Tugas Dan Kewajiban Manusia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas dan Kewajiban Manusia Manusia sebagai makhluk Tuhan yang mulia dan sempurna, ditugaskan untuk mengatur dan mengelola alam beserta isinya, memiliki tanggung jawab dan kewajiban baik kepada Tuhan, diri sendiri dan kepada sesamanya. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang diberi rahmat dan nikmat, sudah seharusnya berbuat sesuatu sebagai bentuk tanggung jawab dan kerelaan --- sebagai tanda rasa bersyukur kepada-Nya. Secara global --- manusia harus menggunakan rahmat dan nikmat itu sesuai dengan fungsi dan proporsinya. Secara praktis beberapa tugas dan kewajiban manusia terhadap Tuhan adalah mentauhidankan, takut, cinta, ridha terhadap qadha dan qadhar-Nya, berbuat baik dan berprasangka baik kepadaNya. Beberapa sifat yang disebutkan tadi adalah bentuk ketakwaan kepada Tuhan dengan menjalankan semua yang menjadi perintah dan meninggalkan segala bentuk larangan. Manusia dilengkapi dengan beberapa alat untuk dapat dipergunakan sebagai sarana melaksanakan tugas dan kewajibannya, yaitu jasmani dan ruhani. Jasmani merupakan bentuk kasar yang nyata terdiri dari tubuh, kepala, panca indera dan peralatan lain dalam tubuh manusia seperti pernafasan, peredaran darah dan sebagainya. Ruhani adalah bentuk halus yang sifatnya abstrak, terdiri dari akal pikiran, rasa dan perasaan, nafsu dan ruh. Tugas dan kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri adalah menjaga dengan sebaik-baiknya. Tugas dan kewajiban manusia dapat dirinci sebagai berikut; 1. Memelihara dan menjaga badan, jasmani, sehingga tetap sehat, karena pada badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat. 2. Memelihara dan menjaga jiwa, sehingga dapat memenuhi tugas dan kewajibannya sebagai manusia. 3. Memelihara dan mempertahankan agamanya agar mendapat ridha Tuhan, keselamatan dan kebahagiaan. 4. Memberi makanan terhadap akal dan pikiran dengan ilmu pengetahuan bagi kehidupannya dan masyarakat. Oleh karena itu dalam agama Islam, manusia dituntu untuk menuntut ilmu pengetahuan. 5. Berusaha memenuhi kebutuhan jasmani dengan usaha yang halal. Agama mengajarkan kepada umatnya agar bekerja mencari nafkah dan mendapatkan penghidupan yang layak. 6. Melatih diri dengan melakukan perbuatan yang sesuai tuntunan agama, sehingga memperoleh keutamaan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Manusia secara totalitas adalah modal terpenting dalam kehidupannya. Oleh karena itu manusia harus memelihara diri, menyantuni dan menghargai dirinya secara wajar dan lumrah. Memelihara diri bukan berarti memanjakan. Justru memanfaatkan segala potensi yang ada sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga manusia akan bermanfaat bagi dirinya, orang lain dan alam sekitarnya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yakni yang berhubungan dengan sekitarnya. Hal ini bersifat instingtif --- dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pergaulan itu dimulai dari keluarganya, masyarakat sekitar dan masyarakat luas.



Kewajiban Manusia Terhadap Diri Sendiri Manusia memiliki dua unsur utama yakni jasmani dan rohani; kewajibannyapun harus memenuhi semua kebutuhan dua unsur ini. Jasmani adalah tubiuh atau jasad yang terlihat ini; sedangkan rohani adalah unsur yang tidak terlihat; seperti akal, hati nurani dan nafsu. 1. Kewajiban terhadap Jasmani : a. Makan dan minum yang halal dan baik ( halaalan thayyiban )secara secukupnya dan teratur. b. Istirahat atau tidur secukupnya secara teratur. c. Memelihara kebersihan dan kesehatan badan. d. Minum obat atau berobat ketika sakit. e. Berpakaian dan menutup aurat secara benar. f. Menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat merusak atau menyebabkan badan/jasmani menjadi sakit. g. Menggunakan anggota badan dan panca indra secara benar sesuai ketentuan syariat Islam dan ridla Allah. h. Menghiasi diri dengan perilaku atau akhlak yang mulia. 2. Kewajiban terhadap rohani : a. Kewajiban terhadap akal - Memenuhi kebutuhan akal berupa agama Islam dan ilmu-ilmu lain yang bermanfaat serta dibenarkan menurut syariat Islam. - Memelihara dan menggunakan akal secara benar. - Menggunakan akal untuk memikirkan atau mentafakkuri kekuasaan Allah guna menambah keimanan. b. Kewajiban tgerhadap hati nurani - Memelihara kebeningan hati nurani dengan senantiasa mengisi dan menyiraminya dengan ilmui-ilmu agama Islam. - Memelihara kebeningan hati nurani dengan senantiasa mengikuti dan mengamalkan ajaran Islam. - Menghindarkan hati nurani dari bisikan setan dan penyakit-penyakit hati, seperti : iri, dengki, dan riya. c. Kewajiban terhadap nafsu - Memaksimalkan potensi nafsu rubbubiyah atau ilahiyyah dalam diri kita, misalnya keinginan untuk senanrtiasa beribadah secara ikhlas, zuhud, tawadlu', dan sebagainya. - Mengoptimalkan atau mengendalikan potensi bafsu insaniyah, misalnya : makan, minum, dan istirahat secukupnya. - Meminimalkan dan menghilangkan potensi nafsu syaithaniyah misalnya : keinginan untuk dipuji, khianat, dan takabbur. diambil dari " Fikih Pendidikan ". Drs. Heri Jauhari Mukhtar. catatan : - tulisan ini untuk mengingatkan penulis sendiri



- kepada pembaca yang budiman, mohon beri tahu saya bagaimana cara memindahkan tulisan dari file (istilahnya apa saya tidak tahu ) ke blog saya. - terima kasih kepada siapa saja yang membantu saya.



