Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN SOSOR BEBEK (KALANCHOE PINNATA (LAM.) PERS.) TERHADAP BAKTERI PROPIONIBACTERIUM ACNES



SKRIPSI



Oleh FARDHA AYU HAFIZAH 1748201110149



PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN 2021



UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN SOSOR BEBEK (KALANCHOE PINNATA (LAM.) PERS.) TERHADAP BAKTERI PROPIONIBACTERIUM ACNES



SKRIPSI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi



Oleh FARDHA AYU HAFIZAH 1748201110149



PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN 2021



PERSETUJUAN PEMBIMBING



Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Daun Sosor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lam.) Pers.) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes” oleh Fardha Ayu Hafizah, 1748201110149 telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan akan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Seminar Skripsi Program Studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. Banjarmasin, 4 Agustus 2021 Pembimbing 1



apt. Irfan Zamzani, M.Farm NIDN. 1126029201 Pembimbing 2



apt. Nita Triadisti, M.Farm NIDN. 1104048201 Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Farmasi



apt. Andika, M.Farm NIDN. 1110068601



iii



PENGESAHAN SKRIPSI



Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Daun Sosor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lam.) Pers.) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes” oleh Fardha Ayu Hafizah, 1748201110149 telah diujikan di depan tim penguji pada sidang Skripsi Program Studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Banjarmasi pada tanggal 5 Agustus 2021. DEWAN PENGUJI : Penguji 1



apt. Irfan Zamzani, M.Farm NIDN : 1126029201 Penguji 2



apt. Nita Triadisti, M.Farm NIDN. 1104048201



Mengesahkan di Tanggal



: Banjarmasin



: Agustus 2021 Mengesahkan



Mengetahui



Dewan Fakultas Farmasi



Ketua Program Studi S1 Farmasi



apt. Risya Mulyani, M.Sc



apt. Andika, M.Farm



NIDN. 1122038301



NIDN. 1110068601



iv



PERNYATAAN ORISINALITAS



Nama



: Fardha Ayu Hafizah



NPM



: 1748201110149



Program Studi



: S1 Farmasi



Fakultas



: Farmasi



Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Daun Sosor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lam.) Pers.) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes” oleh Fardha Ayu Hafizah, 1748201110149 ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau fikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Dibuat di



: Banjarmasin



Pada Tanggal



: 4 Agustus 2021



Saya yang menyatakan



Fardha Ayu Hafizah NPM. 1748201110149



Kata Pengantar



v



Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarokatuh. Puji dan syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Daun Sosor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lam.) Pers.) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes”. Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengerjakan penelitian skripsi pada program studi S1 Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr H. Ahmad Khairudin, M. Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. 2. apt. Risya Mulyani, M.Sc selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. 3. apt. Andika, M.Farm selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. 4. apt. Irfan Zamzani, M.Farm selaku pembimbing I yang telah memberi bimbingan, masukan serta saran yang baik dalam penyusunan Skripsi ini ditengah-tengah kesibukannya. 5. apt. Nita Triadisti, M.Farm selaku pembimbing II yang sudah memberikan waktu luang untuk membimbing dan memberi saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kedua orang tua, adik serta keluarga besar yang telah memberi do’a, motivasi dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini. 7. Akhmad Syafi’e Rahman yang senantiasa memberi dukungan, semangat dan mengingatkan selama proses pengerjaan skripsi ini. 8. Park Chanyeol yang dapat selalu memberi energi positif dan dapat menjadi salah satu penyemangat. 9. Dewi Anita, Giananda, Helma Novitasari, Iqra Amelia Al Maidah, Milnaliza Ayu Sari, Muliana dan Rudianto yang selalu memberi semangat, dukungan, do’a dan kerja sama selama proses pengerjaan skripsi ini.



vi



10. Eka Aprianti, Eva Iranda, Hatimah, Lina Noviyanti, Ratna Kartikasari, dan Sulia Fitri yang selalu memberikan motivasi beserta dukungannya selama proses penyusunan skripsi ini. 11. Teman-teman satu angkatan, terutama kelas A S1 Farmasi angkatan 2017 yang telah memberi dukungan dan semangat. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan maupun penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu dibalik kurang sempurnanya skripsi ini penulis berharap memberikan manfaat bagi pembaca, serta bagi bidang pendidikan dan penerapan sehingga bisa dikembangkan lebih lanjut. Aamiin.



Banjarmasin, 4 Agustus 2021



vii



ABSTRAK



UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN SOSOR BEBEK (KALANCHOE PINNATA (LAM.) PERS.) TERHADAP BAKTERI PROPIONIBACTERIUM ACNES Oleh Fardha Ayu Hafizah 1748201110149 S1 Farmasi Propionibacterium acnes adalah golongan bakteri gram positif berupa batang dan merupakan flora normal kulit yang memiliki peran dalam terbentuknya jerawat. Bakteri propionibacterium acnes dapat dihambat dengan diberikan suatu zat antibakteri seperti eritromisin, klindamisin dan tetrasiklin. Namun, pemanfaatan antibiotik yang tidak sesuai bisa menyebabkan resistensi. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya opsi pengobatan dari tumbuhan yang memiliki kemampuan tinggi sebagai antibakteri. Daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (LAM.) Pers.) diduga memiliki zat antibakteri sehingga dilakukukan penelitian terdahap daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (LAM.) Pers.) menggunakan metode experimental, ekstraksi mengunakan metode Ultrasound Assisted Extraction (UAE) dengan pelarut etanol 96% dan meode uji bakteri menggunakan metode difusi sumuran dangan konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%, kontrol positif mengunakan klindamisin, kontrol negatif dan pelarut menggunakan DMSO 10%. Hasil yang di dapat pada konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% zona hambat terhadap bakteri propionibacterium acnes adalah termasuk kedalam kategori sedang. Minimnya daya hambat terhadap bakteri propionibacterium acnes dapat disebabkan oleh suhu dan lamanya waktu pengeringan Daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (LAM.) Pers.).



Kata kunci: sosor bebek (Kalanchoe pinnata (LAM.) Pers.), propionibacterium acnes, difusi sumuran.



Referensi : 70 (1985-2020)



viii



ABSTRACT ANTIBACTERIAL ACTIVITY TESTING ETHANOL EXTRACT 96% SOSOR BEBEK LEAF (KALANCHOE PINNATA (LAM.) PERS.) AGAINST PROPIONIBACTERIUM ACNES By Fardha Ayu Hafizah 1748201110149 (Undergaduated Program of Pharmacy) Propionibacterium acnes is a group of gram-positive bacteria in the form of rods and is a normal skin flora that has a role in the formation of acne. The population of Propionibacterium acnes bacteria can be inhibited by giving an antibacterial agent such as erythromycin, clindamycin and tetracycline. However, inappropriate use of antibiotics can lead to resistance. Therefore, there is a need for treatment options from plants that have high antibacterial abilities. Sosor bebek leaves (Kalanchoe pinnata (LAM.) Pers.) are suspected to have antibacterial substances, so a study was conducted on sosor bebek leaves (Kalanchoe pinnata (LAM.) Pers.) using an experimental method, extraction using the Ultrasound Assisted Extraction (UAE) method with ethanol solvent 96% and the bacterial test method used the well diffusion method with concentrations of 25%, 50%, 75%, 100%, positive control using clindamycin, negative control and solvent using DMSO 10%. The results obtained at concentrations of 25%, 50%, 75% and 100% of the zone of inhibition against the bacteria Propionibacterium acnes were included in the moderate category. The lack of inhibition against the bacteria Propionibacterium acnes can be caused by the temperature and the length of time for drying the leaves of duck bill (Kalanchoe pinnata (LAM.) Pers.).



