15 0 243 KB
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10%). Demam thypoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi dinegara yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air bersing yang dapat diminum. tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Demam thypoid dapat di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak dan tidak ada perbedaan yang nyata anatra insidensi demam thypoid pada wanita dan pria. Diagnose dari pelubangan penyakiit thypoid dapat sangat berbahaya apa bila terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam typoid ini tertular pada manusia pada daerah-daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang belum baik, hygiene personal yang buruk. Salah satu contoh di negara Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000.
Dalam lingkungan kita menjadi endemic di selatan dan Amerika Utara, Timur Tengah, Tenggara dan hampir seluruh Asia termasuk India. Di seluruh dunia tercatat sekitar 33 juta kasus dari demam typoid dan menyebabkan lebih dari 500.000 kematian.
1.2 Rumusan masalah 1. Apa pengertian demam typhoid? 2. Bagaimana etiologi demam typhoid? 3. Bagaimana anatomi fisiologi urgan-organ pencernaan? 4. Bagaimana patofisiologi demam typhoid? 5. Bagaimana pengkajian keperawatan pada kasus demam typohoid? 6. Bagimana diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan? 7. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus demam typhoid?
1.3 Tujuan penulisan 1. Ingin mengetahui pengertian, etiologi, dan patofisiologi demam typhoid 2. Ingin mengetahui pengkajian keperawatan pada kasus demam typhoid 3. Ingin mengetahui diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan 4. ingin mengetahui asuhan keperawatan pada kasus demam typhoid
1.4 Metode Penulisan Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan sebagai cara pemecahan masalah.
Sedangkan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan percakapan langsung dengan klien, keluarga dan perawat ruangan. 2. Observasi Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan sistematis 3. Studi Dokumentasi Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan diagnostik, laboratorium, dan catatan kesehatan lainnya. 4. Studi Kepustakaan Pengumpulan data didapat dari sumber-sumber yang relevan untuk menunjang data, dan selain itu dengan melakukan searching di internet.
1.5 Sistemarika Penulisan Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menguraikan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis Berisi tentang konsep dasar yang mencakup pengertian, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi, pengkajian keperawatan, diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan. BAB III Tinjauan Kasus, berisi tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, proses keperawatan dan catatan perkembangan. BAB IV Kesimpulan dan saran
`
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Typhoid Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ). Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999). Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).
2.2 Etiologi 1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida) antigen H(flagella) antigen V1 dan protein membrane hialin. 2. Salmonella parathypi A 3.
Salmonella parathypi B
4. Salmonella parathypi C 5. Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).
2.3 Anatomi Fisiologi 1. Usus halus (usus kecil) Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). 2. usus dua belas jari (Duodenum) Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. 3. Usus Kosong (jejenum) Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. 4. Usus Penyerapan (illeum) Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Diagram ileum dan organ-organ yang berhubungan. 5. Usus Besar (Kolon) Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. 6. Usus Buntu (sekum) Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
7. Umbai Cacing (Appendix) Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). 8. Rektum dan anus Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
2.4 Patofisiologi Menurut (Suriadi, 2001) : a) Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnnya. b) Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu. c) Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. d) Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus.
2.5 Pengkajian Keperawatan 1. Identitas Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR. 2. Keluhan Utama pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya. 4. Riwayat Penyakit Sekarang Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya 6. Riwayat Psikososial Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.
7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan a) Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatan. b) Pola nutrisi dan metabolism Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah. c) Pola aktifitas dan latihan Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya. d) Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur. e) Pola eliminasi Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. f) Pola reproduksi dan sexual Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan. g) Pola persepsi dan pengetahuan Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri. h) Pola persepsi dan konsep diri Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya. i) Pola penanggulangan stress Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya. j) Pola hubungan interpersonal Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit. k) Pola tata nilai dan kepercayaan Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu. 9. Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia. b) Kepala dan leher Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. c) Dada dan abdomen Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan. d) Sistem respirasi Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung. e) Sistem kardiovaskuler Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
f) Sistem integument Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat. g) Sistem eliminasi Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam. h) Sistem muskuloskolesal Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan. i) Sistem endokrin Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil. j) Sistem persyarafan Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.
2.6 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest. 4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).
2.7 Perencanaan Tindakan Keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhsi Tujuan
: suhu tubuh normal/terkontrol.
