Ukm PKM [PDF]

  • Author / Uploaded
  • indah
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

VAKSIN COVID-19 Latar Belakang : Sejak kemunculan COVID-19 di Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian. Dimana salah satu tata laksana yang digencarkan oleh pemerintah yaitu pelaksanaan vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan COVID-19. Vaksin COVID-19 diharapkan menjadi penentu dalam mengatasi pandemi ini, dimana di seluruh negara di dunia juga melakukan upaya yang sama. Vaksinasi adalah suatu tindakan pemberian vaksin kepada seseorang dimana vaksin itu berisi satu atau lebih antigen. Tujuannya yaitu apabila individu tersebut terpajan/terpapar dengan antigen yang sama, maka sistem imunitas yang terbentuk akan menghancurkan antigen tersebut.Pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dengan dikeluarkannya Perpres 99 tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 5 Oktober 2019 di Jakarta Pada tanggal 3 Desember 2020 juga telah ditandatangani Keputusan Menteri Kesehatan nomor 9860 tahun 2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19. Adapaun jenis vaksin yang ditetapkan yaitu vaksin yang diproduksi oleh PT. Biofarma (Persero), Astra Zeneca, China Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd.Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dilakukan secara bertahap dengan menetapkan kriteria penerima vaksin berdasarkan kajian ITAGI dan/atau Strategic Advisory Group of Experts on Immunization of the World Health Organization (SAGE WHO). Vaksinasi COVID-19 petama kalinya di Indonesia dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2021, dimana Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo menjadi orang pertama yang menerima suntikan dosis vaksin berupa vaksin produksi Sinovac.Vaksinasi booster adalah vaksinasi COVID-19 setelah seseorang mendapat vaksinasi primer dosis lengkap yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan serta memperpanjang masa perlindungan. Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu telah terjadi penurunan antibodi pada enam bulan setelah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis primer lengkap, sehingga dibutuhkan pemberian dosis lanjutan atau booster untuk meningkatkan proteksi individu terutama pada kelompok masyarakat rentan. Pemberian vaksinasi booster ini juga telah disarankan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI)  untuk memperbaiki efektivitas vaksin yang telah menurun. Vaksinasi booster diselenggarakan oleh pemerintah dengan sasaran masyarakat usia 18 tahun ke atas dengan prioritas kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) dan penderita imunokompromais. Jenis vaksin yang digunakan pada bulan Januari ini yaitu, untuk sasaran dengan dosis primer Sinovac maka diberikan vaksin AstraZeneca sejumlah separuh dosis atau 0,25 mililiter atau vaksin Pfizer sejumlah separuh dosis atau 0,15 mililiter. Sedangkan untuk sasaran dengan dosis primer AstraZeneca maka diberikan vaksin Moderna sejumlah separuh dosis atau 0,25 mililiter atau Pfizer separuh dosis atau 0,15 mililiter. Gambaran Pelaksanaan: Hari/ tanggal Lokasi Jumlah peserta Jumlah peserta batal vaksin Peserta yang mengalami KIPI Metode pelaksanaan Meja 1 : pendaftaran Meja 2 : skrining Meja 3 : imunisasi Meja 4 : observasi



: Rabu/ 28 September 2022 : Puskesmas Air Tawar : orang : tidak ada : tidak ada : 4 meja



BULAN IMUNISASI ANAK NASIONAL (BIAN) Latar Belakang : Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi COVID-19. Terbanyak di Jawa Barat, disusul Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan DKI Jakarta. Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan. BIAN dilaksanakan selama satu bulan, bertahap di seluruh provinsi Indonesia. Tahap pertama dilaksanakan mulai Mei 2022 di seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tahap kedua dilaksanakan mulai Agustus 2022 di seluruh provinsi



di Jawa dan Bali. Selama periode BIAN, satu dosis imunisasi campak-rubella akan diberikan terlepas dari status imunisasi sebelumnya sesuai target berdasarkan rekomendasi yang ditetapkan untuk masingmasing wilayah. Satu atau lebih jenis imunisasi akan diberikan untuk melengkapi status imunisasi anak usia kurang dari 5 tahun. Bulan Imunisasi Anak Nasional adalah kegiatan pemberian imunisasi tambahan Campak-Rubela dan pemberian Imunisasi Kejar pada anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Vaksin apa saja yang diberikan pada saat BIAN adalah Vaksin Campak-Rubela, Vaksin Polio (OPV dan IPV), dan Vaksin Pentavalent (DPT-HB-Hib). Semua vaksin yang digunakan telah mendapat rekomendasi WHO dan izin edar dari Badan POM dan efektif untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut. Latar Belakang : Hari/ tanggal Lokasi Jumlah peserta yang mau disuntik Jumlah sasaran Hasil Tahap 1 Hasil Tahap 2 Hasil Tahap 3



: Kamis/ 22 September 2022 : SMPN 40 Padang : 83 orang (Tahap 3) : 422 orang : 67 orang : 62 orang : 83 orang



ANTENATAL CARE Latar Belakang: Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin ibu hamil untuk mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk memberikan informasi tentang gaya hidup, kehamilan dan persalinan . Setiap ibu hamil sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 14-28 minggu) dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (28-36 minggu dan setelah 36 minggu usia kehamilan) termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami atau anggota keluarga. Kunjungan pertama ANC sangat dianjurkan pada usia kehamilan 8-12 minggu. Tujuan dari pemeriksaan ANC salah satunya adalah mempersiapkan wanita dalam menghadapi persalinan. Kesiapan persalinan adalah perencanaan awal dan persiapan melahirkan yang bertujuan untuk membantu perempuan, suami dan keluarga agar siap untuk melahirkan dengan membuat rencana menghadapi komplikasi dan hal tak terduga. Kesiapan persalinan dapat dinilai di enam level yaitu level individu perempuan, suami atau keluarga, lingkungan, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan dan kebijakan. Pada level individu, perempuan hamil dan suaminya dapat mempersiapkan persalinan dan menghadapi komplikasi dengan mengenal tandatanda bahaya yang mengindikasikan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan bayi, mengidentifikasi penolong persalinan terlatih dan tempat persalinan, menyediakan tabungan dan mengatur transportasi, sedangkan pada level keluarga dan lingkungan dapat mengidentifikasi pendonor darah. Seorang wanita yang telah mempersiapkan keenam unsur kesiapan persalinan yang telah di jelaskan WHO dikategorikan siap dan sebaliknya bila mempersiapkan kurang dari keenam unsur kesiapan persalinan dikategorikan tidak siap. Identitas Pasien: Nama : Ny, PA Usia : 32 thn No MR : ATB 0131 Pekerjaan : IRT Gambaran Pelaksanaan Anamnesis : Pasien datang ke poli KIA Ibu untuk memeriksa kehamilannya. Keluhan saat ini mual (+) sesekali. Muntah tidak ada. Pusing (+) sesekali. HPHT 1-06-2022 TP 8-03-2023 Hamil ke tiga. Dengan riwayat persalinan: Anak 1 : usia 5 thn => BBL: 3100 gram dengan SpOG secara SC ai kala 1 memanjang Anak 2 : usia 3 thn => BBL: 3400 gram dengan SpOG secara SC ai kala 1 memanjang