Kewajiban Manusia Terhadap Diri Sendiri. Kewajiban adalah syarat atau hal-hal yang harus dilakukan oleh manusia sebelum ia mendapatkan hak-nya. Jika kewajiban ditinggalkan, maka manusia akan berdosa, karena kewajiban pasti akan berdampak pada terhalangnya hak orang lain. Sebagai umat muslim tentu saja harus dilaksanakan kewajiban dan mengambil hak yang memang milik kita. Jika tidak sesuai dan mengambil tidak sesuai hak dan kewajiban, maka kedzaliman akan menghampiri kita. Tentunya juga kedosaan yang akan menimpa kita. Seorang muslim yakin bahwa kebahagiaan di dunia dan akhirat tergantung pada sejauh mana ia dapat mendidik jiwa raganya menjadi baik. Begitu pula sebaliknya. Sesuai dengan dalil-dalil sebagai berikut: ‫َاب َم ْن دَسَّاهَا‬ َ ‫ َوقَدْ خ‬. ‫ قَدْ أَ ْفلَ َح َم ْن زَ َّكاهَا‬Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10). Guna menjaga diri sendiri, seorang hamba yang taat harus melakukan hal-hal berikut ini. Pertama, menyadari bahwa dirinya dalam pengawasan Allah Swt (muraqabah). Tidak sedikitpun yang dia lakukan melainkan Allah selalu mengawasinya. Kesadaran bahwa dirinya dalam pengawasan Allah akan menciptakan kehati-hatian dalam setiap tindakannya. Sehingga tidak mudah terjerumusdalam kemaksiatan disertai totalitas dalam beribadah kepada Allah Swt. Muraqabah adalah salah satu prinsip ihsan yang terpenting, yaitu, beribadah seakan melihat Allah Swt. Kedua, kesediaan untuk selalu berintrospeksi (muhasabah). Muhasabah adalah kesediaan untuk selalu mengevaluasi diri dalam setiap hal yang dilakukan. Bagaimana tidak penting, dalam setiap pelajaran saja ada ulangan, apalagi pada ibadah yang dilakukan kepada ُ ‫َّللاَ َو ْلت َ ْن‬ َّ ‫ۖ ِلغَدْ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬ Allah? Adapun dalil-dalilnya adalah sebagai berikut: ْ‫س َما قَ َّد َمت‬ ٌ ‫ظ ْر َن ْف‬ ‫ّللا َواتَّقُوا‬ ََّْ ۖ ‫ن‬ َّْ ‫ّللا ِإ‬ ََّْ ْ‫ ِب َما ت َ ْع َملُونَ َخ ِبير‬Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18). Ketiga, seorang hamba juga perlu untuk segera menyadari setiap kesalahannya dengan bertaubat kepada Allah, yaitu dengan meninggalkan dan menyesali kemaksiatan tersebut, serta berjanji kepada diri sendiri untuk tidak mengulanginya lagi. Selama taubat dilakukan dengan ikhlas dan sepenuh hati, maka setiap dosa akan diampuni oleh Allah َّ ‫أَنْ َربُّ ُكمْ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا تُوبُوا إِلَى‬ selama bukan dosa syirik. Allah Swt berfirman: ْ‫سى‬ ُ َ‫َّللاِ ت َْوبَةً ن‬ َ ‫صو ًحا َع‬ ٍ ‫ َويُد ِخلَ ُكمْ َجنَّا‬Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, ‫ار َس ِيئَا ِت ُكمْ َعن ُكمْ يُك َِف َْر‬ ُ ‫ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ ِت َها ْاْل َ ْن َه‬ bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhâ (taubat yang semurni-murninya). Mudahmudahan Rabb kalian akan menutupi kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai...” (QS. At-Tahrim : 8) Kewajiban Manusia Terhadap Kedua Orang Tua. Seorang muslim mempunyai kewajiban berbuat baik kepada orang tua. bukan karena keduanya menjadi sebab keberadaannya, atau keduanya telah memberikan kebaikan dan nafkah wajib pada saat kita masih kecil. Melainkan semata hal



