Tugas Parasitologi Veteriner I (Parasit Penghisap Darah) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PARASITOLOGI VETERINER Parasit Penghisap Cairan Tubuh Hospesnya



OLEH Kelompok 2 Nurmauliah S.



(O11114001)



Suci Sulfiani



(O11114002)



Lola Adriana



(O11114003)



Nurfaatimah Azzahrah



(O11114506)



Sri Ravida



(O11114507)



Ummu Hani



(O11114508)



Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin



2015



Parasit Penghisap Cairan Tubuh Hospesnya



1



A. Pendahuluan Parasit adalah hewan renik yang dapat menurunkan produktivitas hewan yang ditumpanginya. Parasit dapat menyerang manusia dan hewan, seperti menyerang kulit manusia Dalam hubungan parasit dengan hospesnya, sebenarnya parasit tidak bertujuan untuk mematikan hospes atau memusnahkannya, karena kematian hospes berarti juga kematian parasit. Sehingga, semakin sempurna sifat keparasitan kerusakan hospes yang ditimbulkan oleh parasit semakin berkurang. Berat ringannya kerusakan pada hospes karena parasit ditentukan banyak faktor seperti faktor parastt ( spesies, jumlah parasit), hospesnya (muda, dewasa, jenis kelamin, kondisi tubuhnya seperti lelah, lapar dan lain sebagainya) dan faktor eksternal seperti menejemen dan kondisi lingkungan. Cara parasit merugikan hospesnya ada berbagai macam, salah satunya adalah dengan menghisap darah/cairan tubuh hospesnya. B. Macam-macam parasit serta cara parasit tersebut menghisap darah/ cairan pada tubuh hospesnya 1. Caplak Caplak adalah ektoparasit penghisap darah pada hewan vertebrata. Sama seperti anggota arachnida lainnya tubuh caplak terbagi menjadi dua bagian, yaitu : bagian depan disebut cephalothorax (prosoma) dan bagian belakang tubuh disebut abdomen (ophistosoma). Meskipun demikian, tidak terdapat batas yang jelas diantara dua bagian tubuh tersebut. Caplak dewasa mempunyai alat-alat tubuh pada arachnida seperti khelisera dan palpus (alat sensori) yang terdapat dibagian atas, dan enathosoma/capitulum, dan empat pasang kaki (Kendall, 2008). Contoh caplak berkulit keras di Indonesia adalah caplak sapi (Boophilus microplus), caplak anjing (Rhipicephalus sanguineus), caplak babi (Dermacentor auratus). Caplak dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa makan jika belum mendapatkan induk semangnya. Caplak dapat hidup



pada 1-3 induk semang berbeda selama fase pertumbuhannya sehingga dikenal dengan sebutan caplak berinduk semang satu, berinduk semang dua dan berinduk semang tiga (Vredevoe, 1997). Caplak memiliki 4 tahapan siklus hidup mulai dari telur - larva - nimfa dewasa. Memiliki lama siklus hidup lebih kurang lebih 3 bulan. Rhipicephalus sanguineus merupakan caplak berinang 3, umumnya anjing. Caplak betina bertelur sampai 5.000 butir telur, selanjutnya telur akan menetas dalam 17-30 hari dan kemudian larva menempel pada inang ke-1 (rambut panjang belakang leher anjing). Larva menghisap darah 2—6 hari, jatuh, dan berubah menjadi nimfa 5-23 hari. Lalu nimfa menempel pada inang ke-2, terutama di belakang leher, menghisap darah 4-9 hari, jatuh, dan berubah menjadi dewasa 11-73 hari. Caplak dewasa kemudian menempel pada inang ke-3 yang sering pada hospes telinga dan sela-sela jari kaki anjing, menghisap darah pada 6-21 hari dan lalu jatuh untuk bertelur. Larva tidak makan dapat hidup sampai dengan 8,5 bulan, sedangkan caplak dewasa dapat bertahan 19 bulan. Seekor caplak dewasa dapat mengisap darah 0,5-2 mililiter, dalam waktu singkat dapat menyebabkan anemia bagi inangnya. Luka trauma akibat gigitan caplak juga dapat menjadi tempat infeksi sekunder. Caplak juga dapat menyebabkan depresi syaraf akibat toksin yang diproduksi oleh caplak betina di kelenjar saliva. Paralisis biasanya dimulai dari otot belakang tubuh, kemudian menyebar ke seluruh tubuh, terakhir menyerang otot-otot pernapasan. Paralisis berlangsung selama 1-4 hari. Inang yang sembuh dari tick paralisis menjadi kebal selama 8 minggu sampai 8 bulan. Seekor caplak betina mampu bertelur 100 butir sehari. Setelah menetas, muncul larvanya yang segera mencari induk semang untuk menghisap darah yang pertama. Setelah itu larva berubah menjadi caplak muda. Caplak muda ini bisa mengalami hibernasi selama bertahun-tahun sebelum berubah menjadi caplak dewasa. Caplak dewasa pun mampu hidup tanpa menghisap darah



