UHH Penelitian PERAN PERAWAT LANSIA  [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Fitri
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HASIL PENELITIAN JURNAL TENTANG PERAN PERAWAT LANSIA Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik yang diampu oleh ibu Iis Sriningsih , SKp, MKes



Di Susun Oleh : Kelompok 3 1. Fitri Asih



P1337420617007



2. Cici Silviani



P1337420617034



3. Yanda Octa Herliani



P1337420617053



3A3 REGULER



SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2020



DAFTAR ISI Halaman Judul .......................................................................................................



i



Kata Pengantar ......................................................................................................



ii



Daftar Isi ................................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................



1



1.1 Latar Belakang .........................................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................



1



1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................



1



BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................



2



2.1 Peran Perawat Dalam Keperawatan Lansia .............................................



2



2.2 Hasil Penelitian tentang Peran Perawat Dalam Keperawatan Lansia .......



5



2.3 Usia Harapan Hidup Lansia Di Indonesia …………………………………….



8



BAB III PENUTUP ................................................................................................



10



3.1 Simpulan ..................................................................................................



10



DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................



11



ii



KATA PENGANTAR



Puji syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tim penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Hasil Penelitian Jurnal Tentang Peran Perawat Lansia” dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun berdasarkan hasil diskusi kelompok untuk memenuhi salah satu tugas dalam Mata Kuliah Keperawatan Gerontik. Tim penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit untuk menyelesaikan tugas ini. Tim penulis juga menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu banyak perbaikan karena keterbatasan tim penulis. Oleh karena itu, tim penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk pengembangan makalah ini. Tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



Semarang, 15 Januari 2020



Tim Penulis



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa lanjut usia merupakan tahap akhir dari tahapan perkembangan kehidupan



manusia.



diidentikkan



dengan



berdampak



pada



penurunan



fungsi



Di



masyarakat



masa



Indonesia



penurunan



ketidakberdayaan kognitif



masa



berbagai



fungsi



(Syam’ani,



menyebabkan



lansia



sering



tubuh



dan



2011).Terjadinya



semakin



memburuknya



ketidakmampuan lansia dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari, sehingga menyebabkan terjadinya ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence) (Reuser et al., 2010). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/ BAK (Fitria, 2009). Ketika seseorang tidak lagi mampu merawat dirinya



sendiri



secara



mandiri, dapat menyebabkan rasa rendah diri, menjadi tergantung pada caregiver dalam kehidupan sehari-hari dan hal itu dapat menjadi titik kritis dalam kehidupan lansia (Nordenfelt,2009).



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana peran perawat dalam melakukan tindakan keperawatan pada lansia? 2. Bagaimana hasil penelitian tentang peran perawat dalam keperawatan lansia? 3. Bagaimana Usia Harapan Hidup (UHH) lansia di Indonesia ?



