4 Laporan Permanganometri Kel 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II TITRASI PERMANGANOMETRI



KELOMPOK II: NUR RIZQI SYAFITRI



754840119018



NURWIGYA MOHAMAD PUTRI



754840119021



OLIVIA ABD. AZIS AHMAD



754840119023



RAHMADINA ABDULLAH



754840119025



RIA ANGGRANI HAMZAH



754840119026



SITI SABRINA KOROMPOT



754840119027



SRI WAHYUNI YUNUS



754840119028



VURQAN HAKIM MAKU



754840119033



ZAHRA AINUN MAKU



754840119038



PEMBIMBING : DWINA RAMADHANI POMALINGO, S.FARM, M.FARM.



PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 FARMASI JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES GORONTALO TAHUN 2021



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat beraktivitas sebagaimana mestinya termasuk dalam penyusunan laporan praktikum ini yang berjudul “Titrasi Permanganometri”. Dalam penyusunan laporan ini ada beberapa pihak yang membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Gorontalo,



Mei 2021



Penyusun Kelompok 2



i



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1 A. Latar Belakang........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2 C. Tujuan Praktikum....................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3 A. Definisi Titrasi........................................................................................... 3 B. Titrasi Permanganometri........................................................................... 4 C. Analisis Titrasi Permanganometri.............................................................. 5 D. Uraian Bahan............................................................................................. 6 BAB III METODE KERJA........................................................................... 9 A. Alat............................................................................................................. 9 B. Bahan......................................................................................................... 9 C. Cara Kerja.................................................................................................. 9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 11 A. Hasil Pengamatan ..................................................................................... 11 B. Perhitungan................................................................................................ 11 C. Pembahasan................................................................................................ 12 BAB IV PENUTUP......................................................................................... 16 A. Kesimpulan ............................................................................................... 16 B. Saran........................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17 LAMPIRAN.................................................................................................... 19



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia farmasi Analisis merupakan suatu metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya. Ilmu kimia analisis mempunyai keterkaitan dengan bidang ilmu yang lain, misalnya dengan ilmu statistika terkait dengan pengolahan data hasil analisis.Tujuan utama dari kimia analisis itu sendiri adalah penentuan komposisi suatu senyawa dalam suatu bahan atau sampel yang disebut dengan kimia analisis kualitatif, adapun untuk penentuan kadar dari komposisi suatu bahan atau sampel biasa disebut kimia analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut atau relativ dari suatu senyawa yang terdapat di dalam suatu sampel ( Gandjar, 2007 ) Dalam analisis kimia, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu bahan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan proses titrasi. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat uji lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasrkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Dalam titrasi itu sendiri ada bermacam-macam cara yang seriing digunakann, salah satunya adalah permanganometri. Permanganometri adalah salah satu metode titrasi yang menggunakan prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Metode ini merupakan suatu metode yang sering digunakan karena permanganometri memiliki kelebihan antara lain permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan indikator mudah diperoleh dan terjangkau ( Frischa et.al.l 2016 ). Adapun prinsip dari reaksi ini yaitu reaksi ini di fokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 telah dikenal lebih dari seratus tahun, kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat oksidasi seperti Fe +, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan lain sebagainya ( Aprianti et.al.2018 ) 1



Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukan percobaan titrasi permanganometri untuk menentukan kadar dalam suatu sampel yang digunakan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hasil dari penentuan normalitas larutan baku sekunder KMnO4? 2. Bagaimana hasil dari penentuan kadar sampel (Tablet Ferro Fumarat)? C. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui hasil dari penentuan normalitas larutan baku sekunder KMnO4 2. Mengetahui hasil dari penentuan kadar sampel (Tablet Ferro Fumarat)



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Titrasi Titrasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi asam atau basa dengan menggunakan larutan standar. Larutan standar dapat berupa asam atau basa yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti.Larutan standar asam diperlukan untuk menetapkan, konsentrasi basa dan larutan standar basa diperlukan untuk menetapkan konsentrasi asam. Keadaan dengan jumlah ekivalen asam sama dengan basa disebut titik ekivalen. pH larutan mengalami perubahan selama titrasi dan titrasi diakhiri pada saat pH titik ekivalen telah tercapai (Pratama, 2015) Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri (Simanjuntak, 2018). Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.Berdasarkan kemurniannya larutan standar primer dan larutan standar sekunder.Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi. Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga kondan cepat, konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi (Simanjuntak, 2018) Titrasi adalah cara analisa tentang pengukuran jumlah larutan yangg dibutuhkan untuk bereaksi secara tepat dengan zat yang terdapat dalam larutan lain. Larutan yang diketahui normalitasnya disebut larutan standart, biasanya dimasukkan dalam buret sebagai zat penitrasi atau titran. Larutan yang akan ditentukan normalitasnya diletakkan dalam Erlenmeyer dan disebut juga sebagai zat yang dititrasi atau analit (Simanjuntak, 2018).



