6 0 125 KB
WEB OF CAUSATION
Jika bagian dari kode hilang atau diubah (mutasi), kanker dapat berkembang. Gen Rb1 yang rusak dapat diwariskan dari salah satu orang tua. Namun, pada beberapa anak, mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak diketahui apa yang menyebabkan kelainan gen dan kemungkinan besar merupakan kesalahan acak selama proses penyusunan yang terjadi saat sel membelah.
Etiologi Pada anak dengan bentuk genetik retinoblastoma yang diwariskan terjadi mutasi pada kromosom 13 yang disebut gen Rb1. Kode genetik yang ditemukan dalam kromosom mengontrol cara sel tumbuh dan berkembang di dalam tubuh
Definisi
Manifestasi klinis
Retinoblastoma adalah kanker mata intraokular primer yang berasal dari sel retina primitif. Retinoblastoma merupakan keganasan intraocular primer yang paling banyak ditemukan pada anak-anak usia di bawah 5 tahun
perubahan bentuk, ukuran, dan warna pupil, yaitu munculnya mata kucing (auromatic cat’s eye).
RETINOBLASTO MA
Pada retinoblastoma, sel-sel tumor ini masuk kedalam bilik mata depan dan menyebar ke kelenjar limfatik konjungtiva melalui trabecular meshwork
Patofisiologi
pada retinoblastoma eksofitik yang identik dengan retinoblastoma ekstraokuler, terjadi penyebaran keluar bola mata ke arah nervusoptikus dan rongga orbita, sehingga memberikan keluhan mata menonjol/proptosis
Patofisiologi retinoblastoma non herediter atau sporadic diawali dengan mutasisomatik pada kedua alel RB1 di lengan panjang kromosom 13q14 sel retina primitive atau sel prekursormulti poten, paling sering terjadi pada prekur sorfotoreseptor kerucut. Mutasi dapat terjadi karena kesalahan acaksaat proses pengopian DNA sewaktu pembelahan sel. Mutasi kedua alel RB1 tersebut menyebabkan hilangnya fungsi supresor tumor protein retinoblastoma (pRB) sehingga terjadi pembelahan sel yang tidak terkendali dan perubahan genomik yang tidak stabil
Tumor tumbuh kedalam vitreous
Tumor tumbuh keluar lapisan retina
Penatalaksanaan penatalaksanaan retinoblastoma sampai saat ini meliputi enuklesia, eksenterasi, kemoterapi, laser fotokuagulasi, krioterapi, external beam radiation dan plaque radiotherapy
Pengkajian Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien Retinoblastoma 1. Biodata Identitas klien meliputi nama, umur
Pemeriksaan penunjang Penurunan lapang pandang
Peningkatan massa
Komplikasi
Idenitas orang tua
1. Penyebaran kanker ke
1. USG 2. CT 3. MRI
Identitas saudara kandung
jaringan dan organ lain
2. Keluhan utama
(metastasis)
3. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang
2. Ablasi retina
Peningkatan TIO
Riwayat kesehatan masa lalu
3. Perdarahan pada bola mata Nyeri akut
Mata menonjol
Riwayat kesehatan keluarga
4. Glaukoma
Endofit
4. Pemberian system Aktivitas
5. Peradangan jaringan bola
Sirkulasi Eliminasi
Tumor tumbuh kedalam
Manajemen
Integritas ego Makanan atau cairan
Tumor membesar Luaran keperawatan : Tingkat Nyeri Menurun
Neurosensori
leukokoria
Nyeri atau ketidaknymanan
Intervensi keperawatan : Manajemen Nyeri Eksoftalsmus
Observasi 1)
Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri 2)
Penurunan visus mata
Pernafasan Keamanan
(penojolan pada mata)
Seksualitas Penyuluhan atau pembelajaran
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3)
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
4)
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
5)
Indentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
6)
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
Perubahan penampilan
Gangguan penglihatan
malu
1. Gangguan
Resiko cedera
citra
Promosi citra tubuh
diberikan 7)
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik 1)
Manajemen keselamatan
Observasi
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
a.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Identifikasi
harapan
citra
tubuh
berdasarkan
tahap
perkembangan
2)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Luaran keperawatan : Tingkat cedera menurun
3)
Pertimbangkan dan sumber nyeri dalam pemilihan
Intervensi
keperawatan
:
b.
