Tugas Gadar Wiwin R Septory 2 B [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL “kolaborasi dan rujukan pada kasus kegawatdaruratan”



Dosen pengampuh : Ni Luh Made Diah Putri A., SST, M. Kes



OLEH NAMA



: Wiwin R Septory



NIM



: PO530324019494



TINGKAT : 2B



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES KUPANG JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2021



1



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah kolaborasi dan rujukan pada kasus kegawatdaruratan. Dalam penyusunan makalah ini, saya telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan saya. Namun sebagai manusia biasa saya tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun tata bahasa. Demikian makalah ini saya buat semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Saya mengharapkan saran serta kritik dari berbagai bidang yang bersifat membangun.



Kupang, 2o juli 2021



Penulis



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.......................................................................................................2 DAFTAR ISI......................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.............................................................................................4 B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................4 C. TUJUAN..................................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN A. TINDAKAN KOLABORASI SESUAI KASUS KEGAWATDARURATAN………………………… …………………………..6 B. TINDAKAN RUJUKAN YANG TEPAT PADA KEGAWATDARURATAN…………………………… ………………………..6 C. WAKTU YANG TEPAT DALAM RUJUKAN ………… …………………….7 D. TEMPAT / FASILITAS RUJUKAN YANG TEPAT……… … ……………….8 E. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN RUJUKAN………… ………………….9 F. SYARAT MELAKUKAN TRANSPORTASI RUJUKAN……............………10 G. KETERLIBATAN KELUARGA DALAM PROSES RUJUKAN…… ………11 BA III PENUTUP A. KESIMPULAN.......................................................................................................12 B. SARAN....................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA



3



BAB 1 PENDAHULUAN



4



1.1.



Latar belakang Tingginya angka kematian ibu menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan terutama kesehatan ibu. WHO menyatakan bahwa salah satu aspek utama dalam pelayanan primer termasuk kesehatan ibu dan anak adalah adanya hubungan yang erat dengan level diatasnya, hal ini dapat dilihat dari bagaimana sistem rujukan itu berjalan secara efektif. Upaya dari pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan diselenggarakannya pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dasar berkualitas yaitu Pelayanan Obstetri dan neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komrehensif (PONEK) di Rumah Sakit Kabupaten/ Kota dan Rumah Sakit Propinsi Pelayanan rujukan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal di Puskesmas PONED belum berjalan sesui dengan harapan yang ditargetkan. Beberapa indikator menunjukkan tidak semua resiko tinggi dan komplikasi ditangani sesuai sistem rujukan dan standar merujuk yang harus melibatkan bidan, membawa alat, memberitahukan tentang kondisi pasien kepada keluarga, membuat surat rujukan, membawa obat yang dibutuhkan dalam proses rujukan,



1.2.



Rumusan masalah 1. Bagaimana tindakan kolaborasi yang sesuai dengan kasus kegawatdaruratan ? 2. Bagaimana tindakan rujukan yang tepat pada kasus kegawatdaruratan ? 3. Bagaimana waktu yang tepat dalam rujukan ? 4. Bagaimana tempat/ fasilitas rujukan yang tepat ? 5. Bagaimana persiapan dan pelaksanaan rujukan ? 6. Bagaimana Syarat untuk melakukan transportasi rujukan ? 7. Bagaimana keterlibatan keluarga dalam proses rujukan ?



5



1.3. Tujuan 2. Untuk mengetahui Bagaimana tindakan kolaborasi yang sesuai dengan kasus kegawatdaruratan 3. Untuk



mengetahui



Bagaimana



tindakan



rujukan



yang



tepat



pada



kegawatdaruratan 4. Untuk mengetahui Bagaimana waktu yang tepat dalam rujukan 5. Untuk mengetahui Bagaimana tempat/ fasilitas rujukan yang tepat 6. Untuk mengetahui Bagaimana persiapan dan pelaksanaan rujukan 7. Untuk mengetahui Bagaimana Syarat untuk melakukan transportasi rujukan 8. Untuk mengetahui Bagaimana keterlibatan keluarga dalam proses rujukan



6



kasus



BAB II PEMBAHSAN



2.1.



TINDAKAN KOLABORASI SESUAI KASUS KEGAWATDARURATAN Tindakan kolaborasi merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan kesehatan . 1. Dengan mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinanan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi 2. Menentukan diagnosis , prognosis , dan prioritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan kegawatdaruratan 3. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan perioritas 4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan member pertolongan pertama sesuai dengan periositas 5. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan resiko tinggi 6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien 7. Membuat pencatatan dan pelaporan



2.2.