selama bertahun-tahun. Caplak betina menghisap darah 8-10 hari hingga bobotnya mencapai 100 kali lipat dan kemudian melepaskan diri dari anjing untuk mencari tempat bertelur. 2. Tungau Tungau merupakan binatang yang sangat kecil seperti kutu dan tidak tampak oleh mata. Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang bersama-sama dengan caplak, menjadi anggota superordo Acarina. Tungau bisa hidup dengan baik di darat dan laut. Ia juga mudah berkembangbiak. Hewan yang satu ini bisa menjadi parasit dimanapun berada seperti perabot rumah tangga, hewan, tumbuhan, dan manusia. Kali ini, kita akan membahas cara membasmi tungai yang hidup di alat rumah tangga seperti kasur dan karpet. Hewan ini merupakan salah satu avertebrata yang paling beraneka ragam dan sukses beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan. Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar penyakit (vektor) dan pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau yang hidup menumpang pada hewan lain namun saling menguntungkan. Di bidang pertanian, tungau menimbulkan banyak kerusakan pada kualitas buah jeruk (umpamanya tungau karat buah Phyllocoptura oleivera Ashmed dan tungau merah Panonychus citri, merusak daun ketela pohon dan juga daun beberapa tumbuhan Solanaceae (cabai dan tomat). Tungau juga menyebabkan penyakit skabies, penyakit pada kulit yang mudah menular.



(Dermatophagoides pteronyssinus) Tungau debu rumah Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu hewan



walaupun



sama-sama



berukuran



kecil



(sehingga beberapa orang menganggap keduanya sama). Apabila kutu sejati merupakan anggota Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan dengan labalaba dilihat dari kekerabatannya. Tungau merupakan binatang sejenis kutu yang ukurannya sangat kecil, yakni 250-300 mikron berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau betina panjangnya 300-450 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.. Bila dilihat dari sisi fisiknya, bentuk binatang ini lonjong dengan jumlah kaki 8 buah. Binatang mikrospis itu diembel-embeli kata “debu” di belakang namanya karena hidupnya dari debu. Tungau betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm – 5 mm per hari. Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari. Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari



pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup di permukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.



Siklus hidup tungau 3. Nyamuk Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera ; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 41 genus yang merangkumi 3,500 spesies. Dalam bahasa Inggris nyamuk dikenali sebagai "Mosquito", dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan perkataan Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di England nyamuk dikenali sebagai (gnats). Dikatakan parasit, sebenarnya nyamuk hanya lah sebagai vektor penularan penyakit malaria. Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Dalam siklus hidup Plasmodium malaria mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual di dalam hospes vertebrata di kenal sebagai skizogoni , sedangkan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk di kenal dengan sporogoni. Siklus hidup nyamuk ada empat : telur – larva – pupa – dewasa. Masa hidupnya hanya sepuluh hari pada suhu 25 °C. Larva nyamuk dikenali sebagai Jentik-jentik biasanya dapat



kita jumpai pada genangan yang berisi air. Jentik-jentik bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis (thoracic) terdapat pada gelung thorakis. Kebanyakan jentik-jentik memakan mikroorganisme, tetapi beberapa jentik-jentik adalah pemangsa bagi jentik-jentik spesies lain. Sebagian nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa (protozoan) seperti malaria, penyakit (filarial) seperti filariasis, dan penyakit bawaan virus seperti demam kuning, demam berdarah, encephalitis, dan virus Nil Barat. Virus Nil Barat disebarkan secara tidak sengaja ke Amerika Syarikat pada tahun 1999 dan pada tahun 2003 telah merebak keseluruh negeri dalam Amerika Serikat. Berat nyamuk hanyalah 2 hingga 2.5 mg. Nyamuk mampu terbang antara 1,5-2,5 km/h. 4. Kutu Dalam arti sempit, kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukura kecil, yang dalam bahasa inggris mencakup flea (kutu yang melompat, ordo Siphonaptera) dan louse (kutu yang lebih suka merayap). Dalam bahasa Indonesia keduanya tidak dibedakan, malah mencakup juga sebagian dari kerabat wereng (ordo hemiptera) dan beberapa anggota ordo Coleoptera. Yang termasuk golongan kutu parasit adalah kutu kepala pada manusia, kutu busuk dan kutu badan pada hewan yang berbulu. Kutu manusia adalah kutu yang menyerang manusia dengan menghisap darah dan menimbulkan rasa gatal yang luar biasa. Kutu manusia terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah ; kutu rambut (Pediculus humanus capitis), kutu badan (Pediculus humanus humanus), dan kutu pubis (Phthiris pubis). Kutu-kutu tersebut dapat menyerang manusia apabila kita tidak menjaga kebersihan rambut, badan, dan pakaian. Kutu manusia dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, namun kehadirannya bersifat patogen atau tidak menularkan penyakit.