1.3 Tujuan 1. Untuk



mengetahui



peran



perawat



dalam



melakukan



tindakan



keperawatan pada lansia 2. Untuk mengetahui



hasil penelitian tentang peran perawat dalam



keperawatan lansia. 3. Untuk



mengetahui



usia



harapan



hidup



lansia



di



Indonesia



1



BAB II PEMBAHASAN



3.1 Peran perawat dalam Keperawatan Lansia a. Perawat sebagai Advokator Perawat dalam hal ini bertindak memihak atau memastikan lansia untuk mendapatkan haknya, pelayanan yang layak, memperkuat otonomi klien dalam pengambilan keputusan, dan mendidik orang lain mengenai peniaian negatif dari penuaan (Miller, 2012). Contoh kecilnya seperti menjelaskan prosedur medis atau perawatan kepada anggota keluarga pada tingkat unit. Hal yang perlu diingat, apapun situasinya peran advokator tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi memberdayakan mereka untuk tetap independen dan bermartabat bahkan dalam situasi sulit sekalipun. b. Perawat sebagai Edukator Perawat yang berperan sebagai edukator memiliki kewajiban untuk memberi informasi mengenai status kesehatan klien kepada klien serta keluarga klien dan membantu klien mencapai perawatan diri sesuai kemampuannya (Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Hal ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan prinsip, prosedur, dan teknik dalam pemeliharaan kesehatan kepada lansia. Menurut Tabloski (2014), perawat dapat melakukan edukasi mengenai beberapa hal kepada lansia seperti deteksi penyakit, memberikan edukasi tentang penuaan yang sehat, pengobatan terhadap penyakit, dan rehabilitasi kepada lansia serta keluarganya. Selain itu, perawat edukator dapat juga berpartisipasi dalam ranah pendidikan hingga memberikan pelatihan untuk perawat. Memberikan edukasi kepada lansia menjadi tantangan tersendiri bagi perawat. Hal ini dikarenakan lansia mengalami cognitive aging yang mempengaruhi proses belajar (Miller, 2012). Sehingga, perawat perlu menyesuaikan metode dan bahan edukasi agar edukasi yang diberikan dapat dimengerti dengan baik oleh lansia. Apabila lansia tidak dapat di berikan edukasi, maka edukasi diberikan kepada keluarganya. Namun, jika lansia masih memiliki kognitif yang baik, terdapat lima hal yang perlu dilakukan agar edukasi yang diberikan dapat dipahami dengan baik menurut Miller (2012), antara lain: 2



1) Memberikan waktu yang cukup untuk lansia menyerap informasi, artinya pemberian informasi dilakukan dengan tidak terburu-buru 2) Memberikan sejumlah kecil informasi dalam beberapa sesi, artinya tidak diberikan banyak informasi pada satu pertemuan 3) Membuat rujukan kepada perawat untuk melakukan perawatan di rumah dengan salah satunya follow up pengajaran yang diberikan 4) Membuat



lingkungan



pembelajaran



nyaman



dengan



menghilangkan



berbagai hal yang dapat menjadi distraksi. 5) Mengaitkan informasi yang diberikan dengan pengalaman masa lalu klien agar mudah diserap klien. c. Perawat sebagai Manajer Perawat



sebagai



manajer



bertanggung



jawab



dalam



memberikan



lingkungan yang positif serta profesional di rumah sakit atau komunitas agar terwujudnya pelayanan yang berkualitas. Selain itu, perawat sebagai manajer juga harus mampu memimpin dan mengelola tim klinis yang dibentuk. Mauk (2014), mengemukakan bahwa perawat manajer dalam keperawatan gerontik perlu memiliki kemampuan dalam beberapa hal antara lain: 1) Membangun dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan anggota tim keperawatan gerontik. Dalam hal ini, seorang perawat gerontik harus memiliki standar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lansia. Standar tersebut antara lain, pengetahuan dan keterampilan untuk menjaga kesehatan lansia, mencegah penyakit, mengelola penyakit kronis yang kompleks, penurunan fungsi fisik dan mental, hingga perawatan paliatif (ANA, 2010 dalam Touhy & Jett, 2014). Sehingga, manajer perlu memfasilitasi pelatihan atau workshop agar kemamuan anggota tim dapat meningkat 2) Menentukan prioritas dan tujuan yang realistis, dapat terukur serta memiliki batasan waktu. 3) Membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah baik masalah internal antar anggota tim dan masalah klien. 4) Mendelegasikan tugas kepada seseorang yang dianggap dapat menjalankan tugas dengan baik. 5) Mampu memberikan dorongan, arahan yang jelas, dan harapan terhadap stafnya.



