Tugas Proposal Yola 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI PERKEMBANGAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI RA AISYIYAH BUNGAMAS KABUPATEN SELUMA PROPOSAL PENELITIAN Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Proposal dan Penulisan Skripsi



Oleh : YOLA PUTRI GUSTARI NIM. 1811250057



PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU TAHUN 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas proposal ini.



Adapun



tujuan dari penulisan dari proposal ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada Bimbingan Proposal dan Penulisan Skripsi. Selain itu, proposal ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas Kabupaten Seluma” bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Evi Selva Nirwana, M.Pd, selaku bidang studi “Bimbingan Proposal dan Penulisan Skripsi” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Saya menyadari, proposal penelitian yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan proposal penelitian ini. Bengkulu, 5 Juli 2021



YOLA PUTRI GUSTARI



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR....................................................................................ii DAFTAR ISI...................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...................................................................1 B. Identifikasi Masalah.........................................................................3 C. Pembatasan Masalah........................................................................3 D. Rumusan Masalah............................................................................4 E. Tujuan Penelitian.............................................................................4 F. Manfaat Penenlitian ........................................................................4 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori.....................................................................................5 1. Pembelajaran Kontekstual.........................................................5 a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual...............................5 b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual...........................6 c. Prinsip Pembelajaran Kontekstual.....................................8 d. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual....9 2. Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini....................................10 a. Pengertian Akhlak..............................................................10 b. Kedudukan Akhlak dalam Islam .......................................11 c. Akhlak Anak......................................................................12 3. Anak Usia Dini..........................................................................14 a. Pengertian Anak Usia Dini................................................14 b. Hakikat Anak Usia Dini ....................................................15 c. Karakteristik Anak Usia Dini ............................................16 B. Kajian Penelitian yang Relevan.......................................................18 C. Kerangka Berpikir............................................................................20



BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.......................................................21 B. Sumber Data ....................................................................................22 C. Teknik Pengumpulan Data...............................................................22 D. Teknik Analisis Data........................................................................22 DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini menurut National Associstion for the Education Young Children (NAEYC) menyatakan bahwa anak usia dini atau “Early Childhood” merupakan anak yang berada pada usia nol sampai delapan tahun. Pada masuk tersebut merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek dalam rentang kehidupan manusia. Proses pembelajaran terhadap anak harus memerhatikan karakteristik yang dimiliki dalam tahap perkembangan anak.1 Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Ayat 14, menyatakan bahwa:2 “Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut”. Dalam persfektif Islam, metode pendidikan akhlak itu diawali dari proses penanaman keimanan kepada Allah Swt melalui azan atau iqamat yang dikumandangkan di telinga setiap bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya. Secara psikologis, hal tersebut dimaksudkan untuk menanamkan kesan positif ke dalam jiwa manusia. Setelah itu, pemeliharaan dan pengasuhan yang baik dalam keluarga, merupakan metode pendidikan akhlak berikutnya yang harus dilakukan para pendidik, khususnya kedua orangtua dan seluruh anggota keluarga. Dalam konteks ini, pemeliharaan adalah pendidikan akhlak yang berkaitan dengan dimensi fisik, sedangkan pengasuhan berkaitan dengan dimensi non fisik.3 1 2



Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Bumi Aksara), h.1. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan



Nasional. Siti Aminah, Upaya Meningkatkan Akhlak Anak Usia Dini (5-6 Tahun) Melalui Pembelajaran Tematik Berbantuan Media Audiovisual, Jurnal Ansiru Vol.1 No.1 Juni 2017, h.153. 3