Kriteria hasil
:
a. Pasien melaporkan peningkatan suhu tubuh Mencari pertolongan untuk pencegahan peningkatan suhu tubuh. b. Turgor kulit membaik Intervensi Rasionalisasi a. Berikan penjelasan kepada klien dan a. agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari keluarga tentang peningkatan suhu
peningkatan
suhu
dan
tubuh
kecemasan yang timbul.
membantu
mengurangi
b. Anjurkan klien menggunakan pakaianb. untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis dan menyerap keringat
tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh.
c. Batasi pengunjung
c. agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan
d. Observasi TTV tiap 4 jam sekali
tidak terasa panas.
e. 2,5 liter / 24 jam± Anjurkan pasien
d. tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
untuk banyak minum, minum
e. peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
f. Memberikan kompres dingin
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
g. kolaborasi dengan dokter dalam
asupan cairan yang banyak
pemberian tx antibiotik dan antipiretik
f. untuk membantu menurunkan suhu tubuh g. antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk menurangi panas.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat
Pasien
mampu
menghabiskan
makanan
sesuai
dengan
porsi
yang
diberikan
Intervensi Rasionalisasi a. Jelaskan pada klien dan keluargaa. untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi tentang manfaat makanan/nutrisi.
sehingga motivasi untuk makan meningkat.
b. Timbang berat badan klien setiap 2b. untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat hari.
badan.
c. Beri makanan dalam porsi kecil danc. untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah frekuensi sering.
ditelan.
d. Beri nutrisi dengan diet lembek, tidakd. mengandung
banyak
serat,
untuk
tidak
menghindari
mual
dan
muntah.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida
merangsang, maupun menimbulkan dan nutrisi parenteral. banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat e.
e.
mengurangi
rasa
mual
dan
muntah.
Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan
nutrisi
per
oral
sangat
kurang.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bed rest Tujuan
: pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.
Kriteria hasil
:
Kebutuhan personal terpenuhi Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh. memenuhi AKS dengan teknik penghematan energi. Intervensi Beri motivasi pada pasien dan kelurga untuka. melakukan
mobilisasi
sebatas
kemampuan
(missal. Miring kanan, miring kiri). (makan, minum). Dekatkan
mengetahui
pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest
b. untuk mengetahui sejauh mana kelemahan
Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas
agar
Rasionalisasi pasien dan keluarga
yang terjadi.
c. untuk mempermudah pasien dalam melakukan keperluan
pasien
dalam
jangkauannya.
aktivitas.
d. menghindari kekakuan sendi dan mencegah
Berikan latihan mobilisasi secara bertahap
adanya
dekubitus
sesudah demam hilang.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan cairan yang berlebihan (diare/muntah) Tujuan
: tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil
:
Turgor kulit meningkat Wajah tidak nampak pucat a.
Berikan
Intervensi penjelasan tentang
Rasionalisasi pentingnya a. untuk mempermudah pemberian cairan
kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga.
(minum) pada pasien.
b. Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.b. untuk mengetahui keseimbangan cairan.
c. untuk pemenuhan kebutuhan cairan. c. 2,5 liter / 24 jam.± Anjurkan pasien untuk d. untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan
banyak minum d. Observasi kelancaran tetesan infuse.
mencegah adanya odem.
e. untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang e. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).
tidak terpenuhi (secara parenteral).
BAB III TINJAUAN KASUS
A.Pengkajian 1.Biodata a. Biodata Klien Nama
: Tn.F
Umur
: 33
Jenis Kelamin
: laki-laki
Alamat
:JL .Beringin Gang Sehat No.6
Agama
: Kristen
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
Karyawan swasta
Suku Bangsa
: Batak
Status
: Lajang
Tanggal masuk
: 09 Januari 2017
Tanggal Pengkajian No RM
: 09 Januari 2017 : 36.65.43
b.Biodata Penanggung jawab Nama
: Tn C
Umur
: 29 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Kp sadeng, Desa Citanagara, Kecamatan cigedug-Garut
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: wiraswasta
Hubungan dengan klien : Anak Klien
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah b. Riwayat Kesehatan sekarang Menurut penututran klien sudah satu minggu mengeluh demam disertai mual, pusing, lesu, susah BAB dan nyeri pada abdomen bagian bawah. Selain itu klien mengeluh menggigil pada malam hari yang disertai keringat dingin. Pada tanggal 24 november 2014 dilakukan pengkajian, klien mengeluh nyeri pada bagian abdomen, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 3 dari rentang 0-5. Nyeri dirasakan pada daerah abdomen sebelah kiri bawah, rasa nyeri tidak terjadi penyebaran. Nyeri dirasakan saat klien bergerak ddan pada saat ditekan. c. Riwayat kesehatan dahulu Menurut penuturan kien, klien sebelumnya tdak perah mengalami penyakit seperti di derita saat ini, namun klien mempunyai penyakit gastritis yang telah lama dideritanya. dan biasanya klien hanya mengeluh pusing dan demam yang biasanya di obati dengan obat dari warung. d. Riwayat kesehatan keluarga Menurut penuturan klien dan keluarga klien diantara anggota keluarganya belum pernah mengalami penyakit yang seperti diderita klien, dan juga tidak pernah mengalami penyakit yang berat, seperti Diabete mellitus, Hepatitis TBC dan lain sebagainya.
3. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Kesadaran Penampilan umum
: Klien tampak lemah
b.Tanda-tanda Vital Tekanan darah
: 130/60 mmHg
Nadi
: 65 kali/menit
Respirasi
: 21 kali/menit
Suhu
: 36.3’c
c. Inteugumen 1) Inteugumen dan kulit kepala Warna rambut Distribusi
: Hitam
Kuantitas
: Merata
Tekstur
: Tipis
Kebersihan
: Bersih, tidak tampak adanya kotoran
Lesi
: Tidak ada lesi
2) Kulit Warna
: Kuning langsat
Kelembaban
: Lembab
Tekstur
: Halus
: Baik, saat ditekan dapat kembali ke keadaan semula yaitu < 2 detik Kebersihan
: Bersih, tidak tampak adanya kotoran
3) Kuku Warna dasar Tekstur
: Transparan : Halus
Bentuk
: Cembung
Kebersihan
: Bersih, tidak tapak adanya kotoran
: Baik, saat ditekan sirkulasi darah kembali dalam waktu < dari 2 detik d. Kepala Kebersihan
: simetris
Bentuk
: Lonjong, Oval
Kondisi
: tidak terdapatbenjolan
Kebersihan
: Bersih tidak tampak adanya kotoran
e. Mata 1) Alis mata Kesimetrisan
: simetris antara alis kiri dan alis kanan
Warna
: Hitam
Distribusi bulu
: Merata
Benjolan Nyeri
: Tidak terdapat benjolan : Tidak ada nyeri
2) Kelopak mata dan bulu mata Kesimetrisan
: selaras antara kelopak mata kiri dan kanan
Warna kelopak mata
: sama dengan kulit sekitar
Distribusi bulu mata
: merata
Warna bulu mata
: Hitam, melengkung ke atas
Keadaan 3) Bola mata
: Tidak terdapat edema
Konjuntiva
: Merah muda
Sclera
: Putih
Kornea
: Jernih
4) Pupil Bentuk
: Isolasi terhadap cahaya
: Baik, pada saat cahaya di dekatkan
pupil mengecil dan melebar saat cahaya dijauhkan
5) Ketajaman penglihatan : Baik, klien dapat melihat pada jarak 35 cm dengan cara
membaca koran
6) Lapang pandang : Baik, pada jarak 60 cm klien dapat dengan jelas melihat telunjuk perawat 7) Gerakan ekstra okuler mata f. Telinga Posisi
: simetris antara telinga kiri dan kanan
Warna
: sama dengan kulit sekitar
tekstur
: Halus
ran
n
: Baik, klien dapat mengikuti ara telunjuk perawat
:Baik, klien dapat mendengar suara perawat dan menjawab pertanyaan perawat dengan baik Kebersihan
: Bersih, tidak tampak adanya serumen
g. Hidung Bentuk
: simetris antara lubang kiri dan kanan
Warna
: sama dengan kulit sekitar
Mukosa hidung
: tidak ada pembengkakan
Kebersihan
: Bersih, tidak tampak adanya kotoran
: Baik, klien dapat membedakan bau parfum dan bau minyak kayu putih h. Mulut 1) Bibir Warna
: Merah muda
Tekstur
: Halus
Kelembaban
: Lembab
Keadaan Kebersihan 2) Gigi
: Tidak tampak adanya stomatitis : Bersih tidak tampak adanya kotoran
Warna
: Putih kekuning-kuningan
Jumlah gigi
: 30 buah
Kebersihan
: tidak tampak adanya kotoran
Keadaan
: tidak tampak adanya carries gigi
3) Lidah Warna
: merah muda
Tekstur
: Halus
Pergerakan
: Baik, dapat digerakan kesegala arah
Kebersihan
: tidak tampak adanya kotoran
Fungsi pengecapan
: Baik, klien dapat membedakan rasa asin, manis dan pahit
i. Leher Warna
: Sama dengan kulit sekitar
Kesimetrisan
: simetris antara kedua bahu
Pergerakan
: Baik, dapat digerakan ke segala arah
JVP
: Ada peninggian JVP
KGB
: tidak ada pembesaran KGB
Kelenjar tyroid
: saat menelan tidak ada pembesaran tyroid
Kebersihan
: Bersih
j. Dada Posisi
: simetris antara dada kiri dan kanan
Bunyi jantung
: Reguler
Bunyi paru-paru Kebersihan
: Vasikuler : Bersih
k. Abdomen Warna
: Sama dengan kulit tubuh
Tekstur
: Halus
: Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah dan nyeri tekan Skala
: skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5
Kebersihan
: Bersih
l. Genetalia tidak terkaji m. Ekstremitas
:Pergerakan tangan kanan klien terbatas karena terpasang infuse, dan tangan kiri dapat digerakan ke segala arah : Baik, kaki kanan dan kaki kiri klien dapat digerakan ke segala arah 4. Pola aktivitas No 1.