3



d. Perawat sebagai Praktisi Independen Praktisi independen artinya perawat melakukan praktik keperawatan secara mandiri. Perawat harus memiliki kode etik profesi dan standar praktik keperawatan yang berlaku untuk menunjukkan kompetensi perawat. Menurut Undang-Undang No. 38 tahun 2014, untuk membuka praktik keperawatan mandiri, perawat harus memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) yang berlaku selama STR masih berlaku. Contoh praktik mandiri dalam keperawatan gerontik ialah membuka praktik perawatan luka, menerima kontrol perawatan untuk lansia, dan lain-lain. e. Perawat sebagai Konselor Perawat



gerontik



sebagai



konselor



bertugas



membantu



pasien



mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah kesehatan dan melakukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Peran perawat yaitu memberikan konsultasi kesehatan berkelanjutan unutk membantu keluarga pasien memutuskan apakah perlu lansia dimasukkan ke panti, memberikan arahan terkait biaya perawatan lansia yang sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain. f. Perawat sebagai Kolabolator Dalam hal ini perawat bekerja sama dengan semua pihak yang terlibat dalam perawatan perlu mengembangkan rencana yang dapat diterima bersama demi tercapainya tujuan bersama (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Contoh peran ini, seperti praktisi perawat berada pada tim perawatan berbasis rumah yang berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan layanan perawatan primer kepada pasien lansia yang berisiko tinggi (Touhy & Jett, 2014). g. Perawat sebagai Peneliti Perawat memperluas pengetahuan dalam bidang keperawatan dan disiplin perawatan kesehatan lainnya untuk memberikan bukti praktik dan memastikan perawat memiliki bukti terbaik untuk mendukung praktik mereka. Contoh peran ini, yaitu perawat mengembangkan penelitian mengenai metode perawatan yang cocok untuk pasien lansia dengan penyakit kronik tertentu, membantu mengembangkan teori keperawatan modern yang sesuai dengan kondisi saat ini.



4



3.2 Hasil Penelitian tentang Peran perawat dalam Keperawatan Lansia Berdasarkan jurnal dengan judul Caregiver Experience In Nursing Elderly With Self Care Deficit At Panti Werdha Pangesti Lawang (2018)



perawat memiliki



peran sebagai Direct Care Giver dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lansia. Profesi caregiver merupakan cabang ilmu dari keperawatan . latar belakangnya adalah diperlakukannya profesi khusus yang menangani masalah keperawatan pada lansia diluar disiplin ilmu keperawatan medik logis yang umum. Caregiver adalah orang yang memberi perhatian, merawat, dan menjaga orang lanjut usia, yang meliputi melayani kebutuhan fisik (aktivitas mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi seperti personal hygiene, eliminasi, mobilisasi), kebutuhan medis (seperti meminum obat, terapi fisik), kebutuhan social (seperti menjadi teman bicara), kebutuhan spiritual (seperti berdoa bersama). Umumnya, lansia sering menunjukkan gejala khas dan sulit di mengerti ucapannya. Hal ini menjadi tantangan bagi perawat dalam menentukan diagnosis dan penangan yang tepat. Oleh karenanya, perawat sebagai penyedia perawatan harus mengatahui segala proses penyakit dan gejala yang biasa terlihat pada lansia mencakup pengetahuan tentang faktor risiko, tanda dan gejala, penangan medis yang biasa dilakukan, rehabilitasi, serta perawatan yang dibutuhkan pada akhir usia (Hindle & Coates, 2011). Caregiver memberikan perawatan kepada lansia bisa penuh waktu, paruh waktu baik secara fisik dan emosional.Hanya sedikit orang yang siap untuk tanggung jawab dan tugas-tugas yang terlibat dalam merawat lansia karena stres yang terlibat di dalamnya. Caregiver memberi bantuan dan perawatan mulai dari membantu tugas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, makan,



memindahkan



lansia,



membawa



kembali



ke



tempat



tidur,



memberikan obat, menjaga lansia, memberikan dukungan emosional dan begitu banyak hal lain. Fungsi Caregiver dalam keperawatan lansia yai tu : 1. Memenuhi kebutuhan perawatan diri lansia yang tidak mampu Caregiver harus memahami dan menyadari akan perubahan kemampuan perawatan diri lansia. Pemahaman akan perubahan yang terjadi pada lansia diperoleh dari pikiran, defisit perawatan diri, dan



5



melibatkan perasaan caregiver saat melakukan interaksi perawatan sehari-hari dirumah. Sehingga caregiver mampu beradaptasi terhadap lansia dan melakukan tindakan keperawatan yang akan diberikan dengan semangat dan tetap kokoh dalam merawat lansia. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan merawat l a n s i a d e n g a n penuh kasih sayang.



