WSD Dan Tracheostomy KMB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Annisa Zahrotul Fuadah NIM : C.0105.19.029 Prodi: Pendidikan Ners B  Definisi Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura) WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura/lubrican.  Tujuan a)         Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak b)        Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura c)         Mengembangkan kembali paru yang kolaps d)        Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada e)         Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut  Indikasi Pemasangan WSD (Water Seal Drainage) 1. Pneumothoraks a  Spontan > 20% oleh karena rupture bleb b. Luka tusuk tembus c.  Klem dada yang terlalu lama d. Kerusakan selang dada pada sistem drainase 2. Hemothoraks a)        Robekan pleura b)        Kelebihan antikoagulan c)        Pasca bedah thoraks d)       Hemopneumothorak 3. Thorakotomy : a)        Lobektomy b)        Pneumoktomy 4. Efusi pleura : Post operasi jantung 5. Emfiema : a)        Penyakit paru serius b)        Kondisi indflamsi 6. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk 7.  Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator  Kontraindikasi a. Infeksi pada tempat pemasangan b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol



 Komplikasi a)    Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia b)    Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema c)    Komplikasi lainnya : laserasi (yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan, empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat  Macam-macam WSD (Water Seal Drainage) 1. WSD dengan sistem satu botol Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol. Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru. Keuntungannya: a)    Penyusunannya sederhana  b)   Mudah untuk pasien yang berjalan Kerugiannya: a)    Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang diperlukan b)   Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol c)    Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainase Hal yang harus diperhatikan: a)      Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena menyebabkan paru kolaps. b)      Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk mengeluarkan cairan atau udara. c)      Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena adanya kinking, clotting atau perubahan posisi chest tube. d)     Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar e)      Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi f)       Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan : ·         Inspirasi akan meningkat ·         Ekpirasi menurun 2        WSD dengan sistem dua botol Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi udara. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat dihubungkan dengan suction control. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2.



Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD. Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural. Keuntungannya: a)      Mempertahankan water seal pada tingkat konstan b)      Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik Kerugiannya: a)      Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke dalam area pleura. b)      Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol. c)      Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.



3. WSD dengan sistem tiga botol Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan. Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD. Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan. Botol ke-3 mempunyai 3 selang, yaitu: 1.      Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua 2.      Tube pendek lain dihubungkan dengan suction 3.      Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer Keuntungannya: ·         Sistem paling aman untuk mengatur pengisapan. Kerugiannya: a)      Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan. b)      Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi 4.    Unit drainage sekali pakai 1.        Pompa penghisap Pleural Emerson Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti penghisap di dinding. Pompa Penghisap Emerson ini dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga botol.  Keuntungannya: ·      Plastik dan tidak mudah pecah Kerugiannya: ·         Mahal ·         Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik. 2.        Fluther valve Keuntungannya:



·         Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik. ·         Kurang satu ruang untuk mengisi ·         Tidak ada masalah dengan penguapan air ·         Penurunan kadar kebisingan Kerugiannya: ·         Mahal ·         Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural karena tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal. 3.        Calibrated spring mechanism Keuntungannya: ·         Mampu mengatasi volume yang besar Kerugiannya: ·         Mahal   Tempat Pemasangan WSD (Water Seal Drainage) 1.  Bagian apeks paru (apikal) Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura. 2.  Bagian basal Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura.  Cara Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)  Persiapan 1)      Pengkajian a.    Memeriksa kembali instruksi dokter b.    Mengecek inform consent c.    Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan 2)      Persiapan pasien a.    Siapkan pasien b.    Memberi penjelasan kepada pasien mencakup: -     Tujuan dan prosedur tindakan -     Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD (Water Seal Drainage). -     Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti napas dalam, distraksi. -     Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu dan lengan. 3)      Persiapan alat 1.      Sistem drainase tertutup 2.      Motor suction 3.      Selang penghubung steril 4.      Cairan steril : NaCl, Aquades 5.      Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter 6.      Kassa steril  7.      Pisau jaringan 8.      Trocart 9.      Benang catgut dan jarumnya



10.  Sarung tangan  11.  Duk bolong 12.  Spuit 10 cc dan 50 cc 13.  Obat anestesi : lidocain, xylocain 14.  Masker  Pelaksanaan Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik, dan perawat memberi dukungan moril pada pasien. 1.        Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksilaris anterior dan media. 2.        Lakukan analgesia atau anestesia pada tempat yang telah ditentukan. 3.        Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus  interkostalis 4.        Pada saat inspirasi: ·      Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD ·      Paru- paru mengembang 5.        Pada saat ekspirasi: ·      Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding  tekanan yang ada di dalam WSD 6.        Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai rongga pleura atau menyentuh paru. 7.        Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps. 8.        Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada. 9.        Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan. 10.    Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan  Tindakan setelah prosedur 1)        Perhatikan undulasi pada selang WSD Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain: ·         Motor suction tidak berjalan ·         Slang tersumbat dan terlipat ·         Paru-paru telah mengembang Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas. 2)        Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar. 3)        Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air. 4)        Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar. 5)        Observasi tanda vital : pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama. 6)        Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan. 7)        Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat.



8)        Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi. 9)        Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu. 10)    Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang. 11)    Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran. 12)    Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan. 13)    Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif. 14)    Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh. 15)    Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD. 16)    Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD.  Perawatan WSD (Water Seal Drainage) 1.        Mencegah infeksi di bagian masuknya slang. Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien. 2.        Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter. 3.        Dalam perawatan yang harus diperhatikan : a)    Penetapan slang. Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi. b)   Pergantian posisi badan. Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera. c)    Mendorong berkembangnya paru-paru. ·      Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang. ·      Latihan napas dalam. ·      Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem. ·      Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi. ·      Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction. 4.        Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan. Suction harus berjalan efektif : a)      Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi. b)      Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah. c)      Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan



darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru. d)     Perawatan “slang” dan botol WSD atau Bullow drainage. ·      Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat. ·      Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage. ·      Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher. ·      Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril. ·      Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan. \ 5.        Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage) Cara mengganti botol WSD (Water Seal Drainage) 1.      Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah desinfektan. 2.      Selang WSD diklem dulu 3.      Ganti botol WSD dan lepas kembali klem 4.    Amati undulasi dalam selang WSD  Indikasi Pelepasan WSD (Water Seal Drainage) 1)        Produksi cairan