Kutu kepala adalah sejenis parasit penghisap darah yang biasanya hidup di bagian kepala. Kutu betina mampu bertelur enam buah sehari. Telur ini selalu melekat dengan kuat pada rambut. Telur ini akan menetas setelah 8 hari. Kutu busuk atau kepinding adalah serangga parasit yang ditemukan hidup di karpet atau tempat tidur. Kutu busuk menggigit manusia tanpa ketahuan dan menimbulkan rasa gatal, ruam serta alergi. Kutu busuk sangat sengang tinggal di karpet dan kasur. Jemur dan angin-anginkan karpet dan kasur secara berkala untuk mengindari kehadiran kutu busuk. 5. Babesia sp. Phylum : Apicomplexa Kelas : Sporozoasida Sub kelas : Coccidiasina Sub ordo : Haemospororina Famili : Babesiidae Genus : Babesia Species : Babesia canis. Babesia sp. adalah parasit darah yang dapat menyebabkan babesiosis. Klasifikasi parasit ini menurut Levine (1970), termasuk dalam subfilum Apicomplexa, kelas piroplasma dan famili babesiidae. Babesiosis adalah infeksi sel darah merah yang disebabkan oleh parasit Babesia. Babesiosis juga disebut dengan tick fever, sebab ditransfer oleh caplak dan menimbulkan demam. Beberapa jenis babesia yang paling sering menginfeksi anjing antara lain B.gibsoni (1,9 x 1,2 mikrometer), B.vogeli, B.canis (5 x 2-3 mikrometer). Anjing biasanya mendapatkan Babesia dari gigitan caplak yang merupakan hospes alami dari protozoa yang satu ini. Selain dari caplak, babesia juga bisa disebarkan melalui tranfusi darah dari hewan yang terinfeksi.(Adam,1971) Babaesiosis pada anjing merupakan penyakit yang sebabkan oleh parasit darah (protozoa) melalui darah yang menyerang sel darah merah oleh vektor utama gigitan caplak, gigitan secara langsung oleh anjing penderita, transfusi darah, transplasental/induk ke anaknya sehingga mengakibatkan kerusakan dan kekurangan sel darah merah/anemia, turunnya kadar hemoglobin yang menyebabkan penyakit kuning (jaundice). Kasus babesiosis pada anjing



sebagian besar terjadi pada musim kemarau dimana terjadi peningkatan jumlah populasi caplak yang sangat banyak. Gejala klinis yang ditimbulkan : 



Anjing mengalami kelemahan umum







Nafsu makan berkurang







Pucat







Mengalami penurunan berat badan yang drastis







Demam







Air kencing berwarna kuning pekat







Sebagian kulitnya berubah warna menjadi kekuningan







Mudah terserang penyakit lain karena kekebalan/imunitas terhadap penyakit berkurang drastis Jenis Babesia sp. yang menginfeksi sapi adalah Babesia bigemina, Babesia



bovis, Babesia divergens, Babesia argentina, Babesia major. Babesia sp. dapat menyebabkan penyakit yang serius pada sapi, yaitu penyakit Cattle Tick Fever, Texas Fever, Red Water Fever, Piroplasmosis (Soulsby, 1982). Babesia sp. yang biasanya menginfeksi sapi-sapi yang ada di Indonesia adalah Babesia bigemina dan Babesia bovis. ETIOLOGI Babesiosis, yang menginfeksi ruminansia di Indonesia disebabkan oleh spesies : Babesia (bigemina, argentina) menginfeksi sapi dan Babesia caballi



menginfeksi Kuda (1) dan yang menginfeksi anjing di Asia, Afrika, Eropa, Timur Tengah dan Amerika Utara jenis : Babesia canis dan Babesia gibsoni (Cleveland et al) PATOGENESIS Babesia merupakan parasit di dalam sel darah merah (intraeritrosit). Pada fase exoeritrositik tidak ada keluhan dan gejala seperti yang terjadi pada malaria. Parasit babesia berbiak secara aseksual, dengan tumbuh di dalam sel darah merah, Biasanya menjadi 2-4 tunas. Bila sel darah merah yang terinfeksi pecah, parasit menginfeksi sel darah merah lain dan memulai siklus baru. Gejala klinik utama babesiosis, hemoglobinemia, hemoglobinuria dan kuning (jaundice), Babesiosis pada hewan berlangsung menahun setelah gejala akut karena parasit mampu mengubah spesifisitas antigen di permukaan sel hingga berubah kepekaannya terhadap antibodi. EPIDEMIOLOGI Babesiosis pada anjing tersebar di Afrika, Asia, Bagian Selatan Eropa, Rusia, Amerika Tengah dan Selatan, sebagian kecil di Amerika Serikat. Di Asia, penyakit ini telah dilaporkan ada di India, Sri Lanka, Jepang, dan China. Penyakit ini belum pernah dilaporkan di Indonesia, namun tidak tertutup kemungkinan penyakit ini telah ada di Indonesia. Namun pada literatur (Schetters THPM,1997) babesiosis jarang dilaporkan di luar Amerika. Secara sporadis dilaporkan dari Perancis, Yugoslavia, Inggris, Irlandia,Uni Soviet dan Meksiko. Antara tahun 1968-1993 lebih dari450 penderita Babesiosis dikonfirmasi dari pemeriksaan preparat apus darah dan serologi. Jumlah infeksi sebenarnya sulit ditentukan karena banyak penderita yang tertular parasite Babesia tidak menunjukkan gejala.Penularan bisa melalui transfusi darah. Pada survei atas darah donor di Cape Cod, Massachusetts (1979) ternyata 3,3-4,9% seropositif Babesia. Di daerah non endemis Babesiosis, beresiko penularan melalui transfusi darah hanya sekitar 0.17%. Dikenal lebih