2. Merawat lansia dengan rasa senang dan tidak terbebani Perasaan senang dapat diartikan sebagai kondisi dimana caregiver merasa puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa saat melakukukan tindakan keperawatan kepada lansia. Hermanns dan Smith (2012) mengungkapkan bahwa cargiver harus berkomitmen untuk memberikan perawatan yang terbaik untuk penerima perawatan mereka.Semua cargiver bersedia untuk belajar melakukan tindakan keperawatan yang spesifik dalam perawatan lansia.



3. Merawat dengan rasa sabar dan empati pada lansia Perasaan caregiver muncul dalam bentuk rasa kasihan dan belajar bersabar, sehingga menunjukkan stimulus respon empati kepada lansia. National Alliancefor Caregiving (2009) juga menyatakan bahwa pengalaman sehari-hari yang dialami caregiver memiliki hubungan yang positif yaitu memahami apa yang dibutuhkan dan yang tidak disukai oleh para lansia, dikarenakan intensitas interaksi antara caregiver dan lansia yang cukup padat.



4. Menghargai lansia dan bertanggung jawab saat merawat lansia Caregiver



harus



menghargai



dengan



menunjukkan



rasa



bertanggung jawab saat merawat lansia. Dalam hal ini orang lain yang bisa membantu lansia misalnya keluarga lain untuk membantu lansia dan bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada lansia.



5. Memberikan dukungan dan motivasi kepada lansia Caregiver cenderung memiliki hubungan yang lebih dekat dan berkewajiban merawat lansia, mereka juga memiliki peran serta fungsi



6



tertentu dalam sistem. Bagaimanapun juga lansia membutuhkan perawatan dan memerlukan pengawasan dari caregiver. Tugas caregiver memberikan perawatan holistik, mengatasi masalah fisik (mengurangi rasa sakit, memberikan obat), tetapi juga mengatasi masalah emosional



dan



memastikan



bahwa



semua



kebutuhan



terpenuhi



(Zamanzadeh, Jasemidan Taleghani, 2015).



6. Merawat lansia dengan kerja sama antar caregiver Saat merawat lansia memerlukan perawatan yang lama dan butuh perhatian penuh, hal ini berkaitan dengan faktor usia atau penyakit yang diderita lansia. Pada saat merawat lansia, caregiver juga membutuhkan tenaga yang besar dalam memberikan tindakan keperawatan.



7. Menyadari perubahan perilaku pada lansia Dengan menyadari perubahan perilaku pada lansia maka caregiver dapat mengeksplorasi hambatan yang dialami saat merawat lansia. Hambatan yang mungkin terjadi yaitu ketika perubahan kondisi lansia yang lemah sehingga memerlukan tenaga yang besar dan kerjasama antar caregiver saat merawat lansia.



7



3.3 Usia Harapan Hidup Lansia di Indonesia Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) suatu penduduk. Usia Harapan Hidup (UHH)



merupakan



alat



untuk



mengevaluasi



kinerja



pemerintah



dalam



meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Usia Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program sosial lainnya. Termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Definisi Usia Harapan Hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya Di banyak negara, baik negara maju atau negara berkembang, penduduk lanjut usia mengalami peningkatan cukup pesat. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki penduduk dengan usia harapan hidup atau UHH yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Berdasarkan hasil proyeksi Sensus Penduduk 2010, persentase lansia Indonesia pada tahun 2035 akan mencapai 15 persen, hampir dua kali lipat jika dibandingkan kondisi tahun ini. Meningkatnya penduduk lansia membawa konsekuensi tersendiri terhadap pembangunan nasional. Di satu sisi, hal ini menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program-program terkait layanan kesehatan beserta segala turunannya



