Ukm Christine [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular PEMBERIAN DAN PENYULUHAN IMUNISASI BAYI DAN BALITA DI DESA KEDUNGDALEM DENGAN PROTOKOL KESEHATAN



Latar Belakang Anak mendapat zat kekebalan dari ibunya baik yang dibawa sejak didalam kandungan ataupun dari air susu ibu (ASI) tetapi tidak mencukupi untuk melindungi anak dari berbagai penyakit infeksi dan menular. Oleh karena itu anak membutuhkan zat kekebalan buatan agar anak terlindungi dari berbagai penyakit tersebut. Dan imunisasi adalah suatu upaya pencegahan untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu sehingga walaupun nantinya orang tersebut mendapat infeksi tidak akan meninggal atau menderita cacat. Anak yang diimunisasi akan terhindar dari ancaman penyakit yang ganas dan menular tanpa bantuan pengobatan. Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah untuk mencapai Indonesia Sehat 2010. Oleh karena itu, sekurang-kurangnya 70% dari penduduk suatu daerah harus mendapat imunisasi dasar yang meliputi: BCG, Polio, Hepatitis B, Campak dan DPT. Namun di Indonesia masih banyak ditemukan kasus penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan tentang imunisasi untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang pentingnya imuisasi dasar pada bayi dan balita agar keluarga mau mengimunisasikan anaknya.



Permasalahan WHO melaporkan bahwa diperkirakan 1.7 juta bayi dan anak-anak meninggal karena penyakit infeksi seperti, campak, difteri, pertusis, tetanus, dan TBC. Disamping itu Indonesia di kelompokkan sebagai daerah endemik sedang sampai tinggi Hepatitis B di dunia. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang imunisasi dan pentingnya imunisasi bagi bayi. Warga masyarakat mekarmukti khususnya para ibu-ibu yang masih mempunyai bayi dan balita ternyata masih banyak diantara mereka yang kurang memahami arti pentingnya imunisasi bagi anak mereka.Selain ketidaktahuan keluarga tentang pentingnya imunisasi untuk melindungi anak-anaknya dari penyakit infeksi dan menular, banyak juga diantara mereka yang lebih mementingkan pekerjaan misalnya bekerja daripada mengantarkan anak-anak mereka ke posyandu atau tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi.



Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya kesehatan anak dalam hal ini pemberian imunisasi adalah dengan mengadakan pemberian imunisasi dasar lengkap di posyandu-posyandu. Puskesmas Gegesik mempunyai posyandu yang sudah berjalan dengan baik selama ini, hampir semua ibu yang mepunyai bayi dan balita membawa anak mereka ke posyandu untuk imunisasi dll, meskipun masih ada juga beberapa diantaranya yang tidak dengan alasan keterbatasan waktu dan tidak tau jadwal imunisasi akibat di tunda selama masa pandemi covid-19. Banyak juga diantara mereka yang ke posyandu untuk imunisasi namun tidak sesuai jadwal. Sehingga perlu dilakukan suatu intervensi terhadap para ibu mengenai hal tersebut. Dipilih metode penyuluhan yang dilakukan secara bersamaan dengan posyandu untuk memanfaatkan waktu yang tersedia agar lebih efektif. Intervensi menggunakan alat bantu berupa leaflet bergambar, serta diskusi terbuka, agar para peserta dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan.Target penyuluhan adalah para ibu yang memiliki bayi dan balita posyandu di wilayah kerja puskesmas Gegesik.



Pelaksanaan Hari dan Tanggal



: 4 Maret 2021



Waktu



: 09.00-12.00



Tempat



: Rumah Warga Desa Kedung Dalem



Kegiatan diawali dengan melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan terhadap bayi dan balita, kemudian mencatatnya ke dalam KMS. Setelah itu dilakukan pemberian imunisasi pada para bayi dan balita yang datang, imunisasi yang diberikan adalah imunisasi yang sesuai jadwal dari masing-masing bayi dan balita. Kemudian acara dilanjutkan dengan pemberian penyuluhan. Kegiatan penyuluhan imunisasi bayi dan balita mengiringi rangkaian penyuluhan terkait lainnya, yaitu tentang ASI eksklusif dan gizi balita/makanan pendamping ASI. Penjelasan mengenai imunisasi bayi dan balita yang diinformasikan antara lain meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Menjelaskan pengertian imunisasi / vaksinasi. Menjelaskan tujuan imunisasi. Menjelaskan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Menjelaskan jenis-jenis imunisasi. Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi. Menjelaskan cara pemberian imunisasi. Menjelaskan kapan imunisasi tidak boleh diberikan.