Jenis Aktivitas Pola nutrisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
3 kali / hari
2kali / hari
Nasi, lauk pauk, sayur-sayuran
Bubur nasi, lauk pauk, sayuran
1 porsi
½ porsi
Mandiri
Dibantu
Kurag lebih 1400 ml/hari
Kurang lebih 800 ml/hari
Air putih, teh, susu
Air putih
Mandiri
dibantu
1 kali/ hari
Belum BAB 6 hari
Padat
Padat
Kuning khas feses
Kuning khas feses
Khas fese
Khas feses
mandiri
Dibantu
kurang lebih 1000 mlhari
Kurang lebih 700 ml/hari
Kuning jernih
Kuning jernih
Khas amoniak
Khas amoniak
Mandiri
dibantu
a. Makan Frekwansi Jenis Porsi Cara b. Muinum Frekwensi Jenis Cara
2.
Pola eliminasi a. BAB Frekwensi Konsistensi Warna Bau Cara b. BAK Frekwensi Warna Bau cara
3.
Pola istirahat tidur a. Tidur siang Frekwensi Kualitas
Kurang lebih 2 jam/hari
Kurang lebih 1 jam/ hari
b. Tidur malam
Nyenyak
Kurang nyenyak
Frekwensi Kualitas Kurang lebih 6-7 jam/hari
Kurang lebih 4 jam / hari Kurang nyenyak
Nyenyak 4.
Personal hygine a. Mandi
2 kali/hari
1kali/hari
b. Gosok gigi
2 kali/hari
1kali/hari
c. Ganti pakaian
2 kali/hari
1kali/hari
Mandiri
Dibantu
d. cara 5. Data Psikologis, Social dan Spiritual a. Data Psikologis
Klien tampak murung, terlihat sedikit cemas dan selalu bertanya tentang keadaan penyakit yang dideritanya, sesekali klien tampak sedih karena memikirkan keadaannya, namun klien juga yakin bahwa penyakitnya dapat segera disembuhkan. b. Data Social Hubungan klien dengan keluarga baik, terbukti para tetangga-tetangganya banyak yang datang menjenguk klien, klien juga berkomunikasi dengan baik kepada pasien lain. Klien juga dapat bekerjasama dengan tim kesehatan terutama dalam melakukan tindakan dan sangat kooperatif. c. Data Spiritual Klien beragama islam, terbukti klien selalu berdo’a unutk kesembuhannya sehingga klien ingin cepatcepat pulang kerumah dengan sehat. Dan klien menyadari bahwa kondisi atau penyakitnya sekarang ini merupakan titipan dari allah SWT yang diberikan kepadanya. 6. Data penunjang a. Data penunjang 1. Darah rutin No 1.
Jenis Pemeriksaan Hemoglobin
Hasil 14.3 g/dL
Nilai Normal 13.0 – 18.0 /dL
Interpretasi Normal
2
Hematokrit
39 %
40 – 52 %
Menurun
3
Leukosit
21.170 /mm3
3.800 – 10.600 /mm3
Meningkat
4
Trombosit
222.000 /mm3
150.000 – 440. 000 /mm3
Normal
5
Eritrasit
4.49 juta / mm3
3.5 – 6.5 juta /mm3
Normal
2. Kimia Klinik
No 1.
Jenis Pemeriksaan Ureum
Hasil 33 mg/dL
Nilai Normal 15 – 50 mg/dL
Interpretasi Normal
2.
Kreatinin
0.7 mg/dL
0.7 – 1.2 mg/dL
Normal
b. Diagnose medis thypoid abdominalis c. Therapy 1) Infuse RL 20 tetes/menit
IV
2) Cefotaxim
IV
2.1 gram
3) Ranitidine 2.1 amp IV 4) Ketorolax 2.1 amp 5) PCT
3.500 gram
6) Curcuma
3.1
IV
B. Analisa data No 1.
Symptom
Etiologi
Ds :
Gangguan rasa
Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri
nyaman yeri Inflamasi pada hati dan limpa
bawah Do : Klien tampak kesakitan pada abdomen bagian kiri bawah
Hepatomegali dan splenomegali
Keadaan umum lemah T : 130/60 mmHg P : 65 kali/menit
Problem
Nyeri tekan
R : 21 kali/menit S : 36.3’c Nyeri akut Gangguan rasa nyaman nyeri
2.
Ds : klien mengeluh susah BAB
Gangguan eliminasi Peristaltic usus menurun
fekal
Do : Klien tampak lemah Bising usus kliien
Reabsorpsi cairan menurun
5x/menit Abdomen klien teraba keras
Akumulasi feses dan fese mengeras Gangguan eliminasi fekal
3.
Ds : Klien mengeuh mual Klien mengeluh tidak
Gangguan pemenuhan Kompensasi usus mnurun
kebutuhan nutrisi
nafsu m akan Do : Klien tampak lemah
Reabsorpsi makanan terganggu
Porsi makan klien ½ porsi Berat badan kien
Merangsang hipotalamus
menurun menjadi 45 Kg dari sebelumnya 52 Kg Anoreksia Gangguan pemenuhan nutrisi 4.