Riwayat abortus tidak ada Laboratorium: Hb = 14,9 gr/dl Gol darah : B Siphilis / HIV / HbsAg : NR/NR/Negatif Urine rutin : warna kuning muda, jernih, pH 7, protein urine (-), leukosit (+1) Konsultasi gigi => gingivitis (diberikan terapi analgetik paracetamol 3x1 tab) Hasil Pemeriksaan Fisik Obstetri: BB : 66 kg TB : 160 cm Lila : 25 cm TFU : 8 cm USG : tampak janin intrauterine, hidup, DJJ : 145-155 x/menit Terapi : - SF tablet 1x1 (XXX) - Kalk tablet 1x1 (XXX) Edukasi : - Konsumsi makanan bergizi - Melebihkan porsi makan 2x dari biasanya - Minum vitamin setiap hari - Kontrol rutin kehamilan ke puskesmas PENAPISAN TB Latar Belakang : TB pada anak terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Tuberkulosis termasuk salah satu mayoritas penyakit yang menyerang anak di dunia. Penyakit TB pada anak merupakan penyakit yang bersifat sistemik yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ terutama paru. Menurut CDC, diantara kasus TB pada anak, kasus TB paling banyak ditemukan pada anak usia 5 tahun (balita). Di Indonesia, TB pada anak masih menjadi masalah dan termasuk dalam salah satu program pengendalian TB secara nasional. Hal ini terjadi karena diagnosis TB pada anak umumnya masih sulit ditegakkan sehingga sering mengalami misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis.Keberhasilan upaya penanggulangan penyakit TB diukur dengan kesembuhan penderita dan efektifitas pengendalian TB dilihat dari diagnosis yang tepat waktu dan pengobatan yang lengkap. Keterlambatan dalam pengobatan TB mengakibatkan belum berhasilnya pencapaian program TB.Keterlambatan pengobatan dapat berasal dari pasien, provider/tenaga kesehatan, atau dari sistem pelayanan kesehatan, yang terjadi mulai pada saat pasien mengalami dan mengeluh adanya gejala TB paru sampai dengan pengobatan anti tuberkulosis diberikan. Identitas Pasien : Nama : An. AI Usia : 9 thn No RM : S 1223 Pekerjaan : Pelajar Gambaran Pelaksanaan : Anamnesis KU : anjuran Sp.A untuk mantoux test RPS : Pasien post rawatan di rumah sakit dengan diagnosis Demam Thypoid 4 hari yll. Riwayat demam (+) sejak 1 minggu yll. Saat ini tidak demam. Batuk (+) 4 hari yll selama 2 hari. Saat ini tidak demam. Riwayat BB tidak naik-naik sejak 6 bulan terakhir. Nafsu makan (+) menurun Pemeriksaan Fisik: KGB leher : teraba massa (+) konsistensi lunak, nyeri tekan (-), ukuran 2x1 cm



Skoring Tb Kontak Tb : 0 Mantoux test : 0 Keadaan gizi : 2 Demam yang tidak diketahui penyebab : 0 Batuk kronik : 0 Pembesaran KGB : 1 Pembengkakan tulang : 0 Foto thorax : 0 Total : 3 Uji tuberkulin dilakkan pada : Lokasi : PKM Air Tawar Pukul : 09.30 Hari/ tanggal : Rabu/ 05 Oktober 2022 Evaluasi : Jumat/ 07 Oktober 2022 Edukasi : -Lanjutkan terapi dari Sp.A -Jangan menekan bekas mantoux MONITORING BAYI/ ANAK Latar Belakang: Hiperbilirubinemia pada neonatus atau disebut juga ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada neonatus yang ditandai pewarnaan kuning pada kulit, mukosa, sklera akibat dari akumulasi bilirubin (indirek maupun direk) di dalam serum/darah yang secara klinis akan mulai tampak di daerah muka, apabila kadarnya mencapai 5-7mg/dL. Kejadian hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sekitar 60-70%, bahkan pada bayi kurang bulan (BKB)/bayi berat lahir rendah (BBLR) jauh lebih tinggi. Sebagai manisfestasi klinis akibat peninggian bilirubin (indirek maupun direk) di dalam darah akan memberikan warna kuning pada kulit mukosa dan sklera yang akan menyebar secara sefalo caudal dan dapat di nilai secara klinis dengan pemeriksaan Kremer (I, II, III, IV, V), selain itu kencing dan berak bayi akan berwarna kuning. Jika kadar bilirubin indirek tinggi akan berbahaya karena menimbulkan efek toksik pada sel-sel syaraf pusat yang klinis bayi menjadi tidak mau menetek, letarkhi, kejang, koma, dan lain-lain. Bila bilirubin direk yang tinggi dan adanya atresia biliaris, selain bayi tampak kuning yang menetap (cholestatic joundice), juga berak bayi menjadi putih seperti dempul dan pembesaran hati. Untuk menegakkan diagnosis hiperbilirubinemia (indirek dan direk) pada neonatus diperlukan pemeriksaan penunjang: darah tepi, gol darah, Rh, coombs tes direk indirek, bil total dan direk, enzim G6PD, kultur darah, TORCH, USG abdomen. Hal yang bisa dilakukan dirumah untuk mengatasi kuning tersebut adalah : Sinar matahari sangat membantu untuk memecah bilirubin indirek agar hati anak dapat memprosesnya lebih mudah. Tempatkan anak ditempat yang terpapar langsung dengan matahari atau bila terdapat jendela dimana cahaya matahari dapat masuk. Lama memjemur adalah 30-60 menit. Waktu paling baik untuk menjemur anak adalah antara pukul 07-10.00 pagi. Lebih sering menyusui. Jumlah cairan yang tercukupi akan membantu menurunkan kadar bilirubinnya.. Menyusui tambahan. Jika anak mengalami kesulitan minum ASI, kehilangan berat badan atau mengalami dehidrasi, dokter mungkin menyarankan memberikan susu formula bayi untuk melengkapi kebutuhan anak. Identitas Pasien: Nama : By Ny. M, 6 hari Usia : 6 hari BBL :3000 gram PB : 52 cm Gambaran Pelaksanaan KU : Bayi tampak kuning sejak 2 hari yll. RPS : Bayi tampak kuning sejak 2 hari yll. Menyusu (+) kuat. Kuning awalnya muncul pada daerah wajah kemudian menyebar ke badan, mata, hingga telapak kaki. BAK berwarna kuning. BAB warna kuning kecoklatan. Demam tidak ada. Bayi lahir dari ibu dengan HbsAg (+) RPD : tidak ada



