Ulkus Peptikum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN AKIBAT ULKUS PEPTIKUM Dosen Pembimbing : Popon Haryeti, S,kep ,Ners, M.Hkes                              Rafika Rosyda S.kep ,Ners, M.kep



NAMA



: MAYSA HASANAH



NIM



: 1902377



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SUMEDANG 2021



LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN AKIBAT ULKUS PEPTIKUM



1. Konsep dasar penyakit A. Definisi Ulkus peptikum adalah suatu gambaran bulat atau semi bulat/oval pada permukaan mukosa lambung sehingga kontinuitas mukosa lambung terputus pada daerah tukak. Ulkus peptikum disebut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya.(Aji, 2019) Istilah ulkus peptikum (peptic ulcer) digunakan untuk erosi lapisan mukosa di bagian mana saja di saluran gastrointestinal , tetapi biasanya di lambung atau duodenum. Ulkus gaster atau tukak lambung adalah istilah untuk ulkus di lambung (Zainudin, 2013) . Ulkus peptikum adalah lesi pada mukosa lambung yang disebabkan karena asam lambung dan pepsin yang meningkat (Pairul et al., 2017) . Ulkus peptikum atau tukak peptikum adalah kondisi rusaknya jaringan mukosa, submucosa hingga lapisan otot dari saluran cerna dan berhubungan langsung (kontak) dengan cairan lambung asam/pepsin (Kesehatan et al., 2019) .



1



B. Etiologi Lebih dari 90% ulkus peptik faktor penyebabnya dihubungkan denganH.pylori. H.pylori adalah satu-satunya bakteri yang diklasifikasikan oleh WHO sebagai karsinogen kelas 1. Pembasmian organisme biasanya mengakibatkan resolusi gastritis dan penurunan resiko berkembangnya kanker lambung. Vaksin HELIVAX, disetujui oelh FDA pada 2003 untuk pencegahan dan pengobatan infeksi H.plyori, menginduksi generasi sekresi sel antibody helicobacter-spesifik di antrum lambung dan duodenum dan infeksi biasa terjadi. Terjadi PUD bergantung pada resistansi defensive mukosa dalam hubungannya dengan kekuatan agresif dari sekresi. Resistansi defensif mukosa bergantung pada intergritas mukosa dan regenerasi, adanya pembatasan pelindung mukosa, aliran darah yang cukup ke mukosa, kemampuan mekanisme penghalangduodenum untuk mengatur sekresi, serta adanya gastromukosa! Prostaglandin yang cukup. Faktor agresif PU berhubungan dengan adanya H.pylori dan volume hidroklorida dan asam biliari. Ulserasi terjadi ketika faktor agresif meluas ke barier pertahanan. Sifat agresif cairan lambung mungkin adalah hasil dari hipersekresi cairan lambung, meningkatnya rangsangan



saraf



vagus,



menurunnya



penghalang



sekresi



lambung,



meningkatnya kapasitas atau jumlah sel parietal yang mensekresi asam hidroklorida, atau meningkatnya respon sel parietal terhadaprangsangan. Faktor-faktor resiko yang berkontribusi terhadap PUD meliputi merokok (nikotin), mengunyah tembakau, steroid, aspirin, NSAID, kafein, alcohol, dan stres. Kondisi medis tertentu seperti penyakit crohn, sindrom Zollinger-Ellison, serta penyakit hepatitis dan biliari, mungkin juga berperan.Tindakan dalam upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan pada klien dengan PUD sama dengan yang dibahas untuk gastritis akut. Oleh karena merokok sering ditemukan sebagai penyebab kegagalan terapi pembasmian H.pylori, maka klien didorong untuk berhenti merokok sebelum memulai program pengobatan. Pemulihan kesehatan untuk klien melibatkan pengobatan gangguan medis yang menyebabkan PUD sekunder. Pastikan bahwa klien mengikuti rejimenpengobatan yang diresepkan untuk meminimalisasi iritasi lambung.