Ds : Klien mengeluh lemas Do :
Gangguan pola Asupan nutrisi kurang
Klien tampak lemah Aktivitas klien dibantu, BAB, BAK, makan dan lain-lain
Tubuh kekurangan energy
aktivitas
Lemas/lemah Gangguan pola aktivitas C. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan nyeri pada abdomen kiri bawah, yang ditandai dengan : Ds
: klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah
Do
:
Klien tampak meringis kesakitan Skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5 Keadaan umum tampak lemah T
: 130/60 mmHg
P
: 65 kali/menit
R
: 21 kali/menit
S
: 36,3’c
2. Gangguan pola eliminasi fekal sehubungan dengan konstipasi, yang ditandai dengan : Ds
: klien mengeluh susah BAB
Do
:
Klien tampak lemah Bising usus klien 5x/ menit Abdomen klien teraba keras 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan adanya mual muntah yang ditandai dengan : Ds
:
klien mengeuh mual klien mengeluh tidak napsu makan Do
:
Klien tampak lemah Posi makan klien ½ porsi Berat badan klien turun 7 Kg, dari 52 Kg menjadi 45 Kg 4. gangguan pola aktivitas segubungan dengan kelemahan fisik, yang ditandai dengan :
Ds
: klien mengeluh lemas
Do
:
Klien tampak lemah Aktivitas klien dibantu, BAB, BAK, berjalan dan lain-lain.
PROSES KEPERAWATAN Nama
: Tn.F Ruangan
Umur
: STELLA 2 : 33 Tahun
No. RM Jenis kelamin
: 36.65.43
: Laki-laki Dx
N o 1.
: thypoid abdominalis Perencanaan Intervensi Rasonalisasi Kaji secara Perubahan
Diagnosa Tujuan keperawatan Gangguan rasa Setelah nyaman
nyeri dilakukan
sehubungan dengan
komprehensip
tindakan
nyeri
meliputi : lokasi, tetapi
pada selama 2 x 24 karakteristik,
badomen bawah,
kiri jam yang rasa
dalam
nyeri lokasi/atau
tentang
adanya keperawatan
Pelaksanaan Tanggal 25
Tanggal 25 november
Novembera
2014
2014
Pukul 11.00 WIB
dalam Pukul 09.00
menunjukan
Evaluasi
WIB
S : Klien masih mengeluh nyeri pada
gagguan durasi,
terjadinya
Mengkaji abdomen bagian kiri
nyaman frekwensi,
komplikasi. sklana nyeri, lokasi dan bawah
teratasi kualitas/beratny
Nyeri cenderung karakteristiknya,
ditandai dengan :
nyeri
Ds :
dengan kriteria a nyeri skala ( 0- menjadi konstan skala nyeri 3 dari rentang klien tampak sedikit
klien
mengeluh hasil :
nyeri
5 ) dan factor- lebih
pada Laporan nyeri faktor presipitasi
abdomen bagian hilang kiri bawah Do :
atau
Klien dapat pada
Klien tampak menunjukan meringis
keterampilan
kesakitan
relaksasi,
Skala nyeri 3 metode dari rentang 0 - 5
T : 130/60 mmHg
bagian
kiri rentang 0 – 5 keadaan umum klien
daerah terjadi abses.
masih lemah
Memberikan T : 130/60 mmHg
kompres hangat, P : 65 kali/menit
Berikan
hasil
klien R : 21 kali/menit
teknik kompres tampak nyaman S : 36,3’c yang dan rasa nyeri A : Gangguan rasa tentang strategi hangat diberikan, akan berkurang. menurunkan nyaman nyeri teratasi
lain penjelasan
untuk kenyamanan
akan menyebar seperti ditusuk-tusuk di skala nyeri klien 2 dari
nyeri Berikan ke atas, abdomen
nyeri
Keadaan umum meningkatkan klien lemah
0hebat, – 5 yang dirasakan meringis
bila bawah. kompres hangat dalam local
terkontrol
hasil O :
rasa neyeri yaitu membantu Memberikan sebagian dengan teknik mengurangi rasa penjelasan P : lanjutkan intervensi
P : 65 kali/menit
distraksi
R : 21 kali/menit
relaksasi.
S : 36,3’c
Atur
dan nyeri.
tentang
posisi dengan
teknik
distraksi
dan
relaksasi,
hasil
klien
dapat
klin,
melakukan
pertahankan
teknik distraksi melakukan
posisi
semi diharapkan klien teknih relaksasi
fowler
akanupa/teralihk
dank
lien
an dan reaksasi tampak nyaman akan menguragi dan tenang. komsusi oksigen. Ketegangan otot
Mengatur
dan diharapkan posisi tidur klien rasa nyeri akan yaitu
dengan
berkurang.
posisi
semi
memudahkan
fowler,
hasil
darinase
klien
cairan/luka
nyaman
tampak dan
karena garvitasi tenang dan
membantu
meminimalkan rasa
nyeri
karena gerakan 2.