1



Pengertian akhlak, memiliki kesamaan dan kemiripan makna. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral memiliki makna akhlak atau tingkah laku susila. Sedangkan etika diartikan dengan tata susila atau suatu cabang filsafat yang membahas atau menyelidiki nilai-nilai dalam tindakan atau perilaku (akhlak) manusia. Pola perkembangan akhlak anak memiliki ruang lingkup, seperti kejiwaan manusia dalam menginternalisasi nilai-nilai akhlak kepada diri nya sendiri, mempersonalisasi dan mengembangkannya dalam pembentukan kepribadian yang mempunyai prinsip, serta mematuhi, melaksanakan/menentukan pilihan menyikapi/menilai, atau melakukan tindakan nilai akhlak.4 Pengembangan akhlak bagi anak merupakan hal yang abstrak. Anak masih kesulitan jika dihadapkan pada materi pengembangan akhlak yang mengharuskan untuk memahami secara mendalam. Dan kebanyakan anak masih ada juga yang kurang berakhlak baik dengan teman maupun guru diantara nya seperti tidak sopan dan berkata kasar. Akhlak sangat tepat diajarkan sejak dini pada anak, agar membekas kepada dirinya sampai ia mencapai dewasa. Karena menanamkan akhlak ini tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi memerlukan waktu yang cukup panjang yang dilakukan dengan cara memberi contoh teladan, dan memberikan pembiasaan yang baik, karena pada usia ini anak sangat peka terhadap lingkungannya. Pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan kondisi nyata peserta didik dan mendorong mereka menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan nyata. Proses pembelajaran kontekstual berlangsung ilmiah dan alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik.5 Pembelajaran kontekstual pada lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) menekankan bahwa program pembelajaran lebih merupakan rencana Otib Satibi Hidayat, Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai. Agama, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h.13. 5 E. Mulyasa, Strategi Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT Remaja Rodaskarya), h.91. 4



kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang dilakukan peserta didik sehubungan dengan topik yang dipelajari. Pembelajaran



kontekstual



berlandaskan



pada



ansumsi



bahwa



pengetahuan yang diperoleh peserta didik bukan bukan melalui pemberian informasi oleh orang lain termasuk guru, tapi mereka menemukan dan mengonstrusikannya sendiri. Proses pembelajaran disekolah hendaknya



dilakukan dengan tujuan



memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman nyata yang memungkinkan anak untuk menunjukan aktivitas dan rasa ingin tahu secara optimal. Hal inilah yang menarik peneliti untuk membuat penelitian yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas Kabupaten Seluma” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka identifikasi masalah penelitian ini adalah: 1. Pengembangan akhlak anak dalam pembelajaran kontekstual. 2. Kurangnya pengembangan akhlak dalam pembelajaran kontekstual. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti memfokuskan untuk melakukan penelitian pustaka ini mengenai “Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas Kabupaten Seluma”.



D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas Kabupaten Seluma?



E. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas Kabupaten Seluma. F. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Sebagai



referensi



pembendaharaan



penelitian



di



bidang



Pendidikan Anak Usia Dini, khususnya pengembangan akhlak anak melalui pembelajaran kontekstual anak usia dini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam pengembangan akhlak sebagai salah satu pembelajaran kontekstual yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh anak. b. Bagi Anak Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya mengembangkan akhlak anak usia dini dengan menerapkan pembelajaran kontekstual. c. Bagi Peneliti Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dapat dikembangkan lebih lanjut serta dapat menjadi referensi terhadap penelitian yang sejenis.



BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kontekstual



b. Pengertian Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang di pelajari dengan kehidupan nyata anak sehari- hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi pelajaran tersebut bagi kehidupan anak. Menurut Martinus Yamin mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi dari pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi dengan situasi yang nyata dan memotivasi peserta didik untuk membuat hubungan-hubungan pengetahuan dengan perapan didalam kehidupan mereka.6 Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang Holistik dan bertujuan memotivasi anak untuk memahami makna materi pelajaran yang di pelajarinya dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, sehingga anak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan konteks lainnya.7 Johnson mengungkapkan bahwa pembelajaran kontekstual melibatkan para anak dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya para anak akan melihat makna di dalam tugas sekolah.8 Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan natara pengetahuan yang Nia Rachma,dkk, Penerapan Pembelajaran Kontekstual Anak Usia 5-6 Tahun di Tk, (Pontianak: Pendidikan Guru PAUD FKIP UNTAN, 2012), h.3. 5 7 Wayan Sukreni,dkk, Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Anak, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar Vol.4 No. 1 Tahun 2014, h.4. 8 Heny Djoehaeni, Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Di Taman Kanak Kanak, Jurnal Educational Technology Vol.15 No. 1 Tahun 2016, h.48. 6



dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari- hari, dengan



melibatkan



tujuh



kontekstual,



yakni:



