi
kemih
dengan
palpasi dan perkusi kemih
3. Bantu klien ke kamar mandi
secara
atau menggunakan pispot atau
2. Tidak ada residu
urinal untuk berkemih 4. Bantu
urine >100-200cc
klien
memposisikan
3. Bebas dari ISK
untuk senyaman
mungkin untuk berkemih
4. Tidak ada spasme bladder 4.
Infeksi
NOC
NIC
berhubungan
Immune Status
1. Observasi suhu setiap 4 jam
dengan
Knowledge:
dan lapor jika suhu di atas
adanya bakteri
Infection control Risk control
38,5°C 2. Catat karakteristik urin
17
pada
saluran
kemih
Kriteria hasil:
3. Anjurkan pasien minum 2-3
1. Tanda-tanda vital
liter jika tidak ada kontra
dalam
batas
normal
indikasi 4. Observasi pemeriksaan ulang
2. Nilai kultur urin
urin kultur dan sensitivitas
negatif 3. Urin
untuk berwarna
kuning jernih dan
menentukan
respon
terapi 5. Anjurkan
tidak berbau
pasien
mengosongkan
untuk kandung
kemih secara komplit setiap kali berkemih 6. Berikan perawatan perineal, pertahankan akan tetap bersih dan kering 5.
Defisiensi
NOC
NIC
pengetahuan
Knowledge:
Teaching: disease process
berhubungan dengan kurangnya
disease process
1. Berikan
Knowledge:
Kriteria hasil :
informasi
1. Pasien
tentang
tingkat pengetahuan pasien
health behavior
sumber
penilaian
tentang proses penyakit yang spesifik
dan
2. Jelaskan patofisiologis dari
tentang
keluarga
penyakit dan bagaimana hal
kondisi,
menyatakan
ini
prognosis, dan
pemahaman
anatomi dan fisiologis dengan
kebutuhan
tentang penyakit,
cara yang tepat
pengobatan
kondisi, prognosis dan
dengan
3. Gambarkan tanda gejala yang
program
biasanya
pengobatan
muncul
pada
penyakit dengan cara yang
2. Pasien keluarga
berhubungan
dan mampu
tepat 4. Identifikasi
kemungkinan
melaksanakan
penyebab dengan cara yang
prosedur
tepat
yang
18
dijelaskan secara
5. Diskusikan perubahan gaya
benar
hidup yang diperlukan untuk
3. Pasien keluarga
dan mampu
mencegah komplikasi 6. Diskusikan pilihan terapi dan
menjelaskan kembali apa yang
penanganan 7. Instruksikan pasien mengenai
dijelaskan
tanda
dan
gejala
perawat/tim
melaporkan
kesehatan lainnya
perawatan kesehatan dengan
pada
cara yang tepat
19
untuk pemberi
BAB III LAPORAN KASUS Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RS. Soeradji mengantar anak perempuan nya yang masih berumur 5 th karena anaknya menangis terus-menerus sejak kemarin sore dikarenakan Demam dan dysuria( buang air kecil terasa sakit). Bp.A juga mengatakan, An.K di rumah dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal hygiennnya biasanya dibantu oleh pembantunya. Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti di remas-remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK padahal buang air kecilnya lebih sering dari pada biasanya, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum. Bp.A mengatakan anaknya mengalami nyeri saat BAK dan adanya darah dalam urine ( hematuria), selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Karena sakit pada bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV: RR: 22x/menit, S: 40 ℃, N : 108x/menit. Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infuse RL, 20 tts/mnt dengan abocat ukuran 24 dan diberikan terapi obat : Ceftriaxone 2x500mg, Ketorolak 2x 0,5mg/kg/BB. 3.1 Pengakjian 1) Biodata Pasien Nama
: An.K
Tempat, Tanggal lahir
: Yogyakarta, 26 Juli 2014
Usia/jenis kelamin
: 5 Tahun/perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: PAUD
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Alamat
:Jl.Solo
13
Maguwoharjo,
Yogyakarta Diagnosa Medis
: Infeksi Saluran Kemih
Jam/Tanggal Masuk RS
: 09.00 / 4 Mei 2012
No RM
: 081916 20
Sleman,
2) Penanggung Jawab Nama
: Tn.A
Usia
: 35 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: Sarjana
Pekerjaan
: Wirausaha
Status Pernikahan
: Menikah
Alamat
: Jl. Solo 13 Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta
3) Riwayat Kesehatan a) Keluhan utama An. K mengeluh nyeri pada perut bagian perut bawah, Pada saat kencing terasa sakit. b) Riwayat penyakit sekarang Tn. A mengatakan bahwa An. K sering menangis sejak kemarin sore dikarenakan demam dan dysuria (buang air kecil terasa sakit). An. K mengatakan bahwa ia sering merasakan sakit di bagian perut bawah sejak 3 hari yang lalu, serta merasa perih saat buang air kecil sehingga An.K takut jika mau BAK padahal An. K lebih sering merasa BAK daripada biasanya, oleh sebab itu An.K takut untuk banyak minum, agar tidak merasa ingin BAK . An. K sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemasangan infus RL, 20 tts/menit dengan abocat ukuran 24 dan terapi obat: Tindakan di UGD: Ceftriaxone 2x500mg, Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB. c) Riwayat Penyakit Dahulu Tn.A mengatakan bahwa An. K tidak mempunyai riwayat penyakit ataupun diopname di RS sebelumnya. An. K belum pernah mengalami kecelakaan ataupun dioperasi. An. K tidak memiliki alergi. d) Riwayat Penyakit Keluarga Tn. A mengatakan ibunya pernah mengalami ISK pada umur 10 tahun, riwayat penyakit kakek An. K adalah hipertensi.
21
4) Pemeriksaan fisik B1 (BERATHING) a) Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada sesak nafas, gerakan, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada pernafasan cuping hidung, RR = 22x/Menit. b) Palpasi : gerakan dinding dada simetris. c) Auskultasi : bunyi nafas vesikuler. B2 (BLOOD) a) Palpasi : nadi = 108x/menit, CRT < 2 detik. b) Auskultasi : suara jantung S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-). B3 (BRAIN) Tingkat kesadaran composmentis 456, terjadi penurunan sensori dan reflek lambat. B4 (BLADDER) Keluarga klien sering BAK dengan frekuensi 250 cc dan terasa nyeri dan perih, warna urine keruh dan adanya hematuria, diawal berkemih terdapat cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. P : saat buang air kecil Q : nyeri hilang timbul R : perut bagian suprapubic S : 5 (lima ) B5 (BOWEL) Klien jarang minum, minum hanya 3 gelas sehari, klien hanya makan 2 kali sehari dengan porsi sediki dan tidak habis. a) Inspeksi: warna kulit abdomen kecoklatan lebih terang dari pada kulit lain b) Auskultrasi : peristaltic usus 15 kali per menit c) Palpasi : saat di palpasi adanya nyeri tekan pada bagian suprapubic d) Perkusi : terdengar timpani
22
B6 (BONE) Pasien tampak lemas karena nyeri yang dialaminya, tidak terdapat atrofi otot, suhu = 400C. 3.2 Analisa Data Tgl / Data Etiologi Masalah Jam 1 DS : Infeksi mikroorganisme Nyeri Akut - Bp. K mengeluh An. K nyeri pada bagian bawah perut. Hidup terutama usus - Bp. K mengatakan bahwa nyeri seperti diremas remas pada bagian bawah perut Kuman mengeluarkan endotoksin DO : - An. K Tampak menahan nyeri (meringis) dan terkadang Bakteremia sekunder menangis. - P : saat buang air kecil Q : nyeri hilang timbul
Peradangan
R : perut bagian suprapubic Peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral
S : 5 (lima ) T : 2 menit -
TTV S = 40 ℃ RR = 28x/mnt N = 108x/mnt
Depresi saraf perifer
Nyeri 2
DS : Bakteremia sekunder - Tn. A mengatakan anaknya sudah 5 hari merasakan sakit Ureter perut bagian suprapubic. - An.K mengatakan nyeri saat BAK seperti diremas-remas, Iritasi uretral perih & takut BAK. - An.K mengatakan bila buang air kecil warna urinya keruh, Oliguria dan ada darah. DO : - An. K Tampak menahan nyeri dan terkadang menangis. 23
Gangguan eliminasi urine
Gangguan eliminasi urine
-
Urine berwarna keruh dan adanya hematuria. - Urine 250 cc - TTV RR = 28x/mnt N = 108x/mnt S = 40C DS : Bakteremia sekunder - Keluarga klien mengatakan badan anaknya panas. Hipotalamus - An. K mengatakan takut untuk banyak minum. DO : Menekan thermoregular - TTV : S = 40 ℃ - An. K tampak pucat. Hipertermi - Kulitnya teraba hangat.
