TELAAH KASUS Variasi Normal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TELAAH KASUS VARIASI NORMAL ILMU PENYAKIT MULUT TORUS MANDIBULA DAN LESI MERAH PETECHIA



Oleh : Chindy Jhonel Putri 1311419003 Pembimbing Drg. Surya Nelis, Sp.PM



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS 2020



Telaah kasus Variasi Normal Torus Mandibula dan Petechie Nama



: Chindy Jhonel Putri



No BP



: 1311419003



Preseptor



: drg. Revi Nelonda, Sp. PM



Tanggal



:



TandaTangan



:



A. DATA PASIEN Tanggal



: 10 Juli 2019



Nama



: Mr. DT



Usia



: 26 Tahun



Jenis kelamin



: LK



Alamat



: Padang Baru Timur



Agama



: Islam



Pekerjaan



: PNS



Status



: Belum Menikah



No RM



:11296



B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF Ditemukan tonjolan di lidah bagian bawah kanan berbentuk oval dengan ukuran ± 2cm, tidak sakit, konsistensi keras, berwarna seperti jaringan sekitar. Tidak menyadari adanya tonjolan, tidak merasa terganggu karena sudah terbiasa, semakin membesar (-), pembengkakan terletak di bagian lingual bawah kanan. Keluarga pasien memiliki benjolan yang sama (-). Sering konsumsi ikan (+), konsumsi susu (-), trauma (-), bruxisme (+) clenching (+). Ditemukan adanya bercak merah kehitaman pada mukosa bukal kanan sejak 3 hari yang lalu, rasa sakit (-), bercak merah dibagian lain (-), tidak pernah dilakukan perawatan. demam (-), pernah dialami sebelumnya (+), awal timbul karena pipi pasien tergigit dan mengenai mukosa bukal. Kemudian bercak merah berubah menjadi warna merah kehitaman. Riwayat kesehatan, pasien tidak memiliki penyakit sistemik, riwayat alergi obat (-), riwayat alergi makanan (-), konsumsi obat jangka panjang (-), riwayat operasi (-), riwayat di rawat di RS (-). Medical check up rutin (-) Saat ini pasien dalam keadaan sehat.



Pasien pernah ke dokter gigi untuk membersihkan karang gigi (± 3 tahun yang lalu), menyikat gigi 3 x sehari ( pagi, sore dan malam sebelum tidur) menyikat gigi dengan tekanan sedang dengan bulu sikat soft, menyikat lidah (-), penggunaan obat kumur (+) , penggunaan dental floss (-). Mengunyah 2 sisi (+), menopang dagu (-), tidak ada keluhan saat ini dan tidak ada riwayat luka berulang pada rongga mulut yang biasanya karena tergigit dan sembuh sendiri. Ayah dan ibu tidak dicurigai memiliki penyakit sistemik, kakek dan nenek dari ayah dan ibu tidak dicurigai memiliki penyakit sistemik, saudara sedarah tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik, saudara sekandung tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. Pasien seorang pegawai pemerintahan, beristirahat cukup ± 8 jam perhari, tidur larut malam (-), makan 3x sehari dan minum air putih ± 8 gelas sehari, mengkonsumsi buah (+) dan sayur, makanan manis (+), kopi (-), merokok (-), alkohol (-).



Pemeriksaan Intra Oral Dari pemeriksaan intra oral ditemukan kebersihan mulut baik, Plak (+), kalkulus (+), stain (-) dengan nilai OHI 2,25 dan indeks gingiva 1,5 (gingivitis sedang). 



Gingiva



o Gingiva, di temukan adanya eksostosis atau penonjolan tulang yang berukuran 2cm didekat regio gigi 43 sampai 44 sewarna dengan jaringan sekitar dengan konsistensi keras.



o Mukosa bukal, ditemukan bercak merah dengan berjumlah 3 buah bentuk bulat berukuran diameter ± 2mm berwarna merah kehitaman dengan konsistensi datar dan terletak dimukosa bukal kanan dekat gigi 45 sampai 47.



A. DIAGNOSIS 1. Torus Mandibula Diagnosis banding : No 1



Torus Mandibula Gambar



2



Definisi



3



Etiologi



4



Gambaran klinis



6



Perawatan



Torus Mandibula adalah eksositosis pada tulang alveolar lingual di dekat gigi premolar, kaninus, dan kadang-kadang di molar.1 Penyebab pasti tidak jelas, faktor predisposisi nya multifactorial :  Sebagian besar teori yang dapat diterima saat ini adalah karena genetic, namun tidak selalu terlihat adanya kelainan autosomal dominan (-).2  Adanya hubungan antara keberadaan torus dengan jumlah gigi yang ada di mulut (√).2  Aktivitas parafungsional pengunyahan (√)3,4 Bruxisme (√)4 Clenching (√)4  Occlusal hyperfunction(-)3,4  Trauma yang mempengaruhi tulang(-)2  Konsumsi ikan, vitamin D dan Kalsium yang berlebih(√)2



Pembahasan Torus Mandibula



 Terletak di permukaan lingual mandibula tulang kortikal, dekat gigi gigi caninus dan premolar, diatas garis mylohyoid.2  Berkembang lambat, penonjolan tulang dengan ukuran bervariasi, tidak menimbulkan gejala, ada berbentuk flat, dan adanya alur (√)5  Mukosa di atasnya normal dan biasanya sewarna dengan mukosa(√)6  Asimptomatik (√)6  Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala atau keluhan sehingga tidak membutuhkan perawatan kecuali jika perlu dibuatkan protesa.



Torus merupakan suatu eksositosis, yaitu pertumbuhan lokal tulang yang berlebihan di dekat gigi premolar, kaninus, dan kadang-kadang di molar. 1 Penyebab pasti tidak jelas, faktor predisposisi nya multifactorial. Sebagian besar teori yang dapat diterima saat ini adalah karena genetic, namun tidak selalu terlihat adanya kelainan autosomal dominan. Dalam tiga kasus klinis dianalisis oleh Curran et al. 3, di mana seorang anak perempuan, ibu dan nenek memiliki osteosclerosis dominan autosom, mandibular torus (MT) dan palatine torus (PT) ditemukan untuk hadir di ketiga wanita. Dalam studi oleh Eggen, itu hanya mungkin untuk memperkirakan asal genetik torus mandibula dalam 29,5% dari kasus; Adapun sisa dari kasus, sekitar 70%, asal dikaitkan dengan faktor lingkungan, terutama terkait dengan oklusal menekankan kemungkinan penyebabnya, penulis lain menyebutkan kebiasaan makan, keadaan kekurangan vitamin atau suplemen kaya dalam kalsium, dan juga diet. Dalam studi dilakukan oleh Eggen et al. dan Al-Bayaty et al. mereka mengaitkan konsumsi ikan dengan kehadirannya dari tori, karena ikan mengandung acids3 asam lemak tak jenuh dan vitamin D, mendorong pertumbuhan tulang.3 Sasaki et al. mencoba menggambar hubungan antara terjadinya tori dan penggunaan fenitoin dalam waktu lama, tetapi tidak dapat menyimpulkan bahwa itulah yang menyebabkan penampilan tori. Namun, mereka menentukan itu adalah faktor yang menyebabkan peningkatan ukuran, karena itu menginduksi peningkatan homeostasis kalsium, berfungsi sebagai agen osteogenik. Terakhir, dan mungkin mempertahankan hubungan tertentu dengan cedera tersebut, Sonnier et al. sebagai rekanan kehadiran gigi pada tingkat mandibula dengan kehadiran torus. Untuk lebih mendukung hal ini, dalam penelitian dilakukan oleh Eggen et al , mereka menemukan hubungan antara keberadaan torus dan jumlah gigi hadir di mulut. Selain itu, di kalangan remaja dengan tori mandibula, rasio gigi taring yang tidak erupsi jauh lebih kecil daripada mereka yang tidak memiliki tori. Selanjutnya, dalam penelitian lain, Eggen menemukan hubungan antara kehadiran tori mandibula dan tinggi tulang normal di sekitar gigi.3,4,8 Penyebab lain adalah cedera superfisial atau kejadiannya sebagai respons fungsional pada individu dengan perkembangan baik mengunyah otot atau pada pasien dengan gigi yang mengalami abrasi akibat oklusi.4 Dalam kebanyakan kasus, temuan biasanya insidentil dan diamati selama pemeriksaan klinis. Ini karena mereka tidak menunjukkan gejala untuk sebagian besar, dan mereka yang memiliki torus tidak menyadarinya. Terkadang pasien dapat mengalami gangguan fonatory, pembatasan



mekanika



pengunyahan,



ulserasi



pada



mukosa,



endapan



makanan,



ketidakstabilan prostetik, dan beberapa pasien mungkin mengalami kankerofobia, dan berkonsultasi dengan profesional untuk mencari solusi.3,8 Pada kasus ini, penengakan diagnosa dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif dan objektif, dan dari hasil pemeriksaan objektif didapatkan eksostosis tulang pada regio kanan di gigi kaninus dan premolar rahang bawah pasien yang sewarna dengan jaringan sekitarnya dan juga berkaitan dengan penelitian dilakukan oleh Eggen et al. mereka menemukan hubungan antara keberadaan torus dan jumlah gigi yang ada di mulut. Terdapat jumlah gigi yang berlebih dari jumlah gigi normal. Torus mandibularis biasanya simetris dan bilateral, tetapi bisa juga unilateral, terletak di sisi mandibula, di atas garis mylohyoid dan dekat premolar. tidak mengeluhkan sakit dan tidak mengganggu. Pada pemeriksaan objektif, Penonjolan tulang berbentuk di gigi kaninus dan premolar rahang bawah sebelah kanan, berukuran ± 2 cm, tidak sakit, konsistensi keras, dan berwarna sama seperti jaringan sekitar . Rencana perawatan Torus Mandibula KIE : Menginformasikan kepada pasien bahwa tonjolan tulang merupakan suatu variasi normal, tetapi tidak perlu di khawatirkan/ berbahaya.



DIAGNOSIS 2.



Petechiae Diagnosis banding : Petechiae Gambar



Definisi Etiologi



Gejala /Gambaran klinis



Persamaan Perbedaan Perawatan



Perdarahan pada membrane mukosa yan diameternya kuran dari 2mm.9  Belum pasti, karena bisa terjadi secara tiba-tiba (√). Faktor yang menstimulasi iatrogenik, buatan atau tarauma pada jaringan- jaringan vaskular yang ada di dalam kulit atau submukosa (√).10  Awalnya tampak merah terang, tetapi lama-kelamaan cenderung untuk berubah warna, menjadi ungu-biru atau selanjutnya coklat-kuning (√)10  Pada awalnya tampak merah terang, tetapi lama  –  kelamaan cenderung untuk berubah warna, menjadi ungu-biru atau selanjutnya coklat-kuning (√).11  Biasanya terletak dilangit-langit dan mukosa bukal (√).11  Bercak-bercak titik, tidak menimbul,berbatas jelas, bulat dan merah, diameter < 3mm, palpasi (-) sakit, sering dijumpai pada palatum lunak.11  Terdapat pada mukosa bukal  Iritasi fisik  Bercak-bercak titik, tidak menimbul,berbatas jelas, bulat dan merah. Memerlukan perawatan tertentu tergantung etiologi



Pembahasan Petechiae Perdarahan pada membrane mukosa yan diameternya kuran dari 2 mm. 9 Faktor yang menstimulasi iatrogenik, buatan atau tarauma kecelakaan pada jaringan- jaringan vaskular yang ada di dalam kulit atau submukosa. Dalam keadaan dimana tidak ada trauma, maka harus dicurigai keberadaan kurangnya keping darah baik kualitatif maupun kuantitatif, faktor-faktor pembekuan, atau kerapuhan kapiler. Pada awalnya tampak merah terang, tetapi lama-kelamaan cenderung untuk berubah warna, menjadi ungu-biru atau selanjutnya coklatkuning. Karena lesi-lesi ini terdiri atas darah ekstravaskuler, lesi tidak menjadi pucat bila



ditekan. Petechiae berasal dari darah yang masuk ke subkutan.lesi ini bila ditekan tidak berubah pusat jadi tetap berwarna kemerahan, contohnya yaitu scurvy.10,11  Palatum lunak adalah lokasi intra oral yang paling umum untuk petechiae multifokal. Petechiae palatum dapat merupakan tanda awal dari mononukleosis menular, demam, leukemia, diatesis perdarahan atau kelainan darah. Juga dapat menunjukkanrobeknya kapilerkapiler palatum akibat batuk, bersin, muntah atau fellatio. Petechiae hisapan dibawah gigi tiruan atas bukanlah purpura yang sebenarnya. Hal itu terjadi sebagai akibat dari infki kandida dan radang dari muara kelenjar-kelenjar liur tambahan, bukan karena tekanan negatif dari gigi tiruan seperti yang dipercaya di masa lalu. Petechiae lama-kelamaan menjadi pucat dan tidak memerlukan perawatan tertentu.10,11 Gambaran Petechiae berdasarkan hasil dan pemeriksaan subjektif dan objektif pada pasien. Pada anamnesa didapatkan pasien menyadari adanya bercak merah kehitaman setelah pipi pasien tergigit. Pada pemeriksaan klinis ditemukan adanya bercak merah kehitaman, berbatas jelas, tidak menimbul, bulat dengan diamter ± 2 mm, tidak ada keluhan (-), rasa sakit (-). Petechiae ini disebabkan karena trauma pada jaringan vaskuler submukosa.



DAFTAR PUSTAKA 1. Moorrees, C.F.A. 1957. The Aulet Dentition. Havard University Press. 2. Langlais Robert P, et.al. Color Atlas of Common Oral Disease fourth edition. Lippincott William & Wilkins, a Wolters Kluwer Business: Philadelphia. 2009 3. Garcia-Garcia, A.S., Martinez-Gonzales,J.M., Font, R.G., Rivadeneira, A.,S., Roldan, L.,O. 2010. Current Status of the Torus Palatinus and Torus Mandibularis. Med Oral Patol Oral Cir.Bucal. 1:15(2). Hlm. 353-360. 4. Eggen, S. 1989. Torus mandibularis: an estimation of the degree of genetic determination. Acta Odontol Scand. 47:409-15. 5. Antoniades DZ, Belazi M, Papanayaiotou P. Concurrence of torus palatinus with palatal and buccal exostoses. Case report and review of the literature. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 1998;85 :552-7.



6. Delong Leslie, Burkharts Nancy. General and Oral Pathology for The Dental Hygienist. Wolters Kluwe Health. 2008 7. Scully, C. Oral and Maxilofacial Medicine. Second edition, 2008. Elsavier 8. Sonnier, K.E., Horning, G.M., Cohen, M.E. 1999. Palatal tubercles, palatal tori, and mandibular tori: prevalence and anatomical features in a U.S. population. J Periodontol. 70:329-36. 9. Zaoutus LB, Chiang VW. 2007. Comprhensive Pediatric Hospital Medicine. China. 10.



Rjendran, R dan Sivapathasundaram, B. Shafer’s Teksbook of Oral Pathology.



2012; 7. India: Elsevier 11.



Langlais Robert P. Atlas Bewarna Kelainan Rongga Mulut Yang Sering



Ditemukan. 2012. Hipokrates; Jakarta