Tugas Epidemiologi Tentang Cacar Air [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH CACAR AIR



Dosen Pembimbing : Ashar Nuzulul Putra, M, Epid



Disusun Oleh : Fitria Nur Utami



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA RIA HUSADA JAKARTA 2019



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan masyarakat. Perilaku sengaja untuk membudidayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan yang dapat membahayakan tubuh. Sanitasi meliputi penyediaan air, pengelolaan limbah, control vector, pencegah dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia sangat memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi ditandai dengan masih tingginya angka kejadian infeksi dan penyakit menular seperti demam berdarah, kusta, cacar air yang tidak ada habisnya. Kondisi sanitasi sangat menentukan keberhasilann dari paradigma pembangunan sehat yang lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Kenyatannya sekarang, kondisi sanitasi di Indonesia cukup tertinggal dari Malaysia dan Singapura yang lebih bekomitmen menjaga kebersihan lingkungan. Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan masalah sanitasi cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa, ginjal, tikus dan lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di bidang pertanian, industri kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam, serta perilaku masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat. Penyakit cacar air ( varicella ) mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan penyakit yang mendunia. Varicella merupakan penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja. Terutama mereka yang belum mendapat imunisasi di indonesia, tidak banyak data yang mencatat kasus varicella secara nasional. Data yang tercatat merupakan data epidemi cacar air pada daerah tertentu.



Varicella dikaitkan dengan respon imun humoral dan sel-dimediasi. Respon ini menginduksi kekebalan yang tahan lama. Ulangi infeksi subklinis dapat terjadi pada orang-orang ini, namun serangan kedua dari cacar air sangat jarang terjadi di orang imunokompeten (kemampuan tubuh untuk memproduksi respon imun normal)



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari cacar air? 2. Bagaimana identifikasi cacar air? 3. Bagaimana patofisiologi dan epidemiologi cacar air? 4. Apa saja manifestasi klinis yang terjadi akibat cacar air?



1.3 Tujuan 1. Mengetahui tentang definisi dari cacar air 2. Mengetahui epidemiologi cacar air 3. Untuk mengetahui tentang penyakit cacar air yang menginfeksi masyarakat 4. Mengetahui gejala dan pengobatan untuk penyakit cacar air



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Pengertian Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah infeksi primer virus varicella zoster (vzv) yang umumnya menyerang anak dan merupakan penyakit sangat menular. Meskipun gejala klinis varicella tidak berat namun pada remaja, orang dewasa dan anak dengan status imunitas menurun dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian. (Sari Pediatri 2010;11 (6):440-47) Varicella atau cacar air adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang menyerang kulit dan mukosa. Klinik terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral (Ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas kedokteran VI). Varicella atau cacar air adalah penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel dikulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus Varicella (Ngasyiyah, 2000). Varicella atau cacar air adalah penyakit infeksi akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi bagian sentral tubuh (Mawarti Harap, 2000).



2.2 Patofisiologis cacar air (varicella) dimulai pada saat varicella-zoster virus (VZV) masuk ke tubuh melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Pada fase viremia pertama terjadi penyebaran virus dari lokasi masuknya virus menuju ke pembuluh darah dan limfe. Selanjutnya VZV akan berkembang biak di sel retikuloendotelial. Pada kebanyakan kasus, virus dapat mengatasi mekanisme sistem imunitas tubuh non-spesifik seperti interferon. Fase viremia kedua terjadi 14-16 hari kemudian ketika virus kembali memasuki aliran darah. Pada saat ini akan muncul demam dan malaise. Terjadi penyebaran virus ke seluruh tubuh, khususnya kulit dan mukosa. Infeksi VZV pada lapisan Malphigi menghasilkan edema intraselular dan edema interselular yang memberi gambaran khas pada bentuk vesikel. Pada keadaan normal siklus ini akan