(questining),



inkuiri



community),



pemodelan



komponen



konstruktivisme (inquiry),



utama



pembelajaran



(constuctivism),



masyarakat



(modeling),



dan



belajar penilaian



bertanya (learning autentik



(authentic assessment). c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Asri



Budiningsih,



berpendapat



bahwa



karakteristik



pembelajaran kontekstual mencakup unsur-unsur.9 1) Kerja sama 2) Saling menunjang 3) Menyenangkan atau tidak membosankan 4) Belajar dengan bergairah 5) Pembelajaran terintegrasi 6) Menggunakan berbagai sumber 7) Siswa aktif-kritis, guru kreatif 8) Lingkungan belajar penuh dengan hasil karya siswa 9) Laporan hasil belajar kepada orang tua tidak hanya dalam bentuk angka atau huruf tetapi juga hasil karya nyatanya.



Johnson, mengidentifikasi delapan karakteristik Contekstual Teaching Learning yaitu:10 1) Making meaningful connections (membuat hubungan penuh makna) Siswa dapat mengatur dirinya sendiri sebagai orang yang belajar aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing). Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.80. Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h.7-8. 9



10



2) Doing significant work (melakukan pekerjaan penting) Siswa dapat membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat. 3) Self-regulated learning (belajar mengatur diri sendiri) Siswa



melakukan



pekerjaan



yang



signifikan:



ada



tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produk/hasilnya yang sifatnya nyata. 4) Collaborating (kerjasama) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana



mereka



saling



memengaruhi



dan



saling



berkomunikasi. 5) Critical and creativethinking (berpikir kritis dan kreatif) Siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan bukti-bukti dan logika.



6) Nurturing the individual (memelihara individu) Siswa dapat memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memberi harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak akan berhasil tanpa dukungan orang tua. 7) Using authentic assesment (penggunaan penilaian sebenarnya). Siswa mengenalkan dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi mencapainya.



tujuan,



Guru



dan



memotivasi



memperlihatkan



mencapai apa yang disebut “excelence”.



kepada



siswa siswa



untuk cara



8) Using authentic assesment (mengadakan asesmen autentik). Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk satu tujuan yang bermakna. Misalnya siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari untuk diaplikasikan di kehidupan nyata. d. Prinsip Pembelajaran Kontekstual Terdapat lima prinsip utama yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual paud, sebagai berikut:11 1) Pembelajaran



harus



diawali



dengan



permainan



yang



berhubungan dengan pengalaman yang sudah dimiliki oleh peserta didik. 2) Pembelajaran harus disajikan dari hal-hal yang umum menuju hal-hal yang khusus, dan dari keseluruhan menuju bagianbagian. 3) Pembelajaran



harus



ditekankan



pada



pengalaman,



serta



mengembangkan pengalaman baru. 4) Pembelajaran harus ditekankan pada upaya mempraktikan secara langsung apa-apa yang dipelajari 5) Pada akhir pembelajaran, perlu dilakukan refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengalaman yang dilalui. e. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran kontekstual adalah:12 1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan real artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata.



11



E.Mulyasa, Strategi Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2017),



h.96. Ali Mudhofir, Desain Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2016), h.127. 12



2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran kontekstual menganut aliran kontruktivisme, dimana seorang siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri. 3) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental 4) Kelas dalam pembelajaraan kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan 5) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa bukan hasil pemberian 6) Penerapan kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna.



