Tugas Ilmu Penyakit Tropis "COVID-19": Oleh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS ILMU PENYAKIT TROPIS “COVID-19”



Oleh:



IMAM RAMADHAN K. H. NIM: 1707010163



ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya makalah tentang penyakit COVID-19 ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah yang telah penulis selesaikan ini. Tidak semua hal dapat penulis jabarkan dengan sempurna dalam makalah ini. Penulis melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang penulis miliki. Maka dari itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Saya akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki tugas-tugas atau makalah saya di masa datang. Dengan terselesaikannya makalah ini, saya mengharapkan banyak manfaat yang dapat diambil dari makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan referensi kita terkait penyakit COVID-19.



Kupang, April 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI



Halaman Sampul Kata Pengantar…………………………………………………………………...………….ii Daftar Isi…………………………………………………………………………………..…iii Daftar Tabel……………………………………………………………………………….…iv Daftar Gambar……………………………………………………………………………….v Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………………..1 A. Latar Belakang…………………………………………………………………...1 B. Rumusan Masalah…………………………………………...…………………..3 C. Tujuan…………………………………………………………………………….3 Bab II Pembahasan………………………………………………………………….……….4 A. Definisi…………………………………………………………………....……....4 B. Penyebab/Etiologi……………………………………………………….....…….4 C. Distribusi/Epidemiologi………………………………………………………...6 D. Tanda Gejala……………………………………………………………………...8 E. Siklus Penularan…………………………………………………………………9 F. Pathogenesis/Pathofisiologi………………………………………………...…10 G. Diagnosis…………………………………………………………………….….13 H. Faktor Risiko…………………………………………………………………....15 I. Pengobatan………………………………………………………………..…….16 J. Pencegahan…………………………………………………………………..….17 Bab III Penutup……………………………………………………………………………..21 A. Kesimpulan………………………………………………………………….….21 B. Saran………………………………………………………………………….….22 Daftar Pustaka………………………………………………………………………………23 Lampiran…………………………………………………………………………………….26



iii



DAFTAR TABEL



Tabel 1. Distribusi kasus COVID-19 berdasarkan provinsi di Indonesia……………….7



iv



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1. Distribusi Kasus COVID-19 di Indonesia……………………………............6 Gambar 2. Siklus hidup SARS-CoV dalam sel host…………………………………….11 Gambar 3. Poster promosi pencegahan penularan COVID-19……………………......20 Gambar 4. Lampiran buku-buku pegangan/referensi………………………………....26



v



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah kesehatan di dunia ini tidak ada henti-hentinya. Berbagai penyakit yang ada belum mampu sepenuhnya diatasi di berbagai belahan dunia ini. Di saat yang sama pula timbul sebuah masalah baru yang menimpa hampir di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. Penyakit yang menyerang system pernapasan, yang disebabkan oleh virus corona dengan tipe yang baru. Penyakit ini lebih dikenal dengan nama COVID-19 atau Corona Virus Deases 2019. Beberapa tahun sebelumnya tepatnya tahun 2003 telah muncul juga jenis penyakit serupa yakni SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) namun dengan tingkat keganasan yang lebih tinggi serta tingkat infeksiusnya lebih rendah dibanding COVID-19. Tercatat menimbulkan kematian 770 orang di seluruh dunia. Infeksi MERS CoV dikenal sebagai kelanjutan dari penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Penyakit ini dikenal sebagai MERS (Middle East Respiratory Syndrome) karena banyak menyerang di daerah Timur Tengah, terutama Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Yordania, Menurut laporan dari CDC 23 Agustus 2013, jumlah pasien keseluruhan 103 orang yang meninggal 43 orang. Terbanyak di Arab Saudi 82 orang dengan kematian 41, disusul Uni Emirat Arab 6 kasus, meninggal 2; Qatar 3 kasus, meninggal 1; Italia 3 kasus, meninggal 0; dan Inggris 3 kasus, meninggal 2. Meskipun ada juga pasien infeksi MERS CoV dari Inggris, Perancis, Jerman, dan Tunisa, tetapi semua yang terserang penyakit tersebut ada riwayat telah melakukan perjalanan ke Timur Tengah (Sofro dan Anurogo, 2018). Penyakit COVID-19 pertama kali ditemukan atau terjadi di Wuhan, Cina pada bulan desember 2019 lalu, kini telah menyebar di penjuru dunia. 1



Setidaknya hingga saat ini tanggal 14 April 2020, tercatat ada 1.844.863 kasus yang sudah terkonfirmasi COVID-19 di seluruh negara, dimana 117.021 diantaranya telah meninggal dunia. Jumlah kasus yang sudah terkonfirmasi di Indonesia mencapai 4.839 jiwa, 426 dinyatakan kesembuhan sedangkan 459 diantaranya meninggal dunia. Walaupun tingkat kefatalan dari COVID-19 lebih rendah daripada SARS maupun MERS namun jumlah kasus termasuk kematian yang disebabkan oleh penyakit ini jauh lebih besar. Maka dari itu penyakit ini tidak boleh dianggap remeh dan akan dibahas di dalam makalah yang sederhana ini.