8. Menjelaskan keadaan yang timbul setelah imunisasi. 9. Menjelaskan tempat pelayanan imunisasi. Acara kemudian ditutup dengan sesi pertanyaan dan diskusi.



MONITORING DAN EVALUASI Secara keseluruhan, upaya pemberian imunisasi bayi dan balita di posyandu berjalan dengan lancar dan baik. Semua bayi dan balita yang datang untuk imunisasi diberikan imunisasi kecuali bagi bayi dan balita yang tidak sesuai jadwal (usianya belum sesuai dengan jadwal pemberian). Sementara itu, untuk kegiatan penyuluhan, mayoritas para ibu mengikuti penyuluhan sampai selesai. Karena penyuluhan sendiri dilakukan setelah pemberian imunisasi selesai. Penyuluhan dilakukan dengan metode diskusi agar lebih akrab dan memudahkan peserta yang hadir untuk memahami materi. Respons peserta cukup baik yang ditunjukkan dengan memperhatikan, memberi tanggapan, dan mengajukan pertanyaan. Kegiatan posyandu berjalan dengan lancar dan tertib, hal ini juga karena dukungan dari para kader aktif. Namun terdapat juga beberapa kendala. Diantaranya ibu-ibu banyak yang takut untuk membawa anaknya untuk imunisasi dikerenakan wabah covid 19. Tetapi selama melakukan imunisasi petugas dan peserta tetap mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.



F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Pemberian Obat Cacing Pada Anak Di Desa Kedung Dalem Dengan Menggunakan Protokol Kesehatan Latar Belakang Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita. Faktor utama penyebab dari cacingan yang menyerang anak adalah faktor kebersihan.Kehidupan anak-anak yang identik dengan “kotor”, karena mereka suka bermain diluar rumah, menjadi satusatunya faktor utama timbulnya penyakit kecacingan.Penyakit kecacingan ini di tandai dengan anak tampak rewel, lesu, lemah, pucat, perut buncit, batuk berkepanjangan, gangguan lambung seperti (diare, perut kembung, dan susah buang air besar). Penyakit cacing tidak menyebabkan efek samping yang berat dan angka kematian yang terlalu tinggi, namun dalam keadaan kronis pada balita dapat menyebabkankekurangan gizi dan mengalami kurang darah (anemia) yang



memicu turunnya daya tahan tubuh kemudian akan menimbulkan gangguan pada tumbuh kembang balita. Masalah kesehatan pada anak usia balita yang terinfeksi kecacingan salah satunya kekurangan zat besi (anemia) yaitu hemoglobin dalam sel darah yang berada di bawah normal. Anemia menjadi konsekuensi dari infeksi kecacingan oleh hilangnya darah secara menahun akibat luka dan dikonsumsi cacing dalam usus. Ciri fisik yang dapat dilihat secara kasat mata pada balita yang mengalami gejala anemia adalah kondisi balita yang terlihat pucat, sering kelelahan dan menurunnya kekebalan tubuh. Jika tidak segera diatasi maka hal ini tentu akan menghambat tumbuh kembang anak balita. Peranan dan pengetahuan seorang Ibu sebagai pribadi yang dekat dengan balita tentu sangat mempengaruhi penanganan balita dengan gejala anemia ( Permasalahan menurut peraturan kementrian kesehatan nomor 15 tahun 2017 bahwa cacingan merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena berjangkit di sebagian besar wilayah Indonesia dan dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, dan produktifitas. maka dalam rangka upaya reduksi cacingan pada masyarakat terutama kelompok anak balita dan anak usia sekolah perlu dilakukan peningkatan pemberdayaan masyarakat dan komitmen lintas program dan lintas sector. Dengan ada pelaksaan pemberian obat cacing pada saat posyandu berlangsung diharapkan akan membantu keikutsertaan orang tua yang mempunya anak untuk ikut serta dalam usaha mencegah terjangkitnya penyakit cacingan pada anak.



Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Intervensi dilakukan dengan melakukan pemberian obat cacing pada anak di desa kedung dalem. Sasaran



:balita di desa kedung dalem



Kegiatan



:Melakukan pemberian obat cacing pada balita di desa kedung dalem



Pelaksanaan Hari dan Tanggal



: Kamis 4 Maret 2021



Waktu



: Pukul 09.00-12.00 WIB



Tempat



: Rumah Warga Desa Kedung Dalem



MONITORING DAN EVALUASI Kegiatan pemberian obat cacing pada balita desa kedung dalem diberikan setiap posyandu di lakukan. Monitoring dan evaluasi kegiatan dilihat dari angka kasus baru kecacingan di masyarakat kedung dalem. f3 F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB) Pemasangan Implant Pada Ibu Hamil Pada Ibu Post Partus Guna Mensukseskan Keluarga Berencana Di Gegesik Lor Dengan Menggunakan Protocol Kesehatan A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi yaitu 1,38% pertahun. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah tingginya angka kelahiran yang berkaitan erat dengan usia perkawinan pertama. Keadaan ini merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan kebijakan kependudukan. Kebijakan kependudukan tersebut dilakukan dengan menurunkan tingkat pertumbuhan serendahrendahnya. Cara efektif untuk menurunkan angka pertumbuhan penduduk dengan jalan mengikuti program Keluarga Berencana Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Program keluarga berencana nasional merupakan salah satu komponen pembangunan nasional terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, kesehatan, dan kesejahteraan keluarga. Secara umum, tujuan keluarga berencana adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas Kontrasepsi Implant hampir 100% efektif mencegah kehamilan. Implanon mempunyai keuntungan memiliki efektivitas tinggi karena tidak memiliki angka kegagalan pada pengguna, tidak perlu mengingat minum pil atau memasang diafragma. Permasalahan yang terjadi masih rendah akseptor yang menggunakan KB implant. Hal ini dikarenakan KB implant menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi B. Permasalahan



Permasalahan yang timbul pada perempuan selama siklus hidupnya dapat terjadi pada situasi darurat bencana. Oleh karena itu tenaga kesehatan yang berada di ujung tombak harus dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin guna memsukseskan program pemerintah dalam keluarga berencana, kontrasepsi implant adalah salah satu pilihan kontrasepsi pilihan yang praktis dan bertahan lama yang cara kerjanya menghambat ovulasi sehingga ovum tidak diproduksi, membentuk secret serviks yang tebal untuk mencegah penetrASI sperma, menekan pertumbuhan endometrium sehingga tidak siap untuk nidASI, mengurangi sekresi progesteron selama fase luteal dalam siklus terjadinya ovulasi C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mesukseskan upaya keluarga berencana dengan metode implant adalah dengan kunjungan ke rumah ibu post partum untuk memasangkan implan. Dipilih metode kunjungan ke rumah ibu yang baru saja post partum agar lebih efektif dan tidak membuat pasien kesusahan jika harus ke puskesmas. D. Pelaksanaan Tanggal



: 3 Maret 2021



Waktu



: Pukul 09.00-10.00 WIB



Tempat



: Rumah warga gegesik lor



E. MONITORING DAN EVALUASI Evaluasi dalam pemasangan implan KB antara lain keadaan umum baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada kendala dan komplikasi pada saat pemasangan implan dan amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka insisi setelah pemasangan.



