Tumor Telinga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1.



LATAR BELAKANG Glomus jugularis merupakan kumpulan dari jaringan ganglonik dalam tulang



temporalis yang berhubungan dengan jugular bulb. Rosenwasser (1945) merupakan ahli bedah pertama yang mengenal hubungan antara tumor ini dengan glomus jugulare yang normal. Rosenwasser melakukan pengangkatan tumor vascular dari telinga tengah dan mastoid yang pada pemeriksaan histologik ditemukan adanya kemiripan antara tumor tersebut dengan badan karotis. Tetapi dia tidak dapat menemukan adanya tumor primer lainnya pada daerah leher dan menamakannya tumor yang menyerupai tumor badan karotis. Winship, Klopp dan Jenkins (1948) pertama kali menggunakan istilah ‘glomus jugulare’. Latters dan Waltner (1949) mengusulkan tumor tersebut diberinama nonchromaffin paragangliomas. Mulligan (1950) memperkenalkan istilah ‘chemodectoma’ berdasarkan penampilan histologik dan asal dari jaringan kemoreseptor. Boyd, Lever dan Griffith (1959) mengistilahkannya sebagai glomus jugulare yang tidak mempunyai fungsi kemoreseptor yang dapat dibuktikan. Pada pemeriksaan histology glomus jugulare menunjukan suatu kemiripan dengan glomus jugulare normal. Secara sitologi tumor tersebut tidak terlalu aktif dengan hanya sidekit badan mitosis, dan tumor ini biasanya memiliki kapsula fibrosa yang tipis. Tumor tersebut juga dapat menjadi invasive dan mengakibatkan kerusakan dari tulang dan nervus fascialis didaerah sekitarnya. tumor ini juga menunjukan kecenderungan untuk melakukan penyebaran secara infiltrative melalui system udara dari sel mastoid. Makek dkk (1990)



mendemonstrasikan



suatu



derajat



tinggi



infiltrative



pada



jugulotimpani



paraganglioma. Pada 66 kasus dari 83 penelitian memiliki infiltrasi penyebaran neural, yang menggambarkan 4 tingkatan dari penyebaran neural dalam hubungannya dengan klinis.



1.2.



RUMUSAN MASALAH Berdasakan Latar Belakang Diatas, maka diangkat rumusan masalah 1. Bagaimanakah Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Tumor Telinga ?



1



1.3.



TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan Rumusan Masalah di atas tujuan penelitian dari makalah ini adalah untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Tumor Telinga.



2



BAB II KONSEP TEORI 2.1.



Pengertian Tumor telinga disebut juga tumor glomus jugularis yang merupakan kumpulan dari



jaringan ganglonik dalam tulang temporalis yang berhubungan dengan jugular bulb. Winship, Klopp dan Jenkins (1948) pertama kali menggunakan istilah ‘glomus jugulare’. Latters dan Waltner (1949) mengusulkan tumor tersebut diberinama nonchromaffin paragangliomas. Mulligan (1950) memperkenalkan istilah ‘chemodectoma’ berdasarkan penampilan histologik dan asal dari jaringan kemoreseptor. Boyd, Lever dan Griffith (1959) mengistilahkannya sebagai glomus jugulare yang tidak mempunyai fungsi kemoreseptor yang dapat dibuktikan. 2.2.



Etiologi ada beberapa penyebab dari tumor glomus, tergantung macamnya : 1. Kondroma Tumor ini berasal dari sisa notohcordal dan secara dominan ditemukan berhubungan dengan tulang aksila yang bersifat ganas. Tumor ini jarang terjadi. 2. Kondrosarkoma Kondrosarkoma dari sisa kartilaginosa pada foramen laserum. Kondrosarkoma bersifat ganas dan dapat menimbulkan gejala erosi tulang yang menimbulkan tekanan pada telinga dalam. 3. Manigoima. Tumor ini merupakan tumor yang berasal dari tulang temporalis yang terdapat pada



2.3.



telinga tengah Patofisiologi Pada pemeriksaan histologi glomus jugulare menunjukan suatu kemiripan dengan glomus jugulare normal. Secara sitologi tumor tersebut tidak terlalu aktif dengan hanya sedikit badan mitosis, dan tumor ini biasanya memiliki kapsulafibrosa yang tipis. Tumor tersebut juga dapat menjadi invasire dan mengakibatkan kerusakan dari tulang dan nervus fascialis didaerah sekitarnya. Tumor ini juga menunjukan kecenderungan untuk melakukan penyebaran secara infiltrative melalui sistem udara