Sedangkan kelemahan dari pembelajaran adalah sebagai berikut:13 1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontukstual berlangsung. 2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelasmaka dapat menciptakan situasi kelasyang kurang kondusif 3) Guru lebih intensif dala membimbing 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategistrategi mereka sendiri untuk belajar. 2. Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini a. Pengertian Akhlak Kata akhlak yang berasal dari bahasa Arab akhlaq (yang berarti tabiat,perangai dan kebiasaan). Secara umum akhlak Islam 13



Ali Mudhofir, Desain Pembelajaran Inovatif…”, h.128.



dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia (al-akhlaq al-mahmudah/alkarimah) dan akhlak tercela (al- akhlaq al-madzmumah/ qabihah). Akhlak mulia adalah yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan akhlak tercela adalah akhlak yang harus kita jauhi jangan sampai kita praktikkan dalam kehidupan kita seharihari.14 Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para ahli pendapat, namun intinya sama yaitu tetang perilaku manusia, seperti menurut pendapat Hamzah Ya’qub menyimpulkan ahklak adalah “etika” yang menyelidiki mana yang baik dana mana yang buruk dengan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.15 Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang sangat penting, di samping dua kerangka dasar lainnya. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik.16 b. Kedudukan Akhlak dalam Islam Dalam Islam akhlak menduduki posisi penting, hal ini dapat difahami dari salah satu misi Rasulullah Muhammad SAW yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia. Menurut Langgulung dan Najati sebagaimana yang dikutip oleh Hasan Asari bahwa mereka menggariskan



hal-hal



praksis



yang



dapat



dilakukan



dalam



pendidikan akhlak anak, antara lain:17 Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika Dalam Islam (Yogyakarta: Debut Wahana Press, 2009), h.21. 15 Hamzah Ya’qub, Etika Islam,, (Bandung: Dipenogoro, 1993), h.12. 16 Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia Pengantar Studi...’, h.13. 17 Hasan Asari, Hadis-hadis Pendidikan Sebuah Penelusuran Akar-akar Ilmu Pendidikan Islam cet ke-II, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2014), h.280-282. 14



1) Meneladankan/menjadi contoh kepada anak akan akhlak yang mulia. 2) Menciptakan suasana dan ruang kepada anak untuk berakhlak mulia. 3) Menunjukkan kepada anak bahwa orangtua selalu mengawasi sikap dan prilaku mereka. 4) Menjauhkan anak dari teman-temannya yang memungkinkannya berakhlak tercela. 5) Menjaga anak agar tidak mengunjungi tempat-tempat yang dapat merusak akhlaknya. 6) Membiasakan anak untuk hidup bersahaja agar mereka mampu bersikap sabar dalam menghadapi kesulitan hidup. Kemanjaan dan kekayaan akan mengajarkan hal yang sebaliknya. 7) Mendidik anak adab makan, mandi, berpakain, buang air, tidur dan sebaginya yang telah diatur dalam Islam termasuk do’a-do’a yang mengiringi aktivitas tersebut. 8) Mengajarkan anak dan membiasakan mereka untuk membaca alQur’an setiap hari. 9) Mengajarkan anak cerita-cerita tentang para Nabi, Rasul, sahabat Rasul, dan orang-orang salih lainnya dalam sejarah Islam. 10) Memberi respon atas akhlak anak, yakni dengan memberikan penghargaan atas akhlak yang baik dan memberikan hukuman atas akhlak yang buruk. 11) Membiasakan anak untuk melakukan hal-hal yang bersifat jasmaniah/olah raga (tarbiyah jasadiyah). 12) Membiasakan anak untuk bersikap rendah hati dan menghargai orang lain. 13) Mendidik anak untuk tidak bersifat materialis. 14) Melarang anak untuk melakukan sumpah, baik sumpah yang benar maupun yang bersifat sombong.



15) Membiasakan anak untuk berkata-kata dengan perkataan yang baik serta melarang mereka untuk berkata-kata kotor dan tercela. 16) Mengajarkan anak untuk sabar menerima hukuman, khususnya bila menerima hukuman dari guru. 17) Memberikan anak waktu untuk istirahat dan rekreasi. 18) Jika anak telah remaja (baligh) mereka diharuskan untuk tetap melaksanakan shalat setiap waktu dan menjalankan ibadahibadah wajib lainnya. 19) Menanamkan dalam jiwa anak rasa takut melakukan perbuatanperbuatan dosa. c. Akhlak Anak Akhlak



anak



diperoleh



dengan



meneladani



sifat-sifat



Rasulullah, ada pun konsep pemikiran Imam Al-Ghazali tentang pendidikan akhlak pada anak sebagai berikut:18