3



Titrasi dilakukan dengan cara membuka kran buret pelan-pelan. Titik akhir titrasi terjadi pada saat terjadi perubahan warna.Perubahan warna dapat dilihat dengan menggunakan zat penunjuk atau indikator. Pada saat itulah gram ekivalen dari titran sama dengan gram ekivalen dari zat yang dititrasi, dimana jumlah mol asam setara dengan jumlah mol basa (Simanjuntak, 2018). B. Titrasi Permanganometri Permanganometri merupakan metode titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh Kalium permanganat (KMnO4). Prinsi reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 telah dikenal lebih dari seratus tahun, kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+ , asam atau garam oksalat yang dapat larut dan lain sebagainya (Yaqin, 2017). Zat organik dapat dioksidasi dengan menggunakan KMnO4 dalam suasana asam dengan pemanasan.Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih.Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Metode permanganometri didasar kan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Reaksi oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut (Yaqin, 2017) : MnO4- (aq) + 8H+ (aq) + 5e → Mn2+ (aq) + 4H2O(l) Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi (Sari, 2018). Titrasi permanganometri dipilih karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO4-berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator (Yaqin, 2017). Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran.Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya.



4



Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun.Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Putra, 2016). Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan (± 70ºC) untuk memper cepat reaksi.Pada awal reaksi titrasi, warna merah mantap untuk beberapa saat yang menandakan reaksi berlangsung lambat. Pada pembuatan titran selanjutnya, warna merah hilang makin cepat karena ion mangan (II) yang terjadi berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi Selanjutnya titran dapat ditambahkan lebih cepat sampai titik akhir titrasi tercapai yaitu sampai pada tetesan dimana warna merah menjadi warna merah jambu (Putra, 2016). C. Analisis Titrasi Permanganometri Analisis permanganometri ini merupakan salah satu dari banyak metode analisis kuantitatif lainnya, sehingga penggunaan analisis ini cukup erat hubungannya dengan disiplin ilmu keteknikkimiaan. permanganometri merupakan Analisis titrimetri yaitu analisis kuantitatif dimana kadar komposisi dari zat uji ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (kosentrasi diketahui) yang ditambahkan kedalam larutan zat uji, hingga komponen yang akan ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Analit direaksikan dengan suatu bahan lain yang diketahui atau dapat diketahui jumlah molnya dengan tepat. Bila bahan tersebut berupa larutan, maka kosentrasinya harus diketahui dengan teliti dan larutan demikian dinamakan dengan larutan baku. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Pada saat titran yang ditambahkan telah tampak ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan (titik akhir titrasi).Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titran itu disebut dengan titrat.



5



Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama b. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga di dapat kesetaraan yang pasti dari reaktan c. Reaksi harus berlangsung sempurna. Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan titer atau larutan baku. Kosentrasi larutan dapat dihitung berdasarkan berat baku yang ditimbang seksama atau dengan penetapan yang dikenal dengan standarisasi atau pembakuan. d. Larutan baku yang direaksikan dengan analat harus mudah didapat dan sederhana menggunakannya. Juga harus stabil sehingga kosentrasinya tidak mudah berubah bila disimpan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut baku primer (Larutan yang kosentrasinya dapat diketahui dengan cara penimbangan zat dengan seksama). Disamping itu pembakuan juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan yang sudah dibakukan (baku sekunder). Larutan baku sekunder adalah larutan yang kosentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan terlebih dahulu. Larutan baku primer harus memenuhi syarat, seperti (W.harjadi, 1993): a. Murni atau mudah dimurnikan dengan kemurnian yang diketahui (sebaiknya 100 % atau yang mendekati angka itu). b. Reaksi yang dibakukan harus stoikiometrik sehingga dapat dicapai dasar perhitungan c. Mudah ditangani (Tidak higrokospik atau dipengaruhi udara ). d. Mempunyai bobot ekivalen yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan kecil. D. Uraian Bahan a. Asam Oksalat (C2H2O4), (Depes RI,1979) Nama resmi



: OXALIC ACID



Nama lain



: Asam Oksalat



6



Rumus struktur



:



Pemerian



: Hablur tidak berwarna.