tersebut adalah perintah Allah Swt. Sampai Allah Swt menggabungkan perintah memuliakan orang tua itu dengan kewajiban beribadah kepadaNya: ْ‫ضى‬ َّْ َ ‫ّل ت َعبُدُوا أ‬ َّْ ِ‫ن إِيَّاْهُ إ‬ ِْ ‫سانًا َوبِال َوا ِل َدي‬ َ َ‫ّل َربُّكَْ َوق‬ َ ‫ۖ إِح‬ ْ ‫ َو‬. ‫ف َو ََل ت َ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْو ًَل ك َِري ًما‬ ‫َن ِإ َّما‬ َّْ ‫ض لَ ُه َما َجنَا َح الذُّ ِل ِمنَ أَ َح ُد ُه َما ال ِكبَ َْر ِعن َدكَْ يَبلُغ‬ ٍ ُ ‫أَوْ ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل لَ ُه َما أ‬ ْ ‫اخ ِف‬ ‫يرا‬ ْ ‫ب‬ َّ Artinya: “Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu ً ‫ص ِغ‬ ِ ‫الرحْ َم ِة َوقُ ْل َر‬ َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانِي‬ jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.” (QS. Al-Isra’: 23-24) Ayat di atas memberikan batasan yang tegas agar orang tua diperlakukan dengan hal-hal berikut ini, Pertama, Mematuhi semua perintah dan larangan keduanya selama tidak mengandung maksiat kepada Allah Swt atau bertentangan dengan syariat-Nya, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk untuk bermaksiat kepada sang Khalik. Kedua, menghormati kedua orang tua dengan sepenuh hati, merendahkan diri kepada mereka, tidak membentak keduanya, tidak meninggikan suara melebihi suara keduanya, tidak mengutamakan istri atau pun anak atas mereka berdua, tidak memanggil keduanya dengan nama mereka, dan tidak bepergian kecuali dengan izin dan ridha dari keduanya. Ketiga, Berbuat baik kepada kedua orang tua, seperti memberikan nafkah pada saat mereka telah berusia lanjut dan menjaga hubungan silaturrahim dengan kerabat dan kawankawan orang tua. Juga mendo’akan dan memohon ampunan kepada Allah Swt untuk keduanya, melaksanakan janji keduanya, dan menunaikan hutang-hutangnya. Kewajiban Manusia Terhadap Keluarga. Seorang muslim mempunyai tanggung jawab kepada keluarganya. Apabila telah beristri dan mempunyai anak, maka wajib memilihkan untuknya nama yang bagus, disunnahkan menyembelih hewan aqiqah pada hari ketujuh dari hari kelahirannya, mengkhitan, memberi nafkah, mendidik dengan baik, memperhatikan pendidikannya dan yang terpenting membiasakannyaberibadah kepada Allah Swt dengan ibadah fardlu maupun sunnah. Apabila telah beranjak dewasa, wajib menikahkannya dengan orang yang tepat, agar biduk rumah tangganya berjalan di jalan Allah Swt. Secara global perintah di atas didasarkan pada firman ٌ ‫ارة ُ َعلَ ْي َها َم ََل ِئكَةٌ ِغ ََل‬ َّ َ‫صون‬ Allah Swt: ‫َّللاَ َما‬ ُ ‫ظ ِشدَاد ٌ ََل َي ْع‬ ً ‫س ُك ْم َوأ َ ْه ِلي ُك ْم ن‬ ُ َّ‫َارا َوقُودُهَا الن‬ َ ُ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا قُوا أ َ ْنف‬ َ ‫اس َو ْال ِح َج‬ َ ُ ْ َ‫ أ َم َر ُه ْم َويَفعَلونَ َما يُؤْ َم ُرون‬Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluaaga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. ArTahrim: 6). Dalam ayat di atas terdapat perintah untuk menjaga keluarga dari api neraka, yaitu dengan cara mentaati Allah Swt. Setiap orang tua berkewajiban memelihara keluarganya dari ancaman Allah Swt kelak yang maha dahsyat. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kewajiban manusia terhadap diri sendiri, kedua orang tua dan keluarga. Mudah-mudahan kewajiban-kewajiban tersebut bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin. Sumber Buku Siswa Akhlak Tasawuf MA Kelas XII Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016 Disalin dari : http://www.bacaanmadani.com/2017/09/kewajiban-manusia-terhadap-dirisendiri.html Terima kasih sudah berkunjung.