berakhir setelah 3 hari akibat berhasilnya sistem kekebalan humoral dan selular spesifik. Timbulnya penyulit diakibatkan kegagalan respons imun tubuh mengatasi replikasi dan penyebaran virus. Paparan VZV pada individu dengan sistem imunitas yang baik menghasilkan kekebalan tubuh berupa antibodi immunoglobulin G (IgG), immunoglobulin M (IgM) dan immunoglobulin A (IgA) yang memberikan efek proteksi seumur hidup. Pada umumnya individu hanya mengalami satu kali infeksi varicella sepanjang hidupnya. Jika terjadi infeksi VZV kembali mungkin berupa penyebaran ke kulit pada herpes zoster. Setelah infeksi primer, VZV diduga bersembunyi dalam fase latennya di ganglion dorsalis neuron sensoris. Reaktivasi virus VZV menimbulkan sekumpulan gejala yang disebut herpes zoster atau ruam saraf (shingles), yaitu berupa : lesi vesikuler pada kulit yang terdistribusi hanya pada dermatom neuron sensoris tertentu. Reaktivasi virus VZV biasanya terjadi pada usia dewasa dan bertahun-tahun setelah infeksi pertama cacar air. Penderita herpes zoster juga dapat menularkan cacar air kepada orang lain, khususnya yang belum pernah menderita cacar air.



A. Gejala Infeksi virus masuk bersama airborne droplet masuk ke traktus respiratorius, tidak tertutup kemungkinan penularan juga lewat lesi kulit tapi penyebaran paling efektif melalui sistem respirasi. Selanjutnya virus akan berkembang di dalam sistem retikuloendotelial, kemudian akan terjadi virema disertai gejala konstitusi yang diikuti dengan munculnya lesi di permukaan virus. Jalur transmisi varicella/ cacar air melalui inhalasi/droplet infection, yang dianggap mulai infeksius sejak 2 hari sebelum lesi kulit muncul. Gejalanya mulai timbul 10-21 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang usianya berkisar 10 tahun gejala pertamanya adalah sakit kepala, demam sedang, dan rasa tidak enak di badan. Gejala tersebut tidak ditemukan pada anak-anak di bawah usia 10 tahun dan akan menjadi gejala yang berat jika menyerang anak yang lebih dewasa. 2436 jam pertama setelah timbulnya gejala awal, muncul ruam di badan dan kemudian tersebar ke wajah, tangan, dan kaki. Selain itu ruam juga akan muncul di selaput



mukosa seperti di bagian dalam mulut atau vagina. Ruam yang awalnya berbentuk bintik-bintik merah datar (makula), akan menjadi bintik-bintik menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel), yang terasa gatal, dan pada akhirnya mengering. Proses ini memakan waktu 6-8 jam, selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan baru. B. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis Varicella/ cacar air terdiri dari atas 2 stadium yaitu Stadium Prodromal, dan Stadium Erupsi. 1)



Stadium Prodromal



Stadium prodromal timbul 10 – 21 hari dimana individu demam, malaise, anoreksia, dan sakit kepala. 2)



Stadium Erupsi



Stadium erupsi berlangsung 1 – 2 hari. Munculnya makula (bintik merah datar), papula (lesi yang menonjol), dan vesikel (lesi berisi cairan), serta Krusta dalam waktu bersamaan disertai rasa gatal. Kemudian Krusta akan lepas dalam 1 – 3 minggu tergantung kedalaman lapisan kulit atau membrane mukosa yang mengalami erupsi tanpa meninggalkan jaringan parut, walaupun lesi hyper-hypo pigmentasi mungkin menetap beberapa bulan. Lesi berjumlah 50 – 500 buah. Predileksi ruam tersebut adalah wajah, leher, punggung, dada, perut, muka, extremitas, dan ketiak, bersifat sentripetal (gerak melingkar).



3. Kerentanan dan Kekebalan a.



Kerentanan



Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak. Namun, orang dewasa juga bisa terkena penyakit ini kalau daya tahan tubuh menurun. Ibu hamil merupakan salah satu dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap penyakit ini, apabila pada masa mudanya tidak atau belum pernah terkena penyakit cacar air ini. Pada usia kehamilan 1-3 bulan bisa terjadi komplikasi terhadap janin bayi, seperti keguguran, kelahiran mati atau bahkan bayinya terkena sindrom congenital varicella atau infeksi pada janin bulan pertama yang cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si ibunya



tersebut. Namun, prevelensi ibu hamil penderita cacar air ini yang mendapat komplikasi ini masih rendah. b.