3
Hipertermi
3.3 Diagnosa 1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinalius. 2) Gangguan eliminasi b/d obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun stuktur traktus urinarius. 3) Hipertermi b/d peningkatan metabolisme akibat bakteri berkembang pada kandung kemih. 3.4 Intervensi Kriteria hasil
Diagnosa Nyeri
Intervensi Teraputik :
akut NOC:
berhubungan
Pain Level
dengan
Pain Control
inflamasi
dan infeksi uretra,
-
Comfort Level
kandung kemih dan Kriteria hasil : struktur urinalius
traktus 1) Mampu nyeri nyeri,
menggunakan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi
mengontrol (tau
Berikan
rasa
nyeri
(kompres hangat/dingin).
penyebab mampu teknik
nonfarmakologi untuk 24
-
Kontrol
lingkungan
memperberat rasa nyeri.
yang
nyeri, -
mengurangi mencari bantuan) 2) Melaporkan
Edukasi : bahwa
nyeri berkurang dengan dengan
-
menggunakan
manajemen nyeri 3) Mampu
Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri.
-
Jelaskan strategi meredakan
mengenali nyeri.
nyeri (skala, intensitas, frekuensi,
Fasilitasi istirahat dan tidur.
dan
tanda -
nyeri) 4) Menyatakan
Anjurkan monitor nyeri secara mandiri.
rasa
nyaman setelah nyeri -
Ajarkan
teknin
berkurang.
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi : -
Pemberian analgetik, jika perlu.
Observasi : -
Monitor
keberhasilan
komplementer
yang
terapi sudah
diberikan. -
Monitor
efek
samping
penggunaan analgetik. Gangguan
NOC
Manajemen Disrefleksia
b/d
Urinary elimination
Definisi
obstruksi mekanik
Urinary contiunence
Mengidentifikasi dan mengelola
eliminasi
pada
kandung Kriteria hasil :
kemih
ataupun
stuktur
traktus
urinarius.
1) Kandung
refleks
hiperaktif
dan
respon
kemih otonom yang tidak tepat pada lesi
kosong secara penuh
servikal atau toraks.
2) Tidak ada residu urine Tindakan Observasi
>100-200cc 25
3) Bebas dari ISK 4) Tidak
ada
-
spasme
Identifikasi rangsangan yang dapat
bladder
memicu
disrefleksia
(mis. Distensi kandung kemih, kalkuli ginjal, infeksi, impaksi feses,
pemeriksaan
feses,
supositoria, kerusakan kulit) -
Identifikasi penyebab pemicu disrefleksia
(mis.
Distensi
kandung kemih, impaksi feses, lesi kulit, stoking suportif, dan pengikat perut) -
Monitor
kepatenan
kateter
urine, jika terpasang -
Monitor
terjadinya
hiperrefleksia -
Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik -
Minimalkan rangsangan yang dapat memicu disrefleksia
-
Beri posisi fowler, jika perlu
-
Pasang kateter urine, jika perlu
Edukasi -
Jelaskan penyebab dan gejala disrefleksia
-
Jelaskan
penanganan
dan
pencegahan disrefleksia Kolaborasi -
Kolaborasi pemberian agen antihipertensi intravena, sesuai indikasi
26
Hipertermi
b/d NOC
peningkatan
NIC
Thermoregulation
Fever treatment -
metabolisme akibat Kriteria hasil : bakteri berkembang pada kemih
kandung
1) Suhu
tubuh
dalam -
rentang normal
2) Nadi dan RR dalam rentang normal.
Monitor suhu sesering mungkin Monitor IWL Monitor warna kulit dan TTV Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila
-
Tingkatkan sirkulasi udara
Temperatur regulation -
Monitor suhu minimal 2 jam
-
Monitor TTV dan warna kulit
-
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
-
Selimuti
pasien
mencegah
untuk hilangnya
kehangatan tubuh Vital sign monitoring -
Monitor TTV
-
Monitor frekuensi dan irama pernafasan
-
Monitor
pola
pernafasan
abnormal -
Monitor
suhu,
warna
dan
kelembapan kulit -
Monitor sianosis perifer
-
Identifikasi
penyebab
perubahan vital sign
27
dari
1
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction Publishing. PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. PPNI, T. P. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.