Dalam tafsir al-Mishbah surat al-Baqarah ayat 30 Kata ( ( ‫خليفة‬khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami tata khalifah di sini dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi bukan karena Allah tidak mampu atau menjadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia dan memberinya penghormatan. Ada lagi yang memahaminya dalam arti yang menggantikan makhluk lain dalam menghuni bumi ini. Betapa pun, ayat ini menunjukkan bahwa kekhalifahan terdiri dari wewenang yang dianugerahkan Allah SWT, makhluk yang diserahi tugas, yakni Adam as. dan anak cucunya, serta wilayah tempat bertugas, yakni bumi yang terhampar ini. Jika demikian kekhalifahan mengharuskan makhluk yang diserahi tugas itu melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah yang memberinya tugas dan wewenang. Kebijakan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya adalah pelanggaran terhadap makna dan tugas kekhalifahan. Dalam tafsir al-Mishbah surat hud ayat 61 kata ‫ ا ْستَ ْع َم َر ُك ْم‬terambil dari kata ‫‘( ْع َم َر‬amara) yang berarti memakmurkan. Huruf sin dan ta’ yang menyertai kata ista’mara ada yang memahaminya dalam arti perintah sehingga kata tersebut berarti Allah memerintahkan kamu memakmurkan bumi dan ada juga yang memahaminya sebagai berfungsi penguat yakni menjadikan kamu benar-benar mampu memakmurkan dan membangun bumi. Ada juga yang memahaminya dalam arti menjadikan kamu mendiaminya atau memanjangkan usia kamu. Ibnu katsir memahaminya dalam arti menjadikan kamu pemakmur-pemakmur dan pngelola-pengelolanya. Dalam tafsir al muyassar surat adz dzariyat ayat 56 ditafsirkan bahwa “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia dan aku mengutus semua rasul kecuali untuk menyampaikan amanatku yaitu untuk beribadah kepadaku dan mengesakanKu bukan yang lainnya. َّ ‫ يَ ْهدِي بِ ِه‬ditafsirkan bahwa Dalam tafsir al-Mishbah surat al-Maidah ayat 16 kata ُ‫َّللاُ َم ِن اتَّبَ َع ِرض َْوا َنه‬ Allah menunjuki orang-orang yang diketahui-Nya bersungguh-sungguh berusaha ingin mengikuti jalan menuju jalan keridha’an-Nya. Allah menunjuki mereka ke salah satu atau bermacam-macam, atau satu demi satu jalan-jalan keselamatan yang membebaskan mereka dari segala macam kekeruhan jiwa dan bencana baik di dunia maupun di akhirat, dan Allah mengeluarkan mereka yakni orang-orang yang memiliki kesungguhan itu dari aneka kegelapan kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka kejalan yang lurus, jalan lebar dan mudah guna meraih kebahagiaan.



Tugas dan Kewajiban Manusia Manusia sebagai mahluk tuhan yang paling mulia dan paling sempurna yang ditugaskan sebagai pengatur dan pengelola alam seisinya, mempunyai tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban, baik terhadap tuhan, diri sendiri, terhadap sesama manusia dan masyarakat serta alam sekitarnya. Berikut ini dikemukakan sekedarnya tentang tugas dan tanggung jawab mereka sebagai berikut: 1. Terhadap Allah SWT



Manusia sebagai mahluk-Nya yang telah diberi rahmat dan nikmat, sudah barang tentu harus berbuat sesuatu sebagai imbalan dan rasa terima kasihnya terhadap Nya. Bentuk terima kasih atau syukur terlalu banyak untuk diungkapkan secara terinci, akan tetapi secara global dapat dikemukakan bahwa manusia harus menggunakan rahmat dan nikmat Allah itu sesuai dengan fungsi dan proporsinya. Secara praktis ada beberapa tugas dan kewajiban manusia terhadap Allah SWT, antara lain: mentauhidkan, takut dan cinta kepada-Nya, ridha terhadap qadha’ dan qadar-Nya, bertobat,bersyukur, tawakkal, berdoa, taat dan patuh terhadap-nya, berbuat baik dan berprasangka baik kepada-Nya, percaya dan berpegang teguh kepada kitab suci-Nya dan sunnah Nabi-Nya, dzikir, sabar, malu dan sebagainya. Beberapa sifat yang telah disebutkan tadi ialah dalam kerangka takwa kepada-Nya yakni menjalankan semua yang diperintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya. 2. Terhadap Diri Sendiri Manusia telah diperlengkapi dengan beberapa alat kelengkapan yang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yaitu jasmani dan ruhani. Jasmani merupakan badan kasar yang tampak kelihatan dengan nyata, terdiri dari tubuh, kepala, panca indera dan peralatan lain dalam tubuh manusia seperti pernafasan, peredaran darah dan sebagainya. Sedang ruhani adalah badan halus yang bersifat abstrak, terdiri dari akal pikiran, rasa dan perasaan, nafsu dan ruh (al-‘aql, al-qalb, al-nafs dan al-ruh). Tugas dan kewajiban manusia terhadap diri sendiri yang penting adalah menjaga diri sebaikbaiknya, sehingga fungsi dan statusny dapat terpenuhi. Satu tugas dan kewajiban tadi dapat diperinci sebagai berikut: a. Memelihara dan menjaga badan jasmani sehingga tetap sehat, karena pada badan yang sehat itu terdapat akal (jiwa) yang sehat. b. Memelihara dan menjaga jiwa dan hatinya sehingga dapat memenuhi tugas dan kewajibannya sebagai manusia. Nabi bersabda: “ingatlah bahwa dalam jasad itu ada segumpal darah, jika ia baik, maka baik seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah itulah yang dinamakan hati nurani.” c. Memelihara dan mempertahankan agamanya, sehingga mendapat keridhaan Allah, keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. d. Member makanan terhadap akal pikiran dengan ilmu pengetahuan bagi kehidupannya dan masyarakat. Oleh karena itulah di dalam agama islam agar kita selalu menuntut ilmu pengetahuan. Perintah agama, “carialh ilmu pengetahuan, sejak dari buaian ibu sampai ke liang lahad.” Perintah ini menunjukkan wajib. Nabi bersabda: “mencari ilmu pengetahuan itu wajib hukumnya bagi orang islam.” e. Berusaha memenuhi kebutuhan jasmani dengan usaha yang halal, karena kehidupan di dunia ini tidak lepas dari masalh keduniaan, sebab keduniaan itu sendiri adalah bekal hidup dan lading akhirat. Agam mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja mencari penghidupan yang layak. Mereka harus bekerja dan berusaha, jangan menggantungkan hidupnya kepada orang lain. f. Membiasakan dan melatih diri untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan tuntutan agama , sehingga akan memperoleh keutamaan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Diri manusia secara totalitas adalah modal yang penting di dalam kehidupannya. Di dalam diri manusia terdapat alat (organ) dari yang kasar sampai yang halus. Semua ini merupakan sarana