Kekebalan



Kontak pertama dengan virus akan menimbulkan kekebalan yang permanen kecuali pada anak dengan immunodeficiency atau pada anak yang mendapatkan pengobatan immunosupresif (hipostatiska). Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak perlu divaksin lagi. Sedangkan yang pernah divaksin cacar lamanya perlindungan dari vaksin ini belum dapat diketahui secara pasti. Tapi biasanya, vaksinasi ulangan diberikan setelah 4-6 tahun. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur didalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.



A. Distribusi Penyakit Distribusi dan frekuensi varicella menurut orang, tempat dan waktu : a. Orang Varicella terjadi pada semua jenis kelamin dan ras. Sekitar 50% kasus terjadi pada anak-anak usia 5-9 tahun. b. Tempat Berdasarkan tempat penyakit varicella dapat terjadi dimana saja baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan serta baik negara berkembang maupun negara maju. c. Waktu Kejadian varicella tidak memiliki waktu yang tetap kapan perkembangan ataupun kapan melonjaknya penderita varicella dapat terjadi pada waktu kapan saja baik musim kemarau maupun hujan.



2.3 Faktor Determinan Varicella a. Host (Pejamu) Host adalah faktor-faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanan host tersebut terhadap faktor agent.



1. Umur Varicella/ cacar air umumnya terjadi pada anak usia 5-9 tahun, namun ada juga pada usia 1-4 tahun dan 10-14 tahun. 2. Jenis kelamin Jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama mengalami varicella atau cacar air 3. Status Gizi Status gizi akan mempengaruhi tingkat kerentanan kejadian cacar air karena dengan status gizi yang buruk akan mempercepat penularan cacar air. 4. Imunisasi Imunisasi dengan immunoglobulin varicella zoster (VZIG) dapat mencegah penyakit dikalangan orang yang menghadapi resiko tinggi komplikasi. Imunisasi ini harus diberikan dalam waktu 96 jam setelah eksposure terhadap virus supaya efektif. Orang yang menghadapi resiko tinggi komplikasi setelah eksposure termasuk wanita hamil yang belum menderita dan belum diimunisasi, bayi baru lahir, dan sebagian pasien yang mengalami imunosupresi. 5. Imunitas Turunnya fungsi system imunitas tubuh tersebut menyebabkan tidak mempunyai kekebalan dan system pertahanan untuk melawan serangan virus penyebab varicella, sehingga kondisi penderita melemah yang pada akhirnya dapat mengakibatkan komplikasi yang fatal. b. Agent Agent dari varicella atau cacar air adalah varicella zoster virus (VZV). Virus ini ditularkan melalui percikan ludah penderita atau melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan dari lesi. Virus ini dapat menetap dalam tubuh dan bersifat dormant dan sewaktu-waktu muncul sebagai penyakit Herpes. c. Environment Varicella atau cacar air dapat berada pada lingkungan dimana saja baik perkotaan maupun pedesaan, tetapi penderita cacar air lebih dominan di lingkungan yang tidak bersih dan padat penduduk.



2.4 Epidemiologi Cacar Air Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit. 1. Frekuensi Di Amerika Serikat, Frekuensi tergantung musim. Biasanya bulan Maret dan April. Sebelum vaksin varicella disebarkan, dilaporkan terjadi 4 juta kasus varicella. Penyait ini responsibel pada 11.000 kasus dirumah sakit dalam setahun terjadi 50 – 100 kasus kematian. Saat ini, kurang dari 10 kematian dalam setahun menimpa mereka yang belum imunisasi. Sedangkan di internasional secara universal, varicella cenderung merata, diperkirakan terjadi 60 juta kasus dalam setahun. Varisela lebih berpengaruh pada individu yang tidak memperoleh kekebalan. Mungkin ada sekitar 80-90 juta kasus seluruh dunia. 2. Ras, tidak ada predileksi ras tertentu. 3. Seks, tidak ada predileksi jenis kelamin. 4. Umur Insiden tertinggi pada anak umur 1-6 tahun. Anak dengan umur lebih 14 tahun hanya sekitar 10% dari kasus cacar air.



2.5. Etiologi Penyebab dari varisela adalah virus varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela)



2.6 Komplikasi Komplikasi pada anak-anak umumnya jarang timbul dan lebih sering pada orang dewasa, berupa ensepalitis, pneumonia, glumerulonephritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjunc-tivitis,otitis, arteritis dan beberapa macam purpura. Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan Kelainan konginetal, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela konginetal pada neonatus.