Berdasarkan data tahun 2010 hingga 2015 Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia sebagai berikut:



8



Grafik di atas memperlihatkan tahun 2010 hingga 2014 UHH Indonesia mencapai 70,73 tahun artinya usia harapan hidup masyarakat Indonesia dari tahun 20102014 rata-rata sampai usia 70-an tahun. Angka ini terus mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan data tahun 2015 dimana penduduk Indonesia rata-rata mencapai usia 70,80 tahun. Usia Harapan Hidup Indonesia (70,8) menempati urutan ke-31 dari 38 negara di dunia untuk periode tahun 2010–2015 dengan urutan pertama negara Jepang (83,5) dan di urutan terakhir negara Nigeria (52,3). Usia Harapan Hidup penduduk di Indonesia menempati posisi ke-6 dari 8 negara anggota ASEAN, periode tahun 2010–2015. Posisi pertama ditempati Singapura (82,2) dan posisi terakhir adalah negara Myanmar (64,7) (BPS dan WHO, 2013). Peningkatan angka dari tahun 2014 ke tahun 2015 memang tidak terlalu signifikan mengingat hanya dihitung satu tahun berjalan tetapi jika kita melihat proyeksi usia harapan hidup penduduk Indonesia tahun 2020-2025 mencapai angka 71,5 dan tahun 2030-2035 mencapai angka 72,2 tahun (Bappenas 2013). Jika dibandingkan dengan usia harapan hidup ditingkat ASEAN sebesar 75 tahun, maka usia harapan hidup di Indonesia masih jauh dari rata-rata usia harapan hidup masyarakat ASEAN artinya masih perlu diupayakan berbagai pelayanan di bidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Indonesia masih harus meningkatkan faktor terkait dengan Usia Harapan Hidup seperti faktor kondisi lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, faktor sosial ekonomi dan faktor pendidikan. Faktor ini merupakan faktor utama penyebab AHH bernilai tinggi atau rendah (Halicioglu F, 2011), karena UHH Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara lain di tingkat ASEAN maupun di tingkat Internasional.



9



BAB III PENUTUP



3.1 Simpulan Dalam mengembangkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan maka caregiver perlu dipersiapkan untuk memberikan dukungan, motivasi dan pengetahuan tentang perawatan lansia. Pada saat lansia mengalami penurunan fungsi keluarga tidak mampu



untuk mengurus, dan bergantung



pada pertolongan orang lain, disini peran keluarga dapat digantikan oleh caregiver dalam memberikan pemenuhan



kebutuhan perawatan diri pada



lansia. Dalam memberikan tindakan keperawatan caregiver harus memiliki rasa tanggung jawab,empati,sabar,dan memberikan motivasi pada lansia.



10



DAFTAR PUSTAKA Ariesti, Ellia. 2018. Caregiver Experience In Nursing Elderly With Self Care Deficit At Panti Werdha Pangesti Lawang. Malang : Jurnal Ilmu Keperawatan Vol. 6, No. 1 Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Hermanns, M., & Smith, B.M., (2012). Caregiving: A Qualitative Concept Analysis. The Qualitative



Report



2012



Volume



17,



Article



75,



1-18



http://www.nova.edu/ssss/QR/QR17/ hermanns. pdf Syam’ani,. 2011. Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman Meng-hadapi Perubahan Konsep Diri: Harga DiriRendah Pada lansia diKecamatan Jekan Raya Kota Palangkaraya. Jakarta : UI Nordenfelt, .2009. “The concept of dignity,” in Dignity in Care for Older People, L. Nordenfelt, Ed., Wiley-Blackwell, West Sussex,UK. Zamanzadeh, V., Jasemi, M., Taleghani, F. (2015). Effective Factors in Providing Holistic Care: A Qualitative Study. Journal Indian Palliatif Care. Doi: 10.4103/ 0973-1075.15650



11



ii



ii



3