2.4.



dari sel mastoid ( Makek dkk ; 1990). Klasifikasi 1. Kondroma merupakan tumor yang jarang terjadi, tumor ini berasal dari sisa notohcordal dan secara dominan ditemukan berhubungan dengan tulang aksila



3



yang bersifat ganas. Gejala ini yang timbul karena tekanan dari telinga tengah atau nervus kranialis dan rasa nyeri merupakan gejala utama pada tumor ini. 2. Kondrosarkoma dari apeks perosa mungkin berasal dari sisa kartilaginosa pada foramen laserum. Kondrosarkoma bersifat ganas dan dapat menimbulkan gejala erosi tulang yang menimbulkan tekanan pada telinga dalam atau nervus carnial. Deferensiasi secara histolik dibandingkan dengan kondroma sangat penting karena biasanya tumor ini memiliki prognosis yang lebih tinggi. Tetapi dengan reseksi luas dilanjutkan radiasi post operative. Angka kehidupan 5 tahun adalah 70%. 3. Manigioma merupakan tumor intra carnial jinak yang paling sering ditemukan dan diduga berasal dari Vili Arahnoid. Tumor ini merupakan tumor yang berasal dari tulang temporalis yang terdapat pada telinga tengah. Ada empat tingkatan penyebaran glomus jugularis dalam hubungannya dengan klinis : 1. Jenis Kelamin Glomus tumor lebih dominan terjadi pada wanita dari pada pria dengan perbandingan 6:1. glomus tumor juga terjadi pada usia pertengahan. Walaupun timbulnya angka kejadian sangat jarang tetapi tingkatan kejadian terlihat meningkat pada pasien yang keluarganya menderita tumor glumor dengan pola herediter. 2. Aktivitas Endokrin Tumor glomus biasanya dianggap sebagai non-chomaffin paraganglioma yang tidak memiliki fungsi endokrin tetapi hal ini dapat menunjukan adanya laporan peningkatan keaktifan dari tumor ( Duke dkk;1964). 3. Pusat Tumor Glomus tumor terkadang timbul pada kedua telinga kiri dan kanan/berkonjugasi dengan paraganglioma lainnya. Badan karotis sendiri sering menjadi tempat bagi kedua tumor tersebut. 4. Metastase Tumor glomus jugulare secara umum dianggap sebagai tumor yang memiliki tingkat keganasan yang rendah,sebagian besar menyebabkan masalah,karena letaknya secara anatomi sangat kompleks dan terletak pada basal tulang tengkorak. 2.5.



Gejala Gejala yang ditimbulkan glomus jugulare awalnya yang biasa sering terjadi adalah Tinnitus yang berdenyut dan tuli konduktif. Gejala awal ini biasanya mengikuti perkembangan telinga tengah dan lebih sering diabaikan. Adanya suatu masa berwarna kemerahan ( the rising sun behind the drum ) pada pemeriksaaan rutin 4



biasanya jarang ditemukan. Pada 30% kasus didapatkan adanya kelumpuhan otot-otot wajah, hal ini timbul karena akibat perkembangan dari nervus pada foramen ( lubang ) jugularis.Sedangkan gejala yang jarang timbul otalgia dan perdarahan. 2.6.



Penatalaksanaan Medis Terapi tumor glomus dibagi menjadi : 1. Tidak ada terapi secara aktif dan observasi secara berkelanjutan 2. Radioterapi 3. Operasi reseksi 4. Operasi reseksi dengan perencanaan radioterapi adjuvant.



