Wiwiek Laporan Kasus Tn. I [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA



LAPORAN KASUS



FAKULTAS KEDOKTERAN



20 JANUARI 2021



UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU



GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN STIMULANSIA LAIN TERMASUK KAFEIN DENGAN GANGGUAN PSIKOTIK PREDOMINAN HALUSINASI



Disusun Oleh: Nama



: LA ODE MUH. SALEHUDDIN, S.Ked



Stambuk



: 17 20 777 14 422



Pembimbing



: dr. Merry Tjandra, M.Kes, Sp.KJ



DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK



PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU 2021 1



HALAMAN PENGESAHAN



Nama



: LA ODE MUH. SALEHUDDIN



No. Stambuk



: 17 20 777 14 422



Fakultas



: Kedokteran



Program Studi



: Pendidikan Dokter



Universitas



: Alkhairaat Palu



Judul Laporan Kasus



: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafein dengan gangguan psikotik predominan halusinasi



Bagian



: Ilmu Kesehatan Jiwa



Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RSD MADANI PALU Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat



Palu, 25 Februari 2019 Pembimbing



dr. Merry Tjandra, M.Kes, Sp. KJ



2



BAB 1 LAPORAN KASUS PSIKIATRI I.



Identitas Pasien -



Nama



: Tn. J



-



Umur



: 19 tahun



-



Jenis kelamin



: Laki-laki



-



Agama



: Islam



-



Alamat



: Desa Watunonju, Sigi Biromaru



-



Suku



: Kaili



-



Pendidikan terakihir



: SMA



-



Status Perkawinan



: Belum Kawin



-



Warga Negara



: Indonesia



-



Pekerjaan



: PENGANGGURAN



-



Tanggal Pemeriksaan



: 14 Februari 2019



-



Tempat Pemeriksaan



: Ruang Sawo, RSD Madani Palu



II. LAPORAN PSIKIATRIK A. Riwayat Psikiatri Riwayat penyakit pasien diperoleh dari anamnesis terhadap pasien sendiri (autoanamnesis) yang dilakukan di Ruang Sawo, RSD Madani Palu dan alloanamnesis terhadap keluarga. B. Keluhan Utama Mengamuk C. Riwayat Gangguan Sekarang Seorang laki-laki umur 20 tahun masuk UGD RSD Madani Palu pada tanggal 17 januari 2021. Diantar oleh keluarganya dengan keluhan gelisah dan mengamuk, dialami sudah 7 hari yang lalu. Pasien suka marah- marah dan merasa gelisah. Hal ini juga yang menyebabkan orang-orang disekitarnya merasa terganggu. Menurut keluarganya (ibu), pasien sering meminta uang pada ibunya untuk berbagai keperluan salah satunya adalah dengan keperluan



3



niat kuliah, tes penerimaan polisi ataupun tentara. Menurut keluarganya pasien juga pernah tidur sambil memegang pisau. Menurut keluarganya bahwa pasien terkadang suka tertawa-tertawa sendiri tengah malam hari Pasien mengaku tidak memiliki riwayat halusinasi. Pasien juga memiliki riwayat merokok dan konsumsi minuman keras sejak usia 15 tahun. Menurut pasien mengkonsumsi rokok dan miras karena berwal dari ajakan temantemannya. Pasien pernah berurusan dengan pihak kepolisian karena tersandung kasus tawuran Bersama teman-temannya. Dan juga berdiam diri didalam mobil tetangga pasien yang membuat tetangga pasien merasa ketakutan. Pasien pernah masuk rumah sakit kurang lebih 1 tahun lalu dengan keluhan mengamuk. Saat ini pasien merasakan ingin pulang kerumah. Nafsu makan tidak terganggu, perasaan saat ini sudah lebih baik, BAK dan BAB lancar.  Hendaya/ Disfungsi Hendaya Sosial



(-)



Hendaya Pekerjaan



(-)



Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (-)  Faktor Stressor Psikososial Pasien merasa kecewa karena tidak dibelikan motor oleh ibunya  Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya. Pasien memiliki riwayat penyakit psikis sebelumnya. Pasien sudah pernah dirawat di RSD Madani Palu sekitar 3 bulan lalu. D. Riwayat Gangguan Sebelumnya 1. Riwayat Gangguan Psikiatri Pasien sudah pernah 1 kali dirawat di RSD Madani Palu dengan keluhan mengamuk sekitar 2 hari yang lalu keluar dari rumah sakit. 2.