2



Obati dengan agresif gangguan apapun yang mengakibatkan PUD berkembang misalnya, penggunaan steroid jangka panjang, luka bakar parah, dan gagal ginjal kronis (Aji, 2019) C. Patofisiologi Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. 1. Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa : a. Sefalik Fase



pertama



ini



dimulai



dengan



rangsangan



seperti



pandangan, bau atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai



efek



signifikan



pada



keasaman



lambung



atau



penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan. b. Fase lambung Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan. c. Fase usus Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, sekresi lambung adalah



3



campuran mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain



yang



mempengaruhi



pertahanan



adalah



suplai



darah,



keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini : 1. hipersekresi asam pepsin 2. Kelemahan Barier Mukosa Lambung Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut



:



hipersekresi



getah



lambung,



ulkus



duodenal,



dan



gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma adalah ganas(maligna). Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau



4



hyperplasia, dan karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress. Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas. D. Manifestasi klinis Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului. 1) Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam



5



merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium. 2) Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong. 3) Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung. 4) Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya. E. Komplikasi 



Penetrasi Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum dan sampai ke organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap yang bisa dirasakan diluar daerah yang terkena (misalnya di punggung, karena ulkus duodenalis telah menembus



6



pankreas). nyeri akan bertambah jika penderita merubah posisinya. jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan ini, mungkin perlu dilakukan pembedahan 



Perforasi ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) dilambung bisa menembus dindingnya dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan tiba-tiba, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera menyebar ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu, yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam. Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba untuk berbaring mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan adanya infeksi didalam perut. Jika tidaksegera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini memerlukan tindakan pembedahaan segera dan pemberian antibiotikintravena







Pendarahan pendarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari pendarahan karena ulkus adalah:a.Muntah darah segar ataugumpalan cokelat kemerahan yang berasal dari makanan yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapankopib.Tinja berwarna kehitaman atau tinjadarah.







Penyumbatan. Pembengkakan atau jaringan yang meradang disekitar ulkus atau jaringan parut karena ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung lambung atau mempersempit duodenum. Gejalanya lainnya adalah rasa penuh di perut, perut kembung dan berkurangnya nasfu makan (Widihastuti et al., 2014)



F. Pemeriksaan diagnostic Nyeri lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan beberapa pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena kanker lambung juga bisa menyebabkan gejala yang sama.



7



1) Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Pada pemeriksaan endoskopi, bisa diambil contoh jaringan untuk keperluan biopsi. Keuntungan dari endoskopi: a) lebih dapat dipercaya untuk menemukan adanya ulkus dalam duodenum dan dinding belakang lambung dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen b) lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani pembedahan lambung c) bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus. 2) Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut barium swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak dapat ditemukan dengan endoskopi. 3) Analisa lambung merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bisa diukur. Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau berulang atau sebelum dilakukannya pembedahan. 4) Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis darah bisa menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus. Pemerisaan darah lainnya bisa menemukan adanya Helicobacter pylori.



G. Penatalaksanaan medis Dari permulaan, bila diagnose ditegakkan, pasien diinformasikan bahwa masalah dapat diatasi, meskipun remisi dan kekambuhan dapat terjadi. Sasarannya adalah untuk mengatasi keasaman lambung termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan intervensi pembedahan.. (Aji, 2019) 1. penurunan stres dan istirahat. penurunan stres lingkungan adalah tugas sulit yang memerlukan intervensi fisik dan mental pada pihak pasien dan bantuan serta kerja sama anggota keluarga dan orang terdekat. Pasien memerlukan bantuan dalam mengidentifisikasikan situasi yang penuh stres atau melelahkan. Gaya hidup terburu-buru dan jadwal tidak teratur dapat