Gangguan eliminasi
fekal eliminasi
sehubungan dengan
teratasi dengan konsistensi,
Ds :
warna dan bau
yang Klien lancer
di tandai dengan :
BAB
Tanggal 25
Tanggal 25 november
mengetahui
november 2014
2014
perkembangan
Pukul 8.30 WIB
Pukul 10.30 WIB S : Klin masih
pengobatan
frekwensi BAB,
mengeluh susah BAB
terhadap
konsistensi,
O:
mengeluh normal yaitu 8 Anjurkan klien dan x/menit
Mengkaji
tindakan
keluhan pasien warna dan bau, Klien masih tampak
Bising usus
susah BAB Do :
fekal BAB,
adanya criteria hasil :
konsipasi,
Klien
Kaji frekwensi Dapat
Gangguan
dapat hasil klien
untuk
digunakan untuk belum BAB
melakukan
merencanakan
selama 6 hari
lemah Bising usus klien 5x/menit
Klien tampak
sesuai
lemah
Bising
mobilisasi
usus
klien 5x/menit
tindakan
dengan selanjutnya.
keadaan keadaan pasien
A : gangguan eliminasi
klien mampu
tonus
otot melakukan
abdomen
dan mobilisasi yaitu
Berikan merangsang
penjelasan
sakit
mobilisasi, hasil
sesuai memperbaiki
kebutuhannya
teraba keras
latihan
banyak dengan
minum
masuk rumah
klien untuk
Anjurkan klien eliminasi untuk
nafsu
Abdomen klien masih
fisik Menganjurkan
Aktivitas membeantu
Abdomen klien teraba keras
sejak klien
berjalan, makan,
makan dan lain-lain
kepada klien dan serat peristaltik keluarga tentang usus. penyebab
Masukan cairan Menganjurkan
konstipasi.
adekuat
klien untuk
Kolabiorasi membantu untuk pemberian mempertahanka
obat atau BAB
banyak minum air putih, hasil
konsistensi klien dapat pencahar n yang minum sehari pelancar feses susuai
dengan kurang lebih
usus
dan 800 ml.
membantu
Memberikan
eliminasi
penjelasan
regular.
tentang penyebab
Konsistensi
konstipasi yaitu
feses
dapat dapat diakibatkan oleh disebabkan oleh penurunan
penurunan
peristaltic usus.
peristaltic usus dan penyerapan air yang terlalu berlebuh
fekal belum teratasi P : lanjutkan intervensi
Memberikan
Obat
pencahar/pelanc
obat rectal yaitu
ar BAB dapat glukolak 1 butir mempelancar eliminasi
per hari
fekal
untuk memenuhi kebutuhan eliminasi 3.
Kaji riwayat Mengidentifikas
Gangguan
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
nutrisi
sehubungan
dengan Kriteria makanan
dengan
teratasi termasuk
menduga
ditandai dengan :
disukai.
Ds :
Nafsu makan catat
Klien mengeluh klien meningkat mual
Berat
badan porsi
lemah
tetapi
Berat
dari sebelumnya 52 Kg menjadi 45 Kg dari
O: lemah
Mengobservasi porsi makan klin
sedikit konsumsi dengan makanan
intake makanan,
sudah meningkat
hasil klien
menjadi ¾ porsi
makan hanya ½ berat badan klien porsi dan
mulai meningkat
minum kurang
menjadi 48.4 Kg dari
lebih 700
47 Kg
penurunan berat ml/hari
A : gangguan
badan
pemenuhan nutrisi
atau
Berikan dan mengawasi bantu oral efektivitas hygine
sakit
Mengawasi
klien turun 7 Kg
nafsu makan klien masih tampak
makan badan
hari sebelum Mengawasi
frekwensi sering
klien ½ porsi
mengeluh mual
makan 3 kali/ klien sudah mulai
Berikan kalori/kualitas makanan dalam kekurangan
Klien tampak klien meningkat Porsi
klien, hasil klien
masukan
porsi
Do :
selanjutnya
nafsu makan dalam 1
makan
S :
riwayat nutrisi klien sudah tidak
(intake)
Pasien dapat makanan
Pukul 10.00 WIB
intervensi
masukan
Klien mengeluh menghabiskan tidak
Pukul 8.30 WIB
Observasi dan
terpenuhi
2014
yang kemungkinan Mengakji
yang Nutrisi klien
mual,
Tanggal 25 november
klien i defisiensi, dan november 2014
nutrisi
adanya hasil:
Tanggal 25
intervensi. Makan
Memberikan
teratasi sebagian
mkana dalam
P : tingkatkan
posri sedikit
intervensi
sedikit tetapi sering,
Kolaborasi tetapi
sering hasil klien dapat
untuk pemberian dapat obat anti mual
makan ¾ porsi
menurunkan
dalam beberapa
kelemahan dan kali makan meninkatkan
juga Menganjurkan klien untuk mencegah personal hygine distensi gaster. masukan
Dapat
sebelum makan,
meningkatkan
hasil klien
nafsu dan
makan tampak senang masukan dan nyaman saat makan
peroral
Memberikan
4.