Riwayat alergi : tidak ada VITAL SIGN BB: 3,2 kg HR: 124x/menit RR: 25x/ menit T: 37,1 PEMFIS Mata: KA -/-, SI +/-+ Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo : SN Vesikuler, Rh -/-, Wh -/Abd : Supel, BU (+) normal Ext : Akral hangat, CRT < 2 detik PEMFIS LOKALIS Badan, tangan, kaki : ikterik (+) => Kremer IV TATALAKSANA -Menyuruh orang tua untuk datang ke puskesmas meminta rujukan ke Sp.A EDUKASI -Jemur anak di bawah sinar matahari pada pagi hari sekitar pukul 09.00 selama 30 menit -Beri anak ASI sesering mungkin STUNTING Latar Belakang: Stunting adalah masalah kesehatan yang banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Stunting atau pendek merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Keadaan pendek (stunting) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar artropometri penilaian status gizi anak adalah suatu keadaan dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) berada di antara -3 SD sampai -2 SD. Jika hasil pengukuran PB/U atau TB/U berada dibawah -3 SD disebut sangat pendek (severe stunting).Banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya angka stunting pada balita. Faktor penyebab langsungnya adalah kurangnya asupan gizi yang diterima balita. Penyebab lainnya yaitu sosial ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan ibu yang kurang, pola asuh yang salah, sanitasi dan hygine yang buruk dan pelayanan kesehatan yang rendah. Selain itu, masyarakat tidak menyadari bahwa anak pendek merupakan suatu masalah, karena anak pendek terlihat seperti anak-anak dengan aktivitas normal, tidak seperti anak-anak kurus yang harus cepat ditanggulangi. Identitas Pasien Nama Jenis kelamin Usia BB TB BBL PB



: An. MH : laki-laki : 1 tahun 3 bulan : 6,6 kg : 72,8 cm : 3300 gram : 47 cm



Gambaran Pelaksanaan KU : Berat badan anak tidak naik sejak 7 bulan terakhir RPS : Berat badan anak tidak naik sejak 7 bulan terakhir. Saat ini anak mau makan jenis makanan apapun. Anak mulai makan MPASI saat usia 6 bulan, tetapi tekstur makanan hanya bubur cair dari usia 6 bulan sampai usia 11 bulan. Minum susu mau. Riwayat sakit tidak ada. Riwayat alergi : tidak ada VITAL SIGN



BB: 6,6 kg TB : 72,8 cm HR: 118x/menit RR: 23x/ menit T: 37,3 PEMFIS Mata: KA -/-, SI -/Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo : SN Vesikuler, Rh -/-, Wh -/Abd : Supel, BU (+) normal Ext : Akral hangat, CRT < 2 detik Berdasarkan kurva didapatkan: BB/U : berat badan kurang PB/U : -3SD s/d -2SD => pendek BB/TB : kurus Berdasarkan hasil kurva pertumbuhan didapatkan bahwa anak tersebut => kurang gizi Skoring tb : skor 2 EDUKASI -Edukasi orang tua untuk meningkatkan tekstur makan anak seperti makanan dewasa dan meningkatkan porsi makannya -Rajin menimbang anak ke posyandu -Memberikan PMT PENAPISAN TB PADA ORANG DEWASA Latar Belakang : Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit TB dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit ini memiliki gejala utama berupa batuk berdahak selama kurang lebih 2 minggu.Diagnosis TB dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang foto polos toraks, mikroskopik sputum BTA, tes tuberkulin, serologi dan pemeriksaan kultur M. tuberculosis. Meskipun standar baku pemeriksaan bakteri ini adalah dengan kultur, namun pemeriksaan mikroskopik BTA sputum tetap menjadi pilihan utama dalam diagnosis penyakit TB paru. Hal ini disebabkan karena disamping biayanya yang jauh lebih murah, pemeriksaan ini juga menjadi salah satu komponen dalam penerapan strategi Directly Observed Treatment, Short Course (DOTS) yang direkomendasikan World Health Organization (WHO).Pemeriksaan BTA sputum yang dilakukan akan memberikan hasil berupa ada atau tidak ditemukannya sel bakteri M.tuberculosis, yang kemudian dilaporkan sebagai positif bila ditemukan dan negatif bila tidak ditemukan, serta derajat kepositifan yang dilambangkan sebagai scanty (sedikit), positif satu (+), positif dua (++), dan positif tiga (+++). Identitas Pasien : Nama : Tn. YI Usia : 41 thn Jenis Kelamin : laki-laki Pekerjaan : Satpam UNP Nama : Tn. S Usia : 54 thn Jenis Kelamin : laki-laki Pekerjaan : Pegawai Rektorat UNP Gambaran Pelaksana : Anamnesis : Pasien batuk sudha lebih dari 1 bulan. Batuk kadang-kadang berdahak kadang tidak. Biasanya dahak keluar pada pagi hari. Dahak berwarna putih. Demam hilang timbul disangkal.



Penurunan berat badan tidak ada. Keringat malam disangkal. Riwayat berkontak dengan pasien Tb atau batuk-batuk lama disangkal. Pasien sudah minum obat batuk tetapi keluhan tidak membaik. Riwayat kebiasaan : Pasien riwayat merokok (+) sejak SMP. Jumlah merokok lebih kurang 5-6 batang per hari. Pasien berolahraga (+) futsal 1x seminggu. Riwayat penyakit dan pengobatan : tidak ada Tatalaksana => 1. Diberikan pot dahak kepada pasien kemudian pasien disuruh untuk menampung dahak dan memberikannya kepada petugas. 2. Memberitahu pasien bahwa hasil pemeriksaan membutuhkan waktu, apabila hasil positif akan dikabari via telfon 3. Mengedukasi pasien untuk berobat ke puskesmas di faskes bpjs pasien agar keluhan berkurang



