Variasi Normal Siti Rahmadita Geograhic Tongue Dan Smokers Melanosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TELAAH KASUS



VARIASI NORMAL ILMU PENYAKIT MULUT GEOGRAPHIC TONGUE DAN SMOKER’S MELANOSIS



Oleh : Siti Rahmadita 1210342001



Pembimbing : drg. Surya Nelis, Sp.PM



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS 2019



TELAAH KASUS A. DATA PASIEN Nama Pasien



: Tn. R



Usia



: 24 Tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Alamat



: Komp Cendana Mata Air Blok Ii No 19



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Ex. Mahasiswa



Status



: Belum Menikah



No RM



: 14369



B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF Pasien datang dengan keluhan adanya permukaan yang terasa kasar di gigi kiri atas yang menghadap ke pipi. Pada saat pemeriksaan ditemukan gusi rahang atas dan bawah berwarna coklat kehitaman dan area/bercak kemerahan yang dikelilingi tepi putih berbatas jelas dan sedikit meninggi dan disertai celah dangkal seperti retakan pada bagian tengah permukaan lidah. Pasien menyadari adanya perubahan warna pada gusi depan dan belakang rahang atas dan rahang bawah sejak 4 tahun yang lalu, merasakan kurang nyaman dengan perubahan warna pada gusi tersebut karena berubah warna menjadi coklat kehitaman dan keluhan serta rasa sakit (-). Konsumsi rokok (+) 1 bungkus/hari dari kelas 2 SMA-sekarang, mulut terasa kering (-), sering merasa haus (+), serta sulit menelan (-). Mulai menyadari adanya area/ bercak kemerahan pada permukaan lidah sejak SMA, tidak pernah mengeluhkan/ merasakan sakit sehingga tidak pernah dilakukan perawatan dan pasien tidak terlalu memperhatikannya, bercak kemerahan di lokasi lain rongga mulut dan bagian tubuh lainnya (-), tidak mengetahui kapan awal muncul area/ bercak kemerahan tersebut juga tidak menyadari kapan waktu hilang dan timbulnya bercak merah tersebut. Keluarga pasien (orang tua & saudara kandung) tidak diketahui memiliki bercak yang sama. Asupan protein cukup, penurunan berat badan (); alergi obat dan makanan (-); psoriasis (-); mudah lelah aktivitas ringan (-); sedang banyak pikiran (-), sering cemas (-); demam (-); asma (-) Saat ini dalam keadaan baik. Tidak pernah dirawat di RS, konsumsi obat jangka panjang (-). Alergi obat dan alergi makanan (-). Menyikat gigi 2 x sehari (pagi sebelum makan dan malam sebelum tidur), pernah ke dokter gigi untuk mencabut gigi tahun 2014. Mengunyah satu sisi (+) sebelah kanan 2 tahun terakhir, menggertakan gigi ketika tidur (+), menyikat



lidah (-), obat kumur (-), dental floss (-), keluhan lain : bibir pecah-pecah sejak 2 bulan yang lalu. Ayah tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. Ibu memiliki riwayat penyakit diabetes melitus. Saudara kandung dan nenek memiliki riwayat asma. Kakek memiliki riwayat penyakit jantung. Pasien seorang freelance, ketika ada pekerjaan (bekerja 12 jam/hari). Istirahat malam frekuensi 3 kali seminggu (insomnia), konsumsi air mineral cukup, buah dan sayur (-), teh (-), kopi (+), merokok (+) 1 bungkus/hari dari kelas 2 SMA-sekarang, alkohol (), olahraga (+) futsal.



C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF Keadaan kesehatan umum pasien saat ini baik, ditemukan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 72x/ menit, pernafasan 20x/menit, berat badan 65 kg, dan tinggi badan 185 cm. Dari pemeriksaan ekstraoral ditemukan limfadenopati submandibular kanan dan kiri tidak teraba dan tidak sakit, memiliki wajah tidak simetris, konjungtiva normal, bibir kompeten, bukan mulut normal, dan TMJ clicking kiri.