Riwayat Gangguan Medis -



Riwayat kejang



: Tidak ada



4



-



Riwayat cedera kepala



: Tidak ada



-



Riwayat infeksi



: Tidak ada



-



Riwayat hipertensi



: Tidak ada



-



Riwayat diabetes melitus



: Tidak ada



-



Riwayat opname



: Tidak ada



2. Riwayat Penyalahgunaan Zat -



Riwayat penggunaan NAPZA: Tidak ada



-



Riwayat meminum alkohol



: Ada



-



Riwayat merokok



: Ada



E. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Prenatal dan Perinatal Pasien lahir normal dan cukup bulan dan ditolong oleh bidan. Pertumbuhan dan perkembangan pasien baik seperti anak seusianya 2. Masa Kanak Awal (sampai 1-3 Tahun) Pasien mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya, tumbuh kembang baik layaknya anak normal lain seusianya. 3. Masa Kanak Pertengahan (4-10 tahun) Pasien tidak mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman Kanak-kanak. Pasien mengaku langsung masuk ke Sekolah Dasar. Pada masa kanak-kanak pasien akrab dan mudah bergaul dengan teman sebayanya. Prestasi akademis di sekolah biasa-biasa saja dan tidak pernah tinggal kelas. Pada waktu kelas 4 pasien (usia sekitar 10 tahun) kehilangan bapak kandungnya. 4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun) a. Hubungan dengan Teman Sebaya Sering terjadi perkelahian dengan teman sebayanya. Pasien cenderung akrab dengan teman-teman sebayanya b. Hubungan dengan Keluarga Pasien tidak terlalu dekat dengan keluarga dan lebih sering bergaul dengan teman sebayanya



5



c. Riwayat Sekolah Pasien baru menyelesaikan sekolahnya pada tingkat SMK. d. Perkembangan Kognitif dan Motorik Tidak ada masalah/kemunduran dalam fungsi kognitif. Pasien mengaku memiliki hobi bermain gitar. e. Masalah Fisik dan Emosi Remaja yang Utama Tidak ada masalah fisik, emosi pasien memang cenderung stabil f. Riwayat Psikoseksual Tidak diketahui g. Latar Belakang Agama Pasien kurang taat beribadah. F. Riwayat Kehidupan Keluarga Pasien merupakan bungsu dari 3 bersaudara. Pasien kehilangan bapak kandungnya saat pasien kelas 4 SD, dan saat ini pasien tinggal bersama ibunya. Tidak ada riwayat keluarga yang menderita penyakit serupa. G. Riwayat Situasi Sekarang Pasien tinggal bersama ibunya dan kaka-kakaknya H. Presepsi Pasien tentang diri dan Kehidupannya Pasien merasa dirinya sakit namun sudah membaik dan ingin cepat pulang untuk bertemu keluarga dan teman-temannya. III. Pemeriksaan Status Mental a) Deskripsi Umum 1) Penampilan Tampak seorang laki-laki wajah tampak sesuai dengan usianya, menggunakan baju kaos dan celana pendek. Pasien tampak rapi, perawatan cukup. Perawakan tinggi berkisar 1,5 meter, tubuh sedang, rambut hitam pendek, kulit sawo matang. 2) Kesadaran: Compos Mentis 3) Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tampak gelisah



6



4) Pembicaraan: banyak bicara, intonasi sedang. 5) Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif b) Keadaan Afektif 1) Mood



: stabil



2) Afek



: stabil



3) Keserasian: Serasi 4) Empati :Tidak dapat dirabarasakan c) Fungsi Intelektual atau Kognitif 1) Taraf pendidikan