F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB) Kunjungan Kepada Ibu Post Partum Section Ceaserea Guna Mencegah Adanya Infeksi Pada Warga Desa Bayalangu Lor Dengan Menggunakan Protokol Kesehatan







Latar Belakang



Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besa. Seksio sesarea merupakan suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan melalui insisi dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.Operasi Caesar telah menjadi bagian kebudayaan manusia sejak zaman dahulu, namun dulu operasi Caesar masih banyak kendala diantaranya ialah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung. Sekarang dengan kemajuan teknik operasi yang lebih sempurna, dengan adanya anti biotika, transfusi darah dan anastesi yang lebih baik. Karena itu kini ada kecenderungan untuk melakukan operasi caesar tanpa dasar yang cukup kuat. Ibu yang mengalami operasi caesar dengan adanya lukadiperut sehingga harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi, ibu juga harus membatasi pergerakan tubuhnya karena ada luka operasi sehingga proses pemulihan luka pengeluarancairan atau bekuan darah kotor dari rahim ibu ikut terpengaruh. Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan pasien yang baru melahirkan dengan operasi caesar agar segera menggerakan tubuhnya atau mobilisasi. Dalam membantu jalannya pemulihan ibu pasca operasi caesar disarankan untuk bisa menjaga kebersihan dan mobilisasi dini. Pada ibu yang mengalami operasi caesar rasanya sulit untuk melakukan hal tersebut karena ibu merasa letih dan sakit, penyebab diantaranya ialah perilaku ibu yang kurang memperhatikan kebersihan,mobilisasi,dan masih menganut kepercayaan mutih atau mnghindari makanan yang berbau amis misalnya telur dan ikan pada hal kita tahu telur dan ikan merupakan sumber protein sehinggaakan mempengaruhi proses pemulihan. 



Permasalahan



Asuhan perawatan luka post SC adalah suatu bentuk pelayanan untuk mencegah terjadinya infeksi setelah dilakukan pembedahan dengan insisi pada dinding abdomen. salah satu upayan puskesmas untuk menekan adanya infeksi luka pada ibu post sc adalah dengan cara kunjungan perawatan luka ke rumah ibu yang post partus 



Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mencegah terjadinya infeksi bakteri pada luka jahitan post sc adalah dengan kunjungan ke rumah ibu post sc untuk perawatan luka. Dipilih metode kunjungan ke rumah ibu yang baru saja post sc agar lebih efektif dan tidak membuat pasien kesusahan jika harus ke puskesmas.







Pelaksanaan







Tanggal



: 3 Maret 2021







Waktu



: Pukul 09.00-10.00 WIB







Tempat



: Rumah warga gegesik lor







MONITORING DAN EVALUASI



Evaluasi dalam perawatan luka antara lain keadaan umum baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada kendala dan komplikasi pada saat perawatan luka dengan membersihkan luka dan mengganti perban dan amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka. f5 p2p Pengobatan Pada Pasien TB Paru MDR Dengan Protokol Kesehatan Latar Belakang Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis. Penularan melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberculosis paru Resistensi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sangat erat hubungannya dengan riwayat pengobatan sebelumnya. Pasien yang pernah diobati sebelumnya mempunyai kemungkinan resisten 4 kali lebih tinggi dan untuk TB MDR 10 kali lebih tinggi dari pada pasien yang belum pernah menjalani pengobatan. Prevalensi kekebalan obat secara keseluruhan berhubungan dengan banyaknya pasien yang diobati sebelumnya. Pasien TB MDR sering tidak bergejala sebelumnya sehingga dapat menularkan penyakitnya sebelum ia menjadi sakit. Oleh karena itu prevalensi TB MDR dapat 3 kali lebih besar dari insidennya sebenarnya yaitu mendekati atau melampaui 1 juta. Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkolusis dengan resistensi ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang lama bahkan sampai 24 bulan. Faktor ketidakpatuhan pasien TB dalam pengobatan diyakini menjadi faktor utama dan pengobatan tidak adekuat juga menjadi penyebab terjadinya TB MDR. Ketidakpatuhan minum obat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal yaitu jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, usia, merokok, kepadatan hunian, status gizi, sosial ekonomi dan perilaku. Permasalahan



