Uji Xanthoprotein [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Uji Xanthoprotein Uji Xanthoprotein digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino terosin, fenilalanin, dan triptofan dalam protein. Inti benzene yang terdapat dalam molekul terosin, fenilalanin, dan triptofan akan ternitrasi dengan penambahan HNO3. Berdasarkan data hasil pengamatan Uji Xanthoprotein pada sampel pertama yaitu susu UHT, warna sebelum ditambahkan larutan dan setelah ditambahkan berbeda. Setelah larutan sampel diberi HNO3 dan NaOH 40% terjadi perubahan warna yang signifikan. Hal ini menandakan bahwa larutan mengandung protein. Reaksi uji xantoprotein sendiri mengandung asam nitrat pekat yang akan menunjukkan hasil positif berwarna kuning karena adanya inti tersebut. Pada uji xantoprotein, reaksinya terdapat pada nitrasi inti benzena, molekul protein di dalam sel protein yang mengandung asam amino cirinya memiliki cincin benzena. Protein yang mengandung cincin Benzena jika ditambahkan asam nitrat pekat maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning setelah dipanaskan. Senyawa nitrogen terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dengan adanya perubahan menjadi Jingga. Sedangkan pada sampel kedua yaitu tomat, perubahan yang terjadi kurang signifikan, dimana sebelum di tambahkan larutan berwarna bening dan setelah diberikan larutan warna nya tidak berubah namun terdapat endapan keruh. Ini menandakan bahwa pada tomat tidak mengandung protein. Berdasarkan hasil pengamatan pada larutan tahu dan kecap keduanya menunjukkan hasil yang positif terhadap reagen xantoprotein dengan ditandai terbentuknya kompleks warna kuning. Keduanya dilarutkan dengan 1 ml HNO3 (menunjukkan keadaan asam) lalu di panaskan selama 1 menit, setelah itu di dinginkan di air mengalir kemudian di tambahkan NaOH 40 % (pada keadaan basa). Larutan HNO3 menyebabkan terjadinya nitrasi pada benzena di bagian intinya. Lalu hasil nitrasi tersebut menghasilkan turunan nitro benzena yang berwarna kuning tua kemudian dalam keadaan basa akan berubah menjadi jingga (Hidayanto, 2018: 10). Hal ini diperkuat oleh Anom, dkk (2018: 62) Senyawa nitro yang terbentuk berwana kuning dan dalam lingkungan alkalis akan terionisasi dengan bebas dan warnanya menjadi lebih tua atau berubah menjadi jingga. Pada sampel tempe mentah, ditambahkan sebanyak 2 mL lalu ditambah 1 mL HNO3 pekat menghasilkan warna kuning cerah lalu dipanaskan selama 1 menit dan menghasilkan warna yang kkuning ang keruh. Setelah di dinginkan dengan air yang mengalir dan ditambahkan oleh NaOH 40% sebanyak 15 tetes secara perlahan menghasilkan Bening kekuningan dan terdapat endapan diantara 2 lapisan pada tabung, maka reaksi positif. Hal ini dapat terjadi setelah di berikan NaOH sebanyak 15 tetes membentuk 2 lapisan maka bahan yang digunakan mengandung protein (Lundblad, 2014). Pada bahan kedua yaitu mie instan terdapat perubahan warna setelah ditetesi asam pekat terdapat 2 lapisan berwarna putih dan kuning bening juga endapan hitam, maka bening kekuningan yang menandakan reaksi positif karena pada uji ini terdapat endapan dan dua lapisan. Uji Xanthoprotein membuktikan adanya asam amino torisin, triptofan, atau fenilalanin yang terdapat dalam protein. Jika protein yang mengandung cincin benzene ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga (Putri, Ariza Abu Bakar, 2016: 93). Pada uji ini digunakan bahan uji sebanyak 2 mL yang ditambahkan dengan 1 mL larutan HNO3