Key words: duck bill (Kalanchoe pinnata (LAM.) Pers.), propionibacterium acnes, diffusion pitting. Reference : 70 (1985-2020)



ix



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i HALAMAN JUDUL.........................................................................................ii PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................iii PENGESAHAN PROPOSAL.........................................................................iv PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................................v KATA PENGANTAR......................................................................................vi ABSTRAK......................................................................................................viii DAFTAR ISI...................................................................................................x DAFTAR TABEL............................................................................................xii DAFTAR GAMBAR......................................................................................xiii DAFTAR SINGKATAN................................................................................xiv BAB 1.................................................................................................................1 PENDAHULUAN..............................................................................................1 1.1 Latar Belakang.........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4 1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................4 1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................5 BAB 2..................................................................................................................6 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................6 2.1 Tanaman Sosor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lam.) Pers.).....................6 2.2 Jerawat...................................................................................................11 2.3 Propionibacterium Acnes......................................................................15 2.4 Antibiotik...............................................................................................16 2.5 Simplisia................................................................................................17 2.6 Ekstraksi................................................................................................17 2.7 Metode Uji Aktivitas Antibakteri..........................................................20 2.8 Klasifikasi Zona Hambat.......................................................................22 2.9 Kerangka Konsep...................................................................................23 BAB 3................................................................................................................24



x



METODE PENELITIAN...............................................................................24 3.1 Jenis Penelitian......................................................................................24 3.2 Sampel Penelitian..................................................................................24 3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian...............................................................24 3.4 Jadwal Pelaksanaan...............................................................................24 3.5 Alat Dan Bahan......................................................................................25 3.6 Prosedur Kerja.......................................................................................25 3.7 Analisa Dan Pengolahan Data...............................................................31 3.8 Alur Penelitian.......................................................................................32 BAB 4................................................................................................................33 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Determinasi Daun Sosor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lam.) Pers.).....33 4.2 Organoleptis Daun Sosor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lam.) Pers.)....34 4.3 Pembuatan Simplisia.............................................................................34 4.4 Pembuatan Ekstrak................................................................................35 4.5 Skrining Fitokimia.................................................................................36 4.6 Pengujian Aktivitas Antibakteri............................................................40 4.7 Keterbatasan Penelitian.........................................................................53 BAB 5................................................................................................................55 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................55 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................56 LAMPIRAN.....................................................................................................62



xi



DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Metabolit Sekunder dan Struktur Kimia................................................9 Tabel 2.2. Diameter Zona Hambat......................................................................................21 Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian....................................................................23 Tabel 4.1 Organoletis............................................................................................33 Tabel 4.2 % Randemen Simplisia.........................................................................34 Tabel 4.3 % Randemen Ekstrak............................................................................35 Tabel 4.4 Skrining Fitokimia.................................................................................37 Tabel 4.5 Hasil Zona Hambat Pengeringan Suhu 16 oC........................................47 Tabel 4.6 Hasil Zona Hambat Pengeringan Matahari...........................................48



xii



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Habitus (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.).......................................7 Gambar 2.2. Daun (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.)...........................................7 Gambar 2.3. Batang (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.).........................................8 Gambar 2.4. Akar (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.)............................................8 Gambar 2.5. Acne Juvenil.....................................................................................11 Gambar 2.6. Acne Vulgaris...................................................................................12 Gambar 2.7. Acne Rosacea...................................................................................12 Gambar 2.8. Acne Nitrosica.................................................................................13 Gambar 2.9. Bakteri Propionibacterium Acnes....................................................15 Gambar 2.9. Struktur Klindamisin.......................................................................17 Gambar 4.1. Daun (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.).........................................34 Gambar 4.2. Pembuatan Ekstrak..........................................................................36 Gambar 4.3. Sterilisasi Alat..................................................................................41 Gambar 4.4. Pembuatan Media NA......................................................................42 Gambar 4.5. Pembutan Media Agar Miring.........................................................42 Gambar 4.6. Inokulasi Bakteri..............................................................................43 Gambar 4.7. Larutan Mc. Farland........................................................................44 Gambar 4.8. Suspensi Bakteri..............................................................................45 Gambar 4.9. Konsentrasi Ekstrak.........................................................................46 Gambar 4.10. Grafik Pengeringan Suhu 16 oC.....................................................48 Gambar 4.11. Grafik Pengeringan Matahari........................................................49



xiii



DAFTAR SINGKATAN AC



Air Conditioner



BHI



Brain Heart Infusion



CFU



Coloni Forming Unit



DMSO



Dymethyl Sulfoxide



KBM



Konsentrasi Bunuh Minimal



KHM



Konsentrasi Hambat Minimal



MBC



Minimum Bactericidal Concentration



MIC



Minimum Inhibitory Concentration



NA



Nutrient Agar



PDAM



Perusahaan Daerah Air Minum



UV



Ultraviolet



xiv



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Indonesia kaya keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna, dengan tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat. Kurang lebih 30000 sampai 40000 macam tanaman yang tersebar dari Aceh sampai Papua dapat digunakan untuk bahan obat tradisional (Budiati, et al., 2017). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang terbuat bahan tanaman/nabati, bahan hewani, bahan mineral, sediaan yang dibuat dari bahan baku hewan/tanaman-tanaman yang disari (galenik) atau campuran dari bahan-bahan yang telah diturunkan oleh leluhur dan digunakan untuk pengobatan, dan dapat dilakukan sesuai dengan aturan yang sedang berlaku di masyarakat (Permenkes RI, 2012). Pengobatan tradisional mempunyai sejarah yang panjang. Hal ini dapat diketahui dari wawasan, kelihaian, dan dilakukan sesuai dengan teori, kepercayaan, dan keahlian yang bersumber dari budaya yang berlainan, dapatkah dijelaskan atau tidak, dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan serta untuk menghindari, diagnosis, peningkatan atau pemulihan penyakit jasmani maupun rohani (WHO, 2018). Obat tradisional dapat digunakan untuk mengatasi beberapa jenis penyakit kulit seperti jerawat, abses, kulit pecah-pecah, dermatitis, infeksi jamur, peradangan, pruritus, kelainan kulit dan lainnya (Purwoko, et al., 2020). Acne vulgaris atau yang biasanya disebut dengan jerawat berasal dari kata Yunani “acme” yang memiliki arti “kehidupan utama”. Walaupun biasanya sering dianggap sesuatu yang bisa membaik dengan sendirinya, jerawat bisa mengakibatkan penyakit psikis atau dapat meninggalkan bekas jerawat yang tidak akan hilang dalam waktu yang cukup lama (Muhammad, 2010). Jerawat merupakan infeksi yang disertai dengan tersumbatnya saluran kelenjar minyak kulit dan rambut saluran (pilosebasea). Jika saluran pilosebasea tersumbat, maka minyak kulit (sebum) tidak bisa keluar dan mengumpul di dalam saluran, maka terjadi pembengkakan yang dapat menyebabkan terjadinya komedo. Komedo adalah asal terjadinya jerawat, 1



2



baik komedo terbuka (blackhead) atau komedo tertutup (Anggita, et al., 2015). Biasanya pengidap AV 80 – 85% terjadi pada remaja dengan rentan usia 15 – 18 tahun, 12% pada wanita usia > 25 tahun dan 3% pada usia 35 – 44 tahun. Acne vulgaris serius biasanya terjadi pada pria dan perokok (Muhammad, 2010). Bakteri Propionibacterium acnes merupakan salah satu penyebab terjadinya jerawat. Penyebaran bakteri Propionibacterium acnes dan peradangan klonik folikel sebasea dengan gambaran klinis berbentuk komedo, papul, pustula, nodus, kista pada lokasi predileksinya (muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas) (Sa`adah, et al., 2020). Propionibacterium acnes adalah golongan bakteri gram positif berupa batang dan merupakan flora normal kulit yang memiliki peran dalam terbentuknya jerawat. Propionibacterium acnes menghasilkan enzim hidrolitik yang menjadi penyebab rusaknya folikel polisebasea dan memproduksi lipase, hialuronidase, protease, lesitinase, dan neurimidase yang memiliki peran sangat penting pada proses terjadinya peradangan. Propionibacterium acnes mengganti asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh yang membuat sebum menjadi padat. Jika produksi sebum bertambah, maka propionibacterium acnes juga akan bertambah banyak yang keluar dari kelenjar sebasea, karena Propionibacterium acnes adalah pemakan lemak (Anggita, et al., 2015). Populasi bakteri Propionibacterium acnes dapat dihambat dengan diberikan suatu zat antibakteri seperti eritromisin, klindamisin dan tetrasiklin (Anggita, et al., 2015). Namun, pemanfaatan antibiotik yang tidak sesuai bisa menyebabkan resistensi. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya opsi pengobatan dari tumbuhan yang memiliki kemampuan tinggi sebagai antibakteri (Meilina & Hasanah, 2018). Potensi tumbuhan yang terdapat pada kawasan hutan di Kalimantan cukup beragam, baik yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan maupun yang belum dimanfaatkan (Noorhidayah, 2006). Kalimantan adalah salah satu pulau di Indonesia yang terkenal akan keanekaragaman hayatinya. Tidak hanya itu, kekayaan, wawasan penyembuhan secara tradisional