2



B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari COVID-19? 2. Apa penyebab/etiologi dari COVID-19? 3. Bagaimana distribusi/epidemiologi dari COVID-19? 4. Bagaimana tanda dan gejala dari COVID-1? 5. Bagaimana siklus penularan dari COVID-19? 6. Bagaimana pathogenesis/pathofisiologi dari COVID-19? 7. Bagaimana diagnosis dari COVID-19? 8. Apa faktor risiko dari COVID-19? 9. Bagaimana pengobatan dari COVID-19? 10. Bagaimana pencegahan dari COVID-19?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari COVID-19 2. Untuk mengetahui penyebab/etiologi dari COVID-19 3. Untuk mengetahui distribusi/epidemiologi dari COVID-19 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari COVID-1 5. Untuk mengetahui siklus penularan dari COVID-19 6. Untuk mengetahui pathogenesis/pathofisiologi dari COVID-19 7. Untuk mengetahui diagnosis dari COVID-19 8. Untuk mengetahui faktor risiko dari COVID-19 9. Untuk mengetahui pengobatan dari COVID-19 10. Untuk mengetahui pencegahan dari COVID-19



3



BAB II PEMBAHASAN



A. DEFINISI Coronaviruses (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV). Penyakit Coronavirus (COVID-19) adalah jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi pada manusia. Virus corona adalah zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia. Investigasi terperinci menemukan bahwa SARS-CoV ditularkan dari kucing luwak ke manusia dan MERS-CoV dari unta dromedaris ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan yang belum menginfeksi manusia (Centers for Disease Control and Prevention, 2020).



B. PENYEBAB/ETIOLOGI Etiologi, dalam definisinya yang paling umum, adalah penetapan sebab atau alasan dari fenomena. Suatu penjelasan tentang etiologi penyakit mencakup identifikasi faktor-faktor yang menimbulkan penyakit tertentu (Price dan Wilson, 1995a) Penyakit Covid-19 disebabkan oleh virus jenis coronavirus. Beberapa coronavirus menyebabkan penyakit seperti pilek pada manusia, sementara yang lain menyebabkan penyakit pada beberapa jenis hewan, seperti sapi, unta, dan kelelawar. Beberapa coronavirus, seperti coronavirus anjing dan kucing, hanya menginfeksi hewan dan tidak menginfeksi manusia. Beberapa virus korona yang menginfeksi hewan telah dapat menginfeksi manusia dan kemudian menyebar di antara manusia, tetapi ini jarang terjadi. Sindrom



4



pernapasan akut berat (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) adalah contoh penyakit yang disebabkan oleh coronavirus yang berasal dari hewan dan menyebar ke manusia. Inilah yang diduga terjadi dengan virus yang menyebabkan wabah COVID-19 saat ini. Namun, CDC sendiri tidak tahu sumber pasti dari virus ini. Pejabat dan mitra kesehatan masyarakat bekerja keras untuk mengidentifikasi sumber COVID-19. Infeksi pertama dikaitkan dengan pasar hewan hidup, tetapi virus sekarang menyebar dari orang ke orang. Coronavirus yang paling mirip dengan virus yang menyebabkan COVID-19 adalah yang menyebabkan SARS (Centers for Disease Control and Prevention, 2020). Coronavirus adalah virus RNA yang terbungkus oleh protein amplop. Virus ini menyerang mamalia dan unggas. Kata 'corona" berarti 'mahkota', dinamai demikian karena adanya struktur tonjolan-tonjolan protein amplop yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Genom poly-adenylated dan 'topi' virus ini adalah yang terbesar di antara virus- virus RNA lainnya. Coronavirus mempunyai suatu metode yang unik untuk bereplikasi. Virus ini mempunyai kemampuan untuk berkombinasi secara genetik dengan anggota lain dari keluarga coronavirus. Coronavirus adalah virus penyebab influenza. Famili coronavirus terdiri dari dua genus yaitu coronavirus dan torovirus, masing-masing bisa menyerang manusia. Informasi tentang torovirus sangat terbatas. Virus ini sering dihubungkan dengan penyakit diare dan gastroenteritis pada anak-anak (Widoyono, 2011). Struktur protein coronavirus tergantung pada subtipenya. Genom membentuk tiga atau empat struktur protein yang berbeda. Coronavirus jenis OC43 membentuk hemaglutinin-esterase (HE) sedangkan yang jenis HCV229E tidak. Protein ini menyebabkan penggumpalan eritrosit, dan dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak jumlah virusnya. Semua coronavirus membentuk suatu protein nukleokapsid (N). Protein ini mengikat RNA dan membentuk suatu nukleokapsid yang berbentuk seperti sekrup, dan 5



mungkin saja dilibatkan dalam sintesis RNA. Glikoprotein selaput (M) terlibat dengan formasi amplop, protein paku (S) juga bertanggung jawab karena bergabung dengan sel-sel manusia. Mata rantal siklus coronavirus menjelaskan keterlibatan protein-protein pada setiap langkah dari tahapan siklus yang dinamis (Widoyono, 2011).