1) Akhlak terhadap Allah Orangtua sejak dini dianjurkan untuk membiasakan anak-anak nya untuk beribadah, seperti, sholat,berdoa,berpuasa di bulan ramadhan, sehingga berangsur-angsur tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut 2) Akhlak terhadap orangtua Seseorang anak haruslah di didik untuk selalu taat kepada orangtua nya,gurunya, serta bertanggung jawab atas pendidikannya, dan hendaklah ia menghormati siapa saja yang lebih tua dari nya. 3) Akhlak kepada diri sendiri a) Adab makan



Eko Setiawan, Konsep Pendidikan Akhlak Aspek Perspektif Imam Al-Ghazali, Jurnal kependidikan Vol.5 No.1 Tahun 2017, h.48. 18



Hendaklah di ajarkan oleh anak adab makan dan minum, misalnya makan dan minum pakai tangan kanan dan makan dan minum sambil duduk. b) Adab pakaian Orangtua harus benar-benar menjaga anaknya untuk tidak



gemar



berhias



mengejar



kesenangan



duniawi,kemewahan dan pola hidup boros. c) Larangan mencuri Seorang anak harus diajarkan untuk tidak sekali-kali mengambil barang yang bukan miliknya walaupun sangat diinginkannya. 4) Akhlak kepada orang lain a) Adab duduk Hendaklah anak-anak diajarkan cara duduk yang baik dan benar, tidak meletakkan kaki yang sebelah diatas kaki yang sebelahnya lagi.



b) Adab berbicara Anak-anak agar dijaga dari perkataan yang sia-sia, keji, mengutuk, memaki, dan bergaul dengan orang yang lidahnya selalu berbuat demikian. Anak yang memperoleh pendidikan akhlak yang baik tidak hanya merasakan kebaikan di dunia saja tetapi juga sebagai penyelamat dirinya di akhirat nanti.Dengan demikian pendidikan akhlak merupakan kegiatan yang tidak boleh ditunda karena berhubungan dengan seluruh dimensi kehidupan manusia. Kegiatan ini memerlukan keseriusan dan kerja sama seluruh elemen dan pakar pendidikan akhlak.



Maksud dari penjelasan diatas adalah akhlak anak memang harus diajarkan sejak dini tentang akhlak kepada Allah,orangtua, dan diri sendiri karena akhlak sebagai gambaran dari iman seseorang yang menunjukkan bentuk perilaku. Dan orangtua harus benar-benar harus menjaga anaknya untuk tidak salah bergaul. 3. Anak Usia Dini a. Pengertian Anak Usia Dini Anak usia dini adalah anak kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak yang memiliki karakteristik tertentu, yang khas dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk social, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.19 Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya.20 Masa usia dini (0-6) merupakan masa keemasan (golden age) di mana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (eksplosif), begitu pula dengan perkembangan fisiknya.21 Dengan kata lain, bahwa anak usia dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling pesat. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut telah dimulai Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini cet,VI, (Jakarta: Indeks Permata Puri Media, 2013), h.6. 20 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI cet, I, (Jakarta: Kencana, 2011), h.14. 21 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik…”, h.15. 19



sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel saraf otak, sebagai modal pembentukan kecerdasan terjadi saat anak dalam kandungan. Setelahlahir tidak terjadi lagi pembentukan sel saraf otak, tetapi hubungan antarsel saraf otak (sinap) terus berkembang. b. Hakikat Anak Usia Dini Menurut Montessori sebaimana yang dikutip oleh Yuliani, bahwa anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Masa ini merupakan periode sensitive (sensitive periods), selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini pula anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Pada masa keemasan merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari. Pada hakikatnya anak adalah makhluk individu yang membangun sendiri pengetahuannya. Itu artinya bahwa guru dan pendidik anak usia dini lainnya tidaklah dapat menuangkan air begitu saja ke dalam gelas yang seolah-olah kosong melompong. Anak lahir dengan membawa sejumlah potensi yang siap untuk ditumbuhkembangkan asalkan lingkungan menyiapkan situasi dan kondisi yang dapat merangsang kemunculan dari potensi yang tersembunyi tersebut.22 Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.23 c. Karakteristik Anak Usia Dini 22 23



Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan…”, h.54 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan…”, h.56.