3



pemanfaatan berbagai tumbuhan yang diwariskan dengan penyampaian secara lisan secara turun temurun pada suku asli di Kalimantan. Sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) dimanfaatkan suku asli Kalimantan sebagai penyembuh demam panas pada anak-anak, dengan cara meremasremas daun segar dan tambahkan sedikit air, lalu dibuat sebagai kompres anak agar dapat mendinginkan kulit. Sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) juga dapat dimanfaatkan sebagai obat bisul, dengan cara gunakan sekitar 15 gr daun yang baru saja dipetik, lalu dibersihkan menggunakan air dan ditumbuk hingga halus, kemudian ditempelkan pada area pertumbuhan bisul kemudian ditutup menggunakan kain bersih (Noorcahyati, 2012). Penelitian yang dilakukan Purwanitiningsih & Lestari (2020), pengujian pada ekstrak etanol 70% daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam)) dengan metode difusi cakram, menunjukkan bahwa kemampuan daya hambat terhadap bakteri Salmonella typhi pada konsentrasi 0% (0 mm), 25% (12,05 mm), konsentrasi 50% (14,26 mm), konsentrasi 75% (16,47 mm), konsentrasi 100% (19,05 mm). Konsentrasi 0% digunakan sebagai control,pada konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% dinyatakan kedalam golongan zona hambat bakteri yang kuat. Penelitian yang dilakukan Lebedeva (2017), pengujian antibakteri ekstrak daun dari tanaman (Kalanchoe pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa menggunakan HPLC menunjukkan hasil bahwa tanaman dari keluarga Crassulaceae ini memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas. Penelitian yang dilakukan Batanghari (2014), Pengamatan uji sensitivitas ekstrak daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata) terhadap Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar pada media MHA, menunjukan hasil konsentrasi 0% (0 mm) sebagai control, konsentrasi 10% (8,59 mm), konsentrasi 20% (9,14 mm), konsentrasi 30% (11,36 mm), konsentrasi 40% (12,04 mm), konsentrasi 50% (13,53 mm), konsentrasi 60% (15,57 mm), konsentrasi 70% (17,57 mm), konsentrasi 80% (19,63 mm), konsentrasi



4



90% (21,50 mm), konsentrasi 100% (22,51 mm). Pada konsentrasi 10% dan 20% dinyatakan tidak memiliki daya hambat bakteri, pada konsentrasi 30%, 40%, 50% dan konsentrasi 60% dinyatakan golongan daya hambat lemah, konsentrasi 70% dan konsentrasi 80% termasuk golongan daya sedang, konsentrasi 90% dan konsentrasi 100% termasuk golongan daya hambat kuat. Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan diduga ektrak daun sosor bebek



(Kalanchoe pinnata (Lam) Pers.) memiliki aktivitas sebagai



antibakteri (Elfiyani, et al., 2017). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dikutip di atas, peneliti ingin melakukan penelitian mengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) terhadap Propionibacterium acnes yang menjadi salah satu penyebab jerawat yang dipercaya oleh beberapa suku di Kalimantan bahwa tanaman sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) dapat menyembuhkan radang jerawat yang mereka alami.



1.2



Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah ekstrak etanol 96% daun daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes? 1.2.2 Apa saja golongan senyawa yang terdapat pada uji skrinning fitokimia pada daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.)?



1.3



Tujuan 1.3.1 Mengetahui aktivitas ekstrak etanol 96% daun sosor bebek (Kalanchoe



pinnata



(Lam.)



Pers.)



terhadap



bakteri



Propionibacterium acnes. 1.3.2 Mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol 96% daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) pada uji skrinning fitokimia.



5



1.4



Manfaat 1.4.1 Bagi Institusi Penelitian ini dapat diharapkan menambah referensi penelitian dan wawasan mikrobiologi di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin sehingga dapat dijadikan bahan acuan bagi penelitian selanjutnya. 1.4.2 Bagi Penelitian Penelitian ini di harapkan dapat menambah ilmu dengan mengetahui secara langsung cara melakukan pengujian ekstrak etanol 96% daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes. 1.4.3 Bagi Masyarakat Penelitian ini harapkan dapat memberi informasi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah mengenai efek aktivitas ekstrak etanol 96% daun daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Tanaman Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) Sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) berasal dari Madagaskar yang tertebar di wilayah tropis, ditanam di pelataran rumah sebagai tanaman hias atau tumbuh liar di pekarangan, pinggir jalan, dan lokasi yang tanahnya berbatu pada daerah panas dan kering, mulai dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut (Budiati, et al., 2017). Dalam pengobatan tradisional, daunnya telah digunakan untuk antimikroba, antijamur, anti maag, antiradang, analgesik, antihipertensi, antihistamin, dan antialergi (Mbata, 2017). 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) Klasifikasi tanaman sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) menurut Integrated Taxonomic Information System



ITIS (2021)



sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Subkingdom



: Viridiplantae



Infrakingdom



: Streptophyta



Superdivision



: Embryophyta



Division



: Tracheophyta



Subdivision



: Spermatophytina



Class



: Magnoliopsida



Superorder



: Saxifraganae



Order



: Saxifragales



Family



: Crassulaceae 



Genus



: Kalanchoe



Species



: (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.)



6



7



2.1.2



Morfologi Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) Sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) berasal dari Madagaskar yang tertebar di wilayah tropis, ditanam di pelataran rumah sebagai tanaman hias atau tumbuh liar di pekarangan, pinggir jalan, dan lokasi yang tanahnya berbatu pada daerah panas dan kering, mulai dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut (Budiati, et al., 2017). Tumbuhan K. pinnata merupakan tumbuhan golongan tumbuhan sukulen dimana 90 % penyusunnya adalah air (Saputra, et al., 2018). Ciri-ciri dari tanaman sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) sebagai betikut (Laboratorium FMIPA ULM, 2021). a) Habitus Semak semusim, tinggi 30-100 cm.



Gambar 2.1 Habitus (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.). Sumber : Dokumentasi Pribadi (2021). b) Daun Daun tebal, tunggal, berbentuk lonjong, bertangkai pendek, ujung tumpul, tepi bergerigi, pangkal membundar, panjang 5-20 cm, lebar 2,5 – 15 cm.



Gambar 2.2 daun (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.). Sumber : Dokumentasi Pribadi (2021).



8



c) Batang Batang bersegi empat, lunak, beruas, tegak, hijau



Gambar 2.3 batang (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.). Sumber : Dokumentasi Pribadi (2021). d) Akar Akar yang berbentuk serabut.



Gambar 2.4 akar (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.). Sumber: Dokumentasi Pribadi (2021). e) Buah Buah berbentuk kotak dan berwarna ungu bernoda putih, f)



Biji Biji kecil dan putih dan berakar tunggang berwarna kuning keputihan.



g) Bunga Bunga berbentuk malai, majemuk, menggantung, kelopak silindris, berlekatan, berwarna merah keunguan, benang sari delapan, putik panjang ± 4 cm, mahkota berbentuk corong dan panjangnya 3,5-5,5 cm. h) Nama Lokal Didingin (aceh), ceker bebek, cocor bebek (Sumatera Utara, Riau, Jambi), daun sejuk (Palembang), buntiris (Sunda), ceker



9



itik, sosor bebek, suru bebek (Jawa), daun sejuk (melayu), daun ancar bebek (Madura), mamala (Halmahera), rau kufiri (Ternate) dan kabikabi (Tidore). i)



Sinonim Bryophyllum calycinum, B. germinans, B. pinnatum, Cotyledon calycina, C. calyculata, C. pinnata, C. rhizophilla, Crassuvia floripendia, Crassuvia pinnata, Sedum madagascariense, Verea pinnata (Khurshid, 2015).