Anamnesis : Pasien batuk sudah 3 minggu ini. Batuk berdahak (+). Dahak berwarna kuning kehijauan (+). Demam hilang timbul disangkal. Penurunan berat badan tidak ada. Keringat malam disangkal. Riwayat berkontak dengan pasien Tb atau batuk-batuk lama disangkal. Pasien belum pernah periksa ke dokter (+) Riwayat kebiasaan : Pasien riwayat merokok (+) sejak SMP. Jumlah merokok lebih kurang 1 bungkus per hari. Pasien jarang berolahraga (+). Riwayat penyakit dan pengobatan : riwayat hipertensi (+) tapi tidak minum obat rutin Tatalaksana => 1. Diberikan pot dahak kepada pasien kemudian pasien disuruh untuk menampung dahak dan memberikannya kepada petugas. 2. Memberitahu pasien bahwa hasil pemeriksaan membutuhkan waktu, apabila hasil positif akan dikabari via telfon 3. Mengedukasi pasien untuk berobat ke puskesmas di faskes bpjs pasien agar keluhan berkurang 4. Mengedukasi pasien untuk rutin kontrol hipertensi ke faskes bpjs nya PROMKES HIPERTENSI Latar Belakang : Saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia. Penyakit hipertensi dikenal sebagai the sillent killer atau pembunuh diam-diamkarena jarang memiliki gejala yang jelas. Hipertensi pada orang dewasa berkisar 140 mmHg sistolik atau lebih dan/atau 90 mmHg diastolik atau lebih.Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018bahwa tercatatsatu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total kematian disebabkan oleh hipertensi. Menurut American Heart Association (2014), sekitar 77,9 juta orang di Amerika Serikat atau 1 dari 3 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan diperkirakan akan terus meningkat 7,2% atau sekitar 83,5 juta orang pada tahun 2030.Salah satu cara untuk mengetahui seseorang mengalami hipertensi yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah.Kontrol tekanan darah adalah aktivitas yang dilakukan oleh penderita hipertensi dalam mengontrolkan tekanan darah di pelayanan kesehatan. Tujuan kontrol tekanan darah secara teratur adalah untuk memonitoring tekanan darah, mencegah pasien masuk rumah sakit, dan mencegah terjadinya komplikasi. Menurut WHO, tekanan darah yang terkontrol adalah tekanan darah yang kurang dari 140/90 mmHg. Tekanan darah terkontrol pada keadaan tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan darah diastolik < 90 mmHg pada orang dengan pengobatan hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi perlu dilakukan sebagai upaya pengurangan risiko naiknya tekanan darah. Gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan darah yaitu berhenti merokok, olahraga teratur, membatasi asupan garam, menjaga berat badan ideal, membatasi konsumsi alkohol, dan hindari stres. Identitas Pasien Nama : Tn. H Usia : 54 thn



Jenis Kelamin : laki-laki Pekerjaan : Dosen UNP TD : 189/99 mmHg Gds : 180 TB : 165 cm BB : 72 kg LP : 98 cm Riwayat pengobatan : pasien belum pernah periksa ke dokter Gambaran Pelaksanaan Dilakukan pemeriksaan skrinning kesehatan pada seluruh pegawai rektorat UNP. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi TD, Pemeriksan gula darah, pengukuran TB, BB, dan LP, serta pemeriksaan skrinning kesehatan jiwa melalui media kuisioner. Kemudian hasil pemeriksaan tersebut diberikan kepada dokter dan di evaluasi. Masing-masing pasien diberikan edukasi mengenai hasil pemeriksaan yang didapatkan. Pada pasien-pasien dengan hasil pemeriksaan diatas batas normal maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke faskes bpjs nya. Hari/ tanggal Pukul Lokasi Jumlah Peserta Terskrining Ht



:Rabu/ 19 Oktober 2022 : 09.00 s/d selesai : Gedung Rektorat UNP : 61 orang : 11 orang



PROMKES DIABETES MELITUS Latar Belakang : Diabetes melitus adalah sebuah kondisi kronis yang ditandai dengan hiperglikemia akibat ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan hormon insulin, tidak mampu menggunakan hormon insulin yang telah diproduksi secara efektif, atau keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis ini dapat menyebabkan kegagalan multi organ, disfungsi organ, dan berbagai kerusakan jangka panjang lainnya seperti pada mata, saraf, ginjal, jantung dan pembuluh darah.Diabetes melitus membutuhkan pengelolaan yang tepat untuk menghindari terjadinya komplikasi jangka panjang yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Menurut Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia, terdapat empat pilar yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan dan pengendalian diabetes melitus, antara lain : Edukasi, Terapi Nutrisi Medis, Aktivitas Fisik, dan Terapi Farmakologi.Jika telah terjadi hiperglikemia kronis maka akan menyebabkan kerusakan jangka panjang dan kegagalan berbagai organ seperti mata, ginjal, jantung, dan pembuluh darah. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ini diantaranya, riwayat keluarga, umur, riwayat BBLR ( gizi baik 2. An. Pr / 7 thn / BB: 21,4 / TB: 118 / IMT: 15,3 => gizi baik 3. An. Lk / 8 thn / BB: 17,4 / TB: 110 / IMT: 21,0 => gizi kurang + stunting 4. An. Pr / 7 thn / BB: 21 / TB: 117,3 / IMT: 15,3 => gizi baik 5. An. Pr / 8 thn / BB: 25,5 / TB: 125,5 / IMT: 16,32 => gizi baik 6. An. Lk / 7 thn / BB:20,1 / TB: 112 / IMT: 16,02 => gizi baik 7. An. Pr / 7 thn / BB: 21 / TB:111 / IMT: 17,04 => gizi baik 8. An. Lk / 7 thn / BB: 15,3 / TB: 110 / IMT: 12,64 => gizi kurang + stunting 9. An. Pr / 7 thn / BB:18,3 / TB: 120 / IMT: 12,70 => gizi kurang 10. An. Lk / 8 thn / BB: 21,8 / TB: 121 / IMT: 14,88 => gizi baik 11. An. Lk / 8 thn / BB: 17,7 / TB: 113,5 / IMT: 13,8 => gizi baik 12. An. Lk / 10 thn / BB: 25,2 / TB: 130 / IMT: 14,9 => gizi baik 13. An.Lk / 8 thn / BB: 33,4 / TB:129 / IMT: 20,07 => overweight 14. An. Lk / 9 thn / 26,2 / TB: 127,5 / IMT: 16,2 =>gizi baik Kesimpulan : - Dideteksi ada 2 orang siswa dengan stunting - Dideteksi ada 1 orang anak dengan gizi lebih (overweight) - Dideteksi ada 3 orang anak dengan gizi kurang - 10 anak dengan gizi baik