100 spesies Babesia, Yang sering dipersoalkan,Babesia canis menginfeksi sel darah merah anjing. PENULARAN MIKROORGANISME Penularannya dapat melalui kutu dan caplak.Adapun beberapa jenis caplak yang dapat menularkan babesiosis anjing, di antaranya yaitu Riphicephalus sp., Dermacentor sp., Hyalomma sp., dan Haemaphysalis sp. Siklus Hidup berikut lampiran dari suatu caplak yang terinfeksi, Babesia sp. trofozoit yang dilepaskan ke dalam darah, menginfeksi eritrosit. Dalam eritrosit, parasit mengalikan dengan pembelahan biner, bentuk aseksual schizogony. Caplak anjing menempel pada anjing dan anjing menjadi terinfeksi Babesia sp. ketika caplak menyerang darah anjing. Pada anjing : Secara detail infeksi babesia biasanya terjadi dari vektor caplak (Rhipicephalus sanguineus). Siklus hidup, tropozoit yang ikut masuk pada saat caplak menghisap darah akan memasuki eritrosit, selanjutkan akan mengalami proses Merogoni (pembentukan Merozoit) dengan pembelahan ganda (biner), penguncupan (endodyogeni), endopolygeny dan atau perbanyakan berlipat ganda (skizogoni) di dalam endotel pembuluh darah organ sehingga dihasilkan Merozoit. Sebagai akibat terjadi perbanyakan Merozoit mengakibatkan sel endotel pecah dan merozoit akan memasuki sel endotel baru. Pada saat caplak menghisap darah, merozoit ikut terhisap, didalam tubuh caplak ada kemungkinan terjadi perkembangan kembali. Fase merozoit ini dapat bertahan pada tubuh caplak dalam waktu yang lama, selain ini fase merozit juga dapat di tranmisikan melalui transovarial dan transstadial (Boozer & Macintire 2005). Pada sapi : Setelah caplak menghisap darah yang mengandung eritrosit yang berisi gametosit Babesia sp. dari sapi maka terjadi perkembangan di dalam usus caplak betina kemudian parasit masuk ke dalam saluran reproduksi caplak dan menginfeksi telur. Kemudian telur caplak menetas, keluar larva yang



kemudian berkembang menjadi caplak dewasa. Parasit berkembang di dalam tubuah caplak Caplak Sapi Darah Hemolim Ovarium/telur Kelenjar ludah 17 dan akhirnya masuk ke dalam sel kelenjar ludah caplak dalam bentuk sporozoit (Levine, 1992). Proses perkembangbiakan ini memakan waktu 2-3 hari (Levine, 1961). Parasit stadium sporozoit masuk kedalam tubuh sapi melaui gigitan caplak, sporozoit berkembang menjadi tropozoit, tropozoit terjadi pembelahan dan berkembang menjadi merozoit. Kemudian merozoit berubah menjadi gametosit Beberapa jenis Babesia (Levine, 1992), GEJALA KLINIK Gejala klinik terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: 1. perakut: gusi terlihat pucat, depresi, tidak mau makan, lemah, anemia (kerusakan RBC), demam, jaundice (kekuningan pada mata dan kulitnya), pada pewarnaan ulas darah ditemukan parasit babesia dalam RBC. 2. akut: mirip dengan perakut tetapi lebih ringan. 3. kronis: lemah, ditemukan banyak RBC immature (regenerative anemia), pembesaran limpa, jaundice, agak demam dan intermitten (naik turun), kurus, kerusakan ginjal dan hati. Pada pewarnaan ulas darah jarang ditemukan parasit babesia.(Atmojo SD,2010) 6. Theileria sp. Klasifikasi Phylum III : Apicomplexa Subclass : Piroplasmia Ordo : Piroplasmida Family : Theileriidae Genus : Theileria Spesies : Theileria sp. (Levine 1970) Theileria sp. menurut derajat patogenitasnya dibagi atas Theileria sp. yang patogen dan Theleria sp. yang non patogen. Jenis Theleria sp. yang patogen pada sapi adalah Theileria annulata, Theileria bovis, Theileria laurenct dan Theileria parva, penyebab penyakit east coast fever, mediterran theileriosis, corridor disease atau rhodensian red water disease. Sedangakan jenis Theileria sp. yang bersifat non patogen adalah Theileria mutan, Theileria