Di Indonesia TB MDR termasuk masalah baru, dan penanganan TB MDR masih rendah dan salah satu alasan masih rendahnya cakupan pengobatan TB adalah ketidak teraturan pada saat minum obat yang menyebabkan pasien penderita TB di Indonesia menjadi TB MDR. Hasil surveillance mengenai resistensi kuman TB sebesar 12,6% terjadi karena ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat selama masa pengobatan. Ketidakpatuhan ini menyebabkan kuman menjadi resisten. Ketidakpatuhan pasien TB Paru dalam hal pengobatan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti obat, penyakit dan penderitanya sendiri. Faktor obat terdiri dari panduan obat yang tidak adekuat, dosis obat yang tidak cukup, tidak teratur minum obat, jangka waktu pengobatan yang kurang dari semestinya, dan terjadi resisten obat. Faktor penyakit biasanya disebabkan oleh lesi yang terlalu luas, adanya penyakit lain yang mengikuti, adanya gangguan imunologis. Faktor yang terakhir adalah masalah penderita sendiri, seperti kurangnya pengetahuan mengenai TB Paru, malas berobat, dan merasa sudah sembuh. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Intervensi dilakukan dengan melakukan pengobatan TB Paru MDR terhadap pasien yang terkonfirmasi TB Paru MDR di Puskesmas Gegesik. Sasaran



:Pasien yang terkonfirmasi TB Paru MDR



Kegiatan



:Melakukan pemeriksaan follow up pasien dan pemberian obat TB berdasarkan kategori pasien.



Pelaksanaan Tanggal



: 5 Maret 2021



Waktu



: Pukul 08.00-13.30 WIB



Tempat



: Puskesmas Gegesik



MONITORING DAN EVALUASI Kegiatan pemberian pengobatan TB Paru MDR dilakukan setiap. Monitoring dan evaluasi kegiatan dilihat dari kepatuhan pasien untuk rutin control dan minum obat. f5 p2p Tracing Kontak Erat Pasien Kasus Terkonfirmasi Positif Covid 19 Di Gegesik Kidul



Latar Belakang COVID-19 adalah penyakit saluran pernafasan menular yang disebabkan oleh virus baru SARSCoV-2. Penyebaran virus ini pertama kali dilaporkan di Wuhan, Cina di akhir Desember 2019 dan sampai sekarang sudah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. virus COVID-19 ini berbahaya dan menyebar dengan cepat. Jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan sakit parah dan bahkan kematian, terutama pada kelompok orang rentan seperti orang lanjut usia, ibu hamil, dan orang dengan penyakit penyerta seperti sakit jantung, darah tinggi, penyakit paru, dan lain-lain. Virus COVID-19 menyebar melalui droplet atau percikan ludah yang masuk langsung ke tubuh melalui mata, hidung, dan mulut, atau jika tangan menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah (mata, hidung, mulut).Orang yang memiliki gejala COVID-19 akan diambil sampel swab/usap melalui hidung dan tenggorokannya. Sampel tersebut selanjutnya akan diuji dengan tes RT-PCR (Real Time-Polymerase Chain Reaction). Orang yang sakit COVID-19 bisa sembuh jika dirawat sesuai dengan anjuran dokter dan petugas kesehatan lainnya. Pentingnya harus melakukan isolasi/karantina untuk menjaga supaya orangorang di sekitar kita tidak tertular dan memudahkan petugas kesehatan untuk memantau kesehatan orang yang dikarantina/isolasi dan tidak lupa untuk mematuhi prinsip 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan), menerapkan etika batuk, jaga kesehatan dengan makan yang bergizi, dan olahraga teratur. Permasalahan Pelacakan Kontak (contact tracing) adalah proses untuk mengidentifikasi, menilai dan mengelola orang-orang yang berkontak erat dengan kasus konfirmasi/probabel untuk mencegah penularan selanjutnya. Kegiatan ini penting karena kasus konfirmasi dapat menularkan penyakit sejak 2 hari sebelum hingga 14 hari sesudah timbulnya gejala. dan pentingnya dilakukan penyelidikan untuk mendapatkan gambaran klinis (gejala, penyakit penyerta), gambaran epidemiologi (alamat, jenis kelamin, usia), sumber penularan dan faktor risiko, serta identifikasi kontak erat untuk dilakukan karantina dan pemantauan harian. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi intervensi yang dilakukan adalah mengunjungi rumah pasien yang terkonfirmasi covid19 dan melakukan wawancara untuk mengetahui kontak erat dengan pasien serta memberikan edukasi untuk mencegah penularan dengan sekitar. Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan pada: Tanggal : 8 maret 2021



waktu : 09.00 – 11.00 tempat : rumah pasien terkonfirmasi covid19 di Gegesik Kidul Adapun langkah-langkah pelaksanaan meliputi a. Lakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat. b. Lakukan koordinasi dengan gugus tugas tingkat desa/RW. c. Mewawancarai pasien dan keluarga pasien dan meberikan edukasi c.Komunikasikan dengan petugas/warga setempat dan lakukan edukasi untuk mencegah stigmatisasi.