C. DISTRIBUSI/EPIDEMIOLOGI Pemerintah Indonesia mencatat terjadi penambahan kasus positif COVID-19 setidaknya sebanyak 282 kasus. Dengan demikian jumlah total orang yang positif terinfeksi oleh COVID-19 di Indonesia mencapai 4.839 jiwa. Jumlah penambahan kasus positif itu juga dibarengi dengan kasus kesembuhan sebanyak 46 dan kematian 60 jiwa pada tanggal 14 April ini. Jadi jumlah keseluruhan orang yang sembuh dan yang mengalami kematian hingga 14 April 2020 di Indonesia menunjukkan total 426 kesembuhan dan 459 kematian. Data distribusi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.



Sumber: Covid19.co.id



6



Gambar 1. Distribusi Kasus COVID-19 di Indonesia. Data mengenai distribusi pada setiap provinsi yang ada di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Distribusi kasus COVID-19 berdasarkan provinsi di Indonesia. Provinsi



Terkonfirmasi



Sembuh



Meninggal



(orang)



(orang)



(orang)



DKI Jakarta



2.335



163



241



Jawa Barat



530



23



52



Jawa Timur



475



76



41



Banten



280



7



22



Jawa Tengah



278



19



26



Sulawesi Selatan



231



33



15



Bali



92



21



2



Sumatera Utara



72



10



9



Papua



68



5



3



Daerah Istimewa



62



18



7



Sumatera Barat



48



7



5



Nusa Tenggara Barat



37



2



2



Kalimantan Selatan



37



3



5



Kalimantan Timur



35



6



1



Kepulauan Riau



26



2



5



Kalimantan Tengah



25



8



1



Lampung



21



1



5



Riau



20



1



0



Sumatera Selatan



19



4



2



Sulawesi Tengah



19



2



3



Sulawesi Utara



17



2



2



Yogyakarta



7



Kalimantan Utara



16



0



1



Sulawesi Tenggara



16



1



1



Kalimantan Barat



13



5



3



Maluku



11



1



0



Aceh



5



4



1



Jambi



5



0



0



Sulawesi Barat



5



1



1



Bengkulu



4



0



1



Kepulauan Bangka



4



0



1



Maluku Utara



2



1



0



Papua Barat



2



0



1



Nusa Tenggara Timur



1



0



0



Gorontalo



1



0



0



Total



4.839



426



459



Belitung



Kenaikan kasus, baik itu kasus terkonfirmasi, kesembuhan dan kematian yang terjadi di Indonesia hingga saat ini cenderung terus meningkat.



D. TANDA GEJALA Pasien dengan infeksi paru-paru biasanya mengeluh panas badan tinggi (bisa > 400 C) dan berlangsung mendadak. Kadang-kadang disertai muntah dan nyeri dada yang hebat. Nyeri dada ini acap kali diperberat oleh adanya batuk dan pernapasan yang terganggu (sesak napas, napas cepat, dan dangkal). Jika lapisan paru di daerah sekat rongga dada dan rongga perut (pleura diafragmatika) ikut terkena, maka nyeri dada yang dirasakan bisa menjalar ke ulu hati dan ke bahu (Sofro dan Anurogo, 2018). 8



Berdasarkan penyakit COVID-19 yang telah dilaporkan kepada CDC, mulai dari gejala ringan hingga penyakit parah dan kematian untuk kasus penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) yang telah dikonfirmasi. Tanda dan Gejala-gejala berikut mungkin muncul 2-14 hari setelah terpapar dengan virus. 



Demam







Batuk







Kesulitan bernafas atau sesak nafas







Nyeri atau tekanan yang menetap di dada







Kebingungan atau ketidakmampuan untuk bergairah







Bibir atau wajah kebiru-biruan



Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.



E. SIKLUS PENULARAN Virus yang menyebabkan COVID-19 menyebar sebagian besar dari orang ke orang melalui tetesan pernapasan (droplet) ketika batuk, bersin, dan berbicara. Studi terbaru menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi tetapi tidak memiliki gejala kemungkinan juga berperan dalam penyebaran COVID-19. Pada saat ini, tidak ada bukti bahwa hewan pendamping, termasuk hewan peliharaan, dapat menyebarkan COVID-19 kepada orang-orang atau bahwa mereka mungkin menjadi sumber infeksi termasuk di Amerika Serikat (CDC, 2020). Virus ini juga dapat menyebar atau menular ketika seseorang menyentuh benda-benda yang telah terkontaminasi oleh 2019-nCoV sebelumnya (contohnya, menyentuh gagang pintu di tempat umum serta pegangan di bus maupun kereta, tombol mesin ATM, atau tombol lift), lalu menyentuh area wajah seperti mata, hidung, atau mulut yang menyebabkan virus tersebut dapat masuk ke dalam tubuh orang tersebut. Penularan melalui



9



droplet sangat bisa terjadi terutama bisa jarak dengan orang yang telah terinfeksi sekitar dua meter. Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020).