buffeli, Theileria sergenti dan Theileria orientalis (Levine, 1992). Morfologi Menurut Soulsby (1982) bentuk Theileria sp. dalam eritrosit yang paling menonjol adalah bentuk batang yang memiliki ukuran kira-kira 1,5 – 2,0 X 0,5 – 1,0 µm. Bentuk lain yang umumnya dijumpai pada eritrosit adalah bundar, oval dan dapat juga berbentuk koma. 19 Siklus hidup Daur hidup Theileria sp. terjadi dalam tubuh caplak dan di tubuh induk semang. Mekanisme perkembangan di tubuh caplak Boophilus sp. (Levine, 1992) dimulai sejak larva menghisap darah inang yang berparasit dan ditemukan sporozoit di dalam kelenjar ludah nimfe atau pada caplak dewasa. Mekanisme infeksi di tubuh inang dimulai dari masuknya sporozoit yang dilepaskan oleh caplak dari kelenjar ludah caplak ketika menggigit tubuh inang. Kemudian di dalam eritrosit inang ditemukan piroplasma. Infeksi Theileria sp. pada larva caplak dimulai dari adanya perubahan bentuk piroplasma menjadi mikrogamon, mikrogamet, zigot, dan kinet di dalam usus caplak dan kemudian ditemukan sporozoit dalam kelanjar ludahnya. Caplak yang telah kenyang menghisap darah inang yang terinfeksi akan jatuh ke tanah. Bentuk Theileria sp. yaitu ada yang berbentuk bundar, koma, dan berbentuk kumparan dengan ukuran 0,5 – 1 µm. Di dalam tubuh caplak paada selang waktu 24 sampai 48 jam, merozoit mengalami perubahan bentuk menjadi cincin yang berukuran 1 – 2 µm, dengan sitoplasma bersifat basofilik. Dalam waktu 48 sampai 72 jam bentuk cincin berubah bentuk menjadi makrogamet, yang berbentuk bundar dan lonjong, berukuran 3 sampai 4 µm dengan inti bersifat eosinofilik dan sitoplasma bersifat basofilik. Makrogamet juga mengalami perubahan bentuk menjadi mikrogamet, berbentuk seperti kumparan yang berukuran panjang 5 µm.



Bentuk-bentuk Theileria sp. (Soulsby, 1982) 20 Pada inang (1-6) dan vektor (7–17).1. sporozoit yang dilepas dari kelenjar ludah caplak, 2. skizon (koch’s blue bodies) di dalam limfosit (N = Nukleus), 3. merozoit, 4–5. membelah diri dalam eritrosit, 7a-b. Piroplasma dalam usus caplak, 8-10. pembentukan mikrogamon (9) dan mikrogamet (10), 11. makrogamet, 12. zigot, 13-15. pembentukan kinet, 15b. Pada Theileria parva pembelahan inti terjadi sebelum kinet meninggalkan sel usus caplak, 16. kinet memasuki sel kelenjar ludah, 17. pembesaran sel kelenjar ludah dan intinya, dan intinya dan di dalamnya ditemukan ribuan sporozoit (Mehlhorn and Schein, 1984). Tiga sampai lima hari setelah infeksi, di dalam usus nimpa akan ditemukan zigot yang berbentuk bundar lonjong berukuran 4 sampai 5 µm dengan sitoplasma berwarna biru terang. Hari ke-6 setelah infeksi, jumlah zigot dalam usus akan mulai berkurang dan hari ke-8 zigot hilang dari dalam usus. Hari ke-9 di dalam epitel usus nimpa akan ditemukan Theileria sp. dengan ukuran 4 sampai 5 µm dan sitoplasmanya berwarna biru gelap. Pada



hari ke-13, Theileria sp. membentuk kelompok seperti koloni bakteri pada sitoplasma epitel usus. Ookinet



skizogoni sporogoni gamogoni 21 akan



terbentuk setelah terlihat bentuk zigot, dan pada hari ke-50 sporozoit ditemukan pada kelenjar ludah caplak (Fujisaki and Kamio, 1988). Setelah caplak menginfeksi inang sporozoit dilepaskan dengan proses yang pasif melalui kelenjar ludah (Shaw, 1999), sporozoit langsung menginfeksi leukosit (Morisson et al., 1995), sporozoit yang masuk ke dalam inang tergantung dari sel aktin cytoskeleton (Shaw, 1999). Kemudian di dalam limfosit, sporozoit membesar dan intinya membelah berulang-ulang sehingga membentuk skizon dengan banyak inti yang disebut makroskizon agamon (= koch’s blue bodies) (Soulsby, 1982). Makroskizon ini akan melekat pada mikrotubuli sel limfosit dan membelah terus dengan proses mitosis. Selama memperbanyak diri, makroskizon akan melepaskan makromerozoit untuk menginfeksi monosit, sehingga makromerozoit akan berubah menjadi makroskizon baru yang akan menyebar ke seluruh tubuh. Setelah itu dalam waktu 2 minggu sejak makroskizon membelah dengan proses mitosis, maka akan ditemukan mikroskizon yang akan menghasilkan mikromerozoit di dalam monosit. Mikromerozoit akan langsung menginfeksi eritrosit dan akan berubah bentuk menjadi piroplasma yang akan menulari caplak (Preston, 1992). Beberapa jenis Theileria (Levine, 1992), a. Theileria parva Merupakan penyebab demam pantai timur pada sapi di Afrika. Merozoit di dalam sel darah merah lebih banyak berbentuk tongkat dan mempunyai panjang sekitar 1,5 – 2,0 µm. Bentuk memperbanyak diri terdapat dalam limfosit dan terkadang pada sel endotel, terutama pada bungkul – bungkul limfe dan limpa. Parasit ini mempunyai ukuran diameter kurang lebih 8 µm. Karena warnanya biru dengan pewarnaan giemsa, mereka dikenal sebagai badan biru dari Koch. Vektor yang paling penting adalah