5



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI TUMOR TELINGA 3.1. Pengkajian 1. Identitas Pasien Meliputi Nama, Tanggal Masuk Rumah Sakit, Alamat, Agama, Jenis Kelamin, Suku, dan Identitas Pasien Lainnya yang di anggap penting dan dapat mempengaruhi diagnose. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Biasanya pasien merasakan nyeri pada teling, terasa ada pembengkakan pada telinga, perasaan tidak enak pada telinga, pendengaran berkurang, ketika membersihkan telinga keluar cairan berbau busuk b. Riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan. c. Riwayat penyakit dahulu Tanyakan pada klien dan keluarganya ; apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini, apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang, apakah klien sering mengorek-ngorek telinga dengan jepit rambut atau cutton buds sehingga terjadi trauma, apakah klien sering berenang. d. Riwayat penyakit keluarga Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM. 3. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi 1) Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor. 2) Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat. b. Palpasi Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta 3.2. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri b/d respon inflamasi 2. Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga 3. Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman suara 4. Hipertermi b/d peningkatan suhu tubuh 6



5. Resti infeksi b/d peningkatan produksi panas 3.3. Rencana Intervensi Nyeri b/d respon inflamasi Dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang Kriteria hasil : Skala nyeri berkurang yaitu 0-1 Pasien dapat beristirahat Ekspresi meringis (-) TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5-37,5°C) Kanalis tetap terbuka INTERVENSI BHSP Berikan lingkungan tenang dan nyaman



RASIONAL Meningkatkan kepercayaan pasien Membantu pasien untuk dapat



Memasang sumbu bila kanalis



beristirahat untuk menjaga kanalis tetap terbuka



auditorius mengalami edema Ajarkan teknik ditraksi dan relaksasi



Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan



Kolaborasi pemberian analgesik sesuai



pasien Mengurangi rasa sakit yang dirasakan



indikasi Kaji skala nyeri Pantau TTV pasien



pasien Mengetahui skala nyeri pasien Untuk mengetahui status kesehatan pasien



Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan gagguan persepsi sensoridapat teratasi Kriteria Hasil : Pasien dapat berinteraksi INTERVENSI RASIONAL Berbicara dengan suara yang jelas Memudahkan pasien untuk berinteraksi Menggunakan kalimat atau bahasa yang Memudahkan pasien untuk berinteraksi mudah dimengerti Berdiri dihadapan klien saat berbicara



Memudahkan pasien untuk berinteraksi



7



Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pemahaman suara Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan gagguan persepsi sensoridapat teratasi Kriteria Hasil : Pasien dapat berinteraksi INTERVENSI RASIONAL Dapatkan apa metode komunikasi yang Dengan mengetahui metode dinginkan dan catat pada rencana komunikasi yang diinginkan oleh klien perawatan metode yang digunakan oleh maka metode yang akan digunakan staf dan klien, seperti : 1.



Tulisan



2.



Berbicara



3.



dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.



Bahasa isyarat. Gunakan faktor-faktor meningkatkan pemahaman.



yang Memungkinkan komunikasi dua arah



pendengaran Bicara



dengan



dan anatara perawat dengan klien dapat jelas, berjalan dnegan baik dan klien dapat



menghadap individu.



menerima pesan perawat secara tepat.



Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan. Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi. Kaji kemampuan untuk menerima



Pesan yang ingin disampaikan oleh



pesan secara verbal.



perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien



Hipertermi b/d peningkatan suhu tubuh Tujuan : dalam waktu 1 x 24jam setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu



-



tubuh pasien normal (36,5-37,5°C) KH : Pasien tidak berkeringat lagi Kulit tidak merah Pasien tidak mengeluh panas Pasien tidak dehidrasi Suhu tubuh normal (36,5-37,5°C) INTERVENSI Beri kompres hangat pada pasien



RASIONAL mengurangi panas dengan cara



Anjurkan klien untuk banyak minum



konveksi menghindari dehidrasi klien 8



Buka pakaian pasien



mengurangi panas dengan cara



Kolaborasi pemberian obat sesuai



evaporasi mengurangi panas yang dirasakan klien



indikasi : antrain Observasi suhu tubuh pasien



mengevaluasi/mengetahui suhu tubuh klien



Resti infeksi b/d peningkatan produksi panas Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi Kriteria hasil : Tidak terjadi kontaminasi silang Suhu tubuh normal (36,5-37,5°C) INTERVENSI Awasi/batasi pengunjung, bila perlu. Jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu Tekankan tentang pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua



RASIONAL mencegah kontaminasi silang dari pengunjung mencegah kontaminasi silang : menurunkan risiko infeksi



individu yang datang kontak dengan pasien Implementasikan teknik isolasi yang



tergantung tipe pustula ; untuk



tepat sesuai indikasi



menurunkan risiko kontaminasi silang/terpajannya pada flora bakteri



Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai



multiple Mengurangi risiko infeksi



indikasi (antipseudomonas) Observasi suhu tubuh pasien



Untuk mengetahui status suhu tubuh pasien



9



BAB IV STUDI KASUS TUMOR TELINGA 4.1. Pengkajian A. Identitas Nama : Tn.B Umur : 25 Tahun Jenis Kelamin : Laki – Laki Agama : Islam Alamat : Jln. Cut Meutia, Aceh Pekerjaan : Nelayan Status : Kawin Tanggal Pemeriksaan : 13 Agustus 2013 Tanggal Masuk Rumah Sakit : 13 Agustus 2013 No. Medical Record : 04 74 60 B. Riwayat Kesehatan Keluhan Utama : Nyeri di Liang Telinga a. Riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan merasa nyeri di telinga dan sering keluar nanah, dan terasa ada pembengkakan. Telinga sebelah kanan sudah tidak bisa mendengar. Sakit yang di rasakan sampai ke kepala. b. Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu di telinga, hanya saja telinganya kadang-kadang sering merasa sakit. c. Riwayat penyakit keluarga Pasien Mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang pernah mengalami sakit telinga maupun penyakit turunan lainnya seperti DM. C. Pemeriksaan Fisik Inspeksi : Terlihat ada pembengkakan di dalam telinga, Membran Timpani pecah Palpasi : Ketika di raba Terdapat benjolan



10



4.2.



DIAGNOSA Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri b/d Respon Inflamasi 2. Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d pecahnya gendang telinga 3. Resti infeksi b/d peningkatan produksi panas



Diagnosa : Nyeri b/d Respon inflamasi Dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang Kriteria hasil : Skala nyeri berkurang yaitu 0-1 Pasien dapat beristirahat Ekspresi meringis (-) TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5-37,5°C) -



Kanalis tetap terbuka INTERVENSI Bangun Hubungan Saling Percaya



IMPLEMENTASI Membangun Hubungan Saling percaya



EVALUASI S : Pasien Mengatakan



R/ Meningkatkan kepercayaan pasien Berikan lingkungan tenang dan



dengan pasien dan keluarga pasien Memberikan Lingkungan yang tenang



merasa Nyeri di



nyaman



pada pasien dengan mengatur jam besuk



R/ Membantu pasien untuk dapat



buat para pengunjung/keluarga pasien



beristirahat Memberikan Pengetahuan Kepada



Memberikan edukasi mengenai penyakit



Klien tentang penyakit yang di



tumor telinga, penyebab tumor telinga



alaminya



serta penatalaksanaan medis yang



R/ Agar klien mampu memahami dan



nantinya akan di lakukan



menerima penyakit Ajarkan teknik ditraksi dan relaksasi



Mengajarkan teknik relaksai nafas



R/ Mengurangi rasa nyeri yang



dalam untuk mengurangi nyeri yang



dirasakan pasien Kolaborasi pemberian analgesik



dirasakan Memberikan Analgesik sesuai dengan



sesuai indikasi



anjuran dokter



O : Terlihat pembengkakan dan keluar nanah dari dalam telinga A : Masalah belum teratasi P : Intervensi di



R/ Mengurangi rasa sakit yang dirasakan pasien Kaji skala nyeri



Skala Nyeri yang dirasakan Pasien dari



R/ Mengetahui skala nyeri pasien Pantau TTV pasien



1 – 10 adalah = 7 TTV :



R/ Untuk mengetahui status



TD : 130/70 mmhg 11



Telinganya



T : 37o C



lanjutkan



kesehatan pasien



R : 22x



N : 26x/m



Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d sumbatan liang telinga Tujuan : dalam waktu 2x24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan gagguan persepsi sensoridapat teratasi Kriteria Hasil : -