melakukan tugas dan kewajibannya. Oleh sebab itu manusia harus memelihara diri, meynantuni dan menghargai dirinya secara wajar dan lumrah. Memelihara diri tidak berarti memanjakan. Tapi justru memanfaatkan segala potensi yang ada sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga manusia akan bermanfaat bagi dirinya, orang lain (masyarakat) dan alam sekitarnya. 3. Terhadap Orang Lain dan Masyarakat Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, yakni suka berhubungan dan bergaul dengan orang lain. Dorongan ini selain dorongan yang bersifat instingtif juga dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pergaulan itu dimulai dari keluarga, masyarakat sekitar (tetangga) dan masyarakat luas. Sedangkan menurut al-Ghazali tugas manusia dibagi menjadi dua yaitu tugas dunia dan tugas akhirat. Berkaitan dengan tugas keduniaan, manusia yang berperan sebagai khalifah di bumi, mempunyai 3 bidang pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan baik agar dunia tegak, yaitu: a. Bidang pekerjaan yang pokok, meliputi: pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertenunan untuk memenuhi kebutuhan sandang, perumahan untuk memenuhi kebutuhan papan atau tempat tinggal, dan politik atau pemerintahan untuk menata hidupnya sehingga terbentuk masyarakat yang masing-masing anggotanya saling tolong menolong, khususnya dalam ma’isyah (penghidupan). b. Bidang pekerjaan yang menentukan, mendukung dan mempercepat hasil produksi dalam pekerjaan pokok, seperti tersedianya alat-alat pertanian untuk mengolah tanah, pemintalan benang untuk menunjang produksi tekstil, tersedianya bahan-bahan bangunan untuk mendirikan rumah, dan lain-lain. c. Bidang pekerjaan perlengkapan dasar, seperti: pembuatan tepung dan roti untuk menunjang produksi pertanian, menggunting kain dan menjahit untuk pelengkap bagi industri tekstil. Mengenai tujuan hidup manusia, al-Ghazali menyatakan: “segala tujuan hidup manusia itu terkumpul dalam agama dan dunia. Dan agama tidak terorganisasikan selain dengan terorganisasinya dunia. Dunia adalah tempat bercocok tanam bagi akhirat. Dunia adalah alat yang menyampaikan kepada Allah bagi orang yang mau memperbuatnya menjadi tempat tetap dan tanah air abadi” Berangkat dari pernyataan al-Ghazali di atas, dapat dipahami bahwa manusia mempunyai dua tujuan hidup. Pertama, sebagai perantara yang harus tercapai di dunia. Kedua, sebagai tujuan akhir yang akan dicapai setelah hancurnya dunia. Tujuan yang akan dicapai di dunia berupa kesenangan-kesenangan duniawi seperti wanita, anak-anak, harta, sarana transportasi, hewan ternak, sawah ladang, dan lain-lain. Kebahagiaan di sini sangatlah relatif artinya, tidak ada batasan yang jelas, terutama tentang bagaimana dan kapan seseorang mencapai serta merasa puas terhadap yang dipandangnya sebagai sesuatu yang nikmat. Di samping itu, manusia tidak akan dapat mencapai kecuali bekerja sama dengan manusia lain melalui terwujudnya lapangan pekerjaan sebagaimana diterangkan di atas. Berbeda dengan tujuan duniawi, tujuan yang akan dicapai di akhirat adalah sorga dan segala kenikmatannya, yang berpuncak saat manusia melihat Allah. Kebahagiaan akhirat telah jelas wujud dan saatnya yaitu setelah yaumul hisab, hari perhitungan amal sebagai satu masa setelah hari kiamat. Setiap manusia merasakan kenikmatan yang sama dengan sendirinya sebagai hasil



daya upaya dan kemampuannya dalam memanfaatkan kenikmatan-kenikmatan dunia. Selanjutnya, al-Ghazali menjelaskan bahwa manusia untuk beramal sebagai hakikat syukur harus melalui tiga tahapan yaitu pengetahuan (ilmu), keadaan tertentu di dalam pribadi (hal) dan amal (tindakan). Memang kenyataannya demikian, manusia untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah mutlak membutuhkan pengetahuan, sehingga sebelum bertugas Allah membekali ilmu kepadanya. Atas dasar inilah al-Ghazali menegaskan bahwa: “manusia tidak akan mencapai tujuan hidupnya kecuali melalui ilmu dan amal. Dan ia tidak akan dapat beramal kecuali dengan mengetahui cara pelaksanaan amal, dengan demikian pangkal kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagai tujuan hidup, adalah ilmu.” Berdasarkan uraian di atas maka tugas akhirat manusia adalah memanfaatkan hidupnya selama di dunia untuk beribadah dan beramal sholeh kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan abadi di akhirat yaitu surga.