Penatalaksanaan : -Diberikan obat cacing (Albendazol 400 mg) dan diedukasi siswa untuk memakannya pada malam hari sebelum tidur PENYULUHAN PROLANIS HIPERURISEMIA Latar Belakang : Salah satu penyakit degeneratif yang sering dialami oleh kelompok lansia yaitu penyakit gout.Dari waktu ke waktu terlihat bahwa jumlah penderita gout cenderung meningkat. Dengan meningkatnya kasus penderita penyakit gout tersebut. Terdapat faktor-faktor risiko yang menyebabkan terserang penyakit gout seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebih, penggunaan obat-obatan tertentu (terutama diuretika), gangguan fungsi ginjal, dan asupan purin berlebih. Gout merupakan salah satu prediktor kuat terhadap kematian karena kerusakan Kardiovaskuler. Hal ini dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang kurang memperhatikan kesehatan seperti masih banyaknya masyarakat mengkonsumsi makanan tanpa memperhatikan kandungan dari makanan tersebut. Untuk mengurangi resiko gout dilakukan pecegahan penyakit gout, seperti menjaga pola makan gizi seimbang, olahraga teratur, pertahankan berat badan ideal, dan cukup minum air putih setiap hari, menghindari mengkonsumsi makanan mengandung kadar purin tinggi seperti otak , hati, jantung , jeroan, sarden, makarel, seafood, ikan kering, dan alkohol.Penyakit gout terjadi terutama pada laki-laki, mulai dari usia pubertas hingga mencapai puncak usia 40-50 tahun. Kadar asam urat pada pria meningkat sejalan dengan peningkatan usia seseorang. Sedangkan pada perempuan, persentase asam urat mulai didapati setelah memasuki masa monopause, seiring dengan penurunan level estrogen. Hal ini dikarenakan estrogen mempunyai salah satu fungsi yaitu meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Menurunnya estrogen pada wanita monopause mengakibatkan kadar asam urat darah meningkat di dalam tubuh dan resiko terkena gout akan lebih tinggi. Untuk itu untuk mengurangi resiko gout dibutuhkan suatu terapi diet asam urat yang baik dan benar terutama makanan yang mengandung purin. Purin ditemukan pada semua makanan yang mengandung protein. Sangatlah tidak mungkin menyingkirkan semua makanan yang mengandung protein, mengingat fungsi utama protein sebagai zat pembangun tubuh. Oleh karena itu makanan penderita gout menjadi diet rendah purin. Diet rendah purin merupakan penatalaksanaan yang penting dari gout. Penatalaksanaan diet pada penderita gout bertujuan untuk mengurangi pembentukan asam urat, menurunkan berat badan yang terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal. Prinsip diet pada penderita gout adalah memberikan makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan dan keadaan penderita. Gambaran Pelaksanaan : Hari/ tanggal : Jumat/ 28 Oktober 2022 Pukul : 08.00 Lokasi : Jl. Gajah Total Lansia : 21 orang Tema Penyukuhan : Hiperurisemia Monev : Memberikan pertanyaan berupa berapa kadar nilai normal asam urat pada lakilaki dan perempuan? Apa sumber makanan yang dapat menyebabkan peningkatan asam urat? Pertanyaan dari peserta : 1. Apa suplemen atau jenis susu yang dapat mengurangi nyeri-nyeri pada sendi? (Jawaban : Vitamin D atau susu yang tinggi kalsium) 2. Apakah semua nyeri pada sendi asam urat? (Jawaban : tidak, namun sebagian besar nyeri sendi pada lansia disebabkan oleh asam urat, tetapi ada beberapa penyakit lain yang juga bisa menyebabkan nyeri pada sendi seperti OA, Reumatik, Osteoporosis, dll sehingga perlu untuk memeriksakan diri ke faskes terdekat) 3. Sekali berapa lama pemeriksaan asam urat bisa dilakukan? (Jawaban : bisa dilakukan pemeriksaan di puskesmas 1x 3 bulan) PENCARIAN KASUS PENYAKIT MENULAR SKABIES Latar Belakang : Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi ektoparasit yaitu Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies dalam bahasa Indonesia sering disebut kudis. Skabies merupakan penyakit menular yang penularannya terjadi secara kontak langsung dan tidak langsung. Secara langsung misalnya bersentuhan dengan penderita, secara tidak langsung misalnya melalui handuk atau pakaian penderita. Pada sebuah keluarga, kelompok atau komunitas yang



terkena skabies akan menimbulkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan dalam aktivitas. Karena penderita akan mengeluhkan gatal terutama pada malam hari. Gatal yang terjadi terutama di tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti, sela-sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak depan, umbilikus, bagian bawah perut, bokong dan bagian luar kelamin pria, sehingga akan timbul perasan malu karena sangat mempengaruhi penampilan seseorang. Skabies merupakan salah satu kondisi dermatologis yang paling umum dan sebagian besar menyebabkan penyakit kulit di negara yang kurang sumberdaya, kondisi pemukiman yang padat serta kurangnya personal hygiene. Skabies biasanya terjadi pada pasien yang hidup dalam lingkungan yang padat, perekonomian yang rendah dan personal hygiene yang buruk serta adanya kontak dengan penderita, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Identitas Pasien: Nama : Ny. E Usia : 42 thn Alamat : Jl. Garuda IV Pekerjaan : IRT Gambaran Pelaksanan : ANAMNESIS KU: Gatal gatal sleuruh tubuh sejak 1 minggu yll RPS: Gatal gatal sleuruh tubuh sejak 1 minggu yll. Gatal meningkat pada malam hari (+). Riwayat satu keluarga yang tinggal dirumah mengalami keluhan yang sama (+) RPD: tidak ada Riwayat alergi: disangkal VITAL SIGN BB: 57 kg TD: 134/72 HR: 80x/menit RR: 20x/ menit T: 37,2 PEMFIS Mata: KA -/-, SI -/Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo : SN Vesikuler, Rh -/-, Wh -/Abd : Supel, BU (+) normal Ext : Akral hangat, CRT < 2 detik PEMFIS LOKALIS bintik-bintik kecil (+) di tangan, badan, dan paha Terapi: -Salep scabimite 1x -CTM 4 mg 3x1 Edukasi: -Minum obat teratur -Jangan menggunakan peralatan mandi dan pakaian bersamaan PEMBERIAN VITAMIN A PADA ANAK Latab Belakang : Vitamin A adalah vitamin larut lemak pertama di ditemukan. Penemuan ini menyatakan semua retinoid dan prekursor/ provitamin A/ karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Vitamin A berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan vitamin A (KVA) meningkatkan resiko terserang penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan bahkan kematian. Akibat lain yang paling serius dari kekurangan vitamin A