MONITORING DAN EVALUASI Memonitoring pasien terkonfirmasi covid19 dan melakukan swab test pada pasien dan keluarga untuk mencegah penularan dengan lingkungan sekitar F6 - Upaya Pengobatan Dasar Kunjungan Ke Rumah Pasien Isolasi Mandiri Yang Terkonfirmasi Positif Covid19 Di Gegesik Lor Latar Belakang COVID-19 adalah penyakit saluran pernafasan menular yang disebabkan oleh virus baru SARSCoV-2. Penyebaran virus ini pertama kali dilaporkan di Wuhan, Cina di akhir Desember 2019 dan sampai sekarang sudah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. virus COVID-19 ini berbahaya dan menyebar dengan cepat. Jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan sakit parah dan bahkan kematian, terutama pada kelompok orang rentan seperti orang lanjut usia, ibu hamil, dan orang dengan penyakit penyerta seperti sakit jantung, darah tinggi, penyakit paru, dan lain-lain. Virus COVID-19 menyebar melalui droplet atau percikan ludah yang masuk langsung ke tubuh melalui mata, hidung, dan mulut, atau jika tangan menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah (mata, hidung, mulut).Orang yang memiliki gejala COVID-19 akan diambil sampel swab/usap melalui hidung dan tenggorokannya. Sampel tersebut selanjutnya akan diuji dengan tes RT-PCR (Real Time-Polymerase Chain Reaction). Orang yang sakit COVID-19 bisa sembuh jika dirawat sesuai dengan anjuran dokter dan petugas kesehatan lainnya. Pentingnya harus melakukan isolasi/karantina untuk menjaga supaya orangorang di sekitar kita tidak tertular dan memudahkan petugas kesehatan untuk memantau



kesehatan orang yang dikarantina/isolasi dan tidak lupa untuk mematuhi prinsip 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan), menerapkan etika batuk, jaga kesehatan dengan makan yang bergizi, dan olahraga teratur. Permasalahan Pelacakan Kontak (contact tracing) adalah proses untuk mengidentifikasi, menilai dan mengelola orang-orang yang berkontak erat dengan kasus konfirmasi/probabel untuk mencegah penularan selanjutnya. Kegiatan ini penting karena kasus konfirmasi dapat menularkan penyakit sejak 2 hari sebelum hingga 14 hari sesudah timbulnya gejala. dan pentingnya dilakukan penyelidikan untuk mendapatkan gambaran klinis (gejala, penyakit penyerta), gambaran epidemiologi (alamat, jenis kelamin, usia), sumber penularan dan faktor risiko, serta identifikasi kontak erat untuk dilakukan karantina dan pemantauan harian. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Intervensi yang dilakukan adalah mengunjungi rumah pasien yang terkonfirmasi covid19 dan melakukan wawancara untuk mengetahui kontak erat dengan pasien serta memberikan edukasi untuk mencegah penularan dengan sekitar. Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan pada: Tanggal : 8 maret 2021 waktu : 11.00 – 12.00 tempat : rumah pasien terkonfirmasi covid19 Gegesik Lor Adapun langkah-langkah pelaksanaan meliputi a. Lakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat. b. Lakukan koordinasi dengan gugus tugas tingkat desa/RW. c. Mewawancarai pasien dan keluarga pasien dan meberikan edukasi d.Komunikasikan dengan petugas/warga setempat dan lakukan edukasi untuk mencegah stigmatisasi.



MONITORING DAN EVALUASI Memonitoring pasien terkonfirmasi covid19 dan melakukan swab test pada pasien dan keluarga untuk mencegah penularan dengan lingkungan sekitar.