Rhipicephalus appendiculatus, tetapi Rhipicephalus jenis lain dan Hyalomma dapat menularkan parasit ini. b.Theileria annulata Menyebabkan theileriosis tropis atau Demam Pantai Mediteranian pada sapi di Afrika sebelah selatan, Uni Soviet sebelah selatan, dan Asia. Frekuensi kematian yang disebabkan parasit ini lebih rendah jika dibandingkan dengan T. parva. Jenis 22 parasit ini juga mempunyai meron (badan Koch) di dalam limfosit pada limpa dan bungkul limfe, mereka mirip dengan meron T. parva. Siklus hidup T. annulata mirip dengan T. parva dan vektornya berbagai caplak jenis Hyalomma. c. Theleria mutans Parasit ini terdapat pada sapi di seluruh wilayah Afrika, sebagian besar Asia dan beberapa bagian Uni Soviet dan Eropa sebelah selatan. Parasit ini pernah ditemukan dua kali di AS. Parasit ini mirip dengan T. parva tetapi tidak patogen. Parasit ini ditularkan oleh caplak Rhipicephalus sp. 7. Anaplasma sp. Klasifikasi Subclass : Riketsiaeia Ordo : Riketsiaeida Famili : Riketsiae Genus : Anaplasma Spesies : Anaplasma sp Anaplasmosis merupakan penyakit infeksius yang ditularkan pada hewan ternak yang ditandai dengan anemia. Cara penularanya melalui vektor yaitu caplak Boophilus microplus. Infeksi Anaplasma sp. biasanya dapat



bersamaan dengan infeksi Babesia sp.. Anaplasma sp. telah lama digolongkan kedalam protozoa, yang menyebabkan Tick-Borne Disease, tapi saat ini secara taksonomi Anaplasma sp. telah digolongkan ke dalam Rickettsia (Seddon 1966). Gejala klinis yang tidak jelas pada sapi , kurang dari 1 tahun, dan kejadian fatal, per akut pada sapi lebih dari 3 tahun, gejala klinis yang dapat ditemukan antara lain pyrexia, anemia, jaundice, anoreksia, nafas cepat, penurunan produksi susu, abortus. Anaplasma marginale yang dapat menyebabkan



penyakit-penyakit



High



fever, Anemia,



Bilirubinemia,



Bilirubinuria lebih patogen dibandingkan dengan Anaplasma centrale, beberapa hewan yang dapat menjadi induk semang dari Anaplasma sp. kerbau, antelops, Elk, bison, unta, biri-biri, kambing (Astyawati, 2005). 23 Morfologi Anaplasma sp. berukuran kecil dan berbentuk bulat seperti bola mempunyai diameter 0,5 μm dan berukuran 1-2 μm terletak di pinggir atau di tengah eritrosit dalam satu eritrosit biasanya terdapat satu Anaplasma sp., tetapi jika sudah dalam infeksi tingkat tinggi bisa mencapai empat Anaplasma sp. dalam satu eritrosit (Seddon, 1966). Siklus hidup Anaplasma sp. relatif dalam bentuk yang non-patogen (Seddon, 1966), infeksi Anaplasma sp. secara murni jarang terjadi, biasanya infeksi Anaplasma sp. akan berasamaan dengan Babesia sp. dan atau Theileria sp.. Anaplasma sp. mempunyai masa inkubasi yang sama dengan Theileria sp.. Anaplasma sp. ini diperkirakan memperbanyak diri dalam eritrosit dengan cara pembelahan ganda dengan pembentukan 8 badan-badan kecil “initial bodies” yang bulat (Tampubolon, 2004). Anaplasmosis juga disebut dengan “kantung kuning” atau “penyakit kuning” karena pada hewan yang terserang penyakit ini akan menunjukkan gejala seperti sedang menderita penyakit kuning (jaundice) Beberapa Jenis Anaplasma (Ashadi, 1992),



a. Anaplasma centrale, Jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tengah eritrosit. b. Anaplasma marginale, jenis ini merupakan Anaplasma sp. yang berada di tepi atau dinding eritrosit.