2.1.3 Kandungan Senyawa Kimia Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) Metabolit sekunder dan strukur kimia yang terdapat pada daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) dapat dilihat pada table 2.1 berikut:



10



Tabel 2.1 Metabolit Sekunder dan Struktur Kimia Metabolit Sekunder



Struktur Kimia



Sumber



Steroid (Ilmiati, et al., 2017) Alkaloid (Ilmiati, et al., 2017) Flavonoid



X((Redha, 2010) .)



Saponin (Ilmiati, et al., 2017)



Tanin (Noer, et al., 2018)



2.2



Jerawat Jerawat adalah penyakit kulit yang biasanya disebut dengan acne vulgaris Sa`adah (2020). Jerawat menjadi salah satu masalah kulit yang sering ditemui



dan



mengganggu



penampilan



seseorang



(Madelina



&



Sulistiyaningsih, 2018). Jerawat merupakan infeksi yang disertai dengan tersumbatnya



saluran



kelenjar



minyak



kulit



dan



rambut



saluran



(pilosebasea). Jika saluran pilosebasea tersumbat, maka minyak kulit (sebum) tidak bisa keluar dan mengumpul di dalam saluran, maka terjadi pembengkakan yang dapat menyebabkan terjadinya komedo. Komedo adalah asal terjadinya jerawat, baik komedo terbuka (blackhead) atau komedo tertutup (Anggita, et al., 2015). Jerawat dapat disebabkan oleh aktivitas kelenjar minyak yang berlebihan dan diperburuk oleh infeksi bakteri. Bakteri penyebab jerawat terdiri dari Propionibacterium acnes (Meilina & Hasanah, 2018).



11



2.2.1 Gejala Jerawat Menurut Kusantati (2008) gejala-gejala dari jerawat sebagai berikut: a.



Meningkatnya produksi sebum.



b.



Munculnya kondisi abnormal karena bakteri atau jamur sering kali menimbulkan rasa sakit.



c.



Terjadi penebalan jaringan terkadang menjadi benjolan kecil.



d.



Peningkatan hormon estrogen. (Kusantati, et al., 2008).



2.2.2 Jenis-jenis Jerawat Menurut Kusantati (2008) Jenis - jenis jerawat terbagi 4, yaitu: a.



Acne Juvenil Acne juvenil muncul pada masa pubertas, di mana acne ini biasanya menyerang remaja usia 14 - 20 tahun. Penyebabnya adalah



masalah



hormonal



yang



belum



stabil



dalam



memproduksi sebum.



b.



Acne juvenil dirawat dengan menggunakan sabun ber-pH seimbang atau sabun bayi transculent.



Gambar 2.5 Acne juvenil. Sumber : (Kusantati, et al., 2008). c.



Acne Vulgaris Acne vulgaris adalah jenis jerawat yang berbentuk komedo, yang timbul pada kulit berminyak. Perawatan jerawat ini dengan penguapan hingga kulit cukup kenyal dan lembab. Kemudian jerawat diambil dengan sendok una dan olesi dengan krim



12



jerawat atau acne lotion, biarkan semalam baru dibilas dengan air hangat pada keesokan harinya.



Gambar 2.6 Acne vulgaris. Sumber: (Kusantati, et al., 2008). d.



Acne Rosacea Acne rosacea yaitu jerawat yang muncul pada wanita yang berusia 30 hingga 40 tahun, tandanya mula-mula jerawat akan tampak



kemerahan



kemudian



menjadi



radang



hingga



menimbulkan sisik di lipatan hidung. Perawatan kulit yang terkena akne jenis ini biasanya dengan penguapan, kompres air panas atau penyinaran dengan lampu infra merah agar jerawat cepat kering.



Gambar 2.7 Acne rosacea. Sumber: (Kusantati, et al., 2008). e.



Acne Nitrosica Acne nitrosica merupakan jenis jerawat yang sangat berbahaya karena akan menimbulkan lubang atau bopeng. Tahap yang terjadi



sudah



termasuk



tahap



penanganan khusus dokter ahli kulit.



akhir



yang



memerlukan



13



Gambar 2.8 Acne nitrosica. Sumber: (Kusantati, et al., 2008). 2.2.3 Faktor-faktor penyebab jerawat Faktor-faktor penyebab jerawat menurut Kusantati (2008) yaitu: a) Genetik Mereka yang orang tuanya berjerawat selagi muda, maka anaknya akan lebih mudah terkena jerawat dibandingkan mereka yang tidak memiliki genetik berjerawat, dan biasanya penderita, keadaannya cukup parah (bernanah). Mereka yang tidak memiliki genetik berjerawat meskipun pola hidupnya tidak baik, mereka tidak mudah terkena jerawat. b) Umur dan jenis kelamin Pada umumnya jerawat muncul pada usia pubertas dan remaja (usia 13-19 tahun), yang disebabkan masalah hormonal yang belum stabil dalam memproduksi sebum. Wanita lebih banyak terkena dibanding pria tetapi umumnya jerawat pada pria lebih parah keadaannya. c) Makanan Menurut penelitian yang dilakukan oleh sebuah institusi kecantikan kulit di Amerika Serikat (Academy of Dermatology) mengatakan bahwa jerawat tidak disebabkan oleh makanan. Tidak ada makanan yang secara signifikan dapat menimbulkan jerawat, tetapi ternyata sebuah hasil studi kasus yang terbaru, membuktikan hal yang bertolak belakang. Para pakar peneliti di Colorado State University Department of Health and Exercise menemukan bahwa makanan yang mengandung kadar gula dan kadar karbohidrat yang tinggi memiliki pengaruh yang cukup



14



besar dalam menimbulkan jerawat. Secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat meningkatkan kadar insulin dalam darah, dimana hal tersebut memicu produksi hormon androgen yang membuat kulit jadi berminyak dan kadar minyak yang tinggi dalam kulit merupakan pemicu paling besar terhadap timbulnya jerawat. d) Alergi terhadap makanan Sifat alergi terhadap beberapa zat protein, karbohidrat dan lemak dapat menjadikan jerawat lebih parah. e) Mekanisme Kebiasaan memegang atau memencet jerawat menyebabkan jerawat lebih parah, karena luka yang terjadi memungkinkan infeksi dan menyebabkan penyebaran infeksi ke seluruh tubuh. f)



Iklim Iklim yang lembab dan panas menyebabkan kelenjar palit bekerja lebih giat dan dapat memperburuk keadaan jerawat.



g) Psikis Pengaruh tekanan pada pikiran dapat menimbulkan jerawat. h) Faktor hormonal Hormon androgen memegang peranan yang penting dalam merangsang pembentukan palit oleh kelenjar sebasea dan dalam mempengaruhi proses pertandukan di sekitar muara folikel. Tidak terdapatnya jerawat pada laki-laki membuktikan adanya pengaruh endokrin. i)



Kosmetika Penggunaan kosmetika yang melekat pada kulit dan menutupi pori-pori, jika tidak segera dibersihkan akan menyumbat saluran kelenjar palit dan menimbulkan jerawat yang disebut komedo. Kosmetik yang paling umum menjadi penyebab timbulnya jerawat yaitu kosmetik pelembab yang langsung menempel pada kulit.



15



2.3



Propionibacterium Acnes Propionibacterium acnes merupakan bakteri gram positif yang secara morfologi



dan



susunannya



termasuk



dalam



kelompok



bakteri



corynebacteria, tetapi tidak bersifat toksigenik. Bakteri ini termasuk flora normal pada kulit, P.acnes merupakan bakteri yang memiliki peranan yang penting dalam patogenesis acne vulgaris dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya acne vulgaris. P.acnes termasuk bakteri yang tumbuh lambat. Bakteri ini tipikal bakteri anaerob gram positif yang toleran terhadap udara (Zahrah, et al., 2019).