D. PEMERIKSAAN INTRAORAL 1. Mukosa Labial: TAK 2. Mukosa Bukal: - Terdapat garis gelombang putih yang menonjol setinggi bidang oklusal dari lip komisura sampai gigi posterior, tidak hilang bila di gosok. - Papul berwarna putih kekunigan berbentuk bulat ada komisura, multiple, diameter 1 mm



Gambar 1. Linea alba dan fordyce granula



3. Dorsal Lidah: - Lapisan bewarna putih kekuningan sepanjang 2/3 dorsal lidah, tidak terasa sakit, dapat dihapus dan tidak meninggalkan daerah eritema.



- Celah linear dan beberapa alur lateral yang bercabang dengan tepi iregular kedalaman ±0,5-2 mm (Fissure tongue). - Area/bercak eritema, multiple, bentuk irreguler dengan ukuran ≥5x10 mm dengan tepi berwarna keputihan dan sedikit meninggi.



Gambar 2. Geograhic tongue, fissure tongue dan coated tongue



− Ventral Lidah : Lekukan menonjol (dilatasi pembuluh darah vena) berwarna biru keunguan.



Gambar 3. Lingual varicositas 4. Gingiva : Ditemukan pigmentasi pada gingiva anterior dan posterior rahang atas dan bawah memanjang dari gigi 16-26 dan gigi 36-46 yang berwarna coklat kehitaman. Tidak ada pembesaran gingiva, palpasi tidak sakit.



Gambar 4. Pigmentasi gingiva coklat kehitaman



5. Bibir Ditemukan pigmentasi pada bibir atas dan bawah berwarna coklat kehitaman. Tidak ada pembesaran, palpasi tidak sakit.



Gambar 5. Pigmentasi coklat kehitaman



6. Lain-lain : Mukosa tidak pucat, lembab, saliva bergenang cukup didasar mulut, halitosis(+), pembengkakan bibir (-), konsistensi saliva (encer). 7. Pada gigi geligi ditemukannya karies. Karies superfisial oklusal di 18 17 16 15 14 27 28 46, Karies media oklusal di 38 dan 48, Karies profunda 36, Gangren radiks gigi 37 dan 47 8. Kebersihan mulut buruk (8,8) dengan plak (+), kalkulus supra dan subgingiva (+), stain (-)



E. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING 1. Geographic Tongue Diagnosa banding ; Atrophic glossitis dan oral lichen planus tipe atrofik



Definisi



Geographic Tongue



Atrophic Glossitis



Bercak eritema berbatas jelas multiple, irreguler, dikelilingi berwarna putih yang lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya.3-6



Kondisi yang dikarakteristikan dengan hilangnya sebagian atau seluruhnya papila filliform, fungiform, foliate atau circumvalata. Papila filiformis lebih banyak hilang.19-20



Oral Lichen Planus tipe atrofik



Suatu kondisi inflamatori autoimun kronis yang berdampak pada tepi mulut, biasanya tampak sebagai lesi berwarna putih, paling sering timbul pada mukosa pipi, tapi juga dapat timbul pada gingiva, bibir, dan bagian lain dari mulut. OLP terkadang juga meliputi kerongkongan atau 21 esophagus.



- Psoriasis (-) - Alergi (asthma eczema, hay fever, peningkatan serum immunoglobulin E (IgE) (-) - Hormonal (-) - Defisiensi nutrisi (-) - Drug induced (-) - Psikosomatis (-) - Syndrome (Reiter’s syndrome, Down syndrome, Aarskog syndrome, Fetal hydantoin syndrome and Robinow's syndrome) (-) - Makanan (pedas) (-) - Sindrom demam periodik (-). 6,9,12-14 Gambaran - Daerah eritema dapat tunggal atau multiple Klinis yang dikelilingi tepi putih atau kuning keabuan, sedikit menonjol.3-6 - Lokasi yang paling sering terjadi pada ujung lidah dan lateral lidah, kemudian pada dorsum dan terkadang meluas ke bagian ventral.4,5 - Memiliki ciri khas yaitu muncul di satu area kemudian di area lain dalam waktu bersamaan dalam beberapa menit hingga jam dan bertahan dalam suatu waktu, menghilang dalam beberapa hari, kemudian berkembang diarea lainya.7-9 Tidak diperlukan Rencana Perawatan perawatan namun, jika terdapat gejala, dapat diberikan obat kumur yang mengandung anestesi, topikal kortikosteroid, vitamin A seperti retinoid, antihistamin dan suplemen zink.18 Etiologi