RELEVANSI DENGAN PENDIDIKAN Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tugas manusia yang merupakan amanah dari Allah, pada intinya ada dua macam, yaitu: 1. Abdullah (menyembah atau mengabdi pada Allah). Realisasi dari mengemban amanah dalam arti memelihara beban atau tugas-tugas kewajiban dari Allah yang harus dipatuhi, kalimat La ilaah illa Allah, dan ma’rifah kepada Allah. 2. Khalifah Allah (yang harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab). Realisasi dari mengemban amanah dalam arti memelihara, memanfaatkan atau mengoptimalkan penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial (termasuk indra dan akal) atau potensipotensi dasar manusia, guna menegakkan keadilan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup. Jadi pendidikan dalam islam antara lain untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas hidupnya di bumi, baik sebagai “Abdullah” ataupun sebagai “Khalifah Allah”. Keywoard : makalah tujuan hidup manusia, makalah kebutuhan hidup manusia, makalah manusia dan pandangan hidup, contoh makalah manusia dan pandangan hidup, makalah manusia dan pandangan hidup ibd, makalah manusia dan lingkungan hidup http://blognyapakarilmu.blogspot.com/2014/08/makalah-tugas-hidup-manusia-makalah.html



Posted by Mas Zidni on Monday, August 25, 2014 - Rating: 4.5



Dalam konsep filsafat Islam mengatakan bahwa kehadiran manusia di muka bumi ini terjadi bukan atas rencana dan kehendak dari manusia itu sendiri. Di samping itu, realitas menunjukkan bahwa bumi telah ada terlebih dahulu dari pada adanya manusia dan kemudian dipilih Tuhan untuk menjadi tempat tinggal mausia, bahkan menjadi pusat kehidupannya. Dari bumi ia makan dan menjadi tumbuh berkembang dan akhirnya mati lalu dikuburkan di perut bumi. Dilihat dari sudut pandang ontologism ini, maka kedudukan dan peranan manusia di muka bumi bukan manusia sendiri yang menentukannya tetapi sebaliknya ia menerima kodrat hidup yang tidak dapat ditolaknya dan mesti dijalaninya suka atau tidak suka.1[1]Oleh karena itu secara antologis kodrat manusia pada dasarnya adalah makhluk, artinya dia diciptakan. Dan sebagai ciptaan, sudah barang tentu dirancang untuk tujuan dan fungsi tertentu, dan yang menentukan rancangan tujuan dan fungsi itu mestinya bukan diri manusia itu sendiri akan tetapi Sang pencipta (al-Khaliq) yaitu Allah swt. Alam dan lingkungan juga merupakan mahkluk yang diciptakan Allah swt. untuk manusia. Jika kita merenungkan al-Qur’an, maka kita mendapatkan bahwa ia menganjurkan kepada kita untuk menggunakan sumber-sumber kekayaan alam. Al-Qur’an merangsang akal, mengarahkan pandangan kita kepada dunia yang dikelilingi oleh air, udara, lautan, sungai, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan benda mati; matahari dan bulan, malam dan siangnya. Semua itu diciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia.



 Kaum Muslimin dan Muslimat Jama'ah Tabligh Akbar Rahimakumullah! Fungsi manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia memanfaatkan potensi alam untuk mencukupkan kebutuhan hidup manusia. Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan di bumi ditundukan Allah kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri,



َ‫ض َج ِميعًا ِم ْنهُ إِنَّ فِي ذَ ِلكَ آليَات ِلقَ ْوم يَتَفَك َُّرون‬ ِ ‫اوا‬ َّ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال‬ َ ‫َو‬ ِ ‫األر‬ ْ ‫ت َو َما فِي‬ َ ‫س َم‬ Artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. al-Jatsiyah/45: 13).2[2]



1[1] Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), h. 15. 2[2] Departemen Agama RI, al-Qur’an Dan Terjemahnya. (Bandung: Cv Penerbit J-ART, 2005), h. 500.



Al-Qur’an mengarahkan perhatian kita pada kekayaan laut dan menganjurkan untuk mendayagunakan dengan sebaik-baaiknya. Laut, sungai, matahari, bulan, siang, dan malam dijadikan sebagai sarana kemakmuran hidup manusia (QS. Ibrahim/14: 32-34)



َ‫س َّخ َر لَ ُك ُم ا ْلفُ ْلك‬ ِ ‫اء َما ًء فَأ َ ْخ َر َج بِ ِه ِمنَ الث َّ َم َرا‬ ِ ‫اوا‬ ِ ‫س َم‬ َ ‫األر‬ َ ‫ت ِر ْزقًا لَ ُك ْم َو‬ َّ ‫ض َوأ َ ْن َز َل ِمنَ ال‬ َّ ‫َّللاُ الَّذِي َخلَقَ ال‬ َّ ْ ‫ت َو‬ َ ‫س َم‬ َ ْ ْ َّ َ َ َ َ ْ ‫ار‬ َ ‫س َوالق َم َر دَائِبَي ِْن َو‬ َ ‫) َو‬32( ‫ار‬ َ ‫ي فِي البَحْ ِر بِأ ْم ِر ِه َو‬ َ ‫س َّخ َر ل ُك ُم الل ْي َل َوالنَّ َه‬ َ ‫س َّخ َر ل ُك ُم األن َه‬ َ ‫س َّخ َر ل ُك ُم الش َّْم‬ َ ‫ِلتَجْ ِر‬ َ َ َ ْ َ َّ ُ ْ )34( ‫ار‬ ُ ْ‫َّللاِ ال ت ُح‬ َ ‫صو َها إِنَّ اإلن‬ َ ‫) َوآتَا ُك ْم ِم ْن ُك ِ ِّل َما‬33( َّ ‫سألت ُ ُموهُ َوإِ ْن تَعُدُّوا نِ ْع َمة‬ ٌ ‫سانَ لظلو ٌم َكف‬ Artinya: “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Q.S. Ibrahim/14: 3234).3[3]