(KVA) adalah rabun senja yaitu bentuk lain dari xeropthalmia seperti kerusakan kornea mata dan kebutaan. Vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare dan ISPA serta memiliki peranan yang sangat penting bagi kesehatan mata. Vitamin A termasuk zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar. Makanan sumber vitamin A ada yang berasal dari produk hewani seperti daging, telur, susu dan hati juga ada dari produk nabati yang mengandung beta-karoten (pro-vitamin A) yaitu buah-buahan dan sayur-sayuran berwarnawarni seperti wortel, bayam, kol, brokoli, semangka, melon, pepaya, mangga, tomat dan kacang polong. Disamping dari produk alami, vitamin A juga dapat berasal dari produk hasil rekayasa yang diperkaya (fortifikasi) seperti dalam minyak goreng, margarin, susu dan beberapa jenis mie instan. Selain yang disebutkan di atas ada sumber vitamin A yang sangat potensial dan dapat mencukupi seluruh kebutuhan bayi dan balita yaitu suplementasi vitamin A melalui pemberian kapsul vitamin A. Suplementasi vitamin A merupakan Program Nasional untuk mencegah kekurangan vitamin A diantara anak-anak Indonesia. Program ini memberikan kapsul vitamin A secara gratis kepada setiap bayi dan balita yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Pada bayi usia 6-11 bulan diberikan satu kali pada bulan Februari atau Agustus kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 SI, sedangkan balita usia 12 – 59 bulan diberikan dua kali dalam setahun kapsul berwarna merah dengan dosis 200.000 SI. Identitas Pasien: Nama : An. MRR Usia : 5 thn Jenis Kelamin : laki-laki BB : 16 kg Gambaran Pelaksanaan: Anamnesis KU : Muncul bintik-bintik merah di badan, wajah, tangan dan kaki sejak 1 hari yll RPS : Muncul bintik-bintik merah di badan, wajah, tangan dan kaki sejak 1 hari yll. Demam (+) sejak 3 hari yll. Batuk (+) berdahak sejak 3 hari yll. Mata merah tidak ada. BAK dan BAB dalam batas normal. Nafsu makan berkurang (+). RPD: tidak ada Riwayat alergi: disangkal VITAL SIGN BB: 22 kg HR: 112x/menit RR: 22x/ menit T: 38,7 PEMFIS Mata: KA -/-, SI -/Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo : SN Vesikuler, Rh -/-, Wh -/Abd : Supel, BU (+) normal Ext : Akral hangat, CRT < 2 detik PEMFIS LOKALIS Badan, wajah, tangan, dan kaki : bintik-bintik kemerahan (+) Diagnosis : Varisella Terapi: -Paracetamol 120 mg/5 ml syr 3x5 cc -Ambroxol syr 15 mg/5ml 3x5 cc -Vit A 200.000 SI Edukasi: -Minum obat teratur



-Istirahat yang cukup -Pasien boleh mandi seperti biasa DETEKSI STUNTING DI SDN 29 ULAK KARANG 1. Latar Belakang : Stunting adalah masalah kesehatan yang banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Stunting atau pendek merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Keadaan pendek (stunting) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar artropometri penilaian status gizi anak adalah suatu keadaan dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) berada di antara -3 SD sampai -2 SD. Jika hasil pengukuran PB/U atau TB/U berada dibawah -3 SD disebut sangat pendek (severe stunting).Banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya angka stunting pada balita. Faktor penyebab langsungnya adalah kurangnya asupan gizi yang diterima balita. Penyebab lainnya yaitu sosial ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan ibu yang kurang, pola asuh yang salah, sanitasi dan hygine yang buruk dan pelayanan kesehatan yang rendah. Selain itu, masyarakat tidak menyadari bahwa anak pendek merupakan suatu masalah, karena anak pendek terlihat seperti anak-anak dengan aktivitas normal, tidak seperti anak-anak kurus yang harus cepat ditanggulangi. Identitas Pasien Nama



: An. EGB



Jenis kelamin : laki-laki Usia : 8 thn BB : 17,4 kg TB : 110 cm IMT : 21,0 Status gizi : gizi kurang (BB/TB < persentil 5 menurut kurva pertumbuhan CDC 2000) + stunting (TB/U < persentil 5 menurut kurva pertumbuhan CDC 2000) Gambaran Pelaksanaan: Hari/ tanggal : Senin/ 22 Agustus 2022 Lokasi : SDN 29 Ulak Karang Dilakukan pemeriksaan status gizi pada anak sekolah di SDN 29 Ulak Karang. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan TB, BB, dan pemeriksaan kebersihan gigi dan telinga. Pada pemeriksaan status gizi siswa kelas II didapatkan adanya 2 orang siswa dengan stunting. DETEKSI STUNTING DI SDN 29 ULAK KARANG 2. Latar Belakang : Stunting adalah masalah kesehatan yang banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Stunting atau pendek merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Keadaan pendek (stunting) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar artropometri penilaian status gizi anak adalah suatu keadaan dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) berada di antara -3 SD sampai -2 SD. Jika hasil pengukuran PB/U atau TB/U berada dibawah -3 SD disebut sangat pendek (severe stunting).Banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya angka stunting pada balita. Faktor penyebab langsungnya adalah kurangnya asupan gizi yang diterima balita. Penyebab lainnya yaitu sosial ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan ibu yang kurang, pola asuh yang salah, sanitasi dan hygine yang buruk dan pelayanan kesehatan yang rendah. Selain itu, masyarakat tidak menyadari bahwa anak pendek merupakan suatu masalah, karena anak pendek terlihat



seperti anak-anak dengan aktivitas normal, tidak seperti anak-anak kurus yang harus cepat ditanggulangi. Identitas Pasien Nama



: An. MHY



Jenis kelamin : laki-laki Usia : 7 thn BB : 15,3 kg TB : 110 cm IMT : 12,64 Status gizi : gizi kurang (BB/TB < persentil 5 menurut kurva pertumbuhan CDC 2000) + stunting (TB/U < persentil 5 menurut kurva pertumbuhan CDC 2000) Gambaran Pelaksanaan: Hari/ tanggal : Senin/ 22 Agustus 2022 Lokasi : SDN 29 Ulak Karang Dilakukan pemeriksaan status gizi pada anak sekolah di SDN 29 Ulak Karang. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan TB, BB, dan pemeriksaan kebersihan gigi dan telinga. Pada pemeriksaan status gizi siswa kelas II didapatkan adanya 2 orang siswa dengan stunting. PER KB-AN KB SUNTIK Latar Belakang : KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak. Kb suntik adalah Suntik hormon progesteron yang disuntikkan ke bokong/ panggul atau lengan setiap 3 bulan atau hormon estrogen yang disuntikan setiap 1 bulan sekali. Tingkat keberhasilannya lebih dari 99%. Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat) dan kombinasi. Suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Baziad, 2002). Efek samping penggunaan suntik DMPA adalah gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan berupa siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore). Identitas Pasien: Nama : Ny. L Usia : 39 thn Pekerjaan : IRT Jumlah Anak : 2 orang Jenis KB : suntik Gambaran Pelaksanaan : Alat dan bahan : 1. Tempat cuci tangan 2. Timbangan berat badan 3. Tensimeter 4. Obat suntik KB 5. Spuit 3 cc