F. PATHOGENESIS/PATHOFISIOLOGI Pathogenesis penyakit menyatakan perkembangan atau evolusi suatu penyakit. Patofisiologi merupakan kaitan dasar yang menghubungkan anatomi, fisiologi, dan kimia dan aplikasinya dalam tindakan praktis klinis. Patofisiologi membahas aspek dinamik dari proses penyakit. Patofisiologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari fungsi yang berubah atau terganggu, misalnya perubahan-perubahan fisiologis yang ditimbulkan oleh penyakit pada mahluk hidup (Price dan Wilson, 1995a). Tingginya tingkat kerusakan ginjal diamati pada pasien COVID-19, hal ini menunjukkan perkembangan disfungsi pada ginjal. Covid-19 dapat menyebabkan lesi testis pada pria. Mempertimbangkan CFR COVID-19 dan SARS yang lebih tinggi pada pria yang lebih muda daripada wanita, dengan rasio kerusakan ginjal yang tinggi. Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya. Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensinconverting enzyme 2). ACE-2 dapat 10



ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus. Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020).



Sumber: Nature Reviews Microbiology



Gambar 2. Siklus hidup SARS-CoV dalam sel host.



11



Coronavirus syndrome pernapasan akut (SARS-CoV) berat memasuki sel target melalui jalur endosomal. Protein S pertama berikatan dengan reseptor seluler angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2), dan kompleks ACE2-virus kemudian ditranslokasi ke endosom, di mana protein S dibelah oleh protease asam endosom (cathepsin L) untuk mengaktifkan aktivitas fusi nya . Genom virus dilepaskan dan diterjemahkan ke dalam poliprotein replikasi virus pp1a dan 1ab, yang kemudian dibelah menjadi produk-produk kecil oleh proteinase virus. Templat untai negatif subgenomik disintesis dari transkripsi terputus pada genom plus-untai dan berfungsi sebagai templat untuk sintesis mRNA. Templat untai negatif panjang penuh dibuat sebagai templat untuk RNA genomik. Nukleokapsid virus dirakit dari RNA genomik dan protein N dalam sitoplasma, diikuti oleh tunas ke dalam lumen ERGIC (endoplasmic reticulum (ER). Virion kemudian dilepaskan dari sel melalui eksositosis (Du et al., 2009). Protein SARS-CoV S memiliki peran penting dalam infeksi virus dan patogenesis. S1 mengenali dan mengikat reseptor inang, dan perubahan konformasi S2 selanjutnya memfasilitasi fusi antara selubung virus dan membran sel inang (Du et al., 2009). Studi pada SARS menunjukkan virus bereplikasi di saluran napas bawah diikuti dengan respons sistem imun bawaan dan spesifik. Faktor virus dan sistem imun berperan penting dalam patogenesis. Pada tahap pertama terjadi kerusakan difus alveolar, makrofag, dan infiltrasi sel T dan proliferasi pneumosit tipe 2. Pada rontgen toraks diawal tahap infeksi terlihat infiltrat pulmonar seperti bercak-bercak. Pada tahap kedua, terjadi perubahan infiltrat atau konsolidasi luas di paru. Infeksi tidak sebatas di sistem pernapasan tetapi virus juga bereplikasi di enterosit sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga urin dan cairan tubuh lainnya (Qiang et al., 2020).