Gangguan
Dengan memberikan obat anti mual, dapat meningkatkan asupan nutrisi tanpa terjadi rasa mual muntah Berikan Memberikan
pola Gangguan pola
aktivitas
aktivitas teratasi lingkungan
sehubungan
dengan Kriteria tenang
dengan
hasil :
kelemahan fisik, yang dengan : Ds :
Klien
membatasi tidak pengunjung
x 1 amp dengan IV
Tanggal 25
pasien, Pukul 11.00 merasa
dan lingkungan yang O : klien
secara bertahap
nyaman
S : Klien masih engeluh
Memberikan lemas
untuk mobilisasi bergerak. dengan Memberikan
indikasi
2014 Pukul 13.30 WIB
paien WIB
gerah
sesuai
Tanggal 25 november
gerak november 2014
sehingga tidak
yaitu ranitidin2
Anjurkan klien terganggu untuk tenang,
Mampu Klien mengeluh melakukan aktivitas, lemas bergerak dan menunjukan Ds : kekuatan otot Klien tampak lemah
dengan untuk
ditandai lemas, dan bisa bergerak
ruang
obat anti mual
hasil Klien masih tampak tampak lemah dan Aktivitas klien masih
tampak tenang.
dibantu; BAB, BAK,
suatu
latihan Menganjurkan berjalan dan lain-lain
agar
terjadi klien
Dekatkan penigkatan
latihan
untuk A : gangguan pola aktivitas belum teratasi
Aktivitas klien dibantu,
BAK,
BAB, makan dan
barang-barang
kekuatan
yang dibutuhkan dan klien
otot mobilisasi, hasil P : lanjitkan intervensi
mencegah klien
kekakuan otot
belum
mampu mobilisasi
lain-lain
Membatasi
Anjurkan gerak
keluarga
seperti berjalan,
pasien
klien secara
untuk memenuhi berlebihan kebutuhan
memberikan
sehari-hari klien
pacuan
Mendekatkann dan barang-barang
untuk
pasien berusaha dengan
mudah
menggapainya keluarga
klien, hasil klien dapat
meraih
barag-barangnya tanpa
ada
kesulitan
Dengan
Menganjurkan
membantu
semua aktivitas klien
dapat
secara
tidak
langsung
klien
diikut
dan lain-lain
sertakan
untuk bergerak
keluarga
untuk
membantu memenuhi kebutuhan klien, hasil
CATATAN PERKEMBANGAN Nama
: Tn. F
Umur
: 33 tahun
No RM : 36.65.43
Jenis kelamin
: Laki-laki
Dx
N o 1.
Tanggal
DS
09 Januari
I
2017
2.
Ruang
10 januari 2017
: STELLA 2
Catatan
S : Klien mengeluh mengeluh nyeri pada abdomen kiri bawah O : - klien tampak meringis - skala nyeri 3 dari rentang 0 -5 - klien tampak lemah T : 130/60 mmHg R : 21 kali/menit P : 65 kali/menit S : 36,3’c A : Gangguan rasa nyaman nyeri P : - kaji karakteristik, lokasi, durasi, frekwensi dan intensitas nyeri - Berikan kompres hangat - Atur posisi tidur klien, perrahankan osisi semi fowler I : - mengkaji karakteristik, lokasi, durasi, frekwensi dan intensitas nyeri Memberikan kompres hangat Mengatur posisi tidur klien yaitu semi fowler E : masalah teratasi sebagian R : Lanjutkan intervensi II S : klien mengeluh susah BAB O : - klien tampak lemah Bising usus klien 5 kali/menit Abdmen klien teraba keras A : Gangguan eliminasi fekal P : - kaji frekwensi BAB, konsistensi, warna dan bau Anjurkan untuk mobilisasi Anjurkan klien untuk banyak minum Berikan penjelasan tentang penyebab kontipaasi Kolaborasi untuk pemberian obat pencahar I : - mengkaji frekwensi BAB, konsistensi, warna dan bau Menganjurkan untuk mobilisasi Menganjurkan klien untuk banyak minum Memberikan penjelasan tentang penyebab kontipasi Membeikan obat pencahar yaitu glukolak 1 butir perhari
: thypoid Abdominalis Pelaksana Elprida
Elprida
3.
11 Januari 2017
4.