Al-Qur’an mengingatkan manusia tentang kekayaan alam dari jenis hewan dan apa yang diperoleh hewan itu, seperti daging, susu, dan kulit. Binatang ternak diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia,



َ‫ِف ٌء َو َمنَافِ ُع َو ِم ْن َها تَأ ْ ُكلُون‬ ْ ‫َواأل ْنعَا َم َخلَقَ َها لَ ُك ْم فِي َها د‬ Artinya: “Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.” (Q.S. al-Nahl/16: 5).4[4]



Laut ditundukkan kepada manusia sebagai sarana komunikasi dan untuk digali dan dimanfaatkan kekayaannya,



َ‫ست َ ْخ ِر ُجون‬ َ ‫ان َهذَا‬ ٌ ‫سائِ ٌغ ش ََرابُهُ َو َهذَا ِم ْل ٌح أ ُ َجا‬ ْ َ ‫ج َو ِم ْن ك ُِّل تَأ ْ ُكلُونَ لَحْ ًما َط ِريًّا َوت‬ ْ َ‫َو َما ي‬ َ ٌ‫ب فُ َرات‬ ٌ ‫ع ْذ‬ ِ ‫ست َ ِوي ا ْلبَحْ َر‬ َ ْ ‫اخ َر ِلت َ ْبتَغُوا ِم ْن ف‬ َ‫شك ُُرون‬ ْ َ ‫ض ِل ِه َولَعَلَّ ُك ْم ت‬ ِ ‫سونَ َها َوت َ َرى ا ْلفُ ْلكَ فِي ِه َم َو‬ ُ َ‫ِح ْليَةً ت َ ْلب‬ 3[3] Ibid, h. 260-261. 4[4] Ibid, h. 268.



Artinya: “Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapalkapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Fathir/35: 12).5[5]



Begitu pun dengan kekayaan alam dari jenis tumbuh-tumbuhan. Manusia bisa membuat dari tumbuh-tumbuhan beraneka macam minuman dan makanan, sehingga manusia bisa bertahan untuk hidup di muka bumi. Sebagaimana dalam Q.S. al-Nahl/16: 10-11,



َّ ‫ع َو‬ َّ ‫) يُ ْنبِتُ لَ ُك ْم بِ ِه‬10( َ‫ش َج ٌر فِي ِه ت ُسِي ُمون‬ َ‫الز ْيت ُون‬ َ ‫الز ْر‬ َ ُ‫اب َو ِم ْنه‬ ِ ‫س َم‬ َّ ‫ُه َو الَّذِي أ َ ْن َز َل ِمنَ ال‬ ٌ ‫اء َما ًء لَ ُك ْم ِم ْنهُ ش ََر‬ )11( َ‫ت إِنَّ فِي ذَ ِلكَ آليَةً ِلقَ ْوم يَت َفَك َُّرون‬ ِ ‫اب َو ِم ْن ُك ِ ِّل الث َّ َم َرا‬ َ َ‫َوالنَّ ِخي َل َواأل ْعن‬ Artinya: “Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S. al-Nahl/16: 10-11).6[6]



 Kaum Muslimin dan Muslimat Jama'ah Tabligh Akbar Rahimakumullah! Seorang Ulama Tafsir yang bernama Mutafa al-Mara>giy menyatakan bahwa keberadaan laut bagi manusia di samping karena sebagai tanda-tanda kebesaran yang diperlihatkan Allah swt., juga dengan izin-Nya kapal-kapal yang berlayar di laut itu sebagai alat pengangkut barang-barang, makanan dan dagangan agar segala urusan penghidupan manusia dapat terlaksana. Hal yang demikian itu pula sebagai dorongan bagi manusia untuk mencari rezki.7[7] Dari keterangan ini, dapat dipahami bahwa sumber rezki itu bukan hanya di darat yang dapat diperoleh melalui berburu, bercocok tanam, berbisnis dan lain-lain, tetapi rezki yang dimaksud dapat pula diperoleh di laut dengan berbagai cara, asalkan saja cara yang dimaksud adalah halal.



5[5] Ibid, h. 437. 6[6] Ibid, h. 269. 7[7] Lihat, Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragiy, (Kairo: Mustafa al-Baby al-Halabi, Juz VII, 1973), h. 60.