Kelarutan



: Larut dalam air dan dalam etanol 95%.



Kegunaan



: Sebagai Titrat



b. Asam Sulfat (H2SO4), (Depkes RI,1995) Nama resmi



: ACIDUM SULFURICUM



Nama lain



: Asam Sulfat



Rumus struktur



:



Pemerian



: Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwana dan bau sangat tajam.



Kelarutan



: Bercampur



dengan



air



dan



etanol



dengan



menimbulkan panas. Kegunaan



: Sebagai Titrat



c. Kalium Permanganat (KMnO4), (Depkes RI,1995) : Nama resmi



: KALII PERMANGANAS



Nama lain



: Kalium permanganat



Rumus struktur



:



Pemerian



: Hablur, ungu tua, hamper tidak tembus oleh cahaya yang diteruskan dan berwarna biru metalik mengkilap oleh cahaya yang dipantulkan.



Kelarutan



: Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih.



Kegunaan



: Sebagai Titran



d. Aquadest (H2O) (Depkes RI,1979) Nama resmi



: AQUA DESTILLATA



Nama lain



: Air suling



7



Rumus struktur



:



Pemerian



: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak



H–O–H mempunyai rasa



Kegunaan



: Sebagai Pelarut



8



BAB III METODE KERJA A. Alat 1. Batang Pengaduk 2. Beaker Gelas 3. Buret 4. Erlenmeyer 5. Gelas Ukur 6. Hot Plate 7. Lumpang alu 8. Neraca Analitik 9. Pipet Tetes B. Bahan 1. Asam Oksalat 2. Asam Sulfat 3. Aquadest 4. Kalium Permanganat 5. Tablet Ferrous Fumarate C. Prosedur Kerja 1. Pembuatan Larutan a. Pembuatan Larutan Asam Oksalat 1. Ditimbang 6,3470 gram asam oksalat dihidrat menggunakan neraca analitik 2. Ditambahkan air suling atau aquadest 3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml sampai tanda miniskus 4. Dihitung konsentrasi Normalitas b. Pembuatan Larutan KMnO4 1. Ditimbang KMnO4 menggunakan neraca analitik sebanyak 3,35 gram 2. Dilarutkan dengan aquadest di addkan samapi 1000 ml 3. Dididihkan larutan menggunakan hot plate selama 30 menit kemudian di dinginkan.



9



4. Disaring larutan KMnO4 menggunakan kertas saring kemudian larutan tersebut disimpan pada tempat yang gelap. 2. Penentuan Normalitas Larutan KMnO4 a. Diambil larutan asam oksalat sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam Erlenmeyer b. Ditambahkan 10 ml H2SO4 2N kemudian dipanaskaan diatas hot plate pada suhu 60-70oC c. Dititrasi dengan larutan KMnO4 sampai timbul warna merah muda d. Dicatat volume larutan yang digunakan e. Dihitung normalitas rata-rata 3. Penetapan Kadar Tablet Ferrous Fumarate a. Ditimbang 10 tablet sampel, kemudian dihitung berat rata-rata b. Digerus sampel menggunakan lumpang alu c. Ditimbang serbuk tablet setara dengan 300 mg Ferrous Fumarate, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer d. Ditambahkan 30 ml aquadest dan 15 ml asam sulfat kemudian dikocok e. Dititrasi hingga larutan dari yang tidak berwarna menjadi warna merah muda f. Dicatat volume larutan yang digunakan dan di hitung kadar sampel tablet.