Manajemen
citra tubuh
keselamatan lingkungan
strategi meredakan nyeri
Identifikasi budaya, agama, jeis kemlamin, dan umur terkait
c.
Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
Edukasi
Observasi
1.
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
a. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis.
d.
Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
2.
Jelaskan strategi meredakan nyeri
kondisi fisik, fungsi kognitif dan riwayat
e.
Monitor apakah pasien bisa meihat bagian tubuh yag berubah
3.
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
perilaku)
Terapeutik
4.
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5.
Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi 1.
sosial
b. Monitor
perubahan
status
keselamatan
lingkungan Terapeutik
a.
Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
b.
Diskusikan perbedaan penapilan fisik terhadap harga diri
c.
Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan, dan
a. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(mis.
fisik,
biologi,
dan
kimia),
penuaan
jika
memungkinkan
d.
Diskusikan kondid\si sterss yang mempengaruhi citra tubuh
e.
Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
realistis f.
bahaya dan risiko Luaran keperawatan : Persepsi sensori membaik
c. Fasilitasi relokasi ke lingkungan aman
Intervensi keperawatan : Manajemen halusinasi
d. Lakukan
program
skrining
citra tubuh Edukasi
bahaya
a.
lingkungan (mis. timbal)
Observasi
jelaskan kepada keluarga tentag perawatan perubahan citra tubuh
a. Monitor prilaku yang mengindikasi halusinasi
Edukasi
b. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi
a. Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan
lingkungan
Diskusikan persepsi pasien dan eluarga tentang perubahan
Terapeutik a. Pertahankan lingkungan yang aman b. Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi
b.
Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
c.
Anjurkan menggunakan alat bantu
d.
Latih fungsi tubuh yang dimilki
e.
Latih penngkatan penampilan diri
f.
Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok.
c. Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi Edukasi a. Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi 18 b. Anjurkan melakukan distraksi (mis. mendengarkan musik, melakukan aktivitas dan teknik relaksasi) c. Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi Kolaborasi a. Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, jika perlu
Man ajem en halus inaas
Gangguan persepsi sensori
Penuru nan lapang pandan g
Mata mengal ami deviasi
Ketidak mampua n u/fiksasi
Strabism us
Tumor mencapa i area mucular
Metastas e
Agus Supartoto, d. (2020). The risk factor of metastatic status of retinoblastoma patient in Yogyakarta Hospital. Jurnal of the Medical Sciences . Cantor LB, R. C. (2019). Ophthlmic Pathology and Intraocular Tumors. Francisco: American Academ Od Ophthalmology. Eristan Napitupulu, L. C. (2016). RETINOBLASTOMA HERITABLE : LAPORAN KASUS. JURNAL RADIOLOGI INDONESIA , 41. Fabian ID, Sagoo MS. (2018). Understanding retinoblastoma. Epidemiology and Genetics. Community Eye Health , 31. Hisbulloh, F. H. (2020). Serial Case : Unilateral dan Trilateral Retinoblastoma. Medica Hospitalia , 128. Kanski JJ, Bowling B. (2016). Clinical Ophthalmology-8th Edition A Systematic Approach. Edinburgh. Edinburgh: Elsevier. Mohammad Haikal Bakry, R. R. (2019). Retinoblastoma : Masalah dan hambatan dalam mendiagnosis. Jurnal Biomedika dan Kesehatan , 163. PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Penngurus Pusat. PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan pengurus Pusat. sisca. (2020, oktober 12). ASKEP ANAK RETINOBLASTOMA. Retrieved maret 27, 2017, from ASKEP ANAK RETINOBLASTOMA-Sribd: https://id.scribd.com/document/342821237/ASKEP-ANAKRETINOBLASTOMA Syarifah Rohaya, d. (2014). Efek pemberian extrak kulit jeruk keprak (Citrus Reticulata) terhadap CellCycle G1 Arrest dan Apoptosis pada sel kultur retinoblastoma. Jurnal Kedokteran Brawijaya , 69.