Tugas Sesi 7 Pengantar Sosiologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Silakan saudara baca terlebih dahulu wacana/berita yang ditulis pada link berikut ini:  https://news.detik.com/berita/d-6245593/kronologi-ott-jerat-rektor-unila-tersangka-suappenerimaan-mahasiswa-baru Kabar mengejutkan yang tertulis tersebut menunjukan bahwa salah satu rektor Perguruan Tinggi di Indonesia ditangkap KPK RI. Berikan analisis saudara dengan mengaitkan kasus tersebut pada teori perilaku dan kontrol sosial. Sebutkan rujukan/referensi yang Anda gunakan. Jawab : Kasus penangkapan seorang rektor Perguruan Tinggi oleh KPK RI dapat dianalisis dengan mengaitkannya dengan teori perilaku dan kontrol sosial. Teori perilaku mencakup studi tentang bagaimana individu terlibat dalam perilaku yang melanggar norma sosial atau hukum, sedangkan kontrol sosial adalah mekanisme yang digunakan oleh masyarakat untuk memastikan bahwa individu mematuhi norma-norma dan aturan yang berlaku. Dalam kasus ini, penangkapan seorang rektor Perguruan Tinggi menunjukkan adanya perilaku yang melanggar norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Rektor sebagai figur otoritas di lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk menjalankan tugasnya dengan integritas dan kepatuhan terhadap hukum. Penangkapan tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut terlibat dalam tindakan yang melanggar hukum atau norma sosial yang mengatur fungsi dan etika dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini, kontrol sosial berperan penting untuk mengungkap pelanggaran tersebut dan memberikan sanksi yang sesuai. Melalui tindakan KPK dalam menangkap rektor tersebut, dapat dilihat bahwa kontrol sosial bekerja untuk menjaga integritas dan kepatuhan terhadap norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat.



Tindakan tersebut juga memberikan efek jera dan memberikan contoh bahwa tindakan melanggar hukum tidak akan dibiarkan begitu saja. Dalam konteks ini, teori perilaku dan kontrol sosial berperan dalam menganalisis kasus penangkapan seorang rektor Perguruan Tinggi oleh KPK. Teori perilaku menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu, termasuk faktor-faktor yang mendorong seseorang melakukan tindakan melanggar hukum. Sedangkan kontrol sosial melibatkan mekanisme dan institusi yang bertujuan untuk membatasi perilaku yang melanggar norma dan aturan sosial. Dalam kasus tersebut, perilaku rektor yang melanggar hukum dapat dianalisis dengan menggunakan teori perilaku. Faktor-faktor seperti keserakahan, ketidakjujuran, atau ambisi yang berlebihan dapat menjadi dorongan bagi individu tersebut untuk terlibat dalam tindakan korupsi atau pelanggaran lainnya. Selain itu, faktor-faktor lingkungan seperti kurangnya pengawasan atau rendahnya kesadaran akan konsekuensi hukum juga dapat mempengaruhi perilaku individu. Namun, melalui tindakan KPK yang menangkap rektor tersebut, kontrol sosial berperan penting dalam menegakkan aturan dan norma sosial. KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi bertujuan untuk memastikan bahwa individuindividu yang memiliki posisi otoritas tetap bertanggung jawab dan mematuhi hukum. Tindakan ini juga memberikan efek jera kepada individu lain yang mungkin tergoda untuk melakukan pelanggaran serupa. Dalam konteks ini, kontrol sosial tidak hanya dilakukan oleh lembaga penegak hukum seperti KPK, tetapi juga oleh masyarakat secara keseluruhan. Respons dan reaksi masyarakat terhadap kasus penangkapan tersebut juga menjadi bentuk kontrol sosial yang melibatkan tekanan sosial dan penilaian moral terhadap perilaku individu.



Dengan adanya teori perilaku dan kontrol sosial, kasus penangkapan rektor tersebut dapat dianalisis secara holistik, melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu dan peran kontrol sosial dalam menegakkan norma dan aturan sosial. Sumber Referensi : https://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/15697-kpk-tangkap-rektor-ptn-dalam-operasitangkap-tangan KPK. (2021). Tentang Kami. Diakses pada 23 Mei 2023, dari https://www.kpk.go.id/id/tentang-kami



2. Terdapat 5 Dimensi Hubungan Kelompok dalam Masyarakat. Silakan saudara jelaskan



kelima



dimensi



tersebut,



kemudian



berikan



contoh



yang



saudara



temukan/alami di lingkungan tempat Anda tinggal Anda. Jawab : 1. Dimensi sejarah Dimensi sejarah ini diarahkan pada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antarkelompok. Hal ini berkaitan dengan timbulnya stratifikasi etnik, stratifikasi jenis kelamin, dan stratifikasi usia. Dengan penjelasan sebagai berikut:  Stratifikasi etnik terjadi apabila memenuhi tiga syarat yaitu, etnosentrisme, persaingan dan perbedaan kekuasaan. Stratifikasi etnik tidak terjadi apabila ketiga syarat tersebut terpenuhi. Contohnya kontak antara kelompok penduduk asli kabupaten Banggai dan kelompok pendatang di masa lalu  Stratifikasi usia berkaitan dengan kekuasaan, hak istimewa dan prestise yang dimiliki individu sejak mulai beranjak dewasa hingga menjelang usia tua.  Contoh : di Kabupaten Banggai, orang yang lebih tua dianggap paling punya hak istimewa saat di tempat umum seperti restoran dan café di kabupaten Banggai  Stratifikasi jenis kelamin terkait dengan industrialisasi, pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan belum terlihat jelas.



Contoh : pembagian kerja di perusahaan LNG di kabupaten banggai masih belum terdapat kejelasan kerja antara karyawan wanita dan pria 2. Dimensi sikap Dalam hubungan antarkelompok, dimensi sikap sering muncul dalam prasangka dan stereotip. Prasangka dalam kaitannya dengan hubungan antarkelompok merupakan sikap bermusuhan yang ditunjukkan pada satu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan. Contoh : pandangan terhadap orang Banggai asli memiliki watak dan sikap yang masih sangat konservatif 3. Dimensi institusi Dimensi institusi dalam hubungan antarkelompok dapat berupa ilustrasi politik dan ekonomi. Institusi dalam masyarakat dapat memperkuat pengendalian sosial, sikap dan hubungan antarkelompok. Institusi dapat pula berfungsi untuk menghilangkan pola hubungan antarkelompok yang ada. Contoh : seorang petugas administrasi di kantor DPMPTSP kabupaten Banggai tidak perlu mengenal dengan baik orang-orang dari instansi mana yang dihadapinya, hubungan yang terjadi tidak lebih dari hubungan administrasi saja. 4. Dimensi gerakan sosial Hubungan antarkelompok sering melibatkan gerakan sosial, baik yang diprakarsai oleh pihak yang menginginkan perubahan maupun oleh mereka yang ingin mempertahankan keadaan yang sudah ada. Contoh : gerakan perempuan Banggai untuk menentang kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di kabupaten Banggai 5. Dimensi Perilaku kolektif Perilaku kolektif adalah suatu perilaku yang tidak biasa , sehingga perilaku kolektif dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang relatif spontan, tidak terstruktur dan tidak stabil dari sekelompok orang, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa ketidakpuasan dan kecemasan.



Contoh : para penggemar bola di Kabupaten Banggai merusak beberapa fasilitas lapangan dan berhenti begitu saja.