6. Kapas alcohol 70 % 7. Tempat sampah medis 8. ATK Prosedur : 1. Petugas memanggil pasien dan mempersilakan untuk duduk 2. Petugas memberi salam dan memperkenalkan diri 3. Petugas melakukan anamnesa dan identifikasi pasien 4. Petugas menjelaskan perasat apa yang akan dilakukan 5. Petugas melakukan konseling tentang kontrasepsi KB Suntik 6. Petugas Melakukan informed consent 7. Petugas Mencuci tangan 8. Petugas memberitahu klien akan dilakukan penyuntikan. Kontrasepsi suntik DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan intramuskular dalam didaerah bokong. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntik akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.- Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan alkohol yang dibasahi dengan etil atau isopropil alkohol 60-90%, biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah kulit kering baru disuntik. - Kocok dengan balk dan hindarkan gelembung-gelembung udara. - Kontrasepsi tidak penlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya. 9. Petugas melakukan penyuntikan secara I.M. Petugas melakukan penyuntikan pada daerah bokong 1/3 bagian dari SIAS (tulang panggul) dekstra (kanan) atau sinistra ( Kiri) dan os cogcygic ( tulang ekor). 10. Petugas memberitahu pasien sudah dilakukan penyuntikan 11 . Petugas mencuci tangan 12. Petugas mencatat pada kartu KB dan menjelaskan pada ibu waktu kunjungan ulang yakni 28 hari untuk suntikan Cyclofem, dan 3 bulan untuk suntikan DMPA. 13. Petugas mencatat hasil dalam rekam medis Jangan menggunakan kontrasepsi bila : - Hamil/ dicurigai hamil - Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya - Bila klien tidak bisa menerima gangguan haid terutama - Penderita kangkerpayudara/ riwayat kanker payudara - Penderita diabetes dengan komplikasi Monitoring dan evaluasi : 1. Persiapan konseling dan penyampaian informasi kepada ibu hamil untuk melakukan kb. 2. Melakukan pelaksanaan kb suntik kepada akseptor yang telah menyetujui. 3. Menjelaskan mengenai efek yang akan di timbulkan selama memakai kb suntik. 4. Kontrol ulang jika ada keluhan selama pemakaian KB suntik. KB PIL Latar Belakang : Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan yang ditambahkan ke dalam tubuh seorang wanita dengan cara diminum (pil) Tujuan dari konsumsi pil KB adalah untuk mencegah, menghambat dan menjarangkan terjadinya kehamilan yang memang tidak diinginkan. Untuk itu kepatuhan mengkonsumsi pil KB secara teratur sesuai dengan dengan petunjuk tenaga kesehatan harus dilakukan. Kepatuhan mengkonsumsi pil KB bertujuan agar manfaat konsumsi pil KB yaitu mencegah menghambat dan menjarangkan terjadinya kehamilan bisa dirasakan. Ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi pil KB tidak bisa menjamin bahwa akseptor pil KB terhindar dari kehamilan. Hal ini dikarenakan pengkonsumsian yang tidak teratur menjadikan pil KB tidak bisa bekerja secara optimal. Akan tetapi fenomena di lapangan menunjukkan bahwa sering kali akseptor pil KB tidak patuh dalam melakukan keteraturan mengkonsumsi pil KB. Ketidakpatuhan ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang pil KB. Mereka cenderung menghemat pengkonsumsian dengan meminum pil KB dibawah ukuran yang disarankan. Kebiasaan ini menyebabkan masih mungkin akseptor pil KB mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Pil KB berisi kombinasi hormon estrogen dan progesteron untuk mencegah ovulasi (pelepasan telur selama siklus bulanan). Seorang wanita tidak bisa hamil jika dia tidak berovulasi karena tidak ada telur untuk dibuahi. Pil KB juga bekerja dengan menebalkan lendir di sekitar leher rahim, yang membuatnya sulit bagi sperma untuk memasuki rahim dan mencapai setiap telur yang



telah muncul. Hormon-hormon dalam pil KB terkadang juga dapat mempengaruhi lapisan rahim, sehingga sulit bagi telur untuk menempel ke dinding rahim.Pada jenis pil yang lain dapat mengubah periode menstruasi adalah pil progesteron berdosis rendah, atau kadang-kadang disebut juga pil mini. Jenis pil KB ini berbeda dari pil lain yang hanya berisi satu jenis hormon progesterone. Pil mini bekerja dengan mengubah lendir serviks dan dinding rahim, dan terkadang juga mempengaruhi ovulasi juga. Identitas Pasien Nama : Ny RR Usia : 33 thn Pekerjaan : Berdagang Jumlah anak : 2 orang Gambaran Pelaksanaan Prosedur : KONSELING AWAL 1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda serta tanyakan tujuan dan kedatangannya. 2. Berikan informasi umum tentang keluarga berencana 3. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan keuntungan dari masing-masing jenis kontrasepsi (termasuk perbedaan antara kontap dan metode reversible) 4. Tunjukkan dimana dan alkon tersebut digunakan 5. Jelaskan bagaimana cara kerja alkon 6. Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang mungkin dialami 7. Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh klien 8. Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya 9. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien. KONSELING PRA PEMBERIAN PIL DAN SELEKSI KLIEN 1. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat, dsb). 2. Tanyakan tujuan reproduksi KB yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak kelahiran atau membatasi jumlah anaknya). 3. Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien yang mungkin menentang penggunaan salah satu metode KB. 4. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang empati. 5. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat. 6. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping pil, sampai benar-benar dimengerti oleh klien. 7. Periksa kembali rekam medis dan lakukan penilaian lanjutan bila ada indikasi. KONSELING PASCA PEMBERIAN PIL 1. Ajarkan klien bagaimana cara memakai pilnya. 2. Ajarkan bagaimana jika klien lupa meminum pilnya. 3. Ajarkan kapan klien bisa memulai meminum pilnya. 4. Beritahukan hal-hal yang perlu di perhatikan. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping. 5. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke puskesmas untuk kontrol. 6. Petugas memberikan resep pada klien untuk pengambilan alkon Pil. Mengisi kartu KB dan menyerahkan kepada akseptor KB. 7. Petugas mencuci tangan pakai sabun. 8. Petugas mencatat hasil kegiatan Monitoring dan evaluasi : 1. Persiapan konseling dan penyampaian informasi kepada ibu untuk melakukan kb. 2. Melakukan pelaksanaan kb pil kepada akseptor yang telah menyetujui. 3. Menjelaskan mengenai efek yang akan di timbulkan selama memakai kb pil. 4. Kontrol ulang jika ada keluhan selama pemakaian KB pil. STATUS GIZI ANAK SEHAT