2.7 Penularan : Cacar air dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita. Seperti berjabat tangan, atau bersentuhan langsung dengan gelembung bintik yang pecah. Cacar air juga dapat menular melalui udara. Misalnya, saat penderita cacar bernapas, bersin, atau batuk dan terhirup oleh udara ke arah kita, kita dapat tertular cacar air. Melalui barang pribadi penderita, seperti pakaian



2.8 Upaya Pencegahan Untuk Penyakit Cacar Air Imunisasi (vaksinasi) varicella tersedia bagi anak-anak berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi varicella atau cacar air diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Imunisasi (vaksinasi) varicella dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan. Penyakit varicella erat kaitannya dengan kekebalan tubuh -



Melakukan pengamatan terhadap kejadian Survey kontak



-



Membatasi kontak/interaksi dengan penderita cacar air



-



Menjaga kebersihan diri sendiri, pakaian, dan lingkungan



-



Mengkonsumsi makanan bergizi



2.9 Upaya Pengobatan Untuk Penderita Cacar Air 1. Paracetamol untuk menurunkan demam, atau asetaminofen 2. Antibiotik, jika terjadi infeksi karena bakteri 3. Obat anti-virus asiklovir, jika kasusnya terlalu berat (diberikan pada anak berusia lebihdari 2 tahun atau remaja karena pada remaja, penyakit ini lebih berat) 4. Obat anti-virus yaitu vidarabin



BAB III KESIMPULAN



3.1 Kesimpulan



Varicella disebabkan oleh VZV (Varicella Zoster Virus) yang bisa ditularkan melalui inhalasi dan kemudian akan menyebar secara hematogen dan kelenjar limfe. Varicella ini dapat menimbulkan gejala prodormal sebelum munculnya lesi di kulit, yaitu demam, malaise, mual, anorexia, nyeri kepala. Varicella merupakan penyakit yang hingga kini masih tetap menjadi epidemi di dunia dan di indonesia. Walaupun infeksi varicella zooster tergolong ke dalam infeksi ringan, namun dalam kondisi defisiensi imun penyakit ini dapat menjadi berat dan tidak menutup kemungkinan berujung pada kematian. Pemberian vaksinasi dan imunoglobulin telah terbukti efektif memberikan perlindungan dari infeksi virus ini. Hingga saat ini, asiklovir oral tetap menjadi obat utama untuk pengobatan varicella. Penanganan yang tepet varicella selain pasien di edukasi serta obat per oral acyclovir, juga merupakan produk yang mempunyai bioavaibilitas oral lebih baik daripada sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan frekuensi pemberian obat berkurang.



3.2 Saran dunia telah dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1980 oleh WHO, kita harus tetap waspada agar kejadian serupa tidak terulang. Hal dasar yang dapat kita lakukan adalah dengan tetap memberikan vaksin untuk pencegahan. Sebaiknya virus variola yang saat ini berada di Amerika Serikat dan Rusia, benar-benar dijaga ketat agar tidak terjadi penyalahgunaan. Selain itu perlu ada penyelidikan mengenai isu-isu yang menyebutkan bahwa virus itu juga berada di negara lain selain kedua negara tersebut serta adanya maksud bahwa virus variola ini akan dijadikan senjata bioterorist.



DAFTAR PUSTAKA 1. Azrul Azwar (1999) : Pengantar Epidemiologi, Bina Rupa Aksara, Jakarta 2. Soedarto (1990) ; Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia, Widya Medika, Jakarta 3. John Rendle (1994) ; Ikhtisar Penyakit Anak, Bina Rupa Aksara, Jakarta 4. Djuanda, Adhi. Dkk. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta 5. Harahap, Marwati. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta 6. Wong. DonnaL. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta 7. Nanda(2014).Diagnosa Keperawatan NANDA International 2014-2016.Jakarta penerbit ECG 8. Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas Indonesia, Jakarta, 1993. 9. June M. Thomson, et. al. ( 1986 ). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company, Toronto. 10. Carpenito.1997. Penerapam Pada Praktek Klinis. Salemba . Jakarta c, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.