Menurut Balitbang Dinas sebaiamana yang dikutip oleh Syamsu dan Nani bahwasanya karekteristik Anak Usia Dini adalah sebagai berikut:24 1) Fisik a) Menyebutkan nama, jenis kelamin, umur dan alamat rumah b) Berbicara lancer dengan kalimat sederhana c) Dapat menggunakan dan menjawab pertanyaan “apa” “mengapa” “dimana” dan “kapan” d) Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana 2) Motorik Motorik Halus a) Dapat mengurus diri sendiri b) Belajar menggunting c) Menjahit sederhana d) Melipat kertas sederhana Motorik Kasar a) Berlari dengan cepat b) Naik tangga c) Melompat di tempat d) Dapat bangun dari tidur tanpa berpegangan 3) Kognitif (Daya Cipta) a) Dapat menggunakan konsep waktu b) Dapat mengelompokkan benda dengan berbagai cara (warna, ukuran, bentuk) c) Mengenal bermacam-macam rasa, bau, suara, ukuran dan jarak d) Mengenal sebab akibat e) Dapat melakukan uji coba sederhana Syamsu Yusuf L. N dan Nani M.Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.53. 24



f) Mengenal konsep bilangan g) Mengenal bentuk-bentuk geometri h) Mengenal alat untuk mengukur i) Mengenal penambahan dan pengurangan dengan bendabenda 4) Sosial-emosional a) Tenggang rasa b) Bekerja sama c) Dapat bermain atau bergaul dengan teman d) Dapat berimajinasi e) Mulai belajar berpisah dari orang tua f) Mengenal dan mengikuti aturan g) Merasa puas dengan prestasi yang diperoleh h) Menunjukkan rekasi emosi yang wajar. 5) Seni a) Meronce dengan manic-manik besar b) Menggambar bebas c) Mewarnai gambar sederhana B. Kajian Penelitian yang Relavan 1. Penelitian



Ninda



Kurniawati



yang



berjudul



“Pelaksanaan



Pembelajaran Kontekstual Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Kelompok Usia 5-6 Tahun Segugus 1 Kecamatan Minggir” Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh TK se-gugus 1 kecamatan Minggir melakukan perencanaan pembelajaran kontekstual meliputi penulisan standar kompetensi dan penilaian dasar pengenalan pendidikan agama Islam, penentuan indikator dalam pencapaian hasil belajar pendidikan agama Islam, penentuan metode, tujuan dan alokasi waktu, penentuan materi dan persiapan mengajar, penentuan alat dan bahan, dan penentuan evaluasi. Satu diantara enam



TK di gugus 1 kecamatan Minggir tidak melaksanakan pembelajaran kontekstual pendidikan agama Islam yaitu TK Masyithoh Minggir 1. Dua sekolah tidak melaksanakan penilaian autentik yaitu TK Masyithoh Minggir 1 dan TK ABA Tobayan. Hambatan selama proses pembelajaran meliputi sekolah belum menggunakan RKH berbasis pembelajaran kontekstual, kemampuan guru yang berbeda antara guru satu dengan lainnya, kondisi kelas yang kurang kondusif karena anak sulit diatur, ada guru yang hanya menilai hasil karya anak tanpa melihat prosesnya secara langsung, letak geografis yang kurang mendukung dikarenakan berada di tengah pemukiman warga beragama lain.25