Defisiensi nutrisi seperti Autoimun (terkait dengan protein, riboflavin, sel T).21 niasin, piridoksin, asam folat, vitamin B12, zat besi, seng, dan vitamin E; kandidiasis; infeksi helicobacter pylori; xerostomia; dan diabetes melitus.19-20



Eritema dan halus pada OLP tampak lesi berupa dorsal lidah.19 garis putih (wickhem striae), kemerahan, deskuamatif, pelepuhan, sakit (+) yang tampak mendominasi mukosa bukal, lidah, dan gingiva, walaupun juga muncul di tempat-tempat lain.21



Pemberian nutrisi.19-20



suplement Topical steroid, ultraviolet phototerapy, sistemik steroid.21



Pembahasan Geographic Tongue Geographic tongue (GT) pertama kali dilaporkan sebagai wandering rash pada lidah oleh Rayer pada tahun 1831.1,2 Memiliki berbagai macam istilah, seperti: benign migratory glossitis, erythema migrans, lingua geographica, exfoliatio areata linguae, superficial migratory glossitis, lingual dystrophy, pityriases linguae, transitory benign plaques of the tongue, marginal exfoliative glossitis, dan glossiti areata migrans. GT merupakan suatu kondisi lesi jinak, tidak memiliki potensi atau kecenderungan untuk berubah menjadi lesi ganas.2 Secara klinis, muncul berupa bercak/area merah dengan hilangnya papila filiformis, multifokal, berbentuk irregular dan licin, berbatas jelas, dikelilingi dengan tepi berwarna putih, abu-abu atau kuning dan sedikit meninggi dari permukaan, beberapa dari area ini dapat bergabung membentuk pola scalloped, ukuran bervariasi dari beberapa milimeter hingga centimeter.3-6 Bercak merah menunjukkan adanya kehilangan papila filiformis dan penipisan epitelium. Tepi putih disekitar bercak merah terdiri dari regenerasi papila filiformis dan campuran netrofil dan keratin.6,7 Pola dan lokasi GT mengalami perubahan sepanjang waktu sehingga dinamakan “migratory”. Istilah migratory digunakan untuk menunjukkan migrasi karena deskuamasi epitel pada satu lokasi dan proliferasi pada lokasi yang lainnya dalam waktu yang bersamaan.7,8 GT ini juga bisa ditandai dengan adanya periode eksaserbasi yang merupakan suatu periode dimana lesi kambuh setelah periode remisi atau masa penyembuhan.8 GT dapat berpindah lokasi, intensitas, dan penampakan GT yang terjadi dalam beberapa menit hingga jam.9 Lokasi yang paling sering terjadi pada ujung lidah dan lateral lidah, kemudian pada dorsum dan terkadang meluas ke bagian ventral.4,5 Jika lesi terjadi di area yang berbeda selain lidah, maka disebut dengan ektopik geographic tongue yang pertama kali ditemukan oleh Crooke pada tahun 1955. Daerah diluar lidah termasuk mukosa labial, mukosa bukal, gingiva dasar mulut, palatum lunak dan uvula.5 GT dapat muncul sebagai lesi tunggal atau multiple. Lesi ini bersifat asimptomatik. Namun, pada beberapa orang menyebabkan gejala seperti dysgeusia, rasa terbakar atau menyengat di daerah lesi dan rasa sakit, terutama bertambah ketika memakan makanan asin, pedas dan asam, minuman berkarbonasi, konsumsi alkohol serta ketika merokok. Pada anakanak terkadang menimbulkan keluhan sehingga mencegah mereka makan makanan tertentu.4,10,11



Etiologi dari GT belum diketahui penyebab secara pasti. Beberapa peneliti mengklasifikasikannya sebagai anomali kongenital atau gangguan herediter. Beberapa faktor etiologi lainnya terkait dengan GT adalah alergi (asthma, eczema, hay fever, peningkatan serum immunoglobulin E (IgE), infeksi, defisiensi nutrisi, gangguan hormonal, gangguan psikosomatik,



gangguan



gastrointestinal



yang



berkaitan



dengan



anemia,



chronic



granulomatous disease, sndrom (Reiter’s syndrome, Down syndrome, Aarskog syndrome, Fetal hydantoin syndrome and Robinow's syndrome), cystinosis, sindrom demam periodik, psoriasis, dan toksisitas obat. 6,9,12-14 



Faktor Keturunan Individu dari orang tua yang memiliki GT menunjukkan prevalensi yang secara signifikan



lebih tinggi daripada individu dari orang tua yang tidak memiliki GT dan menunjukkan adanya peran faktor keluarga dan keturunan. Penilaian antigen histokompabilitas di antara pasien GT menunjukkan peningkatan signifikan dari antigen DR5 dan DRW6 dalam serum pasien GT bila dibandingkan dengan yang tidak, sementara DR2 berkurang. Baru-baru ini, GT pada kembar monozigot yang berusia lima tahun dengan nyeri ringan dan ketidaknyamanan saat konsumsi makanan pedas telah dilaporkan dan hal ini mendukung adalanya etiologi genetik.11 



Alergi Pasien dengan riwayat pribadi atau keluarga dengan penyakit asma, eczema dan hay



fever atau peningkatan kadar serum immunoglobulin E lebih memungkinkan untuk memiliki GT. Goregen dkk (2010) menggunakan tes patch (tempel) dan prick(tusuk) untuk menguji berbagai mekanisme yang terkait dengan alergi. Tes tusukan kulit mengukur antibodi IgE spesifik dalam serum dan digunakan untuk menunjukkan sensitisasi. Tes tempel berguna untuk menentukan reaksi alergi. Para penulis melaporkan bahwa melakukan kedua tes dalam kombinasi meningkatkan kemanjuran diagnostik dari predisposisi pasien alergi dengan GT. McLendon dan Jaeger menyatakan GT terjadi pada proporsi yang signifikan dari anak-anak dengan alergi susu.15 GT lebih sering ditemukan pada pasien dengan alergi terhadap obat, makanan,dan lain-lain menurut penelitian yang dilakukan oleh Jainkittivong dkk.11 



Defisiensi Nutrisi Beberapa kondisi seperti defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin B12 dapat



mengakibatkan atrofi papilla yang dapat menyebabkan GT.11







Gangguan Psikosomatis Faktor psikosomatis memiliki peran signifikan dalam etiologi GT. Redman dkk



menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dari GT pada pasien dengan penyakit mental. Ebrahimi dkk menunjukkan adanya hubungan antara stres dan GT. Mereka juga menemukan bahwa penurunan tingkat stres pada pasien GT dapat membantu dalam menyembuhkan lesi. Faktor psikologis, seperti stress dapat mewakili faktor risiko yang berpotensi mempengaruhi frekuensi kekambuhan GT pada orang dewasa.11 



Gangguan Hormonal Telah dilaporkan bahwa fluktuasi hormon dapat mempengaruhi GT. Wysocky dan Daley



menemukan hubungan antara GT dan diabetes dan terdapat peningkatan empat kali lipat terhadap prevalensi GT pada pasien diabetes. Mereka menemukan prevalensi 8% pada pasien diabetes tipe 1. Sebaliknya, Guggenheimer dkk melaporkan tidak ada korelasi yang signifikan antara GT dan diabetes melitus dengan ketergantungan insulin.11 



Pengaruh Obat GT dapat berkembang sebagai akibat dari fluktuasi hormonal. Perempuan yang



mengonsumsi pil kontrasepsi oral telah terbukti dapat mengembangkan lesi GT yang menjadi parah pada siklus di hari ketujuh belas. Pengaruh obat penyebab GT karena inhibitor angiogenesis juga telah dilaporkan. Terapi penghambatan VEGF atau reseptornya di mukosa mulut oleh obat-obatan dapat menginduksi GT.11 



Hubungan dengan Penyakit Sistemik GT umumnya terkait dengan penyakit sistemik lainnya seperti anemia, psoriasis,



gangguan gastrointestinal dan variasi hormonal. Kesamaan dalam temuan klinis, histopatologi dan imunohistokimia, beberapa peneliti menganggap GT sebagai manifestasi oral dari psoriasis. Kesamaan histopatologi dapat mendukung hipotesis bahwa GT dapat dianggap sebagai manifestasi oral psoriasis. Hubungan yang sangat signifikan dengan Human Leukocyte Antigen (HLA)-Cw6 dan hubungan yang sedikit signifikan dengan B13 di GT dan psoriasis telah dilaporkan.11 Hubungan dengan Sindrom Sindrom seperti sindrom Reiter, sindrom Down, sindrom Aarskog, sindrom Fetal hydantoin dan sindrom Robinow dilaporkan berhubungn dengan GT. Tetapi tidak ada yang menunjukkan hubungan kausal yang pasti.11







Sindrom demam periodik Laporan studi dari Beiraghi, dkk melaporkan sindrom demam periodik memperlihatkan



gambaran tidak biasa yang ditandai dengan lidah merah seperti berapi-api dan keadaan yang menyerupai geographic tongue dan hilang sepenuhnya diantara periode kekambuhan.16 



Hubungan dengan Fissured Tongue (FT) FT merupakan kondisi jinak, asimptomatik yang digambarkan dengan fisur atau celah.13



FT dan GT biasanya muncul bersamaan.14 Ko-eksistensi signifikan GT dan FT terlihat pada 60,1% pasien dalam penelitian yang dilakukan oleh Jainkittivong dkk.11 Dalam perkembangannya, hubungan antara FT dan GT mendukung dasar genetik.11,17 Hal ini sejalan dengan penelitian Ghose dkk yang menunjukkan hubungan genetik antara dua kondisi ini.7,11 GT dan FT juga telah dilaporkan berkaitan dengan penyakit granulomatosa kronis. Miloglue dkk melaporkan rata-rata kasus GT dengan FT 34,5% sedangkan Chosak dkk 48,8%.11 Diagnosa GT biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis seperti peta (geographic) pada lidah dan adanya karakteristik riwayat perpindahan atau migrasi dari lesi. Pada pasien ini ditemukan atrofi papila lidah pada dorsal lidah dan tanpa disertai gejala. Gambaran klinis terdapat area eritematous, multiple, bentuk irreguler dengan ukuran ≥10x5 mm dengan tepi berwarna keputihan dan sedikit menonjol. Lesi hilang timbul dan berpindah tempat, sehingga dapat ditegakkan diagnosis dari lesi ini adalah geographic tongue. Tidak diperlukan intervensi medis ketika lesi tidak bergejala dan biasanya akan sembuh sendiri. Namun, ketika lesi ini bergejala maka terapi atau perawatan diperlukan. Jika bergejala, pasien diedukasi untuk menghindari kontak dengan iritan (seperti makanan yang pedas) dan menyikat dorsum lidah untuk menghilangkan debris yang dapat menjadi sumber iritan. Gejala dapat diberikan terapi simptomatik, seperti obat kumur dengan topikal anestesi, atau topikal steroid terutama yang mengandung anti jamur, topikal prednisolone, penggunaan siklosporin, antihistamin topikal dan suplemen zink sistemik.18



Rencana perawatan geographic tongue KIE berupa menginformasikan kepada pasien bahwa bercak merah yang dikelilingi batas putih di lidahnya merupakan variasi normal yang disebut dengan Geographic Tongue. Geographic Tongue tidak membutuhkan perawatan lebih lanjut karena timbul tanpa gejala. Namun, pasien diedukasi untuk menghindari kontak dengan iritan (seperti makanan yang pedas) dan diinstruksikan untuk menyikat dorsum lidah untuk menghilangkan debris yang dapat menjadi sumber iritan. 2. Smoker’s Melanosis Diagnosis banding : Pigmentasi fisiologis dan Addison disease Smoker’s Melanosis



Pigmentasi fisiologis (Melanoplakia)



Addison disease



Definisi



Perubahan warna atau pigmentasi yang diffuse bersifat jinak pada permukaan mukosa mulut akibat terpapar tembakau atau rokok.22



Pigmentasi gelap yang menyeluruh dan konstan pada mukosa mulut, umumnya terlihat pada orang yang berkulit gelap.21



Pigmentasi pada kelainan insufiensi primer kelenjar adrenal yang disebabkan idiopatik atau keruskan adrenal karena proses autoimun atau penyakit lain. 21,22,28



Etiologi



Peningkatan produksi atau deposisi melanin pada lapisan sel basal mukosa karena subtansi atau senyawa kimia (nikotin) pada tembakau/rokok dan panas asap rokok.21-24



Lesi berasal dari meningkatnya jumlah melanin (pigmen endogen) yang dideposit pada lapisan basal mukosa dan lamina propria.21,29



Gambaran Klinis



-



Kortisol serum menurun, kumparan umpan balik dari kelenjar adrenal ke kelenjar hipofisis akan memicu kelenjar hipofisis memproduksi hormone yang menstimulasi melanosit, sehingga menimbulkan deposisi melanin pada mukosa.21,22 - Makula bewarna coklat, datar atau tidak menonjol, berbentuk pola yang terdiri dari bintil-bintil coklattembaga sampai biru gelap atau garis-garis yang luas dan menyeluruh pada pigmentasi coklat tua atau penampilannya menyerupai pigmentasi fisiologis.21,24 - Mukosa yang sering terkena :



Gambar



-



Makula yang luas bewarna - Makula berupa pita gelap coklat sampai abu-abu yang lebar dengan warna muda, datar, ireguler atau bervariasi dari coklat muda, kadang seperti geographic tepi berbatas jelas dan atau map like in melengkung, simetris dan configuration, biasanya tidak bergejala.21 simetris. Mukosa yang sering terkena - Sering ditemukan ada Vestibular maksila anterior, gingiva cekat.21 gingiva mandibula, mukosa bukal, lateral lidah, palatum



Persamaan Perbedaan



Rencana Perawatan



dan dasar lidah.21,22 bibir, gingiva, mukosa bukal, - Lokasi lain yang rentan palatum, dan lidah.27,28 adalah mukosa labial, dasar mulut dan bibir.21 - Lesi pigmentasi - Sering ditemukan pada gingiva, mukosa bukal, palatum, lidah, dan bibir Smoker’s Melanosis - Lesi pigmentasi : eksogen.21,28 - Pigmentasi yang disebabkan oleh deposisi melanin pada lapisan sel basal mukosa karena subtansi atau senyawa kimia (nikotin).21-24 - Makula yang luas bewarna coklat sampai abu-abu muda, datar, ireguler atau kadang seperti geographic atau map like in configuration.21,22 Pigmentasi Fisiologis (Melanoplakia) - Lesi pigmentasi : endogen.21 - Pigmentasi yang disebabkan karena meningkatnya jumlah melanin (pigmen endogen) yang dideposit pada lapisan basal mukosa dan lamina propria.21,29 Addison Diseases - Lesi pigmentasi : endokrin.27,28 - Pigmentasi yang disebabkan oleh penyakit endokrin akibat kekurangan steroid adrenal terutama aldosteron yang disebabkan oleh gangguan autoimun dll.21,22,27,28 - Makula bewarna coklat, datar atau tidak menonjol, berbentuk pola yang terdiri dari bintilbintil coklat-tembaga sampai biru gelap atau garis-garis yang luas dan menyeluruh pada pigmentasi coklat tua, menyerupai pigmentasi fisiologis.21,22,27 Disertai pigmentasi pada kulit tubuh lainmya. - Disertai manifestasi sistemik :, mual, muntah, lemah, nyeri perut, diare, penurunan berat badan dan hipotensi.27 Penghentian merokok - Meyakinkan pasien bahwa Terapi pengganti 21,23,27 21 beberapa tahun. ini bukan merupakan kortikosteroid. Depigmentasi gingiva. penyakit melainkan variasi normal - Tidak membutuhkan perawatan - Alasan estetik dengan cara depigmentasi gingiva.21



Pembahasan Smoker’s Melanosis Smoker’s melanosis merupakan pigmentasi atau perubahan warna diffuse yang khas bersifat jinak pada permukaan mukosa yang terpapar asap rokok atau tembakau.21,22 Smoker’s melanosis muncul karena adanya respon perlindungan tubuh terhadap substansi toksik yang ditandai dengan peningkatan produksi melanosom oleh melanosit atau deposisi melanin pada lapisan sel basal yang distimulasi oleh senyawa kimia dalam asap tembakau.21-24 Senyawa kimia nya adalah nikotin tetapi nikotin bukan satu-satu nya zat yang ditemukan dalam tembakau yang terbukti menumpuk di jaringan yang mengandung melanin.23 Senyawa lain seperti N-nitrosamin N-nitroso- nornicotin (NNN) dan 4 (methylnitrosamin-1-3-pryrydyl)-1 butanone (NNK) merupakan karsinogen yang banyak dalam asap tembakau dan banyak menumpuk di jaringan yang mengandung melanin.24,25 Panas dari asap rokok juga dapat menstimulasi pigmentasi, tembakau tanpa asap tidak dikaitkan dengan peningkatan melanosit.22,23 Namun, perokok pasif juga dapat menyebabkan peningkatan pigmentasi gingiva.22 Pigmentasi biasanya tampak berupa makula bewarna coklat sampai abu-abu, flat, ireguler kadang seperti geographic atau map like in configuration. Mukosa yang sering terkena adalah vestibular maksila anterior, gingiva mandibula, mukosa bukal, lateral lidah, palatum dan dasar lidah.21,22 Lokasi lain yang rentan adalah mukosa labial, dasar mulut dan bibir.21 Intensitas dari pigmentasi berkaitan dengan durasi dan jumlah rokok yang dihisap. Gigi yang bernoda coklat dan halitosis biasanya menyertai keadaan ini.



21,24



Sering terlihat



pada individu berkulit gelap dan jarang terlihat pada individu berkulit putih.25,27 Dalam studi epidemiologi, oral melanosis meningkat secara prominent pada 1 tahun pertama merokok, pengurangan merokok dapat menghilangkan pigmentasi yang biasanya hilang dalam 6-36 bulan setelah berhenti merokok.24,26,27 Smoker’s melanosis sering terjadi pada wanita biasanya setelah dekade ke 3 kehidupan karena adanya peran hormon estrogen.21,24,26-28 Pada kasus ini, penegakan diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan subjektif dan objektif. Pada pemeriksaan subjektif, pasien menyadari bahwa terdapat perubahan warna gusi bewarna coklat kehitaman sejak 4 tahun yang lalu, tidak ada keluhan dan rasa sakit (-). Pasien mengakui memiliki kebiasaan menghisap rokok sejak 7 tahun yang lalu, ±1 bungkus perhari hingga sekarang, mulut terasa kering (-), sering merasa haus (+), serta sulit menelan (). Pada pemeriksaan objektif, ditemukan pigmentasi bewarna coklat kehitaman pada bibir atas dan bawah, gingival rahang atas dan bawah memanjang dari gigi 16-26 dan gigi 36-46, tidak ada pembesaran gingiva, tidak sakit saat palpasi.



Rencana perawatan Smoker’s Melanosis KIE: menginformasikan kepada pasien bahwa perubahan warna pada gusi anterior rahang atas dan bawah disebabkan karena senyawa kimia (nikotin) pada tembakau/rokok dan panas asap rokok yang dapat menstimulasi pigmentasi atau perubahan warna pada gingiva dan bibir akibat kebiasaan merokok. Disarankan untuk menghentikan merokok, biasanya akan hilang selama beberapa bulan sampai beberapa tahun.



KEPUSTAKAAN



1.



Mridula G, et al. 2012. Benign Migratory Glossitis with Fissured Tongue. New Delhi. J. Indian Society of Pedodontic and Preventive Dentistry Issue 2, Vol 30



2.



Anandhan, V. K, et al. 2014. Benign Migratory Glossitis In A 2 Year Old Child :A Case Report. Chennai. JIDAT Iss 14, Vol 4



3.



Shahzad, M, et al. 2014. Geographic Tongue: Case Report and Literature Review. Pakistan Oral & Dent J Vol 34, No 3.



4.



Jainkittivong, A, et al. 2005. Geographic Tongue: Clinical Characteristics of 188 Cases. J Cont Dent Prac Vol 6 No 1



5.



Cawson, R. A, et al. Oral Pathology and Oral Medicine, 7 Ed. UK: Elsevier Limited



6.



Purani JM, Purani HJ. Treatment of geographic tongue with topical tacrolimus. BMJ case reports. 2014 Aug 1;2014:bcr2013201268.



7.



Nandini, D. B, et al. 2016. Pediatric Geographic Tongue : A Case Report, Review, and Recent Update. J of Clinical And Diag Research Vol-10(2)



8.



Pinasthika PA, EY RW. Prevalence and Distribution of Geographic Tongue in Faculty Of Dentistry University of Jember Class of 2014-2016. Pustaka Kesehatan. 2018 Jan 17;6(1):186-91.



9.



de Campos WG, Esteves CV, Fernandes LG, Domaneschi C, Júnior CA. Treatment of symptomatic benign migratory glossitis: a systematic review. Clinical oral investigations. 2018 Sep 1;22(7):2487-93.



10. Regezi, J. A., Sciubba, J. J., dan Jordan, R. C. K. 1999. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlation, 3rd Ed. USA: W.B Saunders Company. 11. Mehta, V. 2017. Benign Migratory Glossitis: Report of a Rare Case with Review of Literature. J of Dent Health, Oral Disorders & Therapy Vol 6 Iss 4 12. Khan S, Shah SA, Ishaq M. Benign Migratory Glossitis: Case Report and Literature Review. International Journal of Clinical Oral and Maxillofacial Surgery. 2018 Mar 2;4(1):1. 13. Ferreira, A. O, et al. 2013. Geographic Tongue and Tenofovir. Portugal. BMJ Case Rep 14. Singh, E, et al. 2016. Geograpic Tongue- A Case Report. Rohtak. Int J od Current Research Vol 8 Iss 10 15. Bajaj, Kapoor, Garg, Mohammed, Sabharwal, dan Vaidya. 2013. Geographic tongue In A 6 Year Old Child: A Case Report With Review Of Literature. Dental Journal of Advanced Studies Vol. 1 Issue II.



16. Beiraghi S, Myers SL, Regelmann WE, Baker S. Oral manifestations of a possible new periodic fever syndrome. Pediatric dentistry. 2007 Jul 1;29(4):323-6. 17. Goswami M, Verma A, Verma M. Benign migratory glossitis with fissured tongue. Journal of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry. 2012 Apr 1;30(2):173. 18. Picciani BL, Domingos TA, Teixeira-Souza T, Santos VD, Gonzaga HF, CardosoOliveira J, Gripp AC, Dias EP, Carneiro S. Geographic tongue and psoriasis: clinical, histopathological, immunohistochemical and genetic correlation-a literature review. Anais brasileiros de dermatologia. 2016 Aug;91(4):410-21. 19. Chiang C-P, et al. Atrophic glossitis: Etiology, serum autoantibodies, anemia, hematinic deficiencies, hyperhomocysteinemia,and management. Journal of the Formosan Medical Association. 2019 20. Djou R, Wahyuni IS. Atrophic Glossitis As A Clinical Sign For Anemia In The Elderly. Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol IV. No 1. Maret 2019 : 70-76 21. Langlais Robert P. 2012. Atlas Bewarna Kelainan Rongga Mulut Yang Sering Ditemukan. Hipokrates; Jakarta 22. Glick, Michael. Burket’s Oral Medicine. Edisi 12. India: BC Decker. 2015 23. Nwhator Salomon O et al. Smoker’s Melanosis in a Nigerian Population. The Journal of Contemporary Dental Practice, Volume 8, No. 5, July 1, 2007 24. Müller Susan. Melanin-Associated Pigmented Lesions of The Oral Mucosa: Presentation, Differential Diagnosis And Treatment. Dermatologic Therapy,Vol. 23, 220–229. 2010 25. Yerger Valerie, Malone Ruth E. Melanin and nicotine: A review of the literature. Nicotine & Tobacco Research Volume 8, Number 4, 487–498. August 2006 26. Taybos George. Oral Changes Associated with Tobacco Use. The American Journal of The Medical Sciences. Volume 326 Number 4 October 2003 27. Kauzman Adel et al. Pigmented Lesions of the Oral Cavity: Review, Differential Diagnosis, and Case Presentations. J Can Dent Assoc ; 70(10):682–3. 2004 28. Cicek Y, et al. Normal and Pathological Pigmentation of Oral Mucous Membrane: A Review. The Journal of Contemporary Dental Practice, Volume 4, No. 3, August 15, 2003 29. A Rehab. 2017. Gingival Pigmentation. Future Dental Journal.; Egypt