TINDAKAN RUJUKAN YANG TEPAT PADA KEGAWATDARURATAN Rujukan kegawatdaruratan merupakan rujukan yang dilakukan sesegara mungkin karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak . 1. Rujukan berencana Rujukan berencana merupakan rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih lama saat keadaan umum ibu masih relative lebih baik , contohnya diawal persalinan atau dimasa antenatal ketika didapati kemungkinan resiko komplikasi . 7



karena rujukan ini tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat, maka rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yang akan membuat pasien lebih nyaman , aman, dan memiliki banyak pilihan . 2. Tidak perlu rujukan Umumnya , rujukan dilakukan jika perlengkapan dan tenaga disuatu fasilitas kesehatan tidak mampu mengatasi komplikasi yang diduga terjadi pada pasien . akan tetapi dalam pelayanan kesehatan maternal dan neonatal , ada kalanya rujukan tidak perlu dilakukan jika : a. Kondisi ibu belum stabil jika dipindahkan b. Kondisi janin terancam terus memburuk dan kondisi janin tidak stabil c. Sudah terjadi persalinan d. Pasien tidak ditemani tenaga kesehatan yang terampil e. Modalitas transportasi atau cuaca yang tidak mendukung . 2.3.



WAKTU YANG TEPAT DALAM RUJUKAN



Adapun mekanisme rujukan yang perlu dilakukan antara lain 1.



menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas a. Pada tingkat kader Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk kefasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan . b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawadaruratan kasus yang ditemui . sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk



2. Menentukan tempat tujuan rujukan Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita 8



3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluargannya Klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu 4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon atau radio komunikasi pelyanan kesehatan yang lebih mampu 5. Persiapan penderita Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus di perbaiki terlebih dahulu atau dilakukan stabilis



asi , keadaan umum ini perlu dipertahankan



selama dalam perjalanan, surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seseorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan ketempat rujukan .



9



2.4.



TEMPAT / FASILITAS RUJUKAN YANG TEPAT Pada



2014



telah



diterbitkan



Keputusan



Menteri



Kesehatan



RI



No.



HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit Rujukan Nasional. Permenkes ini membahas adanya rumah sakit rujukan nasional, rujukan provinsi, dan rujukan regional. Strategi pelaksanaan rumah sakit rujukan pada 2017 dengan melakukan pemetaan rumah sakit rujukan nasional, propinsi, regional dengan penguatan sistem telematika. Pada 2019 terlihat bahwa pengembangan sistem rujukan masih membutuhkan penguatan. Berbagai hambatan terjadi termasuk ketidakjelasan hubungan dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dalam hal pengaturan sistem rujukan, terjadinya perbedaan pendapat rujukan berjenjang ataukah rujukan berbasis kompetensi, demikian pula perhatian terhadap pengembangan sistem rujukan di daerah yang masih kurang kuat. Terkait Sistem Rujukan saat ini, Pada tahun 2020 Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Permenkes No. 3/2020 yang mengatur Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Keberadaan Permenkes/PMK 3/2020 tentuny mempengaruhi sistem rujukan. Secara konsepsual PMK No 3/2020 memperkuat pemetaan penjenjangan rujukan berbasis kompetensi penanganan. Sistem rujukan berjenjang berbasis kompetensi ditetapkan berdasarkan kebutuhan medis suatu penyakit dan kompetensi fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit), bukan jenjang kelas rumah sakit. Sistem ini membutuhkan kemampuan Dinas kesehatan Propinsi untuk menyusun peta kompetensi dan sistem rujukan yang akan dibangun. Setiap propinsi akan mempunyai peta yang berbeda-beda Sistem rujukan adalah suatu jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat baik secara vertikal amaupun horisontal kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.



10



Sistem rujukan diselenggarakan dengan tujuan memberikan pelayanan kesehatan secara bermutu, sehingga tujuan pelayanan tercapai tanpa harus menggunakan biaya yang mahal. Rujukan merupakan suatu sistem dimana koordinasi merupakan unsure utama yang bersifat multi sektor dan harus ada dukungan dari berbagai profesi bersifat multi disiplin dan multi profesi untuk melaksanakan dan menyelenggarakan suatu bentuk layanan terpadu bagi penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan bencana dan kejadian luar biasa. Rujukan yang efektif memerlukan komunikasi antar fasilitas, tujuannya agar pihak fasilitas terujuk mengetahui keadaan pasien dan dapat menyiapkan secara dini peannganan yang diperlukan pasien segera setelah pasien sampai dirumah sakit . 2.5.



PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN RUJUKAN



1. Dimulai dari dinas kesehatan kabupaten/kota membentuk pokja/tim rujukan kabupaten/ kota 2. Pokja rujukan melakukan pertemuan membahas penyusunan manual 3. Kerangka manual dapat mencontoh Kerangka Manual Rujukan KIA yang telah disusun oleh Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran UGM tahun 2012. Pokja rujukan kabupaten/kota melakukan penyesuaian sesuai kondisi nyata wilayah, termasuk apakah wilayah tersebut merupakan daratan atau kepulauan 4. Menyusun plan of action (POA) kegiatan pokja beserta pendanaannya. Hasil dari kegiatan ini dimasukkan dalam perencanaan terpadu tingkat kabupaten/kota atau integrated district planning (IDP) untuk diusulkan ke dalam APBD dan APBN serta berbagai sumber dana lainnya 5. Pokja rujukan harus memahami proses klinik, dan melakukan mapping lokasi sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah beserta tingkat kemampuan pelayanannya 6. Menyiapkan RS PONEK dan Puskesmas PONED 7. Membangun sistem komunikasi dan informasi pendukung manual rujukan 8. Manual yang disusun disosialisasikan kepada semua stakeholders



11



9. Melaksanakan pelatihan-pelatihan bagi tenaga kesehatan yang terkait kasus-kasus obstetri dan bayi yang ada dalam manual 10. Melakukan uji coba manual rujukan, dan melakukan penyempurnaan sesuai hasil uji coba 11. Memberlakukan manual rujukan dengan SK bupati/walikota 12. Menyusun jadwal monitoring/pemantauan pelaksanaan manual di tingkat pemberi pelayanan langsung seperti RS, puskesmas, RB, BPS, dll 13. Sistem Rujukan ini membutuhkan minimal 1 RS PONEK 24 jam di setiap kabupaten/kota. Dalam rangka rujukan regional, beberapa kabupaten/kota dapat melakukan koordinasi penyusunan manual dengan fasilitasi dinas kesehatan provinsi. 2.6.



SYARAT MELAKUKAN TRANSPORTASI RUJUKAN 1. Pastikan jalan napas aman a. NGT untuk dekompresi lambung b. Intubasi untuk jalan napas paten c. Keteter untuk menurunkan tekanan intraabdomen d. Penanganan luka : e. Perdarahan dihentikan , luka ditutup , patah tulang difiksasi 2. Pengelolaan selama stransportasi Petugas pendamping harus yang terlatih terggantung keadaan penderita dan masalah yang mungkin akan timbul : a. Monitoring TTV dan pulse oximetry b. Bantuan kardio- respirasi dimana diperlukan c. Pemberian darah bila diperlukan d. Pemberian obat sesuai intruksi dokter, atau sesuai prosedur tetap e. Menjaga komunikasi dengan dokter selama transportasi f. Melakukan dokuemntasi selama transportasi



12



2.7.



KETERLIBATAN KELUARGA DALAM PROSES RUJUKAN Kehamilan termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita. Tak dapat dielak kehamilan menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis. Dalam aspek psikologis, timbul pengharapan yang disertai kecemasan menyambut persiapan kelahiran si bayi. Semua itu akan mewarnai interaksi



antara



anggota dalam keluarga. Sikap dan reaksi seseorang ayah pada fase kehamilan berbeda pada setiap suku, bangsa dan lebih tergantung pada adat dan kebudayaan setempat



19)



Keluarga memberikan kontribusi dalam menentukan



penggunaan pelayanan



kesehatan, seperti memberikan informasi mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan atau mengembangkan sistem perawatan dalam keluarga. Keluarga juga merupakan sumber dukungan yang mempengaruhi individu dalam memperoleh atau menggunakan pelayanan kesehatan. Keluarga di sini meliputi orangtua, pasangan, atau pun saudara.Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah, tinggal di daerah pedesaan dan dengan status sosial ekonomi rendah, lebih banyak yang cenderung menerima konsep peranan pria/wanita secara tradisional dimana dalam pembuatan keputusan-keputusan keluarga, suami yang paling banyak berbicara dan sebagai pembuat keputusan terakhir. Pembuatan keputusan menurut Terry (1999) selalu dihubungkan dengan suatu masalah atau suatu kesulitan. Dalam arti keputusan dan penerapannya diharapkan akan menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik. Keluarga inti (Nuclear family) yaitu kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga batih atau keluarga besar terdiri dari orang tua/mertua, bapak, ibu, anak, menantu, dan cucu-cucunya. Lingkungan keluarga baik keluarga inti maupun keluarga batih akan mempengaruhi pengambilan keputusan khususnya tentang tempat pelayanan kesehatan dan keputusan perujukan persalinan .



13



BAB III PENUTUP 3.1.



Kesimpulan Tingginya angka kematian ibu menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan terutama kesehatan ibu. WHO menyatakan bahwa salah satu aspek utama dalam pelayanan primer termasuk kesehatan ibu dan anak adalah adanya hubungan yang erat dengan level diatasnya, hal ini dapat dilihat dari bagaimana sistem rujukan itu berjalan secara efektif. Upaya dari pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan diselenggarakannya pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dasar berkualitas yaitu Pelayanan Obstetri dan neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komrehensif (PONEK) di Rumah Sakit Kabupaten/ Kota dan Rumah Sakit Propinsi



3.2.



Saran Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan bagi penullis dan pembaca.



14



DAFTAR PUSTAKA David . 2012 . Tindakan Gawat Darurat . Jakarta . Sylvy Wafda Nur Amelia . 2018. Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal dan Nonatal . Yogyakarta.



15