: Sesuai dengan pendidikan



2) Daya konsenterasi



: Baik



3) Orientasi Waktu



: Baik



Tempat



: Baik



Orang



: Baik



4) Daya ingat Jangka Panjang



: Baik



Jangka Pendek



: Baik



Segera (immediet memory) : Baik 5) Pikiran abstrak



: Baik



6) Bakat Kreatif



: bermain gitar



7) Kemampuan menolong diri sendiri : Baik d) Gangguan Persepsi 1) Halusinasi



: Tidak ada



2) Ilusi



: Tidak ada



3) Depersonalisasi



: Tidak ada



4) Derealisasi



: Tidak ada



e) Proses Berpikir 1) Arus Pikiran -



Produktivitas : Cukup Ide



-



Kontinuitas



: relevan



7



-



Hendaya berbahasa: Tidak ada



2) Isi Pikiran -



Preokupasi



: ingin jadi tantara atau polisi



-



Gangguan isi pikiran : Tidak ada



f) Pengendalian Impuls Baik g) Daya Nilai 1) Norma sosial



: baik



2) Uji daya nilai



: baik



3) Penilaian Realitas : baik h) Tilikan (insight) Derajat 2 :cukup sadar akan penyakitnya dan membutuhkan bantuan, tapi diwaktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya. i) Taraf Dapat Dipercaya Dapat dipercaya. IV. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut 1. Status Internus a. Kesan umum : Kompos mentis, gizi baik, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-). b. Tanda vital



: Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi: 90 x/menit,



suhu: 36,6oC, respirasi: 20 x/menit. c. Kepala



: Dalam batas normal.



d. Leher



: Dalam batas normal.



e. Thorak



: Dalam batas normal.



f. Abdomen



: Dalam batas normal.



g. Ekstremitas



: Dalam batas normal



2. Status Neurologis a. Fungsi kesadaran



: GCS E4V5M6.



b. Fungsi luhur



: Dalam batas normal.



c. Fungsi kognitif



: Dalam batas normal.



8



d. Fungsi sensorik



: Dalam batas normal.



e. Fungsi motorik



: Dalam batas normal.



Kekuatan Normal



Tonus



R. Fisiologis



Normal



++ ++ ++ ++



R. Patologis -



-



V. Ikhtisar Penemuan Bermakna Seorang laki-laki umur 20 tahun masuk UGD RSD Madani Palu pada tanggal 17 januari 2021. Diantar oleh keluarganya dengan keluhan gelisah dan mengamuk, dialami sudah 7 hari yang lalu. Pasien suka marah- marah dan merasa gelisah. Hal ini juga yang menyebabkan orang-orang disekitarnya merasa terganggu. Menurut keluarganya (ibu), pasien sering meminta uang pada ibunya untuk berbagai keperluan salah satunya adalah dengan keperluan niat kuliah, tes penerimaan polisi ataupun tentara. Menurut keluarganya pasien juga pernah tidur sambal memegang pisau. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat halusinasi. Pasien mengalami perubahan mental yang tidak menentu, terkadang suka tertawa sendiri dimalam hari dan kadang terdiam dan tidak mau makan Pasien pernah berurusan dengan pihak kepolisian kerana tersandung kasus tawuran Bersama teman-temannya. Dan juga berdiam diri didalam mobil tetangga pasien yang membuat tetangga pasien merasa ketakutan. Pasien pernah masuk rumah sakit kurang lebih 1 tahun lalu dengan keluhan mengamuk. Saat ini pasien merasakan ingin pulang kerumah. Nafsu makan tidak terganggu, perasaan saat ini sudah lebih baik, BAK dan BAB lancar. Perilaku dan aktivitas psikomotor pasien gelisah, sulit tidur, mood labil, afek labil. Gangguan proses berfikir didapatkan produktivitas cukup ide; kontinuitas: asosiasi longgar. Tilikan derajat 2.