2. Penelitian Siti Aminah yang berjudul “Upaya Meningkatkan Akhlak Anak Usia Dini (5-6 Tahun) Melalui Pembelajaran Tematik Berbantuan Media Audiovisual Di PAUD Al-Kamal Laut Dendang” Jurnal Ansiru Vol1 No.1 Tahun 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan ruang kelas model penelitian tindakan (PTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon anak terhadap pengetahuan dan keterampilan karakter pada praksis siklus 1 cukup baik, karena anak sudah mulai memahami perilaku karakter. Selanjutnya, respon pengetahuan dan keterampilan moral dari anak dari siklus 2 ke siklus 3 baik dan menyenangkan karena anak sudah memahami understand perilaku karakter yang baik. Oleh karena itu, anak-anak termotivasi untuk melakukan akhlak yang baik perilaku di dalam kelas dan di luar kelas.26 Ninda Kurniawati, “Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Kelompok Usia 5-6 Tahun Segugus 1 Kecamatan Minggir” Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2016. 26 Siti Aminah, “Upaya Meningkatkan Akhlak Anak Usia Dini (5-6 Tahun) Melalui Pembelajaran Tematik Berbantuan Media Audiovisual Di PAUD Al-Kamal Laut Dendang” Jurnal 25



3. Penelitian oleh Kristiyawati yang berjudul “Dampak Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku Anak Di Desa Sepakat Bersatu Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo” UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field recearch). Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah Tayangan televisi yang di tonton anak di Rt 02 Desa Sepakat Bersatu Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo adalah tayangan televisi yang berjenis Sinetron seperti SAMUDRA CINTA dan PUTRI MAHKOTA, berjenis kartun seperti tayangan film kartun ASTRO BOY GO. Dampak tayangan televisi terhadap perkembangan perilaku anak di Rt 02 Desa Sepakat Bersatu Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo adalah anak menjadi malas belajar, anak mengikuti gaya bicara yang ditayangkan oleh televisi, membuat anak tidak disipin dan anak menjadi malas melakukan kegiatan keagamaan. Upaya yang dilakukan orang tua di desa sepakat bersatu untuk mengatasi dampak tayangan televisi adalah Mematikan Televisi Saat Jam Belajar Anak, mengawasi tayangan televisi yang di tonton anak, Memberi pengertian pentingnya bersosialisasi, Membatasi waktu menonton anak, Memberi pendidikan agama sejak dini dan orangtua Memberikan Motivasi Kepada Anak.27 C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir adalah suatu kerangka yang digunakan untuk menganalisis dan mencari secara mendalam yang diambil dari konsep tertentu yang telah ditampilkan. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam peneliti “Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas Kabupaten Seluma”



Ansiru Vol1 No.1 Tahun 2017. 27 Kristiyawati, “Dampak Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku Anak Di Desa Sepakat Bersatu Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo” UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2020.



Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini memiliki aspek-aspek kerangka berfikir antara lain:



Rumusan Masalah



Landasan Teori



Pengumpul Data



Analisis Data



Landasan Teori



Landasan Teori



Domain



Kesimpulan



Content Analisys



Taksonomi



BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan, Penelitian



kepustakaan



(Library



Research)



yaitu



penelitian



yang



pengumpulan datanya dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur.



Literatur.



Penekanan



penelitian



kepustakaan



adalah



ingin



menemukan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip, pendapat, gagasan dan lainlain yang dapat dipakai untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang diteliti. Menurut Abdul Rahman Sholeh, penelitian kepustakaan (library research) ialah penelitian yang menggunakan cara untuk mendapatkan data



informasi dengan menempatkan fasilitas yang ada di perpus, seperti buku, majalah, dokumen, catatan kisah-kisah sejarah.28 Disebut penelitian kepustakaan karena data-data atau bahan-bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian tersebut berasal dari perpustakaan baik berupa buku, ensiklopedi, kamus, jurnal, dokumen, majalah dan lain sebagainya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan menekankan analisisnya pada proses penyimpulan komparasi serta pada analisis terhadap dinamika hubungan fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang yang diamati yang tidak dituangkan ke dalam istilah yang digunakan dalam penelitian kuantitatif.29