dan dipanaskan di atas bunsen hingga mendidih. Larutan kuning telur menunjukkan hasil reaksi positif yang ditandai dengan adanya perubahan warna dari kuning pucat menjadi kuning agak tua sedikit transparan dan ketika ditetesi larutan HNO3 terbentuk gumpalan endapan yang berwarna putih kekuningan setelah dipanaskan dan ditambahkan larutan NaOH 40%. Sedangkan pada larutan MSG hasil reaksinya negatif karena tidak terjadi perubahan yang sesuai dengan teori. Selanjutnya pada sampel putih telur, direaksikan dengan HNO yang kemudian dipanas kan dan didinginkan kembali dan ditambahkan 18 tetes NaOH 40% dihasilkan larutan yang berubah warna menjadi warna kuning bening dan terbentuk gelembung. Perubahan warna tersebut dikarenakan gugus aromatic dari protein mengalami nitrasi pada kondisi panas dengan asam nitrat pekat dan membentuk produk berwarna kuning. Pada bahan uji jambu air, terdapat hasil larutan terbagi menjadi dua lapis dimana lapisan atas berwarna kuning orange, sedangkan lapisan bawah berwarna kuning pudar. Perubahan warna menjadi kuning ini menunjukkan adanya protein yang terkandung dalam jambu air. (Anggrawati, 2016) menyatakan komposisi gizi buah jambu air per 100 g dari bagian yang dapat dimakan adalah kal kalori 68 kJ (17 kcal), protein 0,8 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 3 g, abu 0,7 g, Ca 2 mg, P 13 mg, Fe 0,2 mg, Na 1 mg, K 48 mg, jumlah vitamin A setara 1 m g, b-karoten setara 7 m g, thiamin 0.044 mg, vitamin C 16,7 mg dan vitamin E3. 3



Berdasarkan hasil pengamatan, uji xanthoprotein pada sampel uji ekstrak nugget yang diberi 1 ml HNO3 , lalu dipanaskan selama 1 menit dan didinginkan di air mengalir, kemudian diberi 2-3 tetes NaOH 40% yang memiliki hasil negatif, karena tidak terdapat perubahan yang dimana tetap berwarna keruh. Sedangkan, pada sosis memiliki hasil positif, karena terdapat perubahan warna dari kuning keruh menjadi kuning. Hal ini menandakan adanya cincin benzene aktif pada suatu protein, dimana gugus aromatik dari protein ini mengalami nitrasi pada kondisi panas dengan asam nitrat pekat dan membentuk senyawa berwarna kuning. Pada uji xanthoprotein terjadi reaksi nitrasi setelah penambahan HNO3, yakni reaksi subtitusi atom H pada gugus benzena oleh gugus nitro (NO2). Senyawa yang terbentuk memiliki nama nitrobenzena. Tujuan dilakukan pemanasan adalah agar struktur albumin mengalami denaturasi sehingga ikatan polipeptidanya dapat terputus menjadi molekul-molekul penyusunnya sehingga dapat mempercepat reaksi. Reaksi yang terjadi akan menyebabkan pembentukan warna kuning jingga pada larutan sampel. Warna kuning jingga yang terbentuk dapat dipertegas agar terlihat makin jelas dengan penambahan NaOH. (Jamaluddin, 2020 : 5). Berdasarkan hasil uji Xanthoprotein pada sampel ikan, setelah dilakukan uji xanthoprotein didapati warna bening dengan endapan berwarna kuning yang menandakan bahwa terdapat adanya asam amino torisin, triptofan, atau fenilalanin. Pada bahan selanjutnya, yakni bakso ikan setelah dilakukan uji xanthoprotein didapati tidak ada perubahan warna, yaitu tetap bening. Hal ini menunjukan bahwap ada bakso ikan ini terkandung asam amino selain adanya asam amino torisin, triptofan, atau fenilalanin. Daftar Pustaka Anggrawati, P. S., & Ramadhania, Z. M. (2016). Kandungan senyawa kimia dan bioaktivitas dari jambu air (Syzygium aqueum Burn. F. Alston). Farmaka, 14(2), 331-344.



Jamaluddin.,et.al. (2020). Kadar Albumin Pada Ikan Sidat Anguilla marmorata Q Gaimard dan Anguilla bicolor Asal Sungai Palu dan Danau Poso. Jurnal Gizi dan Kesehatan. Volume 4 No 1 (60-68). Putri, Ariza Abu Bakar, dkk. 2016. Analisis Kadar Albumin Ikan Sidat (Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor) dan Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Terbuka Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). GALENIKA: Journal of Pharmacy, Vol. 2(2), hlm. 90-95. W. Anom, dkk. (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Terintegrasi Kewirausaha an, pendekatan STEM dan PBI. Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia: Kajian Hasil Penelitian Kimia, Vol. 5, No. 1.