Manusia berkewajiban mengelolah dan menjaga potensi alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam mengelolah potensi alam yang diberikan Allah kepada manusia merupakan fardhu kifayah, karena tidak semua manusia mempunyai kemampuan untuk menggali potensi alam yang diberikan tersebut. Untuk itu, apabila manusia menyia-nyiakan potensi alam, artinya tidak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, berarti mengabaikan fungsi manusia terhadap alamnya. Dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam, hendaknya selalu diusahakan agar keselamatan manusia tidak terganggu. Tidak memanfaatkan potensi alam secara berlebih-lebihan, agar generasi mendatang masih dapat menikmatinya, karena potensi alam terbatas.8[8] Apabila berlaku belebihlebihan, tamak, rakus dalam menanfaatkan potensi alam akan berakibat kerusakan pada manusia itu sendiri. Dalam hubungan ini, Allah memperingatkan manusia dalam al-Qu'an,



َ‫ض الَّذِي ع َِملُوا لَعَلَّ ُه ْم يَ ْر ِجعُون‬ َ ‫اس ِليُذِيقَ ُه ْم بَ ْع‬ َ ‫سا ُد فِي ا ْلبَ ِ ِّر َوا ْلبَحْ ِر ِب َما َك‬ َ َ‫َظ َه َر ا ْلف‬ ِ َّ‫سبَتْ أ َ ْيدِي الن‬ Artinya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Q.S. al-Rum/30: 41).9[9]



 Jama'ah Yang Berbahagia! Berdasarkan ayat ini, maka pemanfaatan potensi alam untuk kepentingan manusia sekarang, harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang, dengan berusaha menjaga, melestarikan potensi alam tersebut. Etika yang terpenting adalah menjaga sumber daya alam karena ia merupakan nikmat dari Allah kepada hamba-Nya. Setiap hamba wajib mensyukurinya, dan salah satu cara mensyukuri nikmat adalah menjaga sumber daya alam dari polusi, kehancuran, atau kerusakan. Kerusakan di bumi terdiri dari dua bentuk, yaitu kerusakan materi dan kerusakan spiritual. Yang terbentuk materi misalnya sakitnya manusia, tercemarnya alam, binasanya makhluk hidup, terlantarnya kekayaan, dan terbuangnya mamfaat. Sedangkan yang berbentuk spritiual adalah tersebarnya kezaliman, meluasnya kebatilan, kuatnya kejahatan, rusaknya hati kecil dan gelapnya otak.10[10]. Kedua jenis



8[8] Dr. Ahmad Mubarak, M.A, Jiwa Dalam al-Quran, (Cet. I; Jakarta: Paramadina, 2000), h. 16. 9[9] Departemen Agama RI, op. cit., h. 409. 10[10] Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Cet. II; Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 119.



kerusakan ini adalah tindakan kriminal yang tidak diridhai Allah swt. Oleh karena itu, Allah swt. Berfirman dalam al-Qur’an,



َ ‫س َد فِي َها َويُ ْه ِلكَ ا ْل َح ْر‬ ‫سا َد‬ ِ ‫ض ِليُ ْف‬ ْ َّ‫ث َوالن‬ َ َ‫ب ا ْلف‬ َ ‫َوإِذَا ت َ َولَّى‬ ِ ‫األر‬ ُّ ‫َّللاُ ال يُ ِح‬ َّ ‫س َل َو‬ ْ ‫سعَى فِي‬ Artinya: “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (Q.S. al-Baqarah/2: 205).11[11]



Demikian yang sempat saya sampaikan. Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.



. ‫ قلت ماسمعت‬، ‫وهللا أعلم‬ ‫ ثم السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬: ‫ واخرا منا‬، ‫هدانا هللا وإياكم أجمعين‬



DAFTAR BACAAN



Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maragiy, Kairo: Mustafa al-Baby al-Halabi, 1973. Departemen Agama RI, al-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung: Cv Penerbit J-ART, 2005. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994. Mubarak, Dr. Ahmad, M.A, Jiwa Dalam al-Quran, Cet. I; Jakarta: Paramadina, 2000. Qardhawi,Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Cet. II; Jakarta: Gema Insani Press, 1997.



Diposkan oleh Abdul Malik Yunus di 23:03 Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest 11[11] op. cit., h. 33.



Label: Konsep Khutbah dan Ceramah No comments: Post a Comment Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom)



Jumlah Pengunjung 117605



Pencarian



Labels                  



Administrasi Sekolah dan Kuliah (14) Agama Umum (7) Artikel Berbahasa Inggris (5) Bahasa dan Sastra Indonesia (2) Biografi dan Sejarah (8) Contoh Surat (6) Filsafat dan Pemikiran Islam (1) Hadis (11) Internet (9) Komputer dan Aplikasi (4) Konsep Khutbah dan Ceramah (5) Pembelajaran al-Qur'an Metode Ummi (19) Pendidikan (6) Tafsir (5) Tasawuf (1) Tips dan Trik Microsoft Word (60) Umum (6) Video (81)



Popular Posts







Muhammad Ali Pasha dalam Pembaharuannya di Mesir







MC Tiga Bahasa (Bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia)







Membahas Kitab-Kitab Musnad (al-Masanid)



Blog Archive             



June (1) December (10) November (53) July (1) December (3) November (100) October (7) September (10) August (1) April (3) March (4) September (3) August (27)



Follow by Email



Mengenai Saya



Abdul Malik Yunus View my complete profile



Formulir Kontak Name



Email *



Message *



Abdul Malik Yunus, S.Th.I. Jl. Assalafy No. 85 Desa Parappe Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat Indonesia 91353



Top Stories