10



BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Data penentuan normalitas larutan baku sekunder KMnO4 No 1 2 3



Volume H2C2O4.2H2O 20 ml 20 ml 20 ml



Volume KMnO4 19 ml 10,5 ml 9,2 ml



Warna Merah kecoklatan Merah kecoklatan Merah Muda



2. Data penentuan kadar sampel (Tablet Ferro rumarat) No



Volume H2C2O4.2H2O +



Volume KMnO4



Warna



1 2



Sampel 25 ml 25 ml



9,3 ml 10 ml



Merah Bata Merah Bata



B. Perhitungan 1.



Rata-rata obat Ferro fumarat = 0,2495+0,2432+0,2481+0,2439+0,2410+ 0,2404+0,2449+0,2386+ 0,2420+0,2473 10 =



2,4389 10



= 0,24389 = 0,24 gram 2.



Serbuk tablet yang ditimbang =



300 mg x berat rata-rata kadar pada tablet



=



300 mg x 0,24 gram 60 mg



= 1,2 gram 3.



Normalitas asam oksalat N=



gr 1000 x BE ml



BE =



Mr valensi



N=



6,3489 1000 x BE 1000



BE =



126 = 63 2



11



N = 0,10 x 1 N = 0,10 N 4.



Normalitas KMnO4 N=



gr 1000 x BE ml



BE =



Mr valensi



N=



3,35 1000 x 31,6 1000



BE =



158 = 31,6 5



N = 31,6 x 1 N = 31,6 N 5.



Penetapan kadar %Kadar 1



=



V x N x Be x 100% berat obat yang ditimbang



=



9,3 x 0.10 x 28 x 100% 1.2 gram



=21,70% %Kadar 2



=



V x N x Be x 100% berat obat yang ditimbang



=



10 x 0.10 x 28 x 100% 1.2 gram



=23,33% Rata-rata



=



21,70 %+23,33 % 2



= 22,52% C. Pembahasan Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung dengan alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya (Suganda, 2019). Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada pH (Suganda, 2019). Pada praktikum kali ini, kami melakukan titrasi permanganometri. Dimana langkah awal yang kami



12



lakukan adalah membuat larutan asam oksalat (C2H2O4). Asam oksalat merupakan senyawa dikarboksilat yang atom C nya masing-masing mengikat satu gugus hidroksil. Asam ini mempunyai bentuk kristal rombis piramid, tidak berwarna dan transparan, tidak berbau dan higroskopis. Asam oksalat (C 2H2O4) mudah teroksidasi total oleh pengaruh panas yang tinggi sehingga terurai menjadi CO2 dan asam formiat, Asam oksalat (C2H2O4) dapat digunakan sebagai bahan peledak, pembuatan zat warna, krayon, industri lilin, tinta, bahan kimia dalam fotografi serta untuk keperluan analisis laboratorium (Febriaty, 2016). Kami membuatnya dengan cara menimbang asam oksalat sebanyak 6,3470 gram menggunakan neraca analitik. Neraca analitik adalah salah satu alat penimbangan bahan yang ada dalam laboratorium yang memiliki ketelitian yang tinggi karena sampai 4 angka desimal dibelakang koma dan biasanya digunakan untu menimbang benda atau zat yang membutuhkan ketelitian yang tinggi (Raharjo, 2017). Kemudian dilarutkan dalam aquadest pada labu ukur 1 liter sampai tanda batas. Langkah kedua kami membuat larutan kalium permanganat (KMnO4). Kalium permanganat merupakan suatu senyawa kimia anorganik yang dapat digunakan sebagai obat obatan. Kalium permanganat dijadikan bahan untuk obat yang digunakan untuk membersihkan luka dan dermatis. Kalium Permanganat memiliki rumus kimia KMnO4 dan merupakan garam yang mengandung ion K+ dan MnO4- .Kalium permanganat merupakan agen pengoksidasi yang kuat. Kalium permanganat larut dalam air menghasilkan larutan berwarna merah muda. Penguapan larutan ini meninggalkan kristal prismatic berwarna keunguan hitam (Yan, 2018). Kami membuatnya dengan cara, menimbang 3,35 gram kalium permanganat (KMnO4) menggunakan neraca analitik. Kemudian, dilarutkan dengan aquadest 1 liter dan dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit menggunakan hot plate. Hot plate merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan larutan dan untuk menghomogenkan larutan (Raharjo, 2017). Tujuan dilakukan pemanasan agar mempercepat reaksi antara MnO4- dengan zat pengotor organik yang terdapat dalam pelarut (Putra, 2016). Lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring. Selanjutnya hasil saringannya dimasukkan kedalam botol berwarna