F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Edukasi Pencegahan Diabelets Melitus Tipe II Dan Hipertensi Dengan Cara Pemkaian Alat Kesehatan Bagi Kader Di Desa Gegesik Kidul Dengan Menggunakan Protokol Kesehatan Latar Belakang Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat seiring makin bertambahnya penderita hipertensi dan penyakit jantung. Menurut survei yang dilakukan Wold Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 2025 terdapat 12,4 juta pengidap diabetes. Sedangkan dari data Departemen Kesehatan, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin. Penerapan pelayanan dokter keluarga yang berbasis Evidence-Based Medicine (EBM) pasien DM tipe 2 dan hipertensi stage 2 pada pria lansia dengan pola makan yang tidak sehat dan identifikasi faktor resiko dan klinis serta penatalaksanaan berdasarkan patient centered dan family approach. Seorang laki-laki 65 tahun dengan diagnosis DM tipe 2 dan hipertensi stage 2 atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang serta telah ditatalaksana dengan pemberian terapi medikamentosa, edukasi, dan motivasi untuk melakukan terapi nonfarmakologis. Perlu upaya meningkatkan kesadaran dan tekad untuk melakukan pengelolaan penyakit DM dan hipertensi dengan sepenuhnya sehingga tujuan dari pengelolaan itu sendiri dapat tercapai. Permasalahan Penderita hipertensi di dunia sangat banyak. Hampir seperenam penduduk dunia atau sekitar satu milyar orang menderita hipertensi. Saat ini dengan pengobatan efektif dan berbagai sarana pengobatan hampir 70 persen tetap saja belum bisa mengontrol hipertensi dengan baik. Hipertensi yang tak terkontrol dengan baik bisa mengakibatkan komplikasi kesehatan yang lebih serius. Salah satu contohnya dapat mengakibatkan penyakit diabetes mellitus, munculnya diabetes pada hipertensi berhubungan erat dengan adanya zat angiotensin II dalam penderita hipertensi. Namun, zat itu juga menghambat produksi pelepasan insulin. Akibatnya, penderita hipertensi bisa terkena penyakit diabetes mellitus. Begitu juga sebaliknya penderita diabetes mellitus dapat mengakibatkan penyakit hipertensi. Hal tersebut berdasarkan informasi American Diabetes Association (ADA) 2005, yaitu ada peningkatan drastis komplikasi penyakit diabetes.



Maka itu pentingnya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengecek kadar gula sendiri dan tekanan darah dengan menggunakan alat kesehatan yang mudah didapatkan seperti pengecek kadar gula dan alat tensi digital. Pengecekan dilakukan guna untuk mencegah peningkatan kadar gula dan naik nya darah tinggi yang tidak terkontrol agar warga bisa rutin mengecek di desa masing-masing bersama ibu kuwu dan jajarannya Perencanaan dan Pemilihan Intervensi intervensi dilakukan dengan merencakan pertemuan yang diadakan di balai desa Gegesik Kidul yang dihadiri oleh ibu kuwu dan kader beserta jajarannya bersama perwakilan dari puskesmas Gegesik untuk mengedukasi dalam pencegahan diabelets melitus tipe II dan hipertensi dengan cara pemakaian alat kesehatan Pelaksanaan pelaksanaan dilakukan pada: tanggal : 16 maret 2021 waktu : 09.00 – 12.00 tempat : balai desa gegesik kidul dimana pelaksanaannya meliputi sebagai berikut 1. penjelasan pengertian dari penyakit menular dan tidak menular seperti contohnya hipertensi dan diabetes melitus yang sering terjadi pada warga desa gegesik kidul 2. meperkenalkan dan memberitahu cara tutorial pemakaian alat tensi digital dan alat cek kadar gula darah 3. membantu mengajarkan pemakaian alat kesehatan kepada ibu kuwu berserta jajarannya MONITORING DAN EVALUASI Evaluasi an monitoring dilakukan dengan cara tanya jawab dengan ibu kuwu dan jajarannya yang hadir mengenai pencegahan diabetes melitus tipe II dan hipertensi dengan cara pemakaian alat kesehatan.



F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Deteksi Stunting Pada Balita Di Gegesik Kidul Dengan Menggunakan Protokol Kesehatan Latar Belakang



Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal . Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut TB/U dengan hasil nilai Z Score =