8. Kutu Busuk Kutu busuk telah lama dikenal. Percaya atau tidak, kutu busuk telah menggigit penghuni gua sejak 30.000 tahun yang lalu, kutu busuk menghisap darah manusia di Mesir, Yunani, dan Rumania sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Orang pertama yang mengetahui cara mengendalikan kutu busuk adalah seorang ilmuwan Inggris bernama John Southall yang hidup pada abad ke-18 di London. Ia menulis buku pertama, buku 44-halaman mengenai kutu busuk dengan judul “A Treatise of Bugs” di 1730. populasi kutu busuk dikenal sebelum Perang Dunia II, namun dengan peningkatan kebersihan, terutama dengan meluasnya penggunaan DDT pada tahun 1940 dan 1950, semua serangga menghilang. Pada awal tahun 1950 sampai berakhir masalah kutu busuk tahun 1990 sudah mulai berkurang. Setelah menghilang selama hampir setengah abad, sekarang kutu busuk muncul kembali dan menjadi hama yang cukup mengganggu, terutama untuk hotel dan apartemen. Kutu busuk dewasa memiliki bentuk tubuh pipih dan sedikit oval. Dengan panjang tubuh 5 mm dan lebar 3 mm. Tubuhnya ditutupi dengan rambut pendek yang halus, berwarna kecoklatan, tapi kadang-kadang kemerahan ketika baru mengisap darah, atau ungu ketika sisa darah lama masih dalam perut. Nimfa kutu busuk memiliki warna pucat dan lebih kecil dari dewasa. Ketika lapar, seperti kertas yang jelas dan tipis, tapi tubuhnya bisa menebal sampai 5 kali lipat setelah kenyang dan lebih kuat jika



berlimpah makanan. Kemampuan terbang serangga ini telah hilang, yang tersisa dari fungsi sayap asli, sekarang tidak lebih dari sepasang katup pendek pada segmen tengah di dada. Cimex lectularius salah satu spesies kutu busuk, parasit terutama pada manusia, tapi bisa menggigit dan menghisap darah hewan lain seperti kucing, anjing, kelinci, burung, kelelawar, tikus, hamster, ayam, dan musang. Kutu busuk memiliki metamorfosis tidak sempurna. Kutu busuk betina mampu menghasilkan telur 5 sampai 500 butir perhari. Telur berukuran sekitar 1 mm, putih krem, sedikit melengkung dan berbentuk agak panjang, dengan kepala atau operkulum di salah satu ujungnya . Telur disimpan 10 sampai 50 butir di celah-celah papan, lantai, kertas dinding, dan pada permukaan kasar. Ketika telur masih segar (baru dikeluarkan oleh induknya), telur dilapisi dengan lapisan lengket seperti lem, pada tempat yang kokoh dan menyebabkan telur melekat ke tempat lain di mana mereka disimpan. Telur memerlukan suhu minimal 13 ° C untuk menetas. Telur menetas dalam waktu 1 sampai 2 minggu menuju nimfa yang berwarna putih dengan panjang sekitar 1 mm disimpan dalam celah-celah kecil. Sebanyak 100 butir telur diinkubasi sampai menjadi dewasa, membutuhkan 500 makanan seperti darah, yang berarti bahwa ada 500 gigitan pada manusia tidak beruntung yang tidak tahu bahwa tempat tidur mereka dipenuhi kutu busuk. Nimfa kutu busuk terdiri dari 5 instar dengan 5x ganti kulit sebelum menjadi dewasa. Periode nimfa memakan waktu sekitar 6 minggu. Nimfa memiliki bentuk yang sama dengan dewasa, tetapi lebih kecil. Setiap menyelesaikan tahap nimfa, dibutuhkan setidaknya satu kali makan darah sampai penuh sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya dari pertumbuhan.



Ketika mengisap darah, kutu busuk menggunakan paruh bersendi atau paruh bawah kepalanya. Jika tidak digunakan, bagian belakang paruh diikat di bawah kepala, dan ketika digunakan untuk makan, paruh akan menonjol ke depan. Paruh terdiri dari dua pasang stilet seperti jarum didukung oleh bibir bawah yang disebut labium. Kedua pasang stilet, ketika terlipat bersama dan ditekan, akan membentuk dua pasang tabung. Tabung besar untuk menghisap darah dan tabung kecil untuk melewati getah air liur ke dalam saluran kapiler ke luka tusukan. Kutu busuk berhati-hati memilih kulit korbannya melalui penilaian yang dilakukan oleh gerakan paruh, dan kemudian menusuk kulit dengan bantuan ujung stilet tajam, di pembuluh darah kapiler. Getah tersebut kemudian dipompa melalui air liur dari mulut yang berasal dari getah kelenjar ludah yang terletak di dada. Campuran darah dan air liur getah tersedot ke saluran stylet dan disampaikan ke saluran makanan. Sap air liur mencegah darah inangnya mengental, juga mencegah stilet halus tersumbat, begitu pula saluran usus. Pada lokasi gigitan kutu busuk menimbulkangatal yang disebabkan oleh getah air liur, sedang luka yang disebabkan hanya luka tusukan



stylet



yang



tidak



berarti.



Kutu busuk membutuhkan waktu 3 sampai 5 menit untuk makan, setelah menelan dan kemudian mereka melepaskan diri dari inangnya. Mereka merangkak ke tempat persembunyian dan tinggal beberapa hari untuk mencerna makanan. Ketika rasa lapar datang lagi, mereka muncul dari tempat persembunyiannya dan mencari mangsanya lagi. Setelah selesai mengisap darah, dia melotot luar biasa karena darah tersedot banyak enam kali lipat dari berat tubuhnya. Jika makanan tidak tersedia, nimfa bisa bertahan selama beberapa minggu dalam keadaan hangat atau beberapa bulan dalam suhu dingin. Kutu busuk dewasa dapat bertahan selama 2 bulan sampai 1 tahun tanpa makan dan 4 tahun dalam keadaan normal dengan makanan pasti. 9. Lintah



Lintah atau Pacet , adalah sejenis cacing yang banyak terdapat di hutan hujan tropis, tempat yang lembab, sungai, danau dan laut. Tempat-tempat berkemah yang dekat sungai dan air terjun, jalur pendakian yang lembab seringkali terdapat pacet. Pacet memiliki alat penghisap berbentuk bulat di kedua ujung tubuhnya, di tengah-tengah alat penghisap bagian depan terdapat mulut dan juga memiliki gigi. Kebanyakan pacet hidup sebagai parasit dengan cara menghisap darah atau jaringan tubuh binatang lainnya untuk memperoleh makanannya. Ada juga yang hidup dengan makan sisa-sisa binatang dan tumbuhan. Pacet menyerang korbannya dengan menggunakan alat penghisap bagian depan, melukai dan menghisap darahnya. Pacet penghisap darah menghasilkan suatu cairan yang mampu mencegah terjadinya penggumpalan dan pengeringan darah sehingga mempermudah penghisapan. Tubuh pacet terdiri dari beberapa bagian -bagian seperti cincin dengan panjang tubuh 2 hingga 20cm dan dapat mengerut maupun mengembangkan tubuhnya, dengan tubuh berwarna hitam, merah atau coklat, kadang bergaris atau berbintik. Pacet memiliki bagian tubuh yang peka cahaya, sentuhan, suhu dan cuaca. Pacet memiliki alat kelamin jantan dan betina. Lintah dan pacet adalah hewan yang tergabung dalam filum Annelida subkelas Hirudinea. Terdapat jenis lintah yang dapat hidup di daratan, air tawar, dan laut. Seperti halnya kerabatnya, Oligochaeta, mereka memiliki klitelum. Seperti cacing tanah, lintah juga hermaprodit (berkelamin ganda). Lintah obat Eropa, Hirudo medicinalis, telah sejak lama dimanfaatkan untuk pengeluaran darah (plebotomi) secara medis.



Lintah dibedakan dari pacet bukan berdasarkan taksonomi, tetapi lebih pada habitat kesukaannya. Lintah sehari-hari hidup di air, sedangkan pacet sehari-harinya melekat pada daun atau batang pohon (di luar air). Semua spesies lintah adalah karnivora. Beberapa merupakan predator, mendapat makanan dari berbagai jenis invertebrata seperti cacing, siput, atau larva serangga. C. Kesimpulan Salah satu cara parasit merugikan hospesnya adalah dengan menghisap darah atau cairan yang ada pada tubuh hospesnya. Contoh: nyamuk, caplak, cacing tambang, dan Ancylostoma sp.



DAFTAR PUSTAKA Anonim.2015.Lintah dan Pacet Penghisap Darah.( http://www.merbabu.com/fauna/pacet.php. Diakses pada tanggal 19 September 2015) Desy.2014. Makalah parasit .(http://desydmilans.blogspot.co.id/2014/03/makalahparasit.html. Diakses pada tanggal 16 September 2015)



Indonusa, Etos.2015.Kutu Busuk Penghisap Darah Disaat Kita Terlelap.( http://etosonline.com/kutu-busuk-penghisap-darah-disaat-kita-terlelap/. Diakses pada tanggal 18 September 2015) Kusumo, Wignyo.2012.Anaplasmosis Pada Sapi Potong. (http://vetoncalls.blogspot.co.id/2012/05/anaplasmosis-pada-sapi-potong.html. Diakses pada tanggal 19 September 2015) Nasution, A. Y.2007. Parasit Darah pada Ternak Sapi dan Kambing di Jambi. (http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1686/Nasution, %20Angga%20Yuka %20Alta_B2007.pdf;jsessionid=B9293AB640CFA8D35A4B95D2D0335434? sequence=4. Diakses pada tanggal 16 September 2015) Rusfadir, Acun.2011.Siklus Hidup Parasit Malaria.(http://agapemalaria.blogspot.co.id/2011/09/siklus-hidup-parasit-malaria.html. Diakses pada tanggal 19 September 2015) Wikipedia.2014.Kutu Kepala.( https://id.wikipedia.org/wiki/Kutu_kepala. Diakses pada tanggal 19 September 2015) Wikipedia.2015.Caplak.( https://id.wikipedia.org/wiki/Caplak. Diakses pada tanggal 18 September 2015) Wikipedia.2015.Nyamuk.( https://id.wikipedia.org/wiki/Nyamuk. Diakses pada tanggal 18 September 2015) Yusni, drh.2014. Infeksi Parasit Darah Babesiosis Pada Anjing.( http://anjingkita.com/wmview.php?ArtID=27118. Diakses pada tanggal 18 September 2015)