13



gelap dan disimpan pada tempat yang gelap. Tujuan dilakukan penyaringan agar untuk mendapatkan larutan yang stabil karena larutan kalium permanganat (KMnO4) merupakan larutan tidak stabil yang mengandung zat pengotor organik yang terdapat dalam pelarut dan pengerjaannya harus di tempat yang gelap karena kalium permanganat (KMnO4) adalah bahan kimia yang mudah teroksidasi (Yan, 2018). Langkah ketiga kami membuat pembakuan larutan kalium permanganat (KMnO4). Tujuannya untuk mengetahui konsentrasi larutan secara teliti (Putra, 2016). Kami membuatnya dengan cara memipet 10 ml larutan baku primer asam oksalat dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Larutan standar/baku primer adalah larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui gravimetri (perhitungan massa) dan dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui (Taufiq, 2017). Kemudian, ditambahkan 10 ml asam sulfat (H 2SO4) 0,2 N dan dipanaskan suhu 60-700C. Fungsi penambahan asam sulfat adalah untuk memberikan suasana asam.hal ini dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan dalam suasana asam dan reaksi H 2SO4 tersebut tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi dengan titran. Pada suasana asam zat ini akan mengalami reduksi menghasilkan ion Mn 2+ yang tidak berwarna sedangkan Apabila reaksi dilakukan dalam suasana pada pH netral atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan MnO2 yang berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi. Sebelum dilakukan standarisasi asam oksalat dipanaskan pada suhu 600-700C fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi antara KMnO4 dengan asam oksalat karena pada suhu kamar reaksi antara keduanya cenderung lambat sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir reaksi (Putra, 2016). Setelah itu, dititrasi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4). Titrasi dilakukan sampai muncul warna merah muda. Karena Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening menjadi merah muda dan titrasi diulangi hingga dua kali dengan agar mendapatkan hasil yang lebih akurat (Yan, 2018). Langkah terakhir kami melakukan penetapan kadar menggunakan sampel ferro fumarat dalam tablet. Ferro fomarat adalah tablet tamba darah yang



14



diberikan untuk pengobatan anemia, wanita subur dan ibu hamil (Zakiyah, 2016). Kami membuatnya dengan cara menimbang satu persatu tablet menggunakan neraca analitik hingga 10 tablet lalu di hitung berat rata-ratanya. Lalu dihaluskan semua tablet dengan cara digerus menggunakan lumpang dan alu. Kemudian ditimbang kembali tablet ferro sulfat yang sudah digerus. Ditimbang sesuai hasil perhitungan rata-rata berat satu tablet. Kemudian, ditambahkan 30 ml aquadest dan 15 ml asam sulfat 0,2 N Fungsi penambahan asam sulfat adalah untuk memberikan suasana asam. hal ini dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan dalam suasana asam dan reaksi H2SO4 tersebut tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi dengan titran (Putra, 2016). Selanjutnya titrasi hingga warna larutan berubah atau tidak berwarna merah muda. Titrasi dihentikan jika telah terjadi perubahan warna. Karena perubahan yang terjadi merupakan titik akhir dari titrasi (Silviana, 2019). Hasil yang kami dapatkan pada penetapan kadar tablet ferro fumarat yakni terjadi perubahan warna merah muda, warna ini didapat ketika sudah dititrasi dengan kalium permanganat volume sebanyak 19,30 ml sehingga diperoleh konsentrasi dari besi (II) fumarat yaitu dan kadar Fe dalam larutan besi (II) fumarat sebesar 53.79% hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa besi(II) Fumarat mengandung tidak kurang dari 93,0% C4H2FeO4 (Depkes, 1979). Adapun faktor kesalahan yang terjadi yakni kurangnya volume larutan yang dititrasi, larutan KMnO4 pda buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2, dan kurangnya keakuratan dalam proses penimbangan bahan sehingga mempengaruhi hasil titrasi.



15



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1.



Hasil dari penentuan normalitas larutan baku sekunder KMnO4 yakni titik akhir titrasi pada volume 19,3 ml berwarna merah bata.



2.



Hasil dari penentuan kadar sampel (Tablet Fumarat) yakni titik akhir titrasi pada volume 12,9 ml berwarna merah muda dan kadar Fe dalam sampel yakni 28,89%.