12 Januari 2017
E : masalah belum teratasi R : Lanjutkan intervensi III S : - klien mengeluh mual Klien mengeluh tidak nafsu makan O : - klien tampak lemah Porsi makan klien ½ porsi Berat badan klien menurun 7 Kg dari 52 Kg menjadi 45 Kg A : gangguan pemenuhan nutrisi P : - kaji riwayat nutrisi klien Observasi masukan intake makan Timbang berat badan tiap hari Anjurkan klien untuk makan sedikit tetapi sering Berikan oral hygine Kolaborasi pemberian obat anti mual I : - mengkaji riwayat nutrisi klien Mengobservasi masukan intake Menimbang berat badan tiap hari Memberikan oral hygine Memberikan obat anti mul yaitu ranitidine 2 x 1 amp/hari E : masalah teratasi sebagian R : lanjutkan intervensi IV S : klien mengeuh lemas O : - klien tampak lemah Aktivitas klien dibantu BAB, BAK, makan, berjalan dan lain-lain A : gangguan pola aktivitas P : - berikan lingkungan yang tenang Anjurkan untuk mobilisasi secara bertahap Dekatkan barang-barang klien Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan klien I : - memberikan lingkungan yang tenang Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap Mendekatkan barang-barang klien Menganjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan klien E : masalah belum teratasi R : Lanjutkan intervensi
Elprida
Elprida
BAB IV KESIMULAN DAN REKOMENDASI 4.1 Kesimpulan Dalam makalah ini dapat disimpulkan, bahwa penyakit demam thypoid merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat dan sampai saat ini masih belum bisa ditangani dan dihentikan. Menjaga diri dan lingkungan masing – masing merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit ini datang. Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn.A dengan demam thypoid hari ke-1 sampai hari ke-3, dari tanggal 24 November – 26 November 2014 penulis dapat menarik kesimpulan sebagi berikut: 1. Melalui pengkajian yang komprehensif didapatkan data-data mengenai klien secara umum sehingga permasalahan yang ada dapat tergali dan teratasi. Data yang ditemukan pada klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah, klien belum BAB selam 6 hari sejak masuk Rumah Sakit, klien makan habis ½ porsi, klien tampak lemah dengan aktivitas dibantu keluarga; makan, BAB, BAK, berjalan dan lain-lain 2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan demam thypoid adalah : gangguan rasa Nyman nyeri, gangguan eliminasi fekal, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan gangguan pola aktivitas 3. Penilaian keberhasilan dari asuhan keperawatan pada klien demam thypoid disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan, selain itu perawat juga harus mampu menilai dengan baik apakah masalah sudah teratasi atau belum sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan guna menanggulangi masalah klien. 4. Pendidikan kesehatan sangat diperlukan mengingat masih banyaknya klien khususnya demam thypoid, yang masih kurang mengetahui tentang penatalaksanaan dan pencegahan. 5. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien demam thypoid dilakukan dengan akurat, tepat waktu agar hasil daripada tindakan asuhan keperawatan dapat dipertanggungjawabkan.
4.2 Saran Setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan demam thypoid, penulis dapat memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut : 1. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid harus dilakukan melalui pendekatan proses keperawatan melalui 5 tahap, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 2. Diagnosa yang diangkat hendaknya berdasarkan dengan data yang ditemukan dari hasil pengkajian. 3. Pelaksanaan tindakan keperawatan hendaknya melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan lain dan hendaknya memperhatikan standar asuhan keperawatan. 4. Pembuatan rencana keperawatan seharusnya disusun berdasarkan prioritas masalah dengan mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Rencana tindakan terhadap masalah yang ditemukan adalah mengatasi nyeri, mengembalikan integritas kulit dan jaringan, memenuhi kebutuhan klien yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh klien, dan mencegah terjadinya infeksi. 5. Pelaksanaan asuhan keperawatan hendaknya disesuaikan dengan perencanaan yang telah ditetapkan, di samping itu pula disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang ada. Keberhasilan yang dicapai dari pelaksanaan asuhan keperawatan tidak terlepas dari kerjasama yang baik dari klien, keluarga dan perawat serta tim kesehatan lainnya sehingga semua rencana tindakan dapat mencapai hasil yang maksimal. 6. Penilaian hasil tindakan keperawatan seharusnya berorientasi pada kriteria tujuan yang diharapkan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan dari semua
implementasi yang telah dilaksanakan. Pada tahap evaluasi asuhan keperawatan pada kasus ini didapatkan hasil yakni teratasinya masalah yang muncul pada klien. 7. Pendokumentasian hasil asuhan keperawatan hendaknya dilakukan dengan akurat, tepat waktu agar hasil dari semua tindakan dapat tercapai secara maksimal.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.F DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN :THYPOID ABDOMINALIS D I S U S U N OLEH: ELPRIDA H SITANGGANG NIM : 150207007 DOSEN PEMBIMBING : Ns.Osak Sitorus, M.Kep
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN