3 - Prinsip Dan Aturan Penseleksian Penyebab Dasar Kematian 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRINSIP DAN ATURAN PENSELEKSIAN PENYEBAB DASAR KEMATIAN dr. Yuslely Usman, M.Kes



DISAMPAIKAN DALAM TRAINING WORKSHOP PENENTUAN PENYEBAB KEMATIAN dalam pengembangan PS2H; 2020



OUTLINE 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Definisi penyebab dasar kematian Prinsip umum Rule 1 Rule 2 Rule 3; Modifikasi Rule: ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪



Rule Rule Rule Rule Rule Rule



A B C D E F



7. HIGHLY IMPROBABLE 8. Nature of Injur y 9. Malignancy



DEFINISI PENYEBAB DASAR KEMATIAN Definisi Penyebab dasar kematian sesuai dengan WHO adalah



 (a) Penyakit atau cedera yang merupakan awal dari sekuensi/kronologis terjadinya penyakit yang menyebabkan langsung terhadapat kejadian kematian atau  (b) keadaan kecelakaan atau kekerasan yang menghasilkan cedera yang fatal menyebabkan kematian



FROMAT PENULISAN PENYEBAB DASAR KEMATIAN



LANGKAH PENYEDIAAN DATA PENYEBAB KEMATIAN MENINGGAL DI PELAYANAN KESEHATAN  SERTIFIKASI MEDIS PENYEBAB  PENGKODEAN ICD DIAGNOSA DAN KONDISI  SELEKSI KODE PENYEBAB DASAR KEMATIAN  ENTRI DATA;  TABULASI DATA  STATISTIS PENYEBAB KEMATIAN B KEMATIAN



KONSEP PENYEBAB DASAR KEMATIAN  Jika hanya ada satu diagnosis penyebab kematian, penyebab kematian tersebut ditulis pada garis 1a dari sertifikat.  Jika dua tau lebih kondisi yang secara langsung berkontribusi terhadap kematian, harus dituliskan secara berkaitan dalam bagian I dari sertifikat dengan penyebab dasarnya di tulis pada baris terbawah.  Tentukan semua kode diagnosis/kondisi yang tertulis dalam sertifikat  Untuk mentabulasi dan membuat laporan, tentukan/pilih kode penyebab dasar kematian underlying cause sesuai aturan ICD-10



KONSEP PENYEBAB DASAR KEMATIAN  Jika hanya satu penyebab kematian yang dituliskan maka penyebab ini yang akan ditabulasikan



 Jika lebih dari satu penyebab kematian yang dituliskan, langkah pertama dalam penseleksian penyebab dasar kematian adalah menentukan rangkaian penyebab kematian yang ditulis pada baris paling bawah pada bagian I dari sertifikat dengan menerapkan Prinsip Umum atau Rule seleksi 1, 2 dan 3



PRINSIP BERURUTAN (SEQUENCE) Istilah “berurutan” mengandung arti dua atau lebih kondisi yang tertera dalam baris-baris pada bagian I sertifikat, setiap kondisi atau diagnosis menjadi penyebab akibat dari kondisi atau diagnosis pada baris terbawah yang dituliskan pada Bagian I.



I (a) (b) (c) (d)



Bleeding of oesophageal varices Portal hypertension Liver cirrhosis Hepatitis B



I85.0 K76.6 K74.6 B18.8



Hepatitis B menyebabkan semua kondisi atau diagnosis di atasnya



PRINSIP BERURUTAN (SEQUENCE) Jika lebih dari satu penyebab kematian tertulis dalam satu baris pada sertifikat, hal ini memungkinkan adanyan lebih dari satu urutan yang dituliskan, seperti contoh dibawah ini:



I (a) Coma ( R40.2) (b) Myocardial infarction (I21.9) dan cerebrovascular accident (I51.6) (c) Atherosclerosis (I70.9) Hypertension (I10) • • • •



atherosclerosis (menyebabkan) myocardial infarction (menyebabkan) coma; atherosclerosis (menyebabkan) cerebrovascular accident (menyebabkan) coma; hypertension (menyebabkan) myocardial infarction (menyebabkan) coma; hypertension (menyebabkan) cerebrovascular accident (menyebabkan) coma



PRINSIP UMUM (GENERAL PRINCIPLE) Prinsip Umum meyatakan: ketika jika lebih dari satu kondisi atau diagnosis yang tertera dalam sertifikat, kondisi atau diagnosa yang tertulis pada baris terbawah pada Bagian I sertifikat bagian, akan diseleksi sebagai penyebab dasar jika dapat menyebabkan semua diagnosa atau kondisi yang berada di atasnya.



PRINSIP UMUM Contoh: I (a) Hepatic failure K72.9 (b) Bile duct obstruction K83.1 (c) Carcinoma of head of pancreas K25.0 Carcinoma pangkreas (bagian kepala) menyebabkan terjadinya obstruksi saluran empedu dan akhirnya menyebabkan kegagalan hepar Pilihlah carcinoma of head of pancreas (C25.0) sebagai penyebab dasar kematian



PRINSIP UMUM I (a) Abscess of lung (J85.2)and septicaemia (A41.9) (b) Lobar pneumonia (J18.1) Pilihlah lobar pneumonia (J18.1) sebagai penyebab dasar terjadinya abses paru dan sepsis, dimana keduanya berhubungan dengan adanya lobar pneumonia



PENGGUNAAN RULE 1, RULE 2 DAN RULE 3  Prinsip umum tidak diterapkan seperti pada dituliskan lebih dari satu kondisi yang dituliskan pada baris paling bawah bagian I atau kondisi paling bawah tidak dapat sebagai penyebab semua diagnose atau kondisi di atasnya.  Jika Prinsip umum tidak dapat diterapkan, seleksi penyebab dasar harus menerapkan rule seleksi 1, jika tidak juga bisa diterapkan maka gunakan rule seleksi 2.  Kondisi yang telah diseleksi dengan menggunakan rule maupun prinsip umum perlu dilihat lagi apakah penyebab dasar yang telah dipilih tersebut dapat menyebabkan urutan (sequence) kejadian dengan bagian II atau pada baris yang sama pada bagian I. Jika ada kemungkinan tersebut maka rule seleksi 3 diterapkan dan penyebab aslinya akan diseleksi sebagai penyebab dasar kematian.



RULE SELEKSI 1 Jika ada lebih dari satu rangkaian dalam kondisi yang diutamakan, maka pilihlah awal rangkaian yang ditulis pertama. atau jika kondisi tertulis pada baris paling bawah tetapi tidak ada hubungan sebab akibat dengan kondisi lain yang di atasnya pilihlah salah satu dari kondisi yang lain.



RULE SELEKSI 1 1. Contoh Rule 1: I (a) Bronchopneumonia (J18.0) (b) Cerebral infarction (I63.9) and hypertensive heart disease (I11.9) Ada dua urutan atau rangkaian yang dituliskan pada bagian pertama sertifikat yaitu: 1. Bronchopneumonia disebabkan cerebral infarction dan 2. bronchopneumonia disebabkan hypertensive heart disease. Pilih cerebral infarction (I63.9) karena rule 1 menyatakan pilihlah rangkaian kondisi yang pertama (first-mentioned)



RULE SELEKSI 1 2. Contoh Rule 1: I (a) Oesophageal varices (I85.9) and congestive heart failure (I50.0) (b) Chronic rheumatic heart disease (I09.9) and cirrhosis of liver (K74.6) chronic rheumatic heart disease tidak dapat membuat oesophageal varicearices tetapi chirhosis of liver menyebabkan Oesophageal dan juga dapat membuat congetstive heart failure



Pilih chirhosis of liver (K74.6) karena rule 1 menyatakan pilihlah kondisi yang lain yang dapat sebagai sebab diagnosa atau kondisi lain diatasnya jika tidak ada hubungan sebab pada diagnosis yang ditulis paling bawah



RULE SELEKSI 2



Jika tidak ada rangkaian kondisi yang mengakhiri pada sertifikat, pilihlah firstmentioned condition (kondisi yang ditulis pertama)



RULE SELEKSI 2 Contoh Rule 2: I (a) Pernicious anaemia (D51.0) and gangrene of foot (R02) X X (b) Atherosclerosis (I70.9)



Tidak ada rangkaian kondisi yang menyebabkan pernicious anaemia, yang ada pada kondisi bagian pertaman sertfikat. Pilihlah pernicious anaemia (D51.0). first-mentioned condition



RULE SELEKSI 2 2. Contoh Rule 2: I (a) Fibrocystic disease of the pancreas (E84.9)



(b) Bronchitis (J40) and bronchiectasis (J47)



X



Tidak ada rangkaian kondisi yang dituliskan. Pilihlah Fibrocystic disease of the pancreas (E84.9) sebagai penyebab dasar.



RULE SELEKSI 3 Jika kondisi dipilih dengan menggunakan General Principle atau rule 1 atau rule 2 akan terjadi suatu konsekwensi langsung terhadap kondisi-kondisi lainnya, baik pada bagian I atau bagian II, maka pilihlah kondisi dasarnya



RULE SELEKSI 3:



ASUMSI KONSIKUENSI LANGSUNG YANG MEMPENGARUHI KONDISI LAIN 1. Kaposi's sarcoma, Burkitt's tumour dan malignant neoplasm of lymphoid lainnya, haematopoieti dan related tissue, yang berkode C46.- atau C81-C96, harus disebabkan oleh HIV jika HIV nya dituliskan. Contoh: I (a) Kaposi's sarcoma (C46.1) II AIDS (B24) Pilihlah HIV disease resulting in Kaposi's sarcoma (B21.0) sebagai penyebab dasar kematian (original)



RULE SELEKSI 3:



ASUMSI KONSIKUENSI LANGSUNG YANG MEMPENGARUHI KONDISI LAIN 2. Penyakit infeksi yang dikalsifikasikan pada kode A00-B19, B25-B49, B58-B64, B99 or J12-J18 akan ada disebabkan oleh HIV jika HIV tertulis dalam sertifikat.. Contoh: I (a) Tuberculosis (A16.9) II HIV (B24) Pilihlah HIV disease resulting in mycobacterial infection (B20.0) sebagai penyebab dasar kematian (original)



RULE SELEKSI 3:



ASUMSI KONSIKUENSI LANGSUNG YANG MEMPENGARUHI KONDISI LAIN 3.



Komplikasi pasca operasi tertentu (pneumonia (jenis apapun), perdarahan, tromboflebitis, emboli, trombosis, septikemia, henti jantung, gagal ginjal (akut), aspirasi, atelektasis dan infark) dapat dianggap sebagai konsekuensi langsung dari operasi, kecuali jika operasi dilakukan lebih empat minggu atau lebih sebelum kematian



Contoh: I (a) Septikemia (A41.9) II. Appendectomy Pilihlah Unspecified Appendicitis ( K37) sebagai penyebab dasar kematian (original)



RULE SELEKSI 3:



ASUMSI KONSIKUENSI LANGSUNG YANG MEMPENGARUHI KONDISI LAIN 4. P neumonia pada J12-J18 harus dianggap



sebagai konsekuensi nyata dari kondisi yang mengganggu sistem kekebalan tubuh. Pneumonia pada J18.0 dan J18.2-J18.9 harus dianggap sebagai konsekuensi yang jelas dari akibat penyakit (seperti neoplasma ganas dan malnutrisi) dan penyakit yang menyebabkan kelumpuhan (seperti perdarahan serebral atau trombosis), serta kondisi pernapasan yang serius, Penyakit menular, dan luka serius. Pneumonia pada J18.0 dan J18.2-J18.9, J69.0, dan J69.8 juga harus dianggap sebagai konsekuensi nyata dari kondisi yang mempengaruhi proses menelan.



RULE SELEKSI 3:



ASUMSI KONSIKUENSI LANGSUNG YANG MEMPENGARUHI KONDISI LAIN 5. Penyakit atau kondisi "embolik" dapat dianggap sebagai konsekuensi langsung dari trombosis vena, flebitis atau tromboflebitis, penyakit jantung katup, fibrilasi atrium, persalinan atau operasi apapun. . 6. Setiap penyakit yang digambarkan sebagai sekunder harus dianggap sebagai akibat langsung dari penyebab utama yang paling mungkin terjadi pada sertifikat 7. Anemia sekunder atau unspecified, kekurangan gizi, marasmus atau cachexia dapat dianggap sebagai konsekuensi dari setiap neoplasma ganas.



RULE SELEKSI 3:



ASUMSI KONSIKUENSI LANGSUNG YANG MEMPENGARUHI KONDISI LAIN 8. Pielonefritis apapun dapat dianggap sebagai konsekuensi dari penyumbatan urin dari kondisi seperti hiperplasia prostat atau stenosis ureter. 9. Sindrom nefritis dapat dianggap sebagai konsekuensi dari infeksi streptokokus (demam berdarah, sakit tenggorokan streptokokus, dll.). 10. Dehidrasi dapat dianggap sebagai konsekuensi dari penyakit menular usus (intestinal infectious disease) 11. Operasi pada organ tertentu harus dianggap sebagai konsekuensi langsung dari setiap kondisi operasi (seperti tumor atau cedera ganas) dari organ yang sama yang dituliskan di manapun pada sertifikat.



ATURAN MODIFIKASI  Penyebab kematian yang dipilih belum tentu merupakan kondisi yang paling berguna dan informatif untuk tabulasi. Misalnya, jika senility atau beberapa penyakit umum seperti hipertensi atau aterosklerosis telah dipilih, ini kurang berguna dibandingkan manifestasi atau hasil penuaan atau penyakit telah dipilih.  Aturan modifikasi berikut ini dimaksudkan untuk meningkatkan kegunaan dan ketepatan data kematian dan harus diterapkan setelah pemilihan penyebab dasar kematian.  Beberapa aturan modifikasi memerlukan penerapan lebih lanjut dari aturan seleksi, yang tidak akan sulit bagi coder yang berpengalaman, namun penting untuk melalui proses seleksi, modifikasi dan, jika perlu, pemilihan kembali.



MODIFICATION RULES Rule A - Senility and other ill-defined conditions Rule B - Trivial conditions Rule C - Linkage



Rule D - Specificity Rule E - Early and late stages of disease Rule F - Sequelae



RULE A. SENILIT Y AND OTHER ILLDEFINED CONDITIONS Bila penyebab yang dipilih termasuk ill-defined dan kondisi lain ada dituliskan pada sertifikat, pilih kembali penyebab kematian seolah-olah kondisi ill-defined tidak dilaporkan, kecuali jika kondisi tersebut memodifikasi pengkodean. Kondisi berikut dianggap ill-defined: : I46.9 (Cardiac arrest, unspecified); I95.9 (Hypotension, unspecified); I99 (Other and unspecified disorders of circulatory system); J96.0 (Acute respiratory failure); J96.9 (Respiratory failure, unspecified); P28.5 (Respiratory failure of newborn); R00-R94 or R96-R99 (Symptoms, signs and abnormal clinical and laboratory findings, not elsewhere classified). Catatan: bahwa R95 (Sudden infant death syndrome) tidak dianggap ill-defined.



RULE A. SENILIT Y AND OTHER ILLDEFINED CONDITIONS Contoh rule A: I (a) Senility (R54) dan hypostatic pneumonia (J18.2) (b) Rheumatoid arthritis (M06.9) Pilih Senility sebagai tentative UCoD dengan menggunakan Rule 1 Merujuk ke aturan modifikasi bahwa seolah olah senility tidak dilaporkan. Pilih kembali tentative UCoD Rheumatoid arthritis (M06.9) dengan mengaplikasikan general principle (prinsip umum)



I (a) Senility (R54) dan hypostatic pneumonia (J18.2) (b) Rheumatoid arthritis (M06.9)



RULE B. TRIVIAL CONDITIONS Dimana penyebab yang dipilih adalah kondisi sepele yang tidak mungkin menyebabkan kematian dan kondisi yang lebih serius dituliskan, pilih kembali sebab yang mendasari seolah-olah kondisi sepele tidak dilaporkan. Jika kematian adalah hasil reaksi buruk terhadap pengobatan kondisi sepele, pilih reaksi yang merugikan.



RULE B. TRIVIAL CONDITIONS Contoh rule B: I(a) Ingrowing toenail (L60.0) dan acute renal failure (N17.9) Pilih Ingrowing toenail (L60.0) sebagai tentative UCoD dengan menggunakan Rule 2 Merujuk ke aturan modifikasi bahwa Ingrowing toenail termasuk hal yang sepele, Pilih kembali tentative UCoD acute renal failure (N17.9) sebagai tentative UCoD dengan menggunakan general principle (prinsip umum)



I(a) Ingrowing toenail (L60.0) dan acute renal failure (N17.9)



RULE C. LINKAGE  Bila penyebab yang dipilih dikaitkan dengan ketentuan dalam pengklasifikasi atau catatan yang digunakan dalam pengkodean penyebab penyebab kematian dengan satu atau lebih kondisi lain pada sertifikat, pilihlah kode kombinasi.  Bila keterkaitan hanya untuk kombinasi satu kondisi yang lebih spesifik dari yang lainnya, pilih kondisi kombinasi hanya jika bila hubungan kausal nyata benar atau dapat disimpulkan dari penerapan aturan seleksi.  Jika terjadi pertentangan, hubungan dengan kondisi yang akan dipilih jika penyebab awalnya dipilih belum diltuliskan. Buatlah hubungan lebih lanjut yang memungkinkan .



RULE C. LINKAGE Contoh Rule C: I (a) Cerebral infarction (I63.9) (b) Hypertension (I10) (c) Atherosclerosis (I70.9) Atherosclerosis, dipilih sebagai tucod menggunalan prinsip umum. Karena atherosclerosis links dengan hypertension, dimana links ini juga links dengan cerebral infarction, maka pilih cerebral infarction (I63.9) sebagai UCoD



RULE D. SPECIFICIT Y Dimana penyebab yang dipilih menggambarkan suatu kondisi secara umum dan kondisi lain dengan istilah yang memberikan informasi yang lebih tepat tentang site atau alamiah dituliskan pada sertifikat, lebih memilih istilah yang lebih informatif. Aturan ini akan sering berlaku bila istilah umum menjadi kata sifat



RULE D. SPECIFICIT Y Contoh Rule D: I (a) Pericarditis (I31.9) (b) Uraemia (N19)



Kode UCoD adalah uraemic pericarditis (N18.8).karena uraemia bermodifikasi dengan pericarditis menjadi lebih spesifik yaitu uraemic pericarditis (N18.8)



RULE E. EARLY AND LATE STAGES OF DISEASE Dimana penyebab yang dipilih adalah tahap awal suatu penyakit dan tahap yang lebih maju dari penyakit yang sama dituliskan pada sertifikat, maka kode ke tahap yang lebih maju. Aturan ini tidak berlaku untuk bentuk "kronis" yang dilaporkan karena bentuk "akut" kecuali klasifikasi tersebut memberikan instruksi khusus terhadap efek yang ditimbulkannya.



RULE E. EARLY AND LATE STAGES OF DISEASE 1. Contoh Rule D: I (a) Tertiary syphilis (A52.9) (b) Primary syphilis (A51.0) Kode tertiary syphilis (A52.9) dipilih sebagai UCoD.



2. Contoh Rule D: I (a) Chronic myocarditis (I51.4) (b) Acute myocarditis (I40.9) Kode acute myocarditis (I40.9)dipilih sebagai UCoD.



RULE F. SEQUELAE Dimana penyebab yang dipilih adalah bentuk awal dari kondisi yang diklasifikasi terpisah "Sequelae of ..." , dan ada bukti bahwa kematian terjadi akibat efek residual dari kondisi ini dan bukan dari fase aktifnya, kode Ke kategori "Sequelae of ..." yang sesuai.



RULE F. SEQUELAE Contoh Rule F: I (a) Hydrocephalus (G91.9) (b) Tuberculous meningitis (A17.0) Kode UCoD adalah sequelae of tuberculous meningitis (B90.0).



ASSUMPTION OF INTERVENING CAUSE Pada beberapa sertifikat medis, satu keadaan dapat diindikasikan sebagai akibat yang lain, namun bukanlah sekuel langsung yang lain. Dalam kasus seperti itu Anda dapat mengasumsikan adanya kondisi lain yang belum dilaporkan (intervening). Coders seharusnya hanya mengasumsikan penyebab intervening untuk tujuan menafsirkan urutan dan tidak boleh sebagai penyebab kematian.



ASSUMPTION OF INTERVENING CAUSE Contoh I (a) Mental retardation (F79.9) (b) Premature separation of placenta (O45.9 )



Penting untuk mengasumsikan adanya birth trauma, anoxia atau hypoxia sebagai kondisi intervening antara mental retardation dan premature separation of placenta (The underlying cause)



HIGHLY IMPROBABLE Terkadang urutan sekuensi yang dituliskan sangat tidak mungkin. Perhatikan bahwa acute or terminal circulatory disease yang dilaporkan disebabkan oleh: neoplasma ganas, asma atau diabetes mungkin sebagai urutan yang mungkin terjadi bila terjadi di bagian I sertifikat. Contoh:  Tetanus disebabkan malignant neoplasm of the lung Highly improbable (b)  Diabetes disebabkan malignant neoplasm of the pancreas Acceptabel sequence (e)  Fractured pelvis disebabkan epilepsy Acceptabel sequence (n) (1)



NATURE OF INJURY  Kode untuk penyebab eksternal (V01-Y89) harus digunakan sebagai kode penyebab dasar dan yang ditabulasikan untuk kasus kematian akibat cedera, keracunan dan konsekuensi lain dari penyebab eksternal.  Disarankan agar kode dari Bab XIX (S00-T98) harus digunakan sebagai tambahan untuk mengidentifikasi sifat cedera.  Bila lebih dari satu jenis cedera pada satu bagian tubuh (S00-S99, T08- T35, T66-T79), dan tidak ada indikasi yang jelas mengenai penyebab kematian, Anda harus menerapkan Prinsip Umum dan peraturan pemilihan dengan cara yang biasa.



NATURE OF INJURY Contoh 1: I (a) Haemorrhagic shock (b) Peritoneal haemorrhage (c) Rupture of liver (d) Road traffic accident pilihlah rupture of liver (S36.1), sebagai akibat external cause (Road traffic accident ) yang menyebabkan kematian. Contoh 2: I (a) Peritonitis (b) Rupture of stomach and transverse colon (c) Road traffic accident Pilihlah rupture of stomach (S36.3), sebagai akibat external cause (Road traffic accident ) yang menyebabkan kematian. Sesuai dengan rule 1 yaitu first-mentioned sequence



EXTERNAL CAUSES  Kode external causes (V01-Y89) harus menjadi penyebab dasar kematian dan ditabulasi jika kondisi yang menyebabkan kematiannya termasuk dalam BAB XIX Injury, poisoning and certain other consequences of external causes).  Jika kondisi penyakit diklasifikasikan pada kelompok BAB I-XVIII, maka kondisi penyakit itu sendiri yang menjadi penyebab dasar dan kategori dari kelompok Bab external causes, jika ada, dijasikan sebagai kode tambahan.



EXTERNAL CAUSES Contoh 1: I (a) Asphyxiation (T71) (b) Intentional self-harm by hanging, strangulation and suffocation (X70.98) pilihlah Intentional self-harm by hanging, strangulation and suffocation (X70.98) sebagai UCoD.



MALIGNANT NEOPLASMS Jika malignancy sebagai penyebab dasar kematian, ada 4 faktor harus dilengkapi dalam kode penyakitnya. Yaitu: 1. Site of the neoplasm 2. Morphology of the neoplasm 3. Behaviour of the neoplasm 4. The site is the primary site or a metastasis



MALIGNANT NEOPLASMS Multiple Site. Contoh: I (a) Cancer of stomach (b) Cancer of breast kode UCoD adalah malignant neoplasms of independent (primary) multiple sites (C97), Contoh 2: I (a) Leukaemia II Carcinoma of breast Kode leukaemia (C95.9) menjadi UCoD karena Ca Mammae ada dibagian II. Multiple sites, hanya berlaku jika site yang berbeda pada bagian I sertifikat.



INFECTIOUS DISEASES AND MALIGNANT NEOPLASMS  Kadang kala efek dari chemotherapy terhadap immune system, beberapa pasien cancer menjadi terinfeksi penyakit infeksi dn meninggal oleh karenanya. infectious disease yang termasuk pada A00-B19 atau B25-B64 yang ditimbulkan oleh cancer mungkin saja dapat terjadi baik di. bagian I maupun di bagan II Contoh: I (a) Zoster (B02.9) (b) Chronic lymphocytic leukaemia (C91.1) Kode chronic lymphocytic leukaemia (C91.1) sebagai UCoD



INFECTIOUS DISEASES AND MALIGNANT NEOPLASMS Kecuali penyakit human immunodeficiency virus [HIV], tidak ada penyekit infeksi ataupun parasit yang menyebabkan cancer dianggap sebagai UCoD. Contoh: (C22.0).



I (a) Hepatocellular carcinoma



(b) Hepatitis B virus (B16.9) Kode hepatocellular carcinoma (C22.0) sebagai UcoD



SERTIFIKAT PENYEBAB KEMATIAN PERINATAL



SERTIFIKAT PENYEBAB KEMATIAN PERINATAL a) Penyebab utama bayi: …………………………………………………..



b). Penyebab lain bayi ; ……………………………………………………. c). Penyebab utama ibu; ………………………………………………….. d). Penyebab lain ibu ; …………………………………………………….



SERTIFIKAT PENYEBAB KEMATIAN PERINATAL Kondisi ibu yang mempengaruhi infant atau janin, yang dituliskan pada baris (c) dan (d), harus berkode pada kategori, P00-P04 dan kode ini tidak digunakan pada baris (a) dan (b). Kondisi infant atau fetus, baris (a), dapat berkode selain P00-P04 (selalunya P05-P96 (Perinatal conditions) atau Q00Q99 (Congenital anomalies). Hanya ada satu kode yang diisi pada baris (a) dan (c), tetapi untuk (b) dan (d) sebanyaknya kode kondisi yang ditemuan.



PERINATAL MORTALIT Y: PEDOMAN DAN ATURAN PENGKODEAN Rule dalam penseleksian kasus Perinatal:



Rule P1. Mode of death atau prematurity berada di baris (a). Rule P2. Dua atau lebih kondisi tertulis pada baris (a) atau (c). Rule P3. Tidak ada kondisi/diagnose pad baris (a) atau (c). Rule P4. Kondisi dituliskan pada baris yang salah



RULE P1. MODE OF DEATH ATAU PREMATURIT Y BERADA DI BARIS (A). Jika gagal jantung atau, asfiksia atau anoksia (ada kondisi di P20.-, P21.-) atau prematuritas (setiap kondisi pada P07.-) dimasukkan pada bagian (a) dan kondisi bayi selain bagian (a) di bagian (b), kode yang disebutkan pertama pada baris b ini seolah-olah telah dimasukkan sendiri di bagian (a) dan kondisi yang benar benar masuk pada bagian (a) seolah-olah telah masuk dalam bagian (b).



RULE P1. MODE OF DEATH ATAU PREMATURIT Y BERADA DI BARIS (A). Contoh P1: Liveborn; meninggal pada umur 4 (a) Prematurity P07.3 (Q05.9) (b) Spina bifida Q05.9 (P07.3) (c) Placental insufficiency P02.2 (d) — Prematurity dikode pada bagian (b) and spina bifida pada bagian (a). Sehingga yang ditabulasi adalah Spina bifida (Q05.9)



RULE P2. DUA ATAU LEBIH KONDISI TERTULIS PADA BARIS (A) ATAU (C). Jika dua atau lebih kondisi yang ditulis pada bagian (a) atau bagian (c), pilihkan the first-mentioned dari yang ada. Masukkan pada baris (a) dan (c) dan yang lainnya masukkan ke baris (b) atau (d). Lahir mati; meninggal sesat sebelum lahir. (a) Severe fetal malnutrition (P05.0) (P05.0) Light for dates (P07.1) Antepar tum anoxia (P20.9) (b) — (P20.9), (P07.1) (c) (d)



Severe pre-eclampsia (P00.0) Placenta praevia (P02.0)



(P00.0) (P02.0)



RULE P3. TIDAK ADA KONDISI/DIAGNOSE PAD BARIS (A) ATAU (C).  Jika tidak ada yang ditulis di baris (a) tetapi ada kondisi infant atau fetus di baris (b), pilihlah yang ditulis pertama pada baris (b) dan pindahkan ke baris (a). Jika tidak ada yang dituliskan pada baris (a) atau baris (b), Jika tidak ada yang ditulis pada baris (a) atau (b), kode lah P95 (Fetal death of unspecified cause) jika lahir mati atau kodelah P96.9 (Condition originating in the perinatal period, unspecified) untuk lahir hidup yang dituliskan pada baris (a).  Hal yang sama. Jika tidak ada yng dituliskan pada baris (c) tetapi ada kondisi maternal pada baris (d), pilihlah yang ditulis pertama dan tuliskan di baris (c). ; jika tidak ada dituliskan baris (c) atau (d) gunakan buat kode sendiri misalnya xxx.x pada baris (c) untuk menandakan tidak ada kondisi maernal yang teridentifikasikan.



RULE P3. TIDAK ADA KONDISI/DIAGNOSE PADA BARIS (A) ATAU (C). Contoh Rule P3. Tidak ada kondisi ditulis pada (a) atau (c).: Lahir hidup; meninggal umur 15 menit (a) — P10.4 (b) Tentorial tear (P10.4) P22.0 Respiratory distress syndrome (P22.0) (c) xxx.x (d) — Tentorial tear ditempatkan pada baris (a) dan xxx.x untuk kode baris (c).



RULE P4. KONDISI DITULISKAN PADA BARIS YANG SALAH  Jika kondisi maternal (kondisi P00-P04) yang dituliskan pada baris (a) atau baris (b), atau kondisi infant atau fetus yang dituliskan pada baris (c) atau (d), kodelah kondisi pada bagian yang tepat.  Jika kondisi infant atau maternal salah masuk dalam baris yang seharusnya yaitu dimasukkan dalam baris (e), kodelah kondisi tambahan yang di (e) pada baris (b) atau (d).



RULE P4. CONDITIONS ENTERED IN WRONG SECTION Contoh Rule P4.



Conditions entered in wrong section



Lahir mati; meninggal setelah tanda lahir (a) Severe intrauterine hypoxia (P20.9) (P20.9) (b) Persistent occipitoposterior (P03.1) (c) — P03.1 (d) — P03.2 (e) Difficult forceps delivery (P03.2)



Persistent occipitoposterior (P03.1) dikode pada baris (c); difficult forceps delivery (P03.2) dicode pada baris (d).



MARI BERLATIH