9



VI. Evaluasi Muktiaksial Aksis I 1. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan



yang telah dilakukan



pada pasien ini didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna berupa mengamuk, tertawa sendiri dan terkadang terdiam dan tak mau berbicara keadaan ini menimbulkan disstress bagi pasien dan keluarganya, serta menimbulkan disabilitas dalam kehidupan sosial dan pekerjaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan Jiwa. 2. Dari pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita. 3. Pada status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelaianan yang mengindikasi gangguan medis umum seperti trauma kepala, infeksi otak, riwayat kejang. 4. Dari anamnesis didapatkan pasien mengamuk, terdiam dan terkadang bersemangat, dengan ;ebih dari 2 episode. Dan berlansung sampai 7 hari Maka, berdasarkan PPDGJ-III maka gejala tersebut masuk dalam diagnosa F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik 5. Dari



autoanamnesis



didapatkan



perilaku



pasien



yang



terkadang



bersemangat untuk mengikuti tes penerimaan polisi atau tantara dan terkdang tiba-tiba diam dan tak mau makan. Dan hal tersebut sudah terjadi sudah lebih dari 2 kali dalam kurun waktu hamper setahun Aksis II : Ciri kepribadian emosional tak stabil Aksis III : Tidak ada diagnosis Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan social dan pihak yang berwajib Aksis V : GAF scale 70-61: beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.



10



VII. Diagnosis banding:



VIII. Daftar Masalah 1. Organobiologik Tidak



ditemukan



ketidakseimbangan



adanya



gangguan,



neurotransmitter



tetapi



sehingga



diduga pasien



terdapat



memerlukan



farmakoterapi. 2. Psikologik Ditemukan



adanya



masalah/stressor



psikososial



sehingga



pasien



membutuhkan psikoterapi IX. Prognosis a. Faktor pendukung: - Kepatuhan minum obat - Tidak ada penyakit yang lain menjadi pemberat keadaan sekarang (komorbid). - Tidak ada Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga b. Faktor penghambat: - Umur muda. X. Rencana Pengobatan Lengkap 1. Farmakologi - Haloperidol 5 mg 2 x 1 tablet - Antimania (adjuvant therapy): Carbamazepin 200 mg 2 x 1 tablet 2.



Non farmakologi a.



Psikoterapi individual suportif - Edukasi pada pasien untuk menghardik halusinasinya. - Pengenalan



terhadap



penyakit,



manfaat



pengobatan,



cara



pengobatan, dan efek samping pengobatan. - Memotivasi agar minum obat secara teratur



11



- Menyarankan agar pasien lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepadaTuhan YME agar dirinya diberi ketenangan dalam menghadapi masalah yang ada. b.



Pada keluarga - Edukasi tentang keadaan pasien dan kondisi pasien, - Memberikan perhatian, dukungan, serta semangat penuh terhadap pasien.



XI. Follow up Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping obat yang diberikan.



12



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN NAPZA (Narkotika,



Psikotropika



dan Zat Adiktif lain)



adalah



bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran. B. JENIS NAPZA YANG DISALAHGUNAKAN 1. Narkotika Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, NARKOTIKAadalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan : 



Narkotika Golongan I : Narkotika



yang hanya dapat



digunakan



untuk tujuan



ilmu



pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja) 



Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan



13



ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin) 



Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).



2. Psikotropika Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Yang dimaksud dengan PSIKOTROPIKA adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut : 



Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)







Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta



menpunyai



potensi



kuat



mengakibatkan



sindroma



ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin) 



Psikotropika



golongan



III



:



Psikotropika



yang



berkhasiat



pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam). 



Psikotropika



Golongan



IV



:



Psikotropika



yang



berkhasiat



pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan



ilmu



mengakibatkan



pengetahuan sindrom



serta



mempunyai



ketergantungan



potensi



(Contoh



:



ringan



diazepam,



bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG). 14



3. Zat adiktif lainnya Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi : 



Minuman berakohol, Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minumanberakohol, yaitu : o Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir) o Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur) o Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput.)







Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.







Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.



Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan menjadi tiga golongan: 1. Golongan Depresan Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, 15



pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain. 2. Golongan Stimulan Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain. 3. Golongan Halusinogen Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin C. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN Penyalahgunaan dan Ketergantungan adalah istilah klinis/medik-psikiatrik yang menunjukan ciri pemakaian yang bersifat patologik yang perlu di bedakan dengan tingkat pemakaian psikologik-sosial, yang belum bersifat patologik Penyalahgunaan Napza adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. Ketergantungan



Napza



adalah



keadaan



dimana



telah



terjadi



ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal symptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara “normal” D. TINGKAT PEMAKAIAN NAPZA



16







Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA yang tujuannya ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat.







Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use) : yaitu pemakaian NAPZA dengan tujuan bersenang-senang,pada saat rekreasi atau santai. Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini,namun sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih berat







Pemakaian Situasional (situasional use) : yaitu pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaaqn, dan sebagainnya, dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.







Penyalahgunaan



(abuse):



yaitu



pemakaian



sebagai



suatu



pola



penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mapu mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang kali mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai oleh : tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan baik,perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan terganggu, sering bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif. 



Ketergantungan (dependence use) : yaitu telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi dosisnya. Agar tidak berlanjut pada tingkatyang lebih berat (ketergantungan), maka sebaiknya tingkat-tingkat pemakaian tersebutmemerlukan perhatian dan kewaspadaan keluarga dan masyarakat. Untuk itu perludilakukan penyuluhan pada keluarga dan masyarakat.



E. PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA 17



Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara faktor yang terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya zat (NAPZA). Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single cause) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan NAPZA adalah sebagian berikut : 1. Faktor individu : Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun



sosial



yang



pesat



merupakan



individu



yang



rentan



untuk



menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Ciri-ciri tersebut antara lain : o Cenderung membrontak dan menolak otoritas o Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti Depresi, Cemas, Psikotik, keperibadian dissosial. o Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku o Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan memiliki citra diri negatif (low self-esteem) o Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif o Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran o Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun) o Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambang keperkasaan dan kehidupan modern. o Keinginan untuk diterima dalam pergaulan. o Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan” o Kurang menghayati iman kepercayaannya 2. Faktor Lingkungan : Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik disekitar



rumah,



sekolah,



teman



sebaya



maupun



masyarakat.



Faktor



18



keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah : a. Lingkungan Keluarga o Komunikasi orang tua-anak kurang baik/efektif o Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga o Orang tua otoriter atau serba melarang o Orang tua yang serba membolehkan (permisif) o Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan o Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga o Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna NAPZA b. Lingkungan Sekolah o Sekolah yang kurang disiplin o Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA o Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif o Adanya murid pengguna NAPZA c. Lingkungan Teman Sebaya o Berteman dengan penyalahguna o Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar d. Lingkungan masyarakat/sosial o Lemahnya penegakan hukum o Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung 3. Faktor Napza 



Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”







Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba



19







Khasiat farmakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri, menidurkan, membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.



Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA. F. DIAGNOSIS Klasifikasi kondisi medis akibat penggunaan zat, antara lain : 1.



Kriteria DSM-IV-TR untuk intoksikasi zat A. Berkembangnya sindrom spesifik zat yang reversible akibat baru saja mengonsumsi (atau terpajan) suatu zat. B. Terdapat perubahan perilaku atau psikologis yang maladaptive dan signifikan yang disebabkan oleh efek zat tersebut pada system saraf pusat (contoh agresif, labilitas mood, hendaya kognitif, daya nilai terganggu, fungsi social dan okupasional terganggu) dan timbul selama atau segera setelah penggunaan zat. C. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.



2.



Kriteria DSM-IV-TR untuk keadaan putus zat A. Berkembangnya sindrom spesifik zat akibat penghentian (atau pengurangan) penggunaan zat yang telah berlangsung lama dan berat. B. Sindrom spesifik zat menyebabkan penderitaan atau hendaya yang secara klinis signifikan dalam fungsi social, okupasional, atau area fungsi penting lain C. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain



3. Kriteria DSM-IV-TR untuk penyalahgunaan zat A. Suatu pola maladaptive penggunaan zat yang menimbulkan hendaya atau penderitaan yang secara klinis signifikan seperti