12



G. DIAGNOSIS Test yang digunakan untuk pendeteksian awal atau penyaringan awal atau juga yang biasa disebut skrining adalah dengan Pemeriksaan tes antibodi (IgG/IgM) atau Rapid Test, sampel yang digunakan adalah sampel darah. Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan menganalisis keberadaan antibodi IgG dan IgM yang meningkat sebagai bentuk perlawanan alami tubuh ketika adanya infeksi virus. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu 10-15 menit hingga hasilnya diketahui. Ketika hasilnya positif maka akan dilanjutkan dengan Swab Tenggorokan dan atau Hidung dengan sampelnya adalah lendir dari hidung maupun tenggorokan. Sampel lendir dengan metode Swab ini kemudian akan diperiksa dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) yang akan memakan waktu berjam-jam hingga beberapa hari bahkan bisa lebih lama lagi apabila kapasitas laboratorium yang memeriksa sampel tersebut sudah penuh hingga harus menunggu lebih lama lagi untuk pemeriksaan sampel tersebut. Diagnosis yang memang direkomendasikan oleh WHO saat ini adalah dengan melakukan pemeriksaan Molekuler (berupa PCR). Novel Coronavirus (2019-nCoV) Real-Time RT-PCR Diagnostic Panel adalah tes RT-PCR real-time yang dimaksudkan untuk deteksi kualitatif asam nukleat dari 2019-nCoV pada spesimen pernapasan atas dan bawah (seperti apusan nasofaring atau orofaring, sputum, aspirasi saluran pernapasan bagian bawah, lavage bronchoalveolar, dan pencucian nasofaring / aspirasi atau aspirasi hidung) yang dikumpulkan dari individu yang memenuhi kriteria klinis dan / atau epidemiologis 2019-nCoV (misalnya, tanda-tanda klinis dan gejala yang terkait dengan infeksi 2019-nCoV, kontak dengan kasus 2019-nCoV yang mungkin atau dikonfirmasi, riwayat perjalanan ke lokasi geografis di mana kasus 2019nCoV terdeteksi, atau epidemiologis lainnya, pengujian 2019-nCoV lainnya dapat diindikasikan sebagai bagian dari penyelidikan kesehatan masyarakat). RNA 2019-nCoV umumnya terdeteksi di bagian atas dan spesimen pernapasan 13



yang lebih rendah selama infeksi. Hasil positif adalah indikasi infeksi aktif 2019-nCoV tetapi tidak mengesampingkan infeksi bakteri atau koinfeksi dengan virus lain. Agen terdeteksi mungkin bukan penyebab penyakit yang pasti. Hasil negatif tidak menghalangi infeksi 2019-nCoV dan tidak boleh digunakan sebagai dasar tunggal untuk perawatan atau keputusan manajemen pasien lainnya. Hasil negatif harus dikombinasikan dengan klinis pengamatan, riwayat pasien, dan informasi epidemiologis. Pengujian dengan Panel Diagnostik RT-PCR Real-Time CDC 2019-nCoV dimaksudkan untuk digunakan oleh yang personel laboratorium terlatih yang mahir dalam melakukan uji RT-PCR real-time. Panel Diagnostik Real-Time RT-PCR 2019-nCoV adalah tes diagnostik in vitro molekuler yang membantu dalam deteksi dan diagnosis 2019-nCoV dan didasarkan pada amplifikasi asam nukleat yang banyak digunakan dalam teknologi. Produk ini mengandung primer oligonukleotida dan probe hidrolisis berlabel ganda (TaqMan®) dan bahan kontrol yang digunakan dalam rRT-PCR untuk deteksi kualitatif in vitro RNA 2019-nCoV pada spesimen pernapasan. Deteksi virus RNA tidak hanya membantu dalam diagnosis penyakit tetapi juga menyediakan informasi epidemiologis dan pengawasan (surveilans). Tes serologis akan memainkan peran penting dalam penelitian dan pengawasan tetapi saat ini tidak direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk deteksi kasus. Ketika kasus pertama COVID-19 terdeteksi di suatu negara, investigasi harus dilakukan untuk menentukan sumber infeksi (misalnya. kasus impor, penularan manusia setempat, atau kemungkinan penularan dari hewan ke manusia). Investigasi ini juga dilakukan untuk menentukan urutan genetik dari virus yang baru terdeteksi jika memungkinkan.



14



H. FAKTOR RISIKO Orang-orang dari segala usia dapat terinfeksi oleh coronavirus baru (2019-nCoV). Orang yang lebih tua, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti asma, diabetes, penyakit jantung) tampaknya lebih rentan untuk menjadi sakit parah dengan virus (World Health Organization, 2020). Beberapa orang mungkin tidak memiliki gejala sama sekali. Orangorang yang lebih tua atau yang memiliki kondisi medis kronis, seperti penyakit jantung, penyakit paru-paru atau diabetes, atau yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang terganggu mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit COVID-19 yang serius. Ini mirip dengan apa yang terlihat dengan penyakit pernapasan lainnya, seperti influenza. Faktor risiko untuk COVID-19 meliputi, perjalanan terakhir dari atau tempat tinggal di daerah dengan penyebaran COVID-19, serta kontak dekat dengan seseorang yang memiliki COVID-19 seperti ketika anggota keluarga atau petugas kesehatan merawat orang yang terinfeksi (Mayo Clinic, 2020). Ketika Seseorang bertempat tinggal atau melakukan perjalanan dari suatu daerah yang mana sudah terjadi penyebaran COVID-19 atau terdapat orang yang telah terinfeksi sebelumnya di tempat tersebut, maka orang tersebut lebih berisiko mendapatkan infeksi COVID-19 dari orang yang telah terinfeksi sebelumnya di tempat tersebut. Dia mungkin saja telah terinfeksi melalui droplet ketika mereka sedang berbincang atau melalui perantara benda seperti gagang pintu. Atau contoh lain misalnya petuga kesehatan yang bertugas menangani pasien COVID-19, maka ia berpotensi besar untuk terinfeksi atau tertular COVID-19 dari pasien yang ditanganinya tersebut dan berpotensi pula menyebarkan virus tersebut kepada orang lain yang kontak langsung dengannya.