B. Sumber Data sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data di peroleh. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbagai macam literatur yang berhubungan dengan objek penelitian (buku-buku, jurnal, skripsi dan 21



internet) yang berkaitan dengan Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas Kabupaten Seluma. C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data sepenuhnya didapatkan dan dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan atau dikenal juga dengan riset dokumenter (Documentery Research) yakni suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen tertulis. Dokumendokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jurnal-jurnal /literaturAbdul Rahman Sholeh, Pendidikan Agama dan Pengembangn untuk Bangsa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.63. 29 Saifuddin Azmar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h.5. 28



literatur yang ditulis oleh para ahlinya terutama yang terkait implementasi pembelajaran kontekstual bagi perkembangan akhlak anak usia dini. jurnaljurnal/literatur tersebut yang telah dihimpun, kemudian dipilih dan disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Selanjutnya data tersebut, dipilah dan dianalisis serta dikelompokkan sesuai dengan kategorisasinya melalui pendekatan Content Analisys (analisis isi). Content Analisys penulis gunakan untuk menganalisis data dan akhirnya mendapatkan makna dan kesimpulan. D. Teknik Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penganalisisan adalah dengan analisis induktif. Menurut Sugiono analisis data kualitatif adalah bersifat induktif yaitu



suatu



analisis



berdasarkan



data



yang



diperoleh



selanjutnya



dikembangkan. Sementara menurut Djajasudarma bahwa data secara induktif yaitu data yang dikaji melalui proses yang berlangsung dari data ke teori. Analisis tersebut diharapkan dapat ditemukan pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan fokus penelitian. Kategori dan karakteristik itu berfungsi untuk menggambarkan dan membatasi data, di samping menjadi pedoman ke arah penelitian selanjutnya. Sesuai dengan penelitian ini penelitian kualitatif jenis riset kepustakaan, maka analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif, yaitu analisis domain, taksonomi, kompensial dan analisis tema kultural. Data yang diperoleh dan terkumpul, selanjutnya diolah dan dianalisis dengan teknik analisis isi (Content Analysis). Content Analysis adalah analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Hal ini juga dinyatakan oleh Burhan Bungin bahwa: Content Analysis adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (kesimpulan) yang dapat ditiru (Replicable) dan data yang sahih dengan memperhatikan konteksnya, yang bertujuan memperoleh pemahaman secara lebih tajam dan mendalam tentang permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga dikenal dengan istilah literature study yang lazim dilakukan dalam penelitian kepustakaan.



DAFTAR PUSTAKA Aminah, Siti. Upaya Meningkatkan Akhlak Anak Usia Dini (5-6 Tahun) Melalui Pembelajaran Tematik Berbantuan Media Audiovisual, Jurnal Ansiru 1(1) Juni 2017. Asari, Hasan. Hadis-hadis Pendidikan Sebuah Penelusuran Akar-akar Ilmu Pendidikan Islam cet ke-II. Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2014. Azmar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2012. Djoehaeni, Heny. Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Di Taman Kanak Kanak, Jurnal Educational Technology 15(1) Tahun 2016.



Hidayat, Otib Satibi. Metode Pengembangan Moral  dan Nilai-nilai. Agama. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama, 2010. Kristiyawati. “Dampak Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku Anak Di Desa Sepakat Bersatu Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo” UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2020. Kurniawati, Ninda. “Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Kelompok Usia 5-6 Tahun Segugus 1 Kecamatan Minggir” Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2016. L.N, Syamsu Yusuf dan Nani M.Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011. Marzuki. Prinsip Dasar Akhlak Mulia Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika Dalam Islam. Yogyakarta: Debut Wahana Press, 2009. Mudhofir, Ali. Desain Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2016. Mulyasa, E. Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja Rodaskarya, 2010. Mulyasa, E. Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2017. Rachma, Nia dkk. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Anak Usia 5-6 Tahun di TK. Pontianak: Pendidikan Guru PAUD FKIP UNTAN, 2012. Setiawan, Eko. Konsep Pendidikan Akhlak Aspek Perspektif Imam Al-Ghazali, Jurnal kependidikan 5(1) Tahun 2017. Sholeh, Abdul Rahman. Pendidikan Agama dan Pengembangn untuk Bangsa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini cet,VI. Jakarta: Indeks Permata Puri Media, 2013. Sukreni,Wayan dkk. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Anak, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar 4(1) Tahun 2014.



Susanto, Ahmad. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010. Trianto. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI cet, I. Jakarta: Kencana, 2011. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ya’qub, Hamzah. Etika Islam. Bandung: Dipenogoro, 1993.