Latar Belakang : Indikator ukuran antropometri digunakan sebagai kriteria utama untuk menilai kecukupan asupan gizi dan pertumbuhan bayi dan balita. Standar Antropometri Anak di Indonesia mengacu pada World Health Organization (WHO) Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun. Standar tersebut memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat dicapai apabila memenuhi syarat-syarat tertentu. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2020 ini merevisi Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.Keputusan tersebut menetapkan klasifikasi status gizi serta ditambahkan penjelasan tentang penilaian status gizi dan tren pertumbuhan. Serta pentingnya deteksi dini risiko gagal tumbuh (at risk failure to thrive) dan kenaikan massa lemak tubuh dini (early adiposity rebound) dan tata laksana segera. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, secara nasional prevalensi beratkurang pada anak adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat, padahal target RPJMN sebesar 15% pada tahun 2014. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Peningkatan status kesehatan dan gizi dalam suatu masyarakat sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas manusia dalam aspek lainnya seperti pendidikan dan produktivitas tenaga kerja. Salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi yaitu dengan melakukan penilaian status gizi. 1. Satu Identitas Pasien Nama : An. A Jenis Kelamin : Laki-laki Tgl Lahir : 01-12-2018 Usia : 3 thn 11 bln BB : 15 kg TB : 97 cm BERDASARKAN KURVA CDC 2000 BB/U : antara persentil 5 s/d 95 (normal) TB/U : antara persentil 5 s/d 95 (normal) BB/TB : antara persentil 5 s/d 95 (normal) Intake makanan saat ini : makan makanan biasa seperti orang dewasa + sufor Gambaran Pelaksanaan: Dilakukan pemeriksaan BB dan TB pada anak anak di Posyandu Kodim - 65 Hari/ tanggal : Selasa/ 15 November 2022 Lokasi : Posyandu Balita Kodim Waktu : 09.00 s/d selesai Berdasarkan kurva pertumbuhan CDC 2000 anak ini memiliki pertumbuhan yang normal sesuai dengan usia nya. 2. Dua Identitas Pasien Nama : An. RA Jenis Kelamin : Laki-laki Tgl Lahir : 12-12-2017 Usia : 4 thn 11 bln BB : 17 kg TB : 107 cm BERDASARKAN KURVA CDC 2000 BB/U : antara persentil 5 s/d 95 (normal) TB/U : antara persentil 5 s/d 95 (normal) BB/TB : antara persentil 5 s/d 95 (normal) Intake makanan saat ini : makan makanan biasa seperti orang dewasa + sufor Gambaran Pelaksanaan:



Dilakukan pemeriksaan BB dan TB pada anak anak di Posyandu Kodim - 65 Hari/ tanggal : Selasa/ 15 November 2022 Lokasi : Posyandu Balita Kodim Waktu : 09.00 s/d selesai Berdasarkan kurva pertumbuhan CDC 2000 anak ini memiliki pertumbuhan yang normal sesuai dengan usia nya. 3. Tiga Identitas Pasien Nama : An. ABL Jenis Kelamin : Peempuan Tgl Lahir : 11-04-2022 Usia : 7 bln 4 hari BB : 8,4 kg TB : 69 cm BERDASARKAN KURVA WHO BB/U : antara -2 SD s/d 2 SD (normal) TB/U : antara -2 SD s/d 2 SD (normal) BB/TB : antara -2 SD s/d 2 SD (normal) Intake makanan saat ini : MPASI makanan di blender Gambaran Pelaksanaan: Dilakukan pemeriksaan BB dan TB pada anak anak di Posyandu Kodim - 65 Hari/ tanggal : Selasa/ 15 November 2022 Lokasi : Posyandu Balita Kodim Waktu : 09.00 s/d selesai Berdasarkan kurva pertumbuhan WHO anak ini memiliki pertumbuhan yang normal sesuai dengan usia nya. KESLING Latar Belakang : Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan social kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan penduduk. Dimana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja/belajar.Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi. Menurut Hendrik L. Bloom derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: factor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Faktor lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan.Lingkungan sangat bervariasi, salah satunya berhubungan dengan lingkungan fisik. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air limbah, udara, tanah, ikim, perumahan, dan sebagainya. Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan. Dalam penerapan di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan limbah, pengolaan sampah, control vektor, pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan rendahnya sarana sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat adalah infeksi penyakit kulit yang disertai dengan rasa gatal, eritema, papula,vesikula, erosi, membasah diskuamasi, linkenifikasi, edema dan lain sebagainya. Penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit kulit masih sering ditemui di tempat yang memiliki kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit. Bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit kulit. Kurangnya air bersih khususnya untuk menjaga kebersihan diri, dapat



menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadi karena bakteri yang selalu ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Timbulnya penyakit kulit juga dipengaruhi oleh perilaku seseorang dimana perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu, diantaranya adalah sikap dan pengetahuan dari pribadi masing-masing. Jika seseorang mempunyai pengetahuan yang kurang maka akan memperbesar faktor kejadian dari suatu penyakit ini. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya penyakit kulit adalah daya tahan tubuh, faktor fisik, bahan kimia, mikrobiologi, serta faktor personal hygiene (kebersihan pribadi). Faktor yang paling dominan adalah kemiskinan dan personal hygiene yang jelek. Identitas Keluarga Binaan Nama KK : Tn. Z Alamat : Jl. Gajah Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 7 orang - 5 orang dewasa - 2 orang balita - 1 bayi baru lahir Gambaran Pelaksanaan : Telah dilakukan peninjauan salah satu rumah keluarga yang beranggotakan 7 orang :  Didapatkan penggunaan jamban yang berada didalam rumah  Sumber air menggunakan air sumur, air ditampung di bak mandi dan dikuras 1 kali sebulan  Didapatkan tempat pembuangan sampah yang berada tidak jauh dari rumah dan tidak terdapat tong sampah. Sampah biasanya dibakar disamping rumah  Terdapat beberapa anggota keluarga yang merokok, dan merokok sering dilakukan didalam rumah. Edukasi  Menyarankan untuk menguras bak mandi satu kali seminggu  Edukasi mengenai pengolahan sampah rumah tangga dengan cara memisahkan antara sampah basah dan sampah kering, antara sampah yang dapat didaur ulang dan tidak. Menyarankan untuk membuang sampah di tempat pembuangan sampah. Usahakan jangan membakar sampah dan tempat pembuangan sampah jauh dari rumah. Edukasi berhenti merokok dan jika belum bisa berhenti merokok jangan merokok didalam rumah.