B. Saran 1.



Mahasiswa harus teliti dalam menimbang bahan dan melakukan titrasi.



2.



Mahasiswa harus mengetahui bahan-bahan apa yang mudah teroksidasi oleh cahaya saat digunakan dalam melakukan titrasi.



16



DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III, 378, 535, 612. Jakarta. Febriaty, I. R., & Harlia, A. H. A. 2016. Perbandingan Metode Hidrolisis Asam Dan Basa Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Pembuatan Asam Oksalat. Jurnal Kimia Khatulistiwa. 5(4), 2303-1077. Harjadi w. 1993. ilmu kimia analitik dasar. PT Gramedia. Jakarta Pratama, Y; Prasetya, A. T., & Latifah, L. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Indonesian Journal of Chemical Science. Vol 3 No 1. Putra, F. A. 2016. Perbandingan Metode Analisis Permanganometri Dan Serimetri Dalam Penetapan Kadar Besi (II) (Doctoral dissertation. Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Raharjo, R. 2017. Pengelolaan Alat Bahan dan Laboratorium Kimia. Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi. Vol 20(2). 99-104. Yaqin, N., & Firdausi, R. N. 2017. Analisis Zat Organik Pada Air Sumur Pantau Di Tpa Ngipik Kabupaten Gresik Dengan Metode Permanganometri (Analysis Of Organic Matter In Well Control Water At Tpa Ngipik District Gresik With Permanganometry Method). Journals of Ners Community. Vol 8(2). 172-178. Putra, F. A. 2016. Perbandingan Metode Analisis Permanganometri Dan Serimetri Dalam Penetapan Kadar Besi (Ii).Jurnal Sains Dan Seni It. Vol. 5 (1) : 2337-3520. Silviana, E; Fauziah, F & Adriani, A. 2020. The Comparison of Potassium Iodate Concentration in Jangka Salt of Matang Glumpang Dua Production From the Cooking and Natural Drying Process By Iodometri Method. Lantanida Journal. Vol 7(2) : 135-146. Suganda, B. R; Hadian, S. D; Sendjaja, Y. A., & Irawan, B. 2019. Karakteristik Kimia Organik Pada Akifer Bebas di Beberapa Lokasi Pemanfaatan Lahan Daerah Jatinangor Dan sekitarnya. Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY. Vol 17 (3) : 205-212. Taufiq, A; Hutagaol, R. P., & Pramono, U. 2017. Metode alternatif analisis sulfur dalam solar dengan alat ICP-OES Optima 5300 Perkin Elmer. Jurnal Sains Natural. Vol 1(1) : 26-32. Yan, W; Zhang, H; Sheng, K; Mustafa, A. M & Yu, Y. 2018. Evaluation of engineered hydrochar from KMnO4 treated bamboo residues: Physicochemical properties, hygroscopic dynamics, and morphology. Bioresource technology. 250 806-811.



17



Zakiyah, Z & Setyaningsih, D. 2016. Efek Pemberian Suplemen Ferro Sulfat Berbagai Dosis Terhadap Regulasi Keseimbangan Besi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Betina. In Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati. Vol. 1 (2).



18



LAMPIRAN A. Alat



Batang Pengaduk



Buret, Statif, Klem



Beaker Glass



Erlenmeyer



Gelas Ukur



Hot Plate



Lumpang Alu



Neraca Analitik



Pipet Tetes



19



B. Bahan



aquadest



Asam Oksalat



Kalium Permanganat



Tablet Ferrous Fumarate



Asam Sulfat



C. Prosedur Kerja D. Cara Kerja



Ditimbang



Dilarutkan Dengan



Dipanaskan



Bahan



Aquadest



30 menit



Ditimbang



Dilarutkan Dengan



Bahan



Aquadest



Pembuatan larutan KMnO4



20



Dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml



Pembuatan larutan Asam Oksalat



Dinginkan kemudian Disaring



Pembuatan larutan Baku Primer



Dibuat Larutan Baku primer



Dipipet Larutan Baku Primer



Ditambahkan H2SO4



Hasil Dititrasi sampai Warna pink



Penetapan Kadar



21



Ditimbang



Ditimbang



Dititrasi



Tablet Ferrous Fumarate



Tablet Ferrous yang sudah di gerus



Tablet Ferrous Fumarate yang sudah ditambahkan 30 ml aquadest dan 15 ml asