Waham KLP 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa, mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal, banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menciptakan hal berbeda dan kontradiksi. Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi. Kegagalan dalam memberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan. (Satria Dwi Priangga : 2011) Waham adalah suatu keadaam dimana seseorang individu mengalami sesuatu kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas – aktivitas kognitif (Townsend, 1998) Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidk diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (stuart dan sudden, 1998) Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat (Yosep, 2009)



1



Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa di Indonesia diperkirakan terus meningkat. Bahkan khusus untuk gangguan jiwa berat, jumlahnya bisa mencapai 6 juta orang. Data tersebut berdasar riset kesehatan dasar. Menurut riset itu jumlah populasi penduduk indonesia yang terkena gangguan jiwa berat mencapai 1-3 persen diantara total penduduk (Riskesdas). Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat diperkirakan 0,025 sampai 0,03 persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang usia untuk onset dari 18 tahun sampai 90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita. Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu sampai tiga permil penduduk. Di jawa tengah dengan penduduk lebih kurang 30 juta, maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderitapsikotik. Bila 10 % dari penderita psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat. Waham seperti yang digambarkan tersebut terjadi pada 65 % dari suatu sampel besar lintas Negara (Sartorius & jablonsky, 1974 dalam Davidson). Sedangkan di Jawa Tengah sendiri menurut direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa di jawa tengah berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka kejadian ini merupakan penderita yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (medical record, 2010). 1.2 Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Pembuatan makalah bertujuan agar mahasiswa keperawatan mengerti mengenai waham dan juga acara membuat asuhan keperawatan sebagai panduan dalam melakukan praktik klinik keperawatan jiwa. b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui definisi waham. 2. Untuk mengetahui faktor predisposisi dan presipitsi waham. 3. Untuk mengetahui proses terjadinya masalah waham 4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien waham. 1.3 Manfaat Penulisan a. Manfaat Praktis 2



Sebagai dasar untuk memantapakan asuhan kepeawaratan pada klien dengan waham. b. Manfaaat Teoritis Sabagai tambahan pengetahuan tentang asuhan keparawatan pada klien waham.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi



3



Waham adalah suatu keadaam dimana seseorang individu mengalami sesuatu kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas – aktivitas kognitif (Townsend, 1998) Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidk diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (stuart dan sudden, 1998) Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat (Yosep, 2009) 2.2 Faktor yang Mempengaruhi Ada dua factor yang menyebabkan terjadinya waham (keliat, 1998), yaitu : a. Factor predisposisi Meliputi perkembangan social cultural, psikologis, genetic, biokimia,. Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal terganggu maka individu mengalami stress dan kecemasan. Berbagai factor massyarakat dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan kesepian yang mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal. Stress yang berlebihan dpaat mengganggu metabolisme dalam tubuh sehingga b.



membuat tidak mampu dalam proses stimulus dan eksternal. Factor presipitasi Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu lama diajak bicara, objek yang ada dilingkungannya dan suasana sepi (isolasi). Suasana ini dpaat meningkatkan stress dan kecemasan.



2.3 Tanda dan Gejala Untuk mendapatkan data maham saudara harus melakukakn observasi terhadap perilaku berikut ini :



4



a. waham kebesaran Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “ saya punya tambang emas” b. Waham curiga Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/ mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “ saya tahu.. seluruh saudara saya ingin menghancurkn hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya . “ c. Waham agama Nemiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan , diucapkan berulang kali tetapi tisak sesuai kenyataan Contoh : “ kalau saya mau masuk surge saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari “ d. Waham somatic Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu / terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “ saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker. e. Waham nihilistic Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meninggal, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “ ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh “ 2.4 Proses Terjadinya Masalah Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu : a. Fase of human need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi



5



kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi. b. Fase lack of self esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self idealdengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. c. Fase control internal external Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain. d. Fase envinment support Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan



6



tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. e. Fase comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial). f. Fase improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain



. 2.5 Penatalakssanaan a. Tentukan sesuai indikasi apakah perlu perawatan psikiatrik di rumah sakit, mendesak atau elektif. Apabila tidak dirawat, siapkan tindak lanjut psikiatrik. b. Untuk agitasi psikotik. Berikan haloperidol (haldol) 5 mg, atau klorpromazin (thorazine) 50 mg, peroral atau intramuscular, in boleh diulangi tidap jam sampai pasien menjadi tenang. 1. Hippotensi postural dapat terjadi pada pemakaian obat-obat ini, terutama klorpromazin. Oleh karena itu adalah penting untuk memantau tekanan darah.



7



2. Efek samping distonia (ekstrapiramidal) dapat juga timbul, terutama pada pemakaian haloperidol. Ini dapat dikontrol dengan pemberian benztropin mesilat (cogentin) 2 mg atau difenhidramin (Benadryl) 50 mg baik secara oral maupun intramuscular. c. pengobatan akhirnya akan meliputi obat antipsikotik, haloperidol atau klorpromazin dapat dimulai dengan pemberian 2 atau 3 kali sehari sambil menanti rujukan.



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Contoh Kasus Tn. L, 27 tahun, sudah menikah, baragama Hindu, suku Bali, kewarganegaraan Indonesia, datang ke poliklinik jiwa RSUD Sanjiwani Gianyar diantar oleh istrinya. Pasien terlihat rapi dan bersih. Saat diwawancara pasien dapat menjawab dengan benar dan lancar menggunakan Bahasa Indonesia. Saat ditanya mengenai keluhan utama pasien mengatakan bahwa dirinya selalu merasa



8



curiga bahwa istrinya berselingkuh dengan orang lain. Perasaan ini sudah dirasakan sejak awal pernikahan pasien empat tahun yang lalu. Perasaan curiga itu mulai dirasakan memberat kira-kira tiga bulan yang lalu setelah pasien yang bekerja sebagai staff marketing di sebuah perusahaan , dan pasien mendapatkan tugas untuk bertanggung jawab dalam memilih iklan yang akan digunakan untuk memasarkan produk sabun mandi. Pada saat memilih video pasien merasa bahwa pemeran wanita dalam video iklan tersebut mirip dengan istri pasien. Saat disanggah bahwa pemeran wanita dalam video tersebut hanya mirip istrinya, pasien bersikeras bahwa wanita di video tersebut adalah istrinya yang sedang berselingkuh dengan pria lain dan video tersebut sengaja dikirim oleh orang untuk menunjukkan bahwa istrinya benar-benar berselingkuh. Sebelumnya pasien juga sering dipanas-panasi oleh teman-temannya bahwa istrinya sering berselingkuh dengan banyak pria. Hal ini sering dilakukan ketika pasien dan temannya sedang mabuk minuman-minuman keras seperti tuak atau arak. Awalnya pasien tidak terlalu menghiraukan perkataan teman-temannya, namun setelah melihat video tersebut pasien menjadi selalu curiga dan marah-marah serta memaki-maki istrinya. Istri pasien sudah mencoba menjelaskan pada pasien, namun pasien tidak mau menerima penjelasan tersebut dan tetap bersikukuh bahwa wanita di video itu adalah istrinya. Dokter mendiagnosa pasien dengan schizophrenia.



3.2 Pengkajian 3.2.1 Identitas Klien Nama Lengkap



: Tn. L



Usia



: 27 tahun



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Status



: Menikah



Alamat



: Bali



3.2.2 Alasan Masuk Tn. L selalu mencurigai istrinya berselingkuh dengan pria lain



9



3.2.3 Faktor Predisposisi Pasien sering dipanas-panasi oleh teman-temannya bahwa istrinya sering berselingkuh dengan banyak pria. Hal ini sering dilakukan ketika pasien dan temannya sedang mabuk minuman-minuman keras seperti tuak atau arak. Pasien memiliki riwayat menggunakan narkoba jenis ganja selama masa SMA, dan sekarang masih beberapa kali menggunakan narkoba saat dikunjungi teman-teman SMA-nya. 3.2.4 Status Mental a. Aktivitas motorik Tidak menunjukan adanya gelisah ataupun lesu. b. Interaksi selama wawancara Selama proses wawancara klien kooperatif, kontak mata baik dengan perawat dan pasien lain. Tidak bermusuhan. Tetapi kadang cenderung defensive dalam hal wahamnya karena klien selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran bahwa pasien mencurigai istrinya yang berselingkuh. c. Memori Klien masih mampu mengingat memori baik jangka panjang dan memori jangka pendeknya dengan baik. d. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung Klien mampu berkonsentrasi dengan baik ketika menjawab pertanyaan dari perawat dan mampu melalakukan penghitungan angkaangka dengan baik. e. Kemampuan Penilaian Klien tidak mengalami gangguan penilaian baik yang ringan ataupun yang bermakna. Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana tanpa harus di bantu orang lain. f. Persepsi Klien dahulu selama di kantor sering dihasut oleh omongan teman sekantor yang menyatakan jika istrinya selingkuh, hingga akhirnya pada saat kerja dan memilih sebuah video iklan pasien menyatakan jika bintang iklan itu adalah istrinya. Klien juga mencurigai setiap wanita yang disekitarnya dan dikira istrinya yang sedang berselingkuh dengan orang lain, padahal sebenarnya istrinya sedang beraktivitas di rumah. 3.2.5. Psikososial 10



3.2.5.1 Genogram



27th



3.2.5.2 Konsep Diri 1. Gambaran diri Klien merasa harga dirinya rendah karena merasa temantemannya akan menjelek-jelekkan istrinya. 2. Identitas diri Klien sudah menikah, dan memiliki seorang anak laki-laki. Dan sekarang bekerja sebagai staff marketing pada salah satu perusahaan. 3. Peran diri Klien adalah tulang punggung keluarga dan kepala keluarga. 4. Ideal diri Pasien ingin agar istrinya berhenti bekerja karena pasien curiga istrinya akan selingkuh dengan kedok bekerja. 5. Harga diri Klien merasa malu karena istrinya berselingkuh dengan pria lain. 3.2.5.3 Hubungan Sosial Pasien jarang keluar rumah karena merasa selalu dibicarakan oleh orang-orang di lingkungannya. Pasien juga jarang mau menerima teman-temannya lagi karena merasa teman-temannya akan menjelekjelekkan istrinya 3.2.5.4 Spiritual 1. Kegiatan ibadah: Klien mengaku tidak pernah beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.



11



3.2.6 Status Mental 3.2.6.1 Penampilan Pasien tampak rapi dan bersih, mengenakan kemeja hitam bercorak kotak-kotak dan celana jeans biru panjang. Rambut pasien berwarna hitam dan tersisir rapi. Kuku pasien pendek dan terpotong rapi. Roman muka pasien terlihat sesuai dengan umurnya. 3.2.6.2 Pembicaraan Saat membicarakan kecurigaannya terhadap istrinya pasien berbisara dengan cepat dan inkoheren. 3.2.6.3 Aktivitas Motorik Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta enggan untuk bekerja karena merasa sering dibicarakan oleh rekan-rekan kerjanya. 3.2.6.4 Alam Perasaan Pasien merasa khawatir kehilangan istrinya. Pasien sangat sedih jika istrinya yang sangat dicintai direbut oleh orang lain. 3.2.6.5 Afek Klien menunjukkan afek labil. 3.2.6.6 Interaksi selama wawancara Awalnya pasien merasa curiga terhadap perawat, kemudian pasien menceritakan kecurigaannya terhadap istrinya terus-menerus. 3.2.6.7 Proses pikir Bentuk pikir non-logis non-realis, proses pikir flight of ideas, isi pikir terdapat waham curiga. 3.2.6.8 Memori Memori konfabulasi, pasien percaya terhadap kecurigaannya. 3.2.7 Mekanisme Koping Maladaptif: pasien menggunakan narkoba, kehilangan batas realita, menarik diri, tidak menggunakan support system, selalu curiga kepada orang lain terutama istrinya, klien enggan untuk melakukan aktifitas. 3.3 Pohon Masalah



12



Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan



Efek



Perubahan proses pikir: waham



Core



Causa



Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah: Kronik



Gangguan konsep diri: harga diri rendah: situasional



3.4 Diagnosa Keperawatan 1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d. perubahan proses pikir: waham 2. Perubahan proses pikir: waham b.d. gangguan konsep diri: harga diri rendah: kronik 3. gangguan konsep diri: harga diri rendah: kronik b.d gangguan konsep diri: harga diri rendah: situasional



13



3.5 Intervensi Keperawatan 1. Waham curiga Merupakan core problem dari pohon masalah No 1



Diagnosa keperawatan Waham curiga



Perencanaan Tujuan



Kriteria evaluasi



Intervensi



Rasional



Tujuan Umum: Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan terarah TUK 1: Kriteria evaluasi: Klien dapat 1. Ekspresi wajah bersahabat membina hubungan 2. Ada kontak mata saling percaya 3. Mau berjabat tangn dengan perawat 4. Mau menjawab salam 5. Klien mau duduk berdampingan 6. Klien mau mengutarakan perasaannya



-



a. Bina hubungan saling percaya dengan mengguanaka n prinsip komunikasi terapeutik Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal Perkenalkan diri dengan



Hubungan saling percaya menjadi dasar interaksi selanjutnya dalam membina klien dalam berinteraksi dengan baik dan benar, sehingga klien mau mengutarakan isi perasaannya.



14



-



-



sopan Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan klien Jelaskan tujuan pertemuan Jujur dan menepati janji Tunjukan rasa empati dan meneria klien apa adanya b. jangan membantah dan mendukung waham klien katakan perawat menerima keyakinan klien katakana perawat tidak mendukung keyakinan klien



Meningkatkan orientasi klien pada realita dan meningkatkan rasa percaya klien pada perawat



Suasana lingkungan persahabatan yang mendukung dalam komunikasi terapeutik



c. yakinkan klien dalam keadaan Mengetahui penyebab aman dan waham curiga dan 15



-



terlindung anda berada di tempat aman dan terlindung gunakan keterbukaan dan kejujuran, jangan tinggalkan klien dalam keadaan sendiri



intervensi selanjutnya yang akan dilakukan oleh klien



1.4 observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas sehari-hari dan perawatan diri klien TUK 2: Kriteria evaluasi: Klien dapat mengidentifikasikan 1. klien dapat mempertahankan kemampuan yang aktivitas seharidimiliki hari 2. klien dapat mengontrol wahamnya



2.1 berikan pujian pada penampilanklien dan kemampuan klien yang realistis 2.2 diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada masa lalu dan saat ini 2.3 tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian ajarkan untuk saat in. 2.4 jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai kebutuhan



Reinforcement positif dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh klien dan harga diri klien Klien terdorong untuk memilih untuk melakukan aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien seperti sebelum sakit.



16



waham tidak ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa klien sangat penting



TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak dimiliki



Kriteria evaluasi:



3.1 obsevasi kebutuhan klien sehari-hari 1. kebutuhan klien 3.2 diskusikan kebutuhan klien terpenuhi yang tidak terpenuhi selama 2. klien dapat dirumah maupun di RS. melakukan aktivitas 3.3 Hubungkan kebutuhan yang secara terarah tidak terpenuhi dengan 3. klien tidak timbulnya eaham melakukan atau 3.4 Tingkatkan aktivitas yang membicarakan dapat memenuhi kebutuhan wahamnya klien dan memerlukan waktu dan tenaga 3.5 Atur situasi aga klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya



Denagn mendengarkan klien akan merasa lebih diperhatikan sehingga klien akan mengungkapkan perasaannya. Observasi dapat mengetahui kebutuhan klien Dengan mengetahui kebutuhan yang tidak terpenuhi maka dapat diketaui kebutuhan yang akan diperlukan Dengan melakukan aktivitas klien tidak akan lagi meggunakan isi wahamnya Dengan situasi tertentu klien akan dapat mengontrol 17



wahamya TUK 4: Klien dapat berhubungan dengan realitas



TUK 5: Klien dapat dukungan dari keluarga



Kriteria evaluasi: 1. Klien dapat berbicara dengan realitas 2. Klien mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok



Kriteria evaluasi; 1. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. 2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk merawat klien dengan waham



4.1 berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, waktu dan tempat 4.2 Sertakan klien dalam Terapi Realitas kelompok: orientasi realitas 4.3 berikan pujian tiap kegiatan positif yang dilakukan oleh klien



Reinforcement mpnting untuk meningkatkan kesadaran klien akan realitas



5.1 diskusikan dengan keluarga tentang: - dejala waham - Cara merawat - follow up dan obat 5.2 anjurkan keluargamelaksanakan dengan bantuan perawat



Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu klien dalam mengendalikan wahamnya



Pujian dapat memotivasi klien untuk meningkatkan kegiatan positifnya



18



TUK 6: Klien dapat menggunakan obat dengan benar



Kriteria evaluasi: 1.



2.



3.



4.



6.1 diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis Klien dapat dan efek samping obat dan menyebutkan akibat penghentian manfaat, efek 6.2 diskusikan perasaan klien samping dan dosis setelah minum obat obat 6.3 berikan obat dengan prisip Klien dapat lima benar dan observasi mendemonstrasika setelah minum obat n penggunaan obat dengan benat Klien dapat memahami akibat berhentinya berhenti mengonsumsi obat tanpa konsultasi Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar dalam penggunaan obat



Obat dapat mengontrol waham yang dialami oleh klien dan dapat membantu penyembuhan klien.



2. Harga diri rendah Harga diri rendah merupakan penyebab terjadinya Waham Curiga. Berikut intervensi untuk Harga diri rendah 19



Diagnosa No keperawata n 2



Harga diri rendah



Perencanaan Tujuan



Kriteria hasil



Intervensi



Rasional



TUM: Klien dapat melakukan hubungan social secara bertahap



20



TUK : 1.Klien dapat membina hubungan saling percaya. 2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 3.Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. 4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.



Kriteria hasil: 1.1 Bina hubungan saling percaya : 1.1 Klien dapat - Sapa klien dengan ramah, mengungkapkan baik verbal maupun perasaanya nonverbal 1.2 Ekspresi wajah - Perkenalkan diri dengan bersahabat sopan 1.3 Ada kontak mata - Tanya nama lengkap klien 1.4 Menunjukkan rasa dan nama panggilan yang senang disukai klien 1.5 Mau berjabat tangan - Jelaskan tujuan pertemuan, 1.6 Klien mau jujur dan menepati janji mengutarakan masalah - Tunjukkan sikap empati dan yang dihadapi menerima klien apa adanya 1.2 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya tentang penyakit yang dideritanya 1.3 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 1.4 Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggungjawab serta mampu menolong dirinya sendiri. 2.1 Diskusikan kemampuan dan



1.1 Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya.



2.1 Pujian akan meningkatkan harga diri



21



aspek positif yang dimiliki kllien dan beri pujian / reinforcement atas kemampuan mengungkapkan perasaannya



klien.



2.2 Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan memberi pujian yang realistis. 3.1 Peningkatan kemampuan 3.1 Diskusikan kemampuan klien mendorong klien untuk yang masih dapat digunakan selama mandiri. sakit 3.2 Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti. 4.1 Pelaksanaan kegiatan 4.1 Rencanakan bersama klien secara mandiri modal awal aktivitas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan harga setiap hari sesuai kemampuan diri. 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. 5.1 Dengan aktivitas klien akan mengetahui 5.1 Beri kesempatan klien untuk



22



mencoba kegiatan yang direncanakan 5.2 Beri pujian atas keberhasilan kllien 5.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah. 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah 6.2 Bantu keluarga member dukungan selama klien dirawat 6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah



kemampuannya



6.1 Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu meningkatkan harga diri klien



23



3.6



Strategi Pelaksanaan



Dx.1: Waham Curiga SP 1p: 1. 2. 3. 4.



Membina hubungan saling percaya Jangan membantah atau mendukung waham klien Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-harinya.



SP 2p : 1. 2. 3. 4.



Mengidentifikasi kemampuan positif pasien Beri pujian pada penampilan klien yang dimiliki pada masa lalu dan saat ini. Tanyakan apa yang bisa dilakukan Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai wahamnya tidak ada



SP 3p: 1. 2. 3. 4. 5.



Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi. Observasi kebutuhan klien sehari-hari Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan



waktu dan tenaga. 6. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya. SP 4 K: 1. Klien dapat berhubungan dengan realitas 2. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, orang lain, waktu, dan tempat) 3. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas. 4. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan oleh klien. Sp 5 k: 1. Klien dapat dukungan dari keluarga 2. Diskusikan dengan keluarga tentang a. Gejala waham b. Cara merawatnya c. Lingkungan keluarga d. Follow up dan obat



24



3. Anjurkan keluarga melaksanakannya dengan bantuan perawat. Sp 6 k: 1. Klien dapat menggunakan obat dengan benar 2. Diskusikan denga klien dan keluarga tentang obat, dosis, efek samping dan akibat penghentian 3. Diskusikan perasaan klien setelah minum obat 4. Berikan obat dengan prinsip 5 benar dan observasi setelah minum obat.



25



BAB IV NASKAH ROLE PLAY Cast : Tn. Lucky



: Arvian



Ny. Linda / Istri Tn.L



: Umdatun



Perawat 1



: Rani



Perawat 2



: Ninik



Teman 1



: Abduh



Teman 2



:Yunita



Sahabat Ny. L & Narator: Siti Aisyah Kasus : Tn.



L,



27



tahun,



sudah



menikah,



baragama



Hindu,



suku



Bali,



kewarganegaraan Indonesia, datang ke poliklinik jiwa RSUD Sanjiwani Gianyar diantar oleh istrinya. Pasien terlihat rapi dan bersih. Saat diwawancara pasien dapat menjawab dengan benar dan lancar menggunakan Bahasa Indonesia. Saat ditanya mengenai keluhan utama pasien mengatakan bahwa dirinya selalu merasa curiga bahwa istrinya berselingkuh dengan orang lain. Perasaan ini sudah dirasakan sejak awal pernikahan pasien empat tahun yang lalu. Perasaan curiga itu mulai dirasakan memberat kira-kira tiga bulan yang lalu setelah pasien yang bekerja sebagai staff marketing di sebuah perusahaan , dan pasien mendapatkan tugas untuk bertanggung jawab dalam memilih iklan yang akan digunakan untuk memasarkan produk sabun mandi. Pada saat memilih video pasien merasa bahwa pemeran wanita dalam video iklan tersebut mirip dengan istri pasien. Saat disanggah bahwa pemeran wanita dalam video tersebut hanya mirip istrinya, pasien bersikeras bahwa wanita di video tersebut adalah istrinya yang sedang berselingkuh dengan pria lain dan video tersebut sengaja dikirim oleh orang untuk menunjukkan bahwa istrinya benar-benar berselingkuh. Sebelumnya pasien juga sering dipanaspanasi oleh teman-temannya bahwa istrinya sering berselingkuh dengan banyak pria. Hal ini sering dilakukan ketika pasien dan temannya sedang mabuk minuman-minuman keras seperti tuak atau arak. Selain itu, saat SMA pasien juga pernah mengokonsumsi narkoba bersama dengan teman-



26



temannya. Awalnya pasien tidak terlalu menghiraukan perkataan temantemannya, namun setelah melihat video tersebut pasien menjadi selalu curiga dan marah-marah serta memaki-maki istrinya. Istri pasien sudah mencoba menjelaskan pada pasien, namun pasien tidak mau menerima penjelasan tersebut dan tetap bersikukuh bahwa wanita di video itu adalah istrinya. Ilustrasi saat Tn.L masih di duduk bangku SMA Teman



: hay bro ayo kita senang-senang, mari kita merayakan kelulusan kita. (sambil membawa botol minuman keras dan mengajak Tn. L bersulang)



Tn.L



: yeah, kita luluuuuuus! (bersulang)



Kebiasaan minum-minuman keras dan konsumsi narkoba sering sekali mereka lakukan, sampai mereka bekerja dan berkeluarga. Empat tahun kemudian, Tn.L menikah dengan seorang perempuan yang cantik dan mudah bergaul dengan semua orang. 3 bulan berlalu sudah, namun Tn. L tetap saja mabuk-mabukan dan kadang konsumsi alcohol, rumah tangganya pun mulai goyah. Ditambah lagi dengan teman-temannya yang sering sekali memberitakan bahwa istrinya sering selingkuh dengan laki-laki lain. Saat dirumah Tn. L



: dek, sini kamu (dengan nada keras)



Ny. L



: sebentar ya mas, ini masih bersihin kamar



Tn.L



: Cepet sini! (nadanya semakin keras)



Dengan sedikit berlari, Istrinya segera bergegas menghampiri suaminya Ny. L



: ada apa mas, kok kelihatannya penting sekali



Tn. L



: Duduk sini, aku mau ngomong sama kamu! (istrinya duduk disebelah suaminya) aku sudah tau semua yang kamu lakukan dibelakangku. Selama ini kamu selingkuh kan dengan laki-laki lain? Saya sudah tau semuanya!



Ny. L



: apa mas? Aku tidak pernah sekalipun menghianati kamu mas. Aku tidak pernah berselingkuh dengan dengan laki-laki manapun. Memangnya kamu tau dari mana berita seperti itu mas?



27



Tn. L



: tuh kan sebenarnya kamu tau, hanya saja kamu tidak pernah mengakuinya dan selalu membohongiku. Sudahlah kamu mengaku saja! Kalau begini caranya mending kita cerai saja!



Ny. L



: mas, kita menikah baru 3 bulan masa gara-gara berita yang tidak jelas begini saja kamu memutuskan untuk bercerai?



Tn. L



: Ah sudahlah, semua omongan kamu itu palsu! (sambil meninggalkan istrinya dan keluar rumah untuk berkumpul dengan teman-temannya)



Ilustrasi Tn. L saat berkumpul bersama dengan teman-temannya Teman 1 : heeh brooo, akhirnya kamu kesini juga. Kita sudah menunggu kamu dari lama. Teman 2 : kenapa wajahmu itu? Ada masalah lagi? Tn. L



: seperti biasanya istriku selalu memancing emosiku. Dia tidak pernah mengaku kalau dia benar-benar selingkuh.



Teman 1 : oh iya bro, kemarin aku lihat istrimu itu jalan ke mall dengan lakilaki lain. Dia sangat mesra sekali. Bahkan sampai berpelukan. Tn. L



: Hmm memang dasar perempuan itu! Awas saja nanti pasti akan aku ceraikan beneran!



Teman 2 : wooww, sudah-sudah kita disini untuk seneng-seneng (sambil mengajak Tn. L bersulang) Keesokan harinya, saat Tn. L tiba di kantornya teman-temannya mengajak untuk mengerjakan proyek untuk iklan sabun mandi karena memang ada tugas dari atasannya. Teman 2 : eh bro, yuk lihat video ini bro ini bagus banget buat iklan kita. Dan gue yakin ini bagus banget. Tn. L



: mana sih (dengan wajah penasaran)



Sambil menyaksikan video Tn. L



: (sambil melototi video) sial! Kenapa istri gue bikin video kayak gini? Siapa pria itu? (sambil mengepalkan tangan dan memukulkan ke meja)



Teman 1 : sabar-sabar bro, maksudmu apaan sih? Teman 2 : hahaha darimananya cewek itu mirip istrimu?



28



Tn. L



: kalian buta? Jelas-jelas yang di video ini istri gue! Kasih tahu gue darimana kalian dapet video ini? Biar gue samperin cowoknya!



Kedua temannya saling bertatapan dan merasa kebingungan dengan tingkah laku Tn. L. sementara itu Tn L semakin terpancing emosinya dan semakin kacau pikirannya gara-gara melihat video tersebut Setibanya dirumah Ny. L



: mas, kamu sudah pulang. Sini mas aku bawain tasnya. (sambil meraih tas suaminya)



Tn. L



: gausah sok perhatian! Aku bisa bawa sendiri! (sambil meninggalkan istrinya dan langsung masuk ke kamar)



Ny. L



: maaas kenapa lagi sih mas? (mengikuti suaminya ke kamar) mas, ada apa lagi sih? Masih marah gara-gara masalah yang kemarin?



Tn. L



:



aku



sudah



muak



sama



kamu!



Sudah



terbukti



semua



perselingkuhanmu dengan laki-laki itu! Aku sudah tidak mau lagi hidup dengan kamu. Ny. L



: mas, bukti yang mana? Aku tidak tau apa-apa mas. Aku memang tidak



pernah



menduakanmu,



aku



tidak



pernah



sekalipun



menghianati kamu mas. (sambil menghadap ke wajah suaminya dan menarik tangannya) Tn. L



: (melepas tangan istrinya) sudahlah pergi sana! (sambil melempar barang-barang yang ada di kamar dan mengusir istrinya untuk pergi dari kamar) pergi sana!



Keesokan harinya, istrinya mencoba untuk membujuk Tn. L agar mau memaafkannya walaupun ia tau bahwa ia tidak bersalah dan tidak pernah menghianati Tn L Ny. L



: mas (mencoba berbicara dengan suaminya) mas gak berangkat sekarang?. Mas kan harus kerja.



Tn. L



: kenapa kamu disini? Aku sudah tidak mau lagi bertemu denganmu.



Ny. L



: mas, iya aku minta maaf. Iya aku tau aku salah, maaf ya.



29



Tn. L



: kamu sudah sadar ternyata. Sudah mulai sekarang kamu tidak usah kerja lagi. Aku tidak percaya kalau kamu masih kerja lagi disana. Biar aku saja yang kerja. Dirumah saja kamu.



Ny. L



: yakin mas? Hmm



Akhirnya, dengan berat hati istrinya pun mau menuruti kemauan suaminya untuk tidak bekerja lagi. Dan seperti biasa, Tn. L kembali bekerja



dan



bertemu dengan teman-temannya. Namun, Tn. L masih selalu curiga bahwa istrinya berselingkuh saat Tn. L bekerja. Kecurigaan Tn. L terhadap istrinya semakin menjadi, bahkan Tn. L menuduh tetangga-tetangganya sedang berselingkuh dengan istrinya. Pikiran Tn. L juga semakin kacau dan tidak karuan karena temantemannya selalu menceritakan hal-hal negative tentang istrinya. Pola pikirnya sudah tidak rasional lagi. Ia semakin benci dengan istrinya dan tidak mau lagi bertemu dengan istrinya. Hingga suatu hari ada sahabat istri Tn. L yang bekerja sebagai petugas kesehatan menyarankan istri Tn. L untuk memeriksakan kondisi mental Tn L. Sahabat Ny L



: Lin, maaf ya kalau apa yang akan aku omongkan nanti akan menyinggung perasaan kamu. Tapi tujuan aku disini baik, aku ingin rumah tangga kamu bisa kembali seperti semula.



Ny L



: Maksud kamu apa?



Sahabat Ny. L : jadi gini, aku curiga kalau suami kamu mengalami sedikitgangguan mental. Akan lebih baik kalau kamu memeriksakan suamimu ke poliklinik jiwa di rumah sakit. Ny L



: masak sih? Kok kayaknya nggak mungkin ya? Dia masih kelihatan normal kok.



Sahabat Ny. L : nggak gitu Lin, tapi daripada nanti malah semakin menjadi. Kan lebih baik kalau kamu memeriksakan suamimu.. lagipula kalau memang benar suamimu masih normal, kan kamu juga nggak akan rugi. Ny. L mulai memikirkan saran yang diberikan sahabatnya, akhirnya Ny. L mengikuti saran dari sahabatnya untuk memeriksakan suaminya. Setibanya di poli jiwa



30



Tn. L



: ngapain kamu ngajak aku kesini? Kamu kira aku yang gila? Bukannya kamu yang gila dengan laki-laki lain?



Ny. L



: enggak mas, aku cuma mau bertemu dengan temanku yang bekerja disini sebentar. Kalau mas nggak mau ikut kedalam, mas tunggu disini saja



Tn L



: baik kalau begitu, jangan lama-lama. Jangan-jangan kamu punya selingkuhan disini



Ny. L



: enggak mas, janji deh aku cuma sebentar.



Istri Tn. L pun masuk ke dalam poli jiwa sendirian, hingga akhirnya ada perawata yang melihat istri Tn. L kebingungan. Perawat 1 : Selamat pagi ibu, ada yang bisa saya bantu? Kelihatannya kok ibu kebingungan.. Ny L



: begini sus, saya sebetulnya kesini bersama suami saya, tapi dia marah-marah dan tidak mau saya ajak masuk.



Perawat 1 : baik bu, sebelumnya perkenalkan dulu saya Rani, perawat di poliklinik ini. Boleh saya tahu Ibu namanya siapa dan apakah ada masalah dengan suami ibu? Ny. L



: Saya Linda. jadi, suami saya itu akhir-akhir ini selalu menuduh saya berselingkuh. Padahal saya sudah menurutinya untuk berhenti bekerja dan sayapun jarang sekali keluar rumah sejak saat itu. Bahkan suami saya mulai menuduh tetangga saya sebagai selingkuhan saya, dan membuat keributan. Karena itu, kemarin teman saya menyarankan untuk membawa suami saya kesini untuk diperiksa.



Perawat 1 : baik ibu, boleh saya tahu sekarang suami ibu dimana? Ny. L



: tadi saya memintanya untuk menunggu ke taman, saya tadi kesini dengan alasan untuk menemui teman saya disini.



Perawat 1 : baik bu, bisakah ibu menunjukkan dimana suami ibu sekarang? Saya ingin mencoba untuk berbicara dengannya. Ny. L



: Iya sus, ayo saya antar.



Ny. L menunjukkan dimana suaminya berada, yaitu di salah satu bangku di taman. Perawat 1 kemudian menghampiri Tn L dan mengajaknya bicara.



31



Perawat 1 : selamat pagi pak, kenalkan saya suster rani. Saya perawat di poli ini pak, bapak namanya pak siapa? Tn. L



: saya pak lucky.



Perawat 1 : bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak rasakan sekarang? Tn. L



: bisa sus



Perawat 1 : berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Tn. L



: terserah suster aja



Perawat 1 : bagaimana kalau 15 menit? Tn. L



: iya sus



Perawat 1 : dimana enaknya kita berbincang-bincang pak? Tn. L



: di sini aja (taman)



Perawat 1 : baiklah pak, kita berbincang-bincang di sini aja ya? Tn. L



: iya sus



Perawat 1 : baik, pak lucky. Saya adalah temannya istri bapak, Bu Linda. Tadi istri bapak sedikit bercerita dengan saya tentang apa yang sedang terjadi. Dan istri bapak meminta saya untuk membantu menyelesaikan masalah bapak. Tn. L



: dia cerita apa sus? Dia pikir saya yang sakit? Bukannya dia yang tergila-gila dengan laki-laki lain



Perawat 1 : Sabar dulu pak (sambil menyentuh pundak pasien), bapak boleh kok cerita ke saya apa yang selama ini bapak rasakan Tn. L



: saya merasa kalau selama ini istri saya selingkuh di belakang saya



Perawat 1 : saya mengerti kalau bapak merasa kalo istri bapak selingkuh di belakang bapak, tapi apakah bapak tau sendiri kalo istri bapak telah selingkuh? Tn. L



: saya yakin kalo istri saya selingkuh dan yang saya lihat itu benarbenar wajah istri saya sus



Perawat 1: bagaimana bapak yakin kalo itu istri bapak? Tn. L



: saya kenal istri saya dan saya yakin kalo itu istri saya, tean teman saya juga sering bilang kalo istri saya sering selingkuh di belakang saya



32



Perawat 1: rasa curiga bapak mengganggu kerja bapak atau tidak? Tn. L



: iya sus, saya sangat tidak kosentrasi kalok sedang kerja, karena teman-teman



saya



juga



selalu



membicarakan



tentang



perselingkuhan istri saya. Pokoknya saya selalu merasa curiga dan selalu emosi mendengar berita tentang perselingkuhan istri saya Perawat 1 : baiklah pak, saya rasa cukup perbincangan kali ini dengan bapak, karena waktunya juga sudah habis. saya lihat juga bapak sudah lelah dan butuh istirahat, Tn. L



: iya sus saya sudah lelah hari ini



Perawat 1 : bagaimana kalo kita buat jadwal lagi buat berbincang-bincang dengan bapak? Tn. L



: iya sus, kapan?



Perawat 1 : bagaimana kalo besok lusa bapak datang lagi kesini? Kita akan berbincang-bincang lagi tentang masalah bapak? Tn. L



: iya sus, lusa saya akan kesini lagi. Suster enak kalau diajak ngobrol, nggak kayak istri saya.



Perawat 1 : terimakasih ya pak sudah berbincang-bincang dengan saya? Tn. L



: iya sama sama sus



Perawat 1 : Baik pak, sekarang bapak bisa menemui istri bapak yang sedang menunggu di rung tunggu Dua hari kemudian Tn. L datang kembali ke Poli Jiwa bersama istrinya untuk berkonsultasi lagi dengan perawat (SP 2) Setibanya di Poli Jiwa Perawat 1 : selamat pagi pak? Bagaimana kabar bapak pada hari ini? Tn. L



: pagi sus, baik



Perawat 1 : bagus kalo gitu. Bagaimana kalo kita lanjutkan perbincangan kita lagi yang kemarin telah tertunda? Tn. L



: iya sus



Perawat 1 :



dimana



enaknya



tempat



kita



melakukan



perbincangan?



Bagaimana kalok di taman? Tn. L



: iya sus di taman aja



33



Perawat 1 : berapa lama waktu yang bapak mau untuk kita melakukan perbincangan? Bagaimana kalau 20 menit? Tn. L



: 10 menit aja sus



Perawat 1 : baik kalo gitu 10 menit ya pak. Perawat dan Tn. L pergi ke taman untuk melakukan perbincangan kembali Perawat 1 : gimana pak setelah kita ngobrol kemarin apa yang bapak rasakan sekarang? Apakah sudah tidak curiga lagi pada istri bapak? Tn. L



: masih saja curiga sus. Karena berita perselingkuhan itu tetap saja dipikiran saya sus. Saya tidak bisa menghilangkannya. Bukti yang saya lihat juga sangat jelas kalau istri saya selingkuh dan bermesraan dengan laki-laki lain. (sambil memegang kepala)



Perawat 1 : rasa curiganya masih mengganggu kerja bapak? Tn. L



: yaa kalau rasa curiga itu muncul, saya kadang agak malas bekerja saya selalu emosi sus.



Perawat 1 : ooh, tapi saya pikir penampilan bapak tidak berubah ya, tetap saja kelihatan rapi wangi. Tetap dipertahankan ya pak. Bagaimana pak, masih lanjut kita ngobrolnya? Tn. L



: sudah dulu deh sus, saya juga ingin kumpul dengan teman-teman saya.



Perawat 1 : oh begitu ya pak,, ya sudah tidak apa-apa. Tapi bisa ngga pak kalau misalnya besok lusa kita ketemu lagi buat ngobrol-ngobrol lagi membahas perkembangan kondisi bapak. Bagaimana pak? Bapak bersedia? Tn. L



: iya sus, besok lusa saja. Setelah saya pulang kerja saja ya sus



Perawat 1 : oh iya pak, sebisanya bapak saja. Ketemu di sini lagi ya pak Tn. L



: iya baik sus, sampai ketemu besok lusa ya sus



(SP 3) Perawat 1 : selamat sore pak, bagaimana kabar bapak sore ini? Tn. L



: sore sus, baik kok sus



Perawat 1 : kita berbincang-bincang lagi ya pak, melanjutkan perbincangan kita kemarin dan membicarakan obat yang bapak minum? Tn. L



: iya sus



34



Perawat 1 : baik pak. Apakah bapak mau melakukan perbincangan disisni? Dan derapa menit kita mau berbincang-bincang? Tn. L



: di taman lagi aja sus, untuk waktu perbincangannya 15 menit aja seperti biasa



Perawat 1 : baik pak mari kita mulai bincang-bincangnya Tn. L



: iya sus mari kita mulai



Perawat 1 : apakah bapak masih curiga dengan istri bapak? Tn. L



: iya sus, karena kemarin teman-teman saya masih bilang kalok istri saya selingkuh



Perawat 1 : mungkin sebaiknya bapak untuk sementara ini menghindari berkumpul dengan teman-teman bapak supaya bapak tidak curiga lagi kepada istri bapak dan bapak harus minum obat yang di resepkan dokter Tn. L



: baik sus akan saya lakukan



Perawat 1 : kemarin apa saja obat yang bapak minum dan jam berapa saja bapak minum obat itu? Tn. L



: 3 macam sus, saya minum tiap 3 hari sekali



Perawat 1 : bapak harus minum obat ini agar pikiran jadi tenang, tidurnya juga tenang. Apakah bapak sudah meminum obatnya? Tn. L



: apakah benar sus? Belom saya minum sus



Perawat 1 : iya pak obanya ini ada 3 macam pak, yang namanya oranye itu namanya CP gunanya agar bapak tenang, yang putih itu namanya THP gunanya agar bapak rileks, dan warna merah itu namanya HLP gunanya agar pikiran bapak teratur, semuanya ini di minum3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Tn. L



: o begitu ya sus, iya nanti akan saya minum sus



Perawat 1 : bagus, bila nanti saat bapak minum obat mulut bapak terasa kering, bapak bisa melakukan banyak-banyak minum dan menghisap Es batu untuk membantu mengatasi rasa kering di mulut itu



35



Tn. L



: iya nanti jika saya saat minum obat terus terasa kering di mulut akan saya hilangkan rasa kering itu dengan banyak-banyak minum dan menghisap Es batu sus



Perawat 1 : tetapi sebelum minum 3 macam obat ini bapak harus melihat apakah di obat tersebut terdapat tulisan nama bapak, jika terdapat nama bapak maka itu memang obat bapak dan harus bapak minum Tn. L



: baik sus, kalok saya mau minum obat terlebih dahulu saya akan mengecek apakaah obat itu obat saya yang harus saya minum apa tidak



Perawat 1 : obat obat ini harus bapak minum secara teratur dan kemungkinan besar obat ini harus bapak minum dalam waktu yang lama dan agar tidak kambuh lagi sebaiknya bapak tidak menghentikan sendiri obat yang harus di minum sebelum berkonsultasi dengan dokter. Tn. L



: baik sus akan saya lakuakan apa yang di beritahukan oleh suster.



Perawat 1 : bagus pak. Setelah berbincang-bincang dengan saya tentang obat yang harus bapak minum, bagaimana perasaan bapak? Tn. L



: ya saya sudah lega, saya sudah tau bagaimana cara mengatasi rasa curiga saya terhadap istri saya jika sewaktu-waktu muncul



Ilustrasi perencanaan kepada keluarga Perawat 2 : selamat pagi buk (berjabat tangan) kenalkan saya suster ninik. Nah saya dengan teman saya ini adalah perawat yang menangani bapak lucky suami ibu. Ny. L



: oh iya sus



Perawat 2 : jadi begini bu, saya ingin memberitahukan tentang perkembangan kondisi bapak lucky mulai dari dibawa kesini sampai sekarang saat sudah mendapatkan penanganan dari kami. Ny. L



: oh iya sus saya ingin sekali mengetahui kondisi suami saya sekarang



Perawat 2 : jadi, syukur kondisi pak lucky mulai dari dibawa kesini sampai sekarang perkembangannya lumayan signifikan. Bapak sudah mulai bisa terkontrol pola pikirnya yang aneh-aneh tersebut. kemarin saya juga sudah mulai mengajari bapak cara minum



36



obatnya dengan benar. tentunya juga dengan pengawasan dari ibu juga. Ny. L



: iya terima kasih banyak ya sus, saya rasa suami saya sekarang juga sedikit agak berkurang rasa curiganya terhadap saya. Dia juga jarang kumpul dengan teman-temannya yang dulu.



Perawat 2 : iya, memang kita juga menyarankan agar pak lucky membatasi untuk bergaul dengan teman-temannya tersebut bu. Karena memang justru teman-temannya itulah yang memberikan efek negative kepada suami ibu. Ny. L



: oh ya sus, lalu apa yang harus saya lakukan sekarang untuk bisa mencegah



perilaku



suami



saya



tersebut?



Tidak



menutup



kemungkinan juga kan sus kalau misalnya sewaktu-waktu suami saya bisa kambuh? Lalu apa yang harus saya lakukan sus? Perawat 2 : salah satunya dengan membatasi pergaulan suami ibu dengan teman-temannya tersebut bu. Kedua, ibu harus sebisa mungkin perbanyak waktu dengan suami ibu. Apalagi kalau ada waktu senggang, sempatkan untuk minimal ngobrol dengan suami ibu. Tambahkan juga dengan kegiatan yang positif untuk mengisi waktu liburan bersama suami ibu. Dan jangan lupa, selalu ingatkan suami ibu untuk meminum obatnya secara teratur. Ny. L



: oh begitu ya sus



Perawat 2 : iya buk. Ini saya perlihatkan juga obat yang diberikan kepada pak lucky. obanya ini ada 3 macam bu, yang namanya oranye itu namanya CP gunanya agar bapak tenang, yang putih itu namanya THP gunanya agar bapak rileks, dan warna merah itu namanya HLP gunanya agar pikiran bapak teratur, semuanya ini di minum3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Ny. L



: hmm iya-iya sus, saya akan mengawasi suami saya agar minum obat secara teratur



Perawat 2 : iya terima kasih bu Seiring berjalannya waktu, kondisi Tn. L semakin membaik dan rasa curiga terhadap istrinya pun mulai berkurang



37



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Waham adalah suatu keadaam dimana seseorang individu mengalami sesuatu kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas – aktivitas kognitif. Faktyor predisposisi waham meliputi perkembangan social cultural, psikologis, genetic, biokimia,. Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal terganggu maka individu mengalami stress dan kecemasan. Penatalaksanaan dengan menentukan sesuai indikasi apakah perlu perawatan psikiatrik di rumah sakit, mendesak atau elektif. Apabila tidak dirawat, siapkan tindak lanjut psikiatrik dan untuk agitasi psikotik. Berikan haloperidol (haldol) 5 mg, atau klorpromazin (thorazine) 50 mg, peroral atau intramuscular, ini boleh diulangi tiap jam sampai pasien menjadi tenang. Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul adalah Resiko tinggi perilaku kekerasan b.d. perubahan proses pikir: waham, Perubahan proses pikir: waham b.d. isolasi sosial: menarik diri, Isolasi sosial: menarik diri b.d. gangguan konsep diri: harga diri rendah: kronis



38



DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti, mukhripah. 2012. Asuhan keperawatan jiwa. Bandung : PT refika aditama Keliat, BA. 1998. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC Putra, Ida Bagus Alit. 2002. Hubungan Antara Karakteristik Tenaga Perawat dengan Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (Waham) di Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Undergraduate thesis, Diponegoro University. Susanti, Herni. 2010. Defisit Perawatan Diri pada Klien Skizofrenia: Aplikasi teori Keperawatan Orem. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 13, No. 2, Juli 2010; hal 87-97 Townsend, mary C. 1998. Nursing diagnosis psychiatric Nursing : a pocket guide for care plan constructions. Philadelphia : F.A Davis company Yosep, iyus. 2009. Keperwataan jiwa . bandung : Refika aditama



39