20



dimanifestasikan oleh satu (atau lebih) hal berikut, yang terjadi dalam periode 12 bulan : 1) Penggunaan



zat



berulang



mengakibatkan



kegagalan



memenuhi kewajiban peran utama dalam pekerjaan, sekolah atau rumah (contoh absen berulang atau kinerja buruk dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan zat, absen, skors atau dikeluarkan dari sekolah. 2) Penggunaan zat berulang pada situasi yang secara fisik berbahaya (contoh mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin saat sedang mengalami hendaya akibat penggunaan zat). 3) Masalah hokum berulang terkait zat (contoh penahanan karena perilaku kacau terkait zat). 4) Penggunaan zat berlanjut meski memiliki masalah social atau interpersonal yang persisten atau rekuran yang disebabkan atau dieksaserbasikan oleh efek zat (contoh berselisih dengan pasangan tentang konsekuensi intoksikasi, perkelahian fisik). B. Gejala tidak memenuhi kriteria ketergantungan zat untuk kelas zat ini. 4. Kriteria DSM-IV-TR untuk ketergantungan zat Suatu pola maladaptive penggunaan zat, yang menimbulkan hendaya atau penderitaan yang secara klinis signifikan, yang dimanifestasikan oleh tiga (atau lebih) hal berikut), terjadi dalam periode 12 bulan yang sama: 1) Toleransi seperti didefinisikan salah satu dibawah ini a) Kebutuhan untuk terus meningkatkan jumlah zat untuk mencapai inoksikasi atau efek yang diinginkan. b) Penurunan efek yang sangat nyata dengan berlanjutnya penggunaan zat dalam jumlah yang sama. 2) Putus zat seperti didefinisikan salah satu dibawah ini: a) Karakteristik sindrom putus zat untuk zat tersebut



21



b) Zat yang sama (atau berkaitan erat) dikonsumsi untuk meredakan atau menghindari gejala putus obat 3) Zat sering dikonsumsi dalam jumlah besar atau dalam periode yang lebih lama daripada seharusnya. 4) Terdapat keinginan persisten dan ketidakberhasilan upaya untuk mengurangi atau mengendalikan suatu zat. 5) Menghabiskan



banyak



waktu



melakukan



aktivitas



yang



diperlukan untuk memperoleh zat (contohnya mengunjungi dokter atau berkendara jarak jauh) menggunakan zat (contoh merokok seperti kereta api) atau untuk pulih dari efeknya. 6) Mengorbankan atau mengurangi aktivitas rekreasional, pekerjaan atau sosial yang penting karena penggunaan zat. 7) Penggunaan zat berlanjut meski menyadari masalah fisik atau psikologis rekuren yang dialami mungkin disebabkan atau dieksaserbasikan zat tersebut (contoh saat ini menggunakan kokain walau menyadari adanya depresi terinduksi kokain atau minum berkelanjutan meski mengetahui bahwa ulkus akan menjadi lebih parah dengan konsumsi alkohol. G. PENANGANAN DAN REHABILITASI Beberapa orang yang mengalami masalah terkait zat dapat sembuh tanpa penanganan formal, terutama seiring dengan bertambahnya usia mereka. Penanganan pasien dengan penyakit mental parah (terutama mereka dengan skizofrenia dan gangguan skizoafektif) yang juga mengalami ketergantungan beberapa fasilitas khusus yang menggunakan baik obat antipsikotik maupun prinsip komunitas terapeutik, untuk sebagian besar kasus, agensi adiksi khusus mengalami kesulitan mengatasi pasien seperti ini. Umumnya, penanganan terintegrasi dengan staf yang sama menangani baik gangguan psikiatri maupun kecanduan lebih efektif dibanding penanganan paralel untuk keduanya (program kesehatan jiwa dan program kecanduan khusus yang memberikan perawatan secara bersamaan) atau



22



penanganan sekuensial (menangani baik kecanduan atau gangguan psikiatri dulu dan kemudian mengatasi kondisi komorbid). DAFTAR PUSTAKA 1. Elvira, S.D., Hadisukanto, G. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Badan penerbit FKUI, Jakarta. 2. Maslim. R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III, FK Unika Atma Jaya, Jakarta. 3. Maslim. R. 2014. Buku Saku Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Ed. IV. FK Unika Atma Jaya, Jakarta. 4. Sadock, B.J., Sadock, V.A. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. ECG. Jakarta.



23