15



I. PENGOBATAN Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus yang efektif untuk menyembuhkan orang yang terinfeksi COVID-19. Usaha pengobatan pada penderita COVID-19 dapat dijalankan dengan beberapa penanganan di rumah sakit termasuk pengobatan suportif dengan maksud memperbaiki imunitas penderita misalnya dengan pemberian vitamin C dan atau vitamin B kompleks. Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya jika memang diperlukan. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain. Berdasarkan penelitian kortikosteroid yang diberikan pada pasien SARS dilaporkan tidak ada manfaat dan kemungkinan bahaya. Studi terbaru, pada kasus MERS ditemukan pemberian kortikosteroid sistemik tidak memiliki efek dalam tingkat kematian tetapi memperlama masa klirens virus MERS-CoV dari saluran napas bawah. Oleh karena itu, disimpulkan kurangnya efikasi dan kemungkinan



berbahaya



sehingga



pemberian



kortikosteroid



sistemik



sebaiknya dihindari, jika tidak diindikasikan oleh alasan lain. Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada COVID-19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti efektif. Pada studi terhadap SARS-CoV, kombinasi lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada infeksi COVID-19. Tatalaksana yang belum teruji / terlisensi hanya boleh diberikan dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik atau melalui Monitored Emergency Use of Unregistered Interventions Framework (MEURI), dengan pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk mencegah pneumonia COVID-19 ini (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020). Sebuah penelitian dengan desain Kohort Retrospektif yang dilakukan oleh para ahli dari 11 Departemen lingkup kesehatan termasuk dari rumah 16



sakit dan universitas di shanghai, cina serta 2 Departemen lingkup kesehatan dari Wuhan Jinyintan Hospital, Wuhan, China mengemukakan bahwa di antara pasien COVID-19 yang akhirnya mengembangkan Acute Respiratory Distress



Syndrome



(ARDS),



kemudian



menerima



pengobatan



methylprednisolone, 23 dari 50 (46,0%) pasien meninggal, sementara mereka yang tidak menerima pengobatan methylprednisolone, 21 dari 34 (61,8%) meninggal. Pemberian metilprednisolon tampaknya telah mengurangi risiko kematian pada pasien dengan ARDS (HR, 0,38; 95% CI, 0,20-0,72; P = 0,003). Acute Respiratory Distress Sydrome (ARDS) atau Sindrom distres respirasi dewasa diawali dengan berbagai penyakit yang serius yang pada akhirnya mengakibatkan edema paru-paru difus nonkardiogenik yang khas. Sindrom ini dikenal dengan banyak nama, seperti Shock lung, Wet lung, Adult hyaline membrane disease, dan stiff lung syndrome (Price dan Wilson, 1995b) Acute Respiratory Distress Sydrome (ARDS) merupakan suatu kondisi kegawat daruratan di bidang pulmonology yang terjadi karena adanya akumulasi cairan di alveoli yang menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran gas sehingga distribusi oksigen ke jaringan menjadi berkurang (Rumende, 2018)



J. PENCEGAHAN Cara terbaik untuk melindungi diri sendiri adalah dengan menghindari terkena virus. WHO merekomendasikan 7 langkah pencegahan sederhana yang dilakukan setiap harinya untuk mencegah infeksi dan memperlambat transmisi COVID-19, sebagai berikut: 



Cuci tangan anda secara teratur dengan sabun dan air, atau bersihkan dengan usapan berbasis alkohol.







Pertahankan jarak minimal 1 meter antara Anda dan orang yang batuk atau bersin.







Hindari menyentuh wajah anda. 17







Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin.







Tetap di rumah jika anda merasa tidak sehat.







Jangan merokok dan aktivitas lain yang melemahkan paru-paru.







Berlatih menjaga jarak dengan menghindari perjalanan yang tidak perlu dan menjauh dari kelompok besar orang.



Berikut beberapa tindakan pencegahan yang direkomendasikan oleh pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID19 yang dimuat dalam webCovid19.co.id: 



Sering suci tangan pakai sabun dan air mengalir.







Hindari menyentuh muka.







Jauhi orang yang menunjukkan gejala (demam, batuk kering, kelelahan).







Bila anda mengalami demam, rasa lelah dan batuk kering, segera cari pengobatan.







Anda dapat menguatkan sistem kekebalan diri dengan melakukan perilaku sehat, seperti olah raga teratur, makan makanan bergizi seimbang, tidak merokok dan memastikan anda dan anak anda mendapat imunisasi lengkap.



Beberapa upaya pencegahan dan kontrol infeksi perlu diterapkan prinsip-prinsip yaitu hand hygiene, penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah kontak langsung dengan pasien (darah, cairan tubuh, sekret termasuk sekret pernapasan, dan kulit tidak intak), pencegahan tertusuk jarum serta benda tajam, managemen limbah medis, pembersihan dan desinfektan peralatan di RS serta pembersihan lingkungan RS. Pembersihan dan desinfektan berdasarkan karakteristik Coronavirus yaitu sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam



18



perioksiasetat dan kloroform. klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020). Kita juga harus menerapkan pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti rajin membersihkan lingkungan, olahraga teratur, konsumsi minuman dan makanan bergizi seimbang dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar sistem imunitas tubuh kita tetap terjaga dan dapat bertahan dari berbagai kemungkinan terjadinya berbagai penyakit termasuk COVID-19. Sebagai langkah preventif dan promosi yang bisa ditempuh dalam penanganan COVID-19 adalah dengan memanfaatkan segala media untuk mempromosikan tindakan-tindakan pencegahan yang bisa ditempuh oleh masyarakat dalam meminimalisir penularan COVID-19, baik melalui media elektronik, media cetak, maupun media-media lainnya. Berikut contoh poster yang digunakan dalam mempromosikan pencegahan penularan COVID-19. Semua langkah diatas sangat bermanfaat dan mempunyai peranan yang sangat besar dalam mencegah penularan COVID-19, namun hal ini kembali lagi juga pada kesadaran dan kemauan serta kemampuan dari marsyarakat untuk menjalankan prinsip-prinsip sederhana di atas agar semua orang dapat meminimalisir bahkan menghilangkan kontak penularan COVID-19 yang semakin meluas.



19



Sumber: https://imamkoly123.wordpress.com/



Gambar 3. Poster promosi pencegahan penularan COVID-19.



20



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Penyakit Coronavirus (COVID-19) adalah jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi pada manusia. Protein virus berperan besar terhadap infeksi virus dan pathogenesitas penyakit ini. Hingga saat ini belum ada obat yang benar-benar efektif untuk menangani penyakit COVID-19, vaksin pun dalam waktu dekat sepertinya belum akan tersedia. Tanda dan Gejala-gejala berikut mungkin muncul 2-14 hari setelah terpapar dengan virus seperti demam, batuk, kesulitan bernafas atau sesak nafas, nyeri atau tekanan yang menetap di dada, kebingungan atau ketidakmampuan untuk bergairah, dan bibir atau wajah kebiru-biruan Faktor risiko untuk COVID-19 meliputi, perjalanan terakhir dari atau tempat tinggal di daerah dengan penyebaran COVID-19, serta kontak dekat dengan seseorang yang memiliki COVID-19 seperti ketika anggota keluarga atau petugas kesehatan merawat orang yang terinfeksi Beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil diantaranya adalah sering suci tangan pakai sabun dan air mengalir, hindari menyentuh muka, jauhi orang yang menunjukkan gejala (demam, batuk kering, kelelahan), bila anda mengalami demam, rasa lelah dan batuk kering, segera cari pengobatan serta anda dapat menguatkan sistem kekebalan diri dengan melakukan perilaku sehat, seperti olah raga teratur, makan makanan bergizi seimbang, tidak merokok dan memastikan Anda dan anak Anda mendapat imunisasi lengkap.



21



B. Saran Setiap lapisan termasuk pemerintah baik pusat, daerah dan masyarakat sendiri harus bersama-sama menjalankan perannya masing-masing dalam penanganan dan pencegahan penyakit ini. Perlunya kesadaran dan kemauan serta kemampuan dari masyarakat untuk disiplin mengikuti semua instruksi yang diberikan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Kita harus selalu menjaga imunitas tubuh kita seperti mengkonsumsi makanan minuman bergizi, rutin olahraga, maupun menghindari pekerjaan yang berlebihan agar kita dapat memproteksi diri dari infeksi COVID-19. Pengembangan dan penelitian harus terus dijalankan demi penanganan dan pencegahan COVID-19 yang lebih baik termasuk efektif bahkan efisien.



22



DAFTAR PUSTAKA



Cai, X. (2020) “An Insight of comparison between COVID-19 (2019-nCoV disease) and SARS in



pathology



and



pathogenesis,”



ResearchGate.



Tersedia



pada:



https://www.researchgate.net/publication/339375731_An_Insight_of_comparison_bet ween_COVID-19_2019-nCoV_disease_and_SARS_in_pathology_and_pathogenesis (Diakses: 13 April 2020). Centers for Disease Control and Prevention (2020) If You Have Animals, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Tersedia pada: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/dailylife-coping/animals.html (Diakses: 13 April 2020). Centers for Disease Control and Prevention (2020) Symptoms of Coronavirus, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Tersedia pada: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019ncov/symptoms-testing/symptoms.html (Diakses: 13 April 2020). Du, L. et al. (2009) “The spike protein of SARS-CoV — a target for vaccine and therapeutic development,” Nature Reviews Microbiology, 7(3), hal. 226–236. Tersedia pada: https://www.nature.com/articles/nrmicro2090 (Diakses: 14 April 2020). Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (2020) Situasi Virus Corona, Covid19.go.id. Tersedia pada: https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/ (Diakses: 14 April 2020). Mayo Clinic (2020) Coronavirus disease 2019 (COVID-19) - Symptoms and causes, Patient Care



&



Health



Information



|



Diseases



&



Conditions.



Tersedia



pada:



https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coronavirus/symptoms-causes/syc20479963 (Diakses: 15 April 2020). Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2020) Pneumonia COVID-19 Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. 1 ed, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. 1 ed.



Jakarta:



Perhimpunan



Dokter



Paru



Indonesia.



Tersedia



https://www.persi.or.id/images/2020/data/buku_pneumonia_covid19.pdf



pada: (Diakses:



14 April 2020). 23



Price, S. A. dan Wilson, L. M. (1995) Buku 1| Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 4 ed. Diedit oleh C. Wijaya. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Price, S. A. dan Wilson, L. M. (1995) Buku 2| Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 4 ed. Diedit oleh C. Wijaya. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Qiang, W. et al. (2020) A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and Prevention, Hubei Science



and



Technology



Press.



Tersedia



pada:



http://fpmpam.org/files/Handbook_2019nCoV.pdf (Diakses: 14 April 2020). H, I. R. K. (2020) Seputar Coronavirus (Covid-19), Wordpress. Tersedia pada: https://imamkoly123.wordpress.com/ (Diakses: 14 April 2020). Rumende,



C.



(2018)



Acute



Respiratory



Distress



Syndrome.



Tersedia



pada:



http://staff.ui.ac.id/system/files/users/cleopas.martin/miscellaneous/ards_pit_2018__copy.pdf (Diakses: 10 April 2020). Sofro, M. A. dan Anurogo, D. (2018) Atasi Penyakit, Infeksi, dan Problematika Kesehatan | The Art of Infections Diseases. 1 ed. Diedit oleh T. Ikrar. Yogyakarta: Rapha Publishing. Widoyono



(2011)



Penyakit



Tropis



|



Epidemiologi,



Penularan,



Pencegahan



&



Pemberantasannya. 2 ed. Diedit oleh R. Astikawati. Jakarta: Erlangga. World



Health



Organization



(2020)



Coronavirus,



Health



Topics.



Tersedia



pada:



https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_2 (Diakses: 10 April 2020). World Health Organization (2020) Laboratory Testing Strategy Recommendations for COVID-19, Laboratory testing for 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) in suspected human



cases.



Tersedia



pada:



https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331509/WHO-COVID-19lab_testing-2020.1-eng.pdf (Diakses: 13 April 2020).



24



World Health Organization (2020) Molecular Assays to Diagnose COVID-19, Coronavirus disease (COVID-19) technical guidance: Laboratory testing for 2019-nCoV in humans. Tersedia



pada:



https://www.who.int/docs/default-



source/coronaviruse/whoinhouseassays.pdf?sfvrsn=de3a76aa_2 (Diakses: 13 April 2020). World Health Organization (2020) Myth busters, Coronavirus disease (COVID-19) advice for the



public:



Myth



busters.



Tersedia



pada:



https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-forpublic/myth-busters (Diakses: 15 April 2020). Wu, C. et al. (2020) Risk Factors Associated With Acute Respiratory Distress Syndrome and Death in Patients With Coronavirus Disease 2019 Pneumonia in Wuhan, China | Critical Care Medicine



|



JAMA



Internal



Medicine



|



JAMA



Network.



Tersedia



pada:



https://jamanetwork.com/journals/jamainternalmedicine/fullarticle/2763184 (Diakses: 10 April 2020).



25



LAMPIRAN



Gambar 4. Lampiran buku-buku pegangan/referensi



Judul Buku: Atasi Penyakit, Infeksi, dan Problematika Kesehatan | The Art of Infections Diseases Edisi: 1 Penulis: DR. dr. H. Muchlis AU Sofro, SpPD-KPTI, FINASIM & dr. Dito Anurogo, M.Sc. Editor Ahli: Prof. dr. Taruna Ikrar, M.D., M.Pharm., Ph.D.



26



Judul Buku: Buku 1 | PATOFISIOLOGI | Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi: 4 Penulis: Sylvia Anderson Price, Ph.D., R.N. & Lorraine McCarty Wilson, Ph.D., R.N. Editor: dr. Caroline Wijaya



Judul Buku: Buku 2 | PATOFISIOLOGI | Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi: 4 27



Penulis: Sylvia Anderson Price, Ph.D., R.N. & Lorraine McCarty Wilson, Ph.D., R.N. Editor: dr. Caroline Wijaya



Judul Buku: Penyakit Tropis | Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya Edisi: 2 Penulis: dr. Widoyono, MPH Editor: Rina Astikawati



28