8



memperberat gejala dan mempengaruhi keteraturan pola makan dan pemberian obat dalam lingkungan yang rileks. Selain itu dalam upaya mengurangi stres, pasien juga mendapat keuntungan dari periode istirahat teratur dalam sehari, sedikitnya selama fase akut penyakit. Umpan balik biologis, hipnosis, atau modifikasi perilaku dapat membantu perilaku dapat membantu pada beberapa situasi. 2. Penghentian merokok penilitian telah menunjukkan bahwa merokok menurunkan sekresi bikarbonat dari pankreas ke dalam duodenum. Sebagai akibatnya keasamaan duodenum lebih tinggi bila seseorang merokok. Oleh karena itu, pasien sangat dianjurkan untuk berhenti merokok. Kelompok pendukung berhenti merokok sangat membantu bagi banyakpasien. 3. Modifikasi diet karena sedikit bukti yang mendukung teori bahwa diet saring (blender) lebih mengungtungkan dari pada makanan biasa, maka pasien telah dianjurkan untuk makan apa saja yang disukainya. Namun, ada beberapa kewaspadaan untuk dipertimbangankan pada tahap awal penyembuhan. Tujuan dietuntuk pasien dengan ulkus peptikum adalah untuk menghindari sekresi asam yang berlebihan dan hipermotilitas saluran GI. Hal ini dapat diminimalkan dengan menghindari suhu ekstrem dan stimulus berlebihan makanan ekstrak, alkohol, dan kopi (termasuk kopi dekafein, yang juga merangsang sekresi asam). Selain itu, upaya dibuat untuk menetralisasi asam dengan makan tiga kali sehari makanan biasa. Makan sedikit tapi sering tidak diperlukan selama antasida atau penyekat histamine digunakan . kecocokan diet menjadi perhatian individual. Pasien makan makanan yang dapat ditoleransi dan menghindari makanan yang menimbulkan nyeri. Susu dan krim tidak lagi dipertimbangkan sebagai terapi. Kenyataannya, diet kaya susu dan kirm potensial berbahaya karena bahan ini adalah stimulan asam poten . 4. Obat-obatan



9



saat ini, obat-obatan yang paling sering digunakan dalam pengobatan ulkus mencakup antagonis reseptor histamine (antagonis reseptor H2), yang menurunkan sekresi asam lambung; inhibitor pompa proton, yang juga menurunkan sekresi asam: agen sitoprotektif, yang melindungi



sel



mukosa



dari



asam



atau



NSAID;



antasida;



antikolinergis, yang menghambat sekresi asam; atau kombinasi antibiotik dengan garam bismuth yang menekan bakteri H.pylori . 2. Konsep Asuhan Keperawatan ............ (sesuai teori) A. Pengkajian 1) Identitasa klien Seperti Nama ,Usia ,jenis kelamin ,jenis pekerjaan ,Alamat ,Suku/bangsa , agama ,Tingkat pendidikan , dll. 2) Identitas penanggung jawab Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien , dll . 3) Riwayat kesehatan a.



Keluhan utama klien mengatakan nyeri perut di bagian ulu hati, seperti tertusuk nyeri biasanya hilang dengan makan, pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong, mual dan muntah, konstipasi, perdarahan pada buang air besar, mengatakan badan terasa lemah dan letih, klien juga mengatakan berat badan turun (20% lebih dibawah BB ideal)



b.



Riwayat kesehatan dahulu Kemungkinan klien memiliki riwayat gastritis, infeksi saluran



kemih,



osteoporosis



dengan



pemakaian



pengobatan kalsium, bekerja dilingkungan panas dan olah ragawan. Memiliki riwayat ketergantungan terhadap



10



makanan



atau



minuman,



zat



dan



obat-obatan.



Kemungkinan klien sering mengkonsumsi minuman kafein. c.



Riwayat kesehatan Keluarga kemungkinan anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.



4) Pemeriksaan fisik 1. Pemeriksaan neurologis Dikaji tingkat kesadaran, tanda rangsangan otak, dan pemeriksaan saraf otak (NI- NXII). (ANNIS, 2020) 2. Head to toe a) Kepala Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma,



mengkaji



warna



rambut,



kebersihan



rambut. - Inspeksi



: bentuk kepala, distribusi, warna,



kulit kepala. - Palpasi



: nyeri tekan dikepala.



b) Wajah - Inspeksi



: bentuk wajah, kulit wajah.



- Palpasi



: nyeri tekan di wajah.



c) Mata Penglihatan



adanya



kekaburan,



akibat



adanya



gangguan nervus



optikus



(nervus



II),



gangguan



dalam



mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan boal mata kalateral (nervus VI).



11



- Inspeksi



: bentuk mata, sclera, konjungtiva,



pupil. - Palpasi



: nyeri tekan pada bola mata, warna



mukosa



konjungtiva, warna



mukosasclera. d) Hidung Mengkaji adanya polip, bersih atau kotor. Adanya gangguan pada penciuman atau tidak. - Inspeksi



: bentuk hidung, pernapasan cuping



hidung,



secret.



- Palpasi



: nyeri tekan pada hidung.



e) Mulut Mengkaji klien apakah ada kesulitan menelan, kesulitan mengunyah, adanya gangguan pengecapan (lidah)



akibat



kerusakan



nervus



vagus



adanya



kesulitan dalam menelan. Dikaji keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum/ langit- langit, orofaring. - Inspeksi



: bentuk mulut, bentuk mulut, bentuk



gigi. - Palpasi



: nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi.



f) Leher Dikaji posisi trakea, tiroid, suara, kelenjar limpe, vena jugularis, dan denyut nadi karotis. - Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher. - Palpasi : nyeri tekan pada leher. g) Dada Inspeksi kesimetrisan bentuk, dan kembang kempis dada, palpasi ada tidaknya nyeri tekan, perkusi mendengar bunyi hasil perkusi, auskultasi untuk mengetahui suara nafas, cepat dan dalam.



12



- Inspeksi



: bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.



- Palpasi



: pengembangan paru pada inspirasi



dan



ekspirasi,



fokal



fremitus, nyeritekan. - Perkusi



: batas jantung, batas paru, ada /



tidak



penumpukan secret.



- Auskultasi



: bunyi paru dan suara napas.



h) Payudara dan ketiak  - Inspeksi



: bentuk, benjolan.



- Palpasi



: ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan



i) Abdomen Inspeksi bentuk, ada tidaknya pembesaran, auskultasi bising usus terkadang tidak terdengar, perkusi dengar bunyi hasil perkusi, palpasi terdapat nyeri tekan pada abdomen kiri. - Inspeksi



: bentuk abdomen, warna kulit



abdomen. - Auskultasi



:



bising



usus,



bising



pergesekan hepar dan - Perkusi



:



batas



vena,



lien. hepar,batas



lien,ada/tidaknya



ginjal,batas penimbunan



cairan diperut j) Genitalia - Inspeksi



: bentuk alat kelamin, distribusi



rambut kelamin,



warna



rambut



kelamin, benjolan - Palpasi



: nyeri tekan pada alat kelamin.



k) Integumen - Inspeksi



: warna kulit,benjolan.



- Palpasi



: nyeri tekan pada kulit.



l) Ekstermitas



13



Biasanya klien dengan ulkus peptikum akan terjadi penurunan kekuatan otot akibat nyeri yang dirasakan, dan bengkak pada tungkai. a) Ekstremitas Atas - Inspeksi



: warna kulit,bentuk tangan.



- Palpasi



: nyeri tekan.



b) Ekstrimitas Bawah - Inspeksi



: warna kulit, bentuk kaki.



- Palpasi



: nyeri tekan,kekuatan otot.



B. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d peningkatan asam lambung 2. Gangguan kebutuhan nutrisi  b.d anoreksia 3. Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi lambung



4. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder terhadap gangguan visceral usus. 5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot. 6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. 7. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat



14



C. Analisa Data



15



D. Intervensi No. 1.



Diagnosa



Tujuan Keperawatan Gangguan Dalam waktu



Intervensi 1. Kaji



Rasional 1. Mengetahui intensitas,



rasa nyaman



1x24 jam nyeri



intensitas,



durasi, dan frekuensi



(nyeri) b/d



berkurang.



durasi, dan



nyeri.



peningkatan



Kriteria :



frekuensi



asam lambung.



      -  Klien tidak mengeluh nyeri.    - klien dapat beristirahat dengan tenang.



nyeri.



Paraf Maysa Hasanah



2. Relaksasi Untuk



melenturkan otot-otot



2. Beri teknik



yang kaku. Distraksi



distraksi dan



Untuk mengalihkan



relaksasi.



perhatian dari rasa nyeri.



3. Beri posisi



yang nyaman. 4. Memberi



3. Posisi duduk yang



nyaman dapat mengurangi nyeri.



wawasan



4. Menambah wawasan.



tentang



5. Mengetahui TTV.



penyakitnya.



6. Pemberian diit yang



5. Obs. TTV



adekuat.



6. Kolaborasi



dengan tim gizi. 2.



Gangguan



Dalam waktu



pemenuhan



1x24 jam



Mempertahanka



nutrisi



kebutuhan



n BHSP.



kurang dari



nutrisi



kebutuhan



terpenuhi.



b/d anoreksia Jangka Pendek :         - Klien terlihat segar.         - Klien tidak mual atau



1.     



1.      Mempertahankan BHSP. 2.      Dapat meningkatkan



2.      Memberi makanan porsi sedikit tapi sering.



pemasukan dalam lambung. 3.      Dapat meningkatkan nafsu makan.



3.      Berikan makanan selagi



4.      Intake cairan P.O terpenuhi.



hangat. 4.      Anjurkan



16



5.      Menambah



Maysa Hasanah



muntah.



klien untuk



Jangka



minum 8 gelas



6.      Mengetahui TTV.



Panjang :



perhari.



7.      Pemberian diit yang



         BB ideal          Nafsu makan normal.



5.      Berikan informasi



pengetahuan klien



adekuat. Meningkatkan status kesehatan klien



nutrisi adekuat. 6.      Observasi TTV 7.      Kolaborasi



3.



dengan tim gizi. 1.      Anjurkan



Resiko



Dalam waktu



1.      Makan makanan yang



infeksi b/d



2x24 jam



pasien untuk



dapat mengiritasi



perforasi



infeksi bisa



tidak makan



lambung bisa



lambung



teratasi



makanan yang



menambah keparahan



sebagian.



dapat



infeksi.



mengiritasi 2.      Mengurangi dorongan



lapisan lambung



yang berat sehingga



2.      Berikan



memperberat ulkus.



jadwal minum sedikit tapi



3.      Meningkatkan pengetahuan dan



sering. 3.      Ajarkan klien tentang manfaat minum



17



kesadaran pasien.



Maysa Hasanah



DAFTAR PUSTAKA Aji, P. T. (2019). Modul Praktikum Klinik Keperawatan Medikal Bedah II. 46. ANNIS, Y. (2020). ASUHAN KEPERAWATANPADA KLIENULKUS PEPTIKUMYANG DI RAWAT DIRUMAH SAKIT. Journal of Chemical Information and Modeling, 21(1), 1–9. Kesehatan, J. I., Husada, S., & Septyarani, E. (2019). The Effect of Bitter Melon (Momordhica Charantia) as a Treatment Agent of Peptic Ulcer. JIKSH, 10(2), 222–225. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.154 Pairul, P. P. B., Susianti, & Nasution, S. H. (2017). Jahe ( Zingiber Officinale ) Sebagai Anti Ulserogenik. Medula, 7(5), 42–46. Widihastuti, S., Ersa, T., Febriyanto, Y., & M., F. (2014). Ulkus Peptikum. Zainudin. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bapak S Yang Menjalani Pasca Operasi Laparatomi Dengan Indikasi Ulkus Peptikum E.C Perforasi Gaster Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.



18