Pasien dapat berinteraksi INTERVENSI Berbicara dengan suara yang jelas



IMPLEMENTASI Berbicara dengan klien dengan



EVALUASI S : Pasien mengatakan



R/ Memudahkan pasien untuk



suara yang jelas, karena



pendengarannya berkurang



berinteraksi Menggunakan kalimat atau bahasa



pendengaran yang berkurang Berbicara dengan klien di



O : Pecahnya Gendang telinga



yang mudah dimengerti



bantu keluarga menggunakan



R/ Memudahkan pasien untuk



Bahasa sehari-hari yang mudah



berinteraksi Berdiri dihadapan klien saat



di mengerti oleh klien Melihat wajah klien ketika



berbicara



berbicara



R/ Memudahkan pasien untuk berinteraksi



12



sebelah kanan A : Masalah teratasi sebagian dengan berbicara dengan jelas P : Intervensi Dilanjutkan



Resti infeksi b/d peningkatan produksi panas Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi Kriteria hasil : Tidak terjadi kontaminasi silang -



Suhu tubuh normal (36,5-37,5°C) INTERVENSI Awasi/batasi pengunjung, bila perlu. Jelaskan



IMPLEMENTASI Membatasi Pengunjung



EVALUASI S : Pasien mengatakan



prosedur isolasi terhadap pengunjung bila



pasien dan menjelaskan



merasakan panas



perlu



bahwa pasien butuh



O : Suhu tubuh pasien



R/ mencegah kontaminasi silang dari



istirahat demi keefektivan



meningkat menjadi 38o C



pengunjung Tekankan tentang pentingnya teknik mencuci



pengobatan Memberikan edukasi



A : Masalah teratasi



tangan yang baik untuk semua individu yang



kepada klien tentang cara



datang kontak dengan pasien



mencuci tangan yang baik



R/ mencegah kontaminasi silang :



dan benar dan manfaatnya



menurunkan risiko infeksi Implementasikan teknik isolasi yang tepat



Pasien diberikan tempat



sesuai indikasi



yang bersih untuk



R/ tergantung tipe pustula ; untuk



mencegah dari



menurunkan risiko kontaminasi



kontaminasi



silang/terpajannya pada flora bakteri multiple Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai



Melakukan pemberian



indikasi (antipseudomonas)



antibiotic sesuai



R/ Mengurangi risiko infeksi Observasi suhu tubuh pasien



kolaborasi dengan dokter Melakukan Observasi



R/ Untuk mengetahui status suhu tubuh



suhu tubuh



pasien



T : 38o C



13



dengan Memberikan antibiotic serta Obat Penurun Panas P : Intervensi di lanjutkan



BAB V PENUTUP 4.1



Kesimpulan Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena infeksi bakteri atau jamur. (herniawati, 2008) Otitis Eksterna Maligna merupakan infeksi telinga luar yang ditandai dengan adanya jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago dan tulang liang telinga hingga meluas ke dasar tengkorak. (Ghofar, 2006) Massa di telinga luar terdiri dari benigna dan maligna pada daun telinga begitu pula pada liang telinga.



4.2



Saran Berhati-hati dalam membersihkan telinga. Penggunaan alat irigasi dan tata cara pembersihan yang salah juga turut menjadi faktor risiko terjadinya gangguan pada telinga luar.



14



DAFTAR PUSTAKA



Alfarisi. 2011. Apa itu Radang Telinga Luar (OTITIS EKSTERNA) dan Apa Penyebabnya? http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/06/apa-itu-radang-telinga-luar-otitis.html diakses pukul 20 : 56 Anonymus. 2012. Anatomi dan Fisiologi Telinga Luar http://kamar-koas.com/?p=30 diakses tanggal 10 April 2012 pukul 20 : 54 Anonymus. 2011. Cara Pengobatan Tumor Telinga Luar. http://www.spesialis.info/?carapengobatan-tumor-telinga-luar,1202 diakses tanggal 20 Juni 2012pukul 21 : 17 Herniawati. 2008. Otitis Eksterna. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/otitiseksterna/ diakses tanggal 10 April 2012 pukul 20 : 59 Kahar, Abdul. 2010. Penyakit-penyakit Telinga Luar. http://chaharkudo.blogspot.com/2010/12/penyakit-akut-celah-telinga-tengah.html diakses tanggal 15 Juni 2012 pukul 22 : 27 Pracy, R. 1983. Buku Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung dan Tenggorok. Gramedia : Jakarta Sastrodiningrat, Abdul Gofar. 2006. Otitis Eksterna Maligna. Suplemen Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No 3. Dept. THT-KL FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan



15