Gambar 2.9 bakteri Propionibacterium acnes. Sumber : (Zahrah, et al., 2019). 2.3.1 Klasifikasi Propionibacterium Acnes Menurut Integrated Taxonomic Information System (ITIS) klasifikasi Propionibacterium acnes sebagai berikut: Kingdom Subkingdom Phylum Subclass Order Suborder Family Genus Spesies



2.4



: : : : : : : : :



Bacteria Posibacteria Actinobacteria Actinobacteridae Actinomycetales Propionibacterineae Propionibacteriaceae Propionibacterium Propionibacterium acnes



Antibiotik Antibiotik digunakan sebagai salah satu cara efektif dalam pengobatan jerawat, seperti klindamisin, tetrasiklin, dan eritromisin. Tetapi, penggunaan



16



antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi. Oleh karena itu, diperlukan adanya terapi alternatif dari tumbuhan yang berpotensi tinggi sebagai antibakteri (Meilina & Hasanah, 2018). 2.4.1 Antibiotik Klindamisin Antibiotik klindamisin adalah antibiotik turunan linkomisin, klindamisin terutama bermanfaat untuk infeksi kuman anaerob dalam penggunaan klinik (Huda, et al., 2019). Klindamisin digunakan



sebagai



kontrol positif yang dapat bekerja sebagai



bakteriostatik maupun bakterisid tergantung pada konsentrasi obat, tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi. Berdasarkan spektrumnya antibiotik ini termasuk dalam golongan antibiotik berspektrum sempit atau mempunyai aktivitas sempit yang bekerja hanya terhadap bakteri gram positif saja (Tri Mulyani, et al., 2017).



Gambar 2.9 struktur klindamisin. Sumber : Pubcem 2021. 2.5



Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (DepKes RI, 2000). Menurut DepKes RI (1985) simplisia terbagi menjadi tiga yaitu: 1. Simplisia Nabati Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanarnan utuh, bagian tanaman atau eksudat tananian. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman



17



ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau at-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. 2. Simplisia Hewani Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. 3. Simplisia Pelikan atau Mineral Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telali diolah dingan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. 2.6



Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan sesedikit mungkin terkena panas (DepKes RI, 2000). Macam-macam metode ekstraksi menurut (DepKes RI, 2000) yaitu: 2.6.1 Ektraksi dengan cara dingin a) Maserasi Maserasi



adalah



proses



pengekstrakan



simplisia



dengan



menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk



ekstraksi



dengan



prinsip



metode



pencapaian



konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. b) Perkolasi



18



Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. 2.6.2 Ekstraksi dengan cara panas a) Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. b) Soxhlet Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. c) Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C. d) Infus lnfus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur (96-98°C) selama waktu tertentu (15-20 menit).



e) Dekok



19



Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (30°C) dan temperatur sampai titik didih air. 2.6.3 Destilasi uap Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempuma atau memisah sebagian. Destilasi uap, bahan (simplisia) benar-benar tidak tercelup ke air yang mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi. Destilasi uap dan air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebagian dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut terdestilasi. 2.6.4 Cara ekstraksi lainnya a) Ekstraksi berkesinambungan Proses ekstraksi yang dilakukan berulangkali dengan pelarut yang berbeda atau resirkulasi cairan pelarut dan prosesnya tersusun berturutan beberapa kali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi (jumlah pelarut) dan dirancang untuk bahan dalam jumlah besar yang terbaqi dalam beberapa bejana ekstraksi. b) Superkritikal karbondioksida Penggunaan prinsip superkritik untuk ekstraksi serbuk simplisia, dan umumnya digunakan gas karbondioksida. Dengan variabel tekanan dan temperatur akan diperoleh spesifikasi kondisi polaritas tertentu yang sesuai untuk melarutkan golongan senyawa kandungan tertentu. Penghilangan cairan pelarut dengan mudah dilakukan karena karbondioksida menguap dengan mudah, sehingga hampir langsung diperoleh ekstrak . c) Ekstraksi ultrasonik



20



Ultrasonik adalah metode ekstraksi non termal yang efektif dan efisien. Efek mekanik dari gelombang ultrasonik yang dihasilkan dapat meningkatkan penetrasi dari cairan mengarah ke dinding sel



membran,



membantu



pembebasan



elemen



sel



dan



meningkatkan transfer massa (Wahyuni & Widjanarko, 2015). Getaran ultrasonik (> 20.000 Hz.) memberikan efek pada proses ekstrak dengan prinsip meningkatkan permiabilitas dinding sel, menimbulkan gelembung spontan (cavitation) sebagai stres dinamik serta menimbulkan fraksi interfase. Hasil ekstraksi tergantung pada frekuensi getaran, kapasitas alat dan lama proses ultrasonikasi. d) Ekstraksi energi listrik Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan magnet serta "electric-discharges" yang dapat mempercepat proses dan meningkatkan hasil dengan prinsip menimbulkan gelembung spontan dan menyebarkan gelombang tekanan berkecepatan ultrasonik. 2.7



Metode Uji Aktivitas Antibakteri Cara pengujian antibakteri menurut Soleha (2015), yang biasanya dapat dlakukan dengan metode sebagai berikut: 2.7.1 Metode Dilusi Metode dilusi memiliki tujuan untuk menentukan aktivitas antibakteri secara kuantitatif, antibakteri dilarutkan kedalam media agar, lalu goreskan bakteri uji. Metode dilusi terbagi menjadi dua cara pengerjaan yang berbeda,yaitu: a. Dilui Cair Metode dilusi perbenihan cair mencakup makrodilusi dan mikrodilusi.



Prinsip kerja metode



ini yaitu perberdaan



pengugunaan jumlah medium cair dalam tabung. Jika pada makrodilusi menggunakan jumlah antibakteri >1 ml, sedangkan mikrodilusi menggunakan jumlah antibakteri 0,05 ml-0,1ml.



21



b. Dilusi Padat Pada metode ini antibiotik yang telah sesuai dengan pelarutan yang diinginkan akan ditambahkan ke dalam agar, yang membuat dibuuhkannya penanaman agar yang sesuai dengan volume pelarutan ditambahkan satu penanaman agar tanpa antibiotik sebagai kontrol. 2.7.2 Metode Difusi a. Difusi Sumuran pada kemampuan senyawa senyawa antibakteri yang diuji untuk menghasilkan jari-jari zona penghambatan di sekeliling sumur uji terhadap bakteri yang digunakan sebagai penguji (Sumur, 2008). b. Difusi Cakram Metode difusi cakram adalah metode yang paling sering digunakan dimana cara kerja difusi cakram yaitu antibakteri fraksi yang akan diuji diserapkan pada kertas cakram dan ditempelkan pada media agar yang telah dihomogenkan dengan bakteri kemudian diinkubasi sampai terlihat zona hambat didaerah sekitar cakram.



2.8



Klasifikasi Zona Hambat Menurut standar umum bakteri dikatakan peka terhadap ekstrak tanaman apabila memiliki zona hambat 11-22 mm. Tabel 2.2 Klasifikasi Diameter Zona Hambat Diameter Zona Hambat (zona terang) > 20 mm 10 – 20 mm 5 – 10 mm 21 mm



Sangat Kuat



11 – 20 mm 5 – 10 mm 16 kHz. Metode ekstraksi ultrasonik memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Kelebihan dari metode ini yaitu pelarut yang digunakan lebih sedikit dan hasil ekstrak yang diperoleh lebih pekat dan zat aktif yang didapat lebih banyak. Selain itu, metode ultrasonik lebih aman, dan lebih cepat proses ekstraksinya. Hal ini dikarenakan proses ekstraksi dengan bantuan gelombang ultrasonik dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulkan gelembung



52



spontan (kavitasi) dalam fase cair dibawah titik didihnya dan meningkatkan kerusakan pada sel (Andriani et al., 2019). Pada penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2015) faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi diantaranya yaitu suhu dan waktu suhu ekstraksi dan waktu ekstraksi yang terlalu lama serta melebihi batas optimum akan menyebabkan senyawa bioaktif pada larutan mengalami perubahan struktur karena terjadi proses oksidasi, sehingga ekstak yang diperoleh rendah. Oksidasi dapat dipengaruhi oleh suhu, hal ini terjadi karena suhu yang tidak sesuai dengan sifat senyawa akan menyebabkan perubahan struktur kimia dari suatu senyawa tersebut. Penelitian suhu dan waktu ekstraksi telah dilakukan oleh Yuliantari (2017) tentang pengaruh suhu dan waktu ekstraksi daun sirsak menggunakan ultrasonik, menyatakan bahwa pada suhu 45 oC dengan waktu 20 menit merupakan suhu dan waktu yang optimum. Penelitian lama ekstraksi juga telah dilakukan oleh Handayani & Sriherfyna (2016) terhadap ekstraksi daun sirsak dengan pelarut etanol 96% metode ultrasonik, menyatakan bahwa waktu yang optimum yaitu 20 menit. Hal tersebut menyatakan bahwa bahan yang berbeda memerlukan waktu dan suhu ekstraksi yang berbeda. Semakin lama waktu ekstraksi yang digunakan hingga mencapai titik waktu optimum yaitu 20 menit maka rendemen ekstrak yang dihasilkan akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena kesempatan kontak antara pelarut dan bahan menjadi lebih besar. Kelarutan bahan tersebut akan terus meningkat hingga antara pelarut dan bahan mencapai titik kesetimbangan (Andriani et al., 2019). Waktu ekstraksi semakin lama serta melebihi waktu optimum yaitu 20 menit maka rendemen yang dihasilkan menurun. Waktu ekstraksi yang terlalu lama serta melebihi batas optimum maka senyawa yang diekstrak akan rusak (Utami, 2009).



53



Semakin tinggi suhu maka rendemen yang dihasilkan akan meningkat suhu ekstraksi 40°C merupakan kondisi optimum kontak antara bahan dengan pelarut. Namun, semakin tinggi suhu ekstraksi lebih dari 40°C maka rendemen akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena rusaknya senyawa bioaktif yang terdapat dalam bahan yaitu senyawa yang tidak tahan terhadap suhu tinggi, sehingga rendemen yang dihasilkan rendah (Cahyanti, 2016). Suhu ekstraksi yang rendah pada ekstraksi dapat menyebabkan kandungan dalam tanaman dapat terekstrak secara sempurna. Hal ini disebabkan karena pada suhu rendah bahan belum kontak terhadap pelarut. Sehingga proses ekstraksi tidak berjalan secara sempurna. Rendemen yang diperoleh termasuk rendah (Yuliantari et al., 2017). Penelitian yang dilakukan Purwanitiningsih & Lestari (2020) pengujian pada ekstrak etanol 70% daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam)) dengan metode difusi cakram, menunjukkan bahwa kemampuan daya hambat terhadap bakteri Salmonella Typhi pada konsentrasi 0% (0 mm), 25% (12,05 mm), konsentrasi 50% (14,26 mm), konsentrasi 75% (16,47 mm), konsentrasi 100% (19,05 mm). Konsentrasi 0% digunakan sebagai control,pada konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% dinyatakan kedalam golongan zona hambat bakteri yang kuat. Penelitian yang dilakukan Lebedeva (2017), pengujian antibakteri ekstrak daun dari tanaman (Kalanchoe pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus



aureus



dan



Pseudomonas



aeruginosa



menggunakan HPLC menunjukkan hasil bahwa tanaman dari keluarga Crassulaceae ini memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas. Penelitian yang dilakukan Batanghari, (2014) Pengamatan uji



54



Sensitivitas ekstrak daun sosor bebek



(Kalanchoe pinnata)



terhadap Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar pada media MHA, menunjukan hasil konsentrasi 0% (0 mm) sebagai control, konsentrasi 10% (8,59 mm), konsentrasi 20% (9,14 mm), konsentrasi 30% (11,36 mm), konsentrasi 40% (12,04 mm), konsentrasi 50% (13,53 mm), konsentrasi 60% (15,57 mm), konsentrasi



70% (17,57 mm), konsentrasi 80% (19,63 mm),



konsentrasi 90% (21,50 mm), konsentrasi 100% (22,51 mm). Pada konsentrasi 10% dan 20% dinyatakan tidak memiliki daya hambat bakteri, pada konsentrasi 30%, 40%, 50% dan konsentrasi 60% dinyatakan golongan daya hambat lemah, konsentrasi 70% dan konsentrasi 80% termasuk golongan daya sedang, konsentrasi 90% dan konsentrasi 100% termasuk golongan daya hambat kuat. Penelitian yang dilakukan Nugrahani, (2018) pengujian antibakteri ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata Syn.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes (gilchrist) secara in vitro. Menunjukkan bahwa ekstrak daun cocor bebek pada konsentrasi 50% memiliki



daya hambat



yang kuat



terhadap



bakteri



Propionibacterium acnes (gilchrist). Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan diduga ektrak daun sosor bebek



memiliki



aktivitas sebagai antibakteri (Elfiyani, et al., 2017). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mendapatkan zona hambat yang tergolong lemah dan sedang, sedangkan pada penelitian terdahulu menyatakan bahwa (Kalanchoe pinnata) memiliki daya zona hambat terhadap bakteri yang tergolong kuat hal tersebut berbeda dengan penelitian yang sedang dilakukan kemungkinan dipengaaruhi oleh unsur hara, cara pengeringan, pelarut yang digunakan dan metode pada saat melakukan ekstraksi. 4.7



Keterbatasan Penelitian



55



Penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) dilakukan dengan prosedur yang selayaknya, tetapi masih ada keterbatasan pada pelaksanaanya, diantaranya yaitu: a.



Proses uji aktivitas antibakteri memiliki keterbatasan sulitnya menuangkan konsentrasi ekstrak kedalam lubang sumuran.



b.



Pada penelitian di laboratorium mikrobiologi terdapat keterbatasan dalam menggunakan LAF hanya satu yang dapat dioperasionalkan, sehingga lumayan memakan waktu jika ada peneliti yang lainnya.



c.



Pada proses pengeringan sampel baik itu simplisia dan ekstrak memakan waktu yang lama.



d.



Waktu dilaboratorium terbatas, dan pengerjaan penelitian yang menyesuaikan dengan jadwal penanggung jawab laboratorium.



BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN



Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kali ini, maka dapat diambil kesimpulan : 1. Pada pengujian ekstrak daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) semua konsentrasi memiliki aktivitas antibakteri dengan daya zona hambat yang sedang kecuali pada pengeringan matahari dengan konsentrasi 25% memiliki zona hambat yang lemah. 2. Berdasarkan hasil pengujian skrining fitokimia, diketahui bahwa ekstrak daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) memiliki kandungan senyawa flavonoid, saponin, steroid dan tanin. Setelah dilakukan penelitian kali ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Dapat dilakukan pengujian antibakteri ekstrak Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.) dengan menggunakan metode pengujian yang berbeda. 2. Dapat dilakukan ekstraksi dengan pelarut organik yang berbeda dan pelarut yang konsentrasi berbeda untuk mendapatkan ekstrak Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.). 3. Dapat dilakukan pengujian antibakteri terhadap bakteri lain.



56



DAFTAR PUSTAKA



Adinda Ayu Dyahnugra, S. B. W. (2015). Pemberian Ekstrak Bubuk Simplisia Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Menurunkan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar Jantan Kondisi Hiperglikemik. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 3(1), 113–123. Andriani, M., Permana, I. dewa G. M., & Rai, W. I. W. (2019). Pengaruh Suhu dan Waktu Eksraksi Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Aktivitas Antioksidan Dengan Metode Ultrasonic Extraction (UAE). 8(3), 10. Anggita Rahmi Hafsari, Tri Cahyanto , Toni Sujarwo, R. I. L. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Daun Beluntas. Jounal Istek, IX(1), 142–161. Aviany, H. B., & Pujiyanto, S. (2020). Analisis Efektivitas Probiotik di Dalam Produk Kecantikan sebagai Antibakteri terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis. Berkala Bioteknologi, 3(2), 24–31. Batanghari, P., & Timur, L. (2014). 1 . Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2 . Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan , Volume 1 , Nomor 1 , Januari 2014 Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan , Volume 1 , Nomor 1 , Januari 2014. 1, 28–35. Budiati, A., Purba, A. V., & Kumala, S. (2017). Pengembangan Produk Gel Sabun Wajah Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Per.) sebagai Anti Bakteri Penyebab Jerawat (Facial Wash Gel Product Development from Averrhoa bilimbi L. Fruits). Jurnal Ilmu Kefarmasian, 15(1), 89–95. Ch.Muhammad., T. (2010). Pathogenesis of acne vulgaris: Simplified. Journal of Pakistan Association of Dermatologists, 20(2), 93–97. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, vii. Elfiyani, R., Wardani, E., & Wardiyani, U. (2018). Pemanfaatan Ekstrak Etanol 57



58



Daun Sosor Bebek Dalam Sediaan Pasta Gigi The Application Of Ethanol Extract Of Sosor Bebek (Bryophyllum Pinnatum Lam.) In A Toothpaste. 119–127. Fitriyanti, F., Abdurrazaq, A., & Nazarudin, M. (2020). Uji Efektivitas Antibakteri Esktrak Etil Asetat Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia Merr) Terhadap Staphylococcus Aureus Dengan Metode Sumuran. Jurnal Ilmiah Manuntung, 5(2), 174. Https://Doi.Org/10.51352/Jim.V5i2.278 Friliana, R. O., Lutfiyati, H., Syauqi, A., Fitri, A., Dwipasari, R. S., & Kusumawati, Z. S. (2017). Inovasi Salep Ekstrak Cobek (Cocor Bebek) sebagai Obat Bisul. The 6th University Research Colloquium 2017, 177–182. Gama, R. A., Warganegara, E., Apprilia, E., & Soleha, T. U. (2017). Perbandingan Efektifitas Antibakteri Ekstrak Bintang Laut Culcita sp . terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi Comparison of Antibacterial Effectivity Star Fish Culcita sp . Extract Against Staphylococcus aureus and Sa. 6, 12–17. Handayani, F., Apriliana, A., & Natalia, H. (2019). Karakterisasi Dan Skrining Fitokimia Simplisia Daun Selutui Puka (Tabernaemontana Macracarpa Jack). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (Jiis): Ilmu Farmasi Dan Kesehatan, 4(1), 49–58. Https://Doi.Org/10.36387/Jiis.V4i1.285 Huda, C., Putri, A. E., & Sari, D. W. (2019). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Dari Maserat Zibethinus folium Terhadap Escherichia coli. Jurnal Sain Health, 3(1), 7–14. Ilmiati, I., Wulan, S., & Erfiana. (2017). Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen. Jurnal Dinamika, 8(1), 66–84. Katrin, D., Idiawati, N., & Sitorus, B. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Daun Malek (Litsea graciae Vidal) terhadap Bakteri Stapylococcus aureus



dan



Escherichia



coli.



Jkk,



4(1),



7–12.



https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jkkmipa/article/view/11720/11003 Khurshid, M. (2015). The miracle plant (Kalanchoe pinnata): A phytochemical



59



and pharmacological review ISSN 2229-3566. May 2011, 2020. Kusantati, H., Prihatin, P. T., & Wiana, W. (2008). Tata Kecantikan Kulit Untuk SMK Jilid 2 (Vol. 53, Issue 9). Lebedeva, A. A., Zakharchenko, N. S., Trubnikova, E. V., Medvedeva, O. A., Kuznetsova, T. V., Masgutova, G. A., Zylkova, M. V., Buryanov, Y. I., & Belous, A. S. (2017). Bactericide, immunomodulating, and wound healing properties of transgenic Kalanchoe pinnata synergize with antimicrobial peptide cecropin P1 in Vivo. Journal of Immunology Research, 2017, 1–9. https://doi.org/10.1155/2017/4645701 Madelina, W., & Sulistiyaningsih. (2018). Resistensi Antibiotik pada Terapi Pengobatan Jerawat. Jurnal Farmaka, 16(2), 105–117. Mbata, C. (2017). Comparative Studies Of Antimicrobial Properties Of Bryophyllum World Journal Of Pharmaceutical Research Comparative Studies



Of



Antimicrobial



Properties



Of.



November.



Https://Doi.Org/10.20959/Wjpr201715-10132 Meilina, N. E., & Hasanah, N. A. (2018). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat. Jurnal Farmaka, 16(2), 322–328. Napitupulu. (2019). Bacillus sp. Sebagai Agensia Pengurai Dalam Pemeliharaan Brachionus Rotundiformis Yang Menggunakan Ikan Mentah Sebagai Sumber



Nutrisi.



Jurnal



Ilmiah



Platax,



7(1),



158–169.



Http://Ejournal.Unsrat.Ac.Id/Index.Php/Platax Noer, S., Pratiwi, R. D., & Gresinta, E. (2018). Penetapan Kadar Senyawa Fitokimia (Tanin, Saponin dan Flavonoid) sebagai Kuersetin Pada Ekstrak Daun Inggu (Ruta angustifolia L.). Jurnal Eksakta, 18(1), 19–29. https://doi.org/10.20885/eksakta.vol18.iss1.art3 Noorcahyati. (2012). Tumbuhan Berkhasiat Obat Etnis Asli Kalimantan (p. 58). Noorhidayah, N. (2006). Potensi Dan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Di Hutan Kalimantan Dan Upaya Konservasinya. Jurnal Analisis Kebijakan



60



Kehutanan, 3(2), 95–107. https://doi.org/10.20886/jakk.2006.3.2.95-107 Prihandani, S. S. (2015). Uji Daya Antibakteri Bawang Putih (Allium Sativum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus, Escherichia Coli, Salmonella Typhimurium



Dan



Pseudomonas



Keamanan



Pangan.



Aeruginosa



Informatika



Dalam



Pertanian,



Meningkatkan 24(1),



53.



Https://Doi.Org/10.21082/Ip.V24n1.2015.P53-58 Puguh Surjowardojo, Tri Eko Susilorini & Gabriel Ruth Batsyeba Sirait (2015). Daya Hambat Dekok Kulit Apel Manalagi (Malus Sylvestrs Mill.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Sp. Penyebab Mastitis Pada Sapi Perah1. 16(2), 2. Purwanitiningsih, E., & Lestari, D. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata (Lam)) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella Typhi Dengan Metode Kirby Bauer. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 12(September), 142–148. Purwanti, N. U., Yuliana, S., & Sari, N. (2018). Pengaruh Cara Pengeringan Simplisia Daun Pandan (Pandanus Amaryllifolius) Terhadap Aktivitas Penangkal. Jurnal Farmasi Medica/Pharmacy Medical Journal (Pmj), 1(2), 63–72. Https://Doi.Org/10.35799/Pmj.1.2.2018.21644 Purwoko, Y., Kusumaningrum, H. P., Sugiarti, L., & Hapsari, H. A. (2020). Aplikasi konsorsium tanaman herbal untuk mengatasi jerawat akibat autoimun : suatu upaya pengembangan traditional biomedicine. Cendekia Journal



of



Pharmacy,



4(1),



10–25.



http://cjp.jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id Putrajaya, F., Hasanah, N., & Kurlya, A. (2019). Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Suruhan (Peperomia pellucida L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Jerawat (Propionibacterium acnes ) Dengan Metode Sumur Agar. Edu Masda Journal, 3(2), 123–140. Redha, A. (2010). Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya Dalam Sistem Biologis. Jurnal Berlin, 9(2), 196–202. https://doi.org/10.1186/21105820-1-7



61



Retnaningsih, A., Primadiamanti, A., & Marisa, I. (2019). Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Biji Pepaya Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Shigella dysentriae dengan Metode Difusi Sumuran. Jurnal Analisis Farmasi, 4(2), 122–129. RI, D. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Rina, W., Guswandi, & Harrizul, R. (2014). Pengaruh Cara Pengeringan Dengan Oven, Kering Angin dan Cahaya Matahari Langsung Terhadap Mutu Simplisia Herba Sambiloto. Jurnal Farmasi Higea, 6(2), 126–133. Sa`adah, H., Supomo, S., & Musaenah, M. (2020). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air



Kulit



Bawang



Merah



(Allium



Cepa



L.)



Terhadap



Bakteri



Propionibacterium Acnes. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 2(2), 80–88. Https://Doi.Org/10.33759/Jrki.V2i2.73 Saputra, T. R., Ngatin, A., & Sarungu, Y. T. (2018). Penggunaan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Partisi Pada Tumbuhan Cocor Bebek (Kalanchoe Pinnata) Dengan Kepolaran Berbeda. Fullerene Journal Of Chemistry, 3(1), 5. https://doi.org/10.37033/fjc.v3i1.26 Sataloff, R. T., Johns, M. M., & Kost, K. M. (2016). Farmakognisi dan Fitokimia. Soleha, T. U. (2015). Uji Kepekaan Terhadap Antibiotik. Juke Unila, 5(9), 121. Sugiarti, L., & Fitrianingsih, S. (2018). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Parijoto (Medinilla Speciosa Blume) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium Acnes Dan Staphylococcus Aureus. Cendekia Journal Of Pharmacy, 2(1), 60–67. https://doi.org/10.31596/cjp.v2i1.18 Sumur, A. (2008). Terhadap Aktivitas Antibakteri Dengan Metode Difusi. 13(2), 117–125. Sylvia, D., Fatimah, & Pratiwi, D. (2020). Perbandingan Aktivitas Antioksidan Beberapa Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata) Dengan Menggunakan Metode DPPH. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 11(1), 21–31. Tri Mulyani, Y. W., Hidayat, D., Isbiantoro, I., & Fatimah, Y. (2017). Ekstrak



62



Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L) Merr) Sebagai Antibakteri Terhadap Propionibacterium Acnes Dan Staphylococcus Epidermidis. Jfl : Jurnal Farmasi Lampung, 6(2), 46–55. https://doi.org/10.37090/jfl.v6i2.21 Wahyuni, D. T., & Widjanarko, S. B. (2015). Pengaruh Jenis Pelarut Dan Lama Ekstraksi Terhadap Ekstrak Karotenoid Labu Kuning Dengan Metode Gelombang Ultrasonik The Effect Of Different Solvent And Extraction Time Of Carotenoids Extract From Pumpkin With Ultrasonic Method. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 3(2), 390–401. World Health Organization. (2018). Traditional and complementary medicine in primary



health



care.



https://www.who.int/health-topics/traditional-



complementary-and-integrative-medicine#tab=tab_1 Wuryanti, W., Mulyani, N. S., Asy’ari, M., & Sarjono, P. R. (2012). Uji Ekstrak Bawang Bombay sebagai Anti Bakteri Gram Positif Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Cakram. Bioma : Berkala Ilmiah Biologi, 12(2), 68. https://doi.org/10.14710/bioma.12.2.68-72 Zahrah, H., Mustika, A., & Debora, K. (2019). Aktivitas Antibakteri dan Perubahan Morfologi dari Propionibacterium Acnes Setelah Pemberian Ekstrak Curcuma Xanthorrhiza. Jurnal Biosains Pascasarjana, 20(3), 160. https://doi.org/10.20473/jbp.v20i3.2018.160-169



63



LAMPIRAN Lampiran 1 Organoleptis



Tanaman sosor bebek



Daun sosor bebek segar



Simplisia daun sosor bebek pengeringan degan suhu 16 oC



Simplisia daun sosor bebek pengeringan degan sinar matahari langsung ditutupi kain hitam



Lampiran 2 Pembuatan Simplisia



64



Pe metikan daun sosor bebek



Sor tasi basah



Per ajangan



Pe ncucian



Pen



Pe ngeringan menggunakan



geringan menggunakan



suhu 16 oC



sinar matahari yang ditutupi kain hitam



Si



Si



Pr



mplisia pengeringan



mplisia pengeringan



oses penghalusan daun



dengan menggunakan suhu



menggunakan sinar



simplisia menjadi serbuk



16 oC



matahari yang ditutupi kain hitam



65



Pe



Se



Serb



ngayakan serbuk dengan



uk halus simplisia



rbuk simplisia pengeringan



ayakan 40 mesh



pengeringan dengan



menggunakan sinar



menggunakan suhu 16 oC



matahari yang ditutupi



setelah pengayakan



kain hitam setelah pengayakan



66



Lampiran 3 Proses Pembuatan Ekstrak



Peni mbangan simplisa



lisia + pelarut etanol 96%



Pemi sahan ampas simplisia



Lampiran 4 Uji Antibakteri



Prose



Simp s UAE



Pen geringan ekstrak



Hasil ekstrak



67



Pe Pembuatan media NA



Sterilisasi alat dan bahan dengan autoklaf 121o C



mbuatan



media



agar



miring



selama 15 menit



Inok



Pe mbuatan media agar



ulasi bakteri selama 24



Ha sil inokulasi bakteri



jam didalam inkubator



Peni



Penimbangan ekstrak untuk konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%



Ek



mbangan sebuk



strak konsentrasi 25%,



klindamisin sebagai



50%, 75% dan 100%



kontrol positif



68



Laruta n Mc. Farland dan



Pen



Media yang telah ditanami bakteri, ekstrak, kontrol



ggoresan media



positif dan kontrol negatif



suspensi bakteri



Ink ubasi 37 o C, 1x 24 jam



69



Lampiran 5 Hasil uji aktivitas antibakteri



Replikasi 1 Suhu 16 oC



Replikasi 2 Suhu 16 oC



Replikasi 3 Suhu 16 oC



Replikasi 1 Matahari



Replikasi 2 Matahari



Replikasi 3 Matahari



Replikasi 1 Kontrol +



Replikasi 2 Kontrol +



Replikasi 3 Kontrol +



Lampiran 6 Sertifikat Bakteri Propionibacterium acnes



70



Lampiran 7 Sertifikat Determinasi



71



72



73



Lampiran 8 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi (Dosen Pembimbing 1)



74



Lampiran 9 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi (Dosen Pembimbing 2)



75



Lampiran 10 Perhitungan Konsentrasi Ekstrak a.



Konsentrasi ekstrak 25 % b/v



= M1 x V1 = M2 x V2 25 gram x 1 ml = M2 x 100 ml 25 gram/ml = M2 x 100 ml M2 = 0,25 gram ad 1 ml



b.



Konsentrasi ekstrak 50% b/v



= M1 x V1 = M2 x V2 50 gram x 1 ml = M2 x 100 ml 50 gram/ml = M2 x 100 ml M2 = 0,50 gram ad 1 ml



c.



Konsentrasi ekstrak 75% b/v



= M1 x V1 = M2 x V2 75 gram x 1 ml = M2 x 100 ml 75 gram/ml = M2 x 100 ml M2 = 0,75 gram ad 1 ml



d.



Konsentrasi ekstrak 100% b/v = M1 x V1 = M2 x V2 100 gram x 1 ml = M2 x 100 ml 100 gram/ml = M2 x 100 ml M2 = 0,100 gram ad 1 ml



Lampiran 11 Perhitungan bahan larutan Standar Mc.Farland 0,5 H2 SO4 1%



+



BaCl2 1% = 99,5 ml + 0,5 = 100 ml



Lampiran 12 Perhitungan NaCl (Suspensi bakteri) Nacl



=



M1 x V1 = M2 x V2 0,9 x 1000 = M2 x 3 ml V2 = 900/3 V2 = 300 mg



Lampiran 13 Randemen Ekstrak Daun Sosor Bebek Perhitungan % Randemen pengeringan dengan suhu 16 oC % Randemen ekstrak



=



Berat Ekstrak Berat Simplisia



x 100 %



12,27 g 125 g



x 100 %



= 9,81 %



Perhitungan % Randemen pengeringan dengan sinar matahari langsung ditutupi kain hitam



76



% Randemen ekstrak



=



Berat Ekstrak Berat Simplisia



x 100 %



4,21 g 50 g



x 100 %



= 8,42 %



Lampiran 14 Perhitungan Media NA Media Natrium Agar (NA) 28/Liter, artinya untuk membuat 1000 liter media NA membutuh 28 gram. Natrium Agar



=



28 g 1000 ml



x 150 ml



= 4,2 g



Lampiran 15 Perhitungan kontrol positif Kapsul Klindamisin (300 mg) Timbang sebanyak 168 mg serbuk untuk kontrol positif x 168 = 168 mg (168 mg dilarutkan dengan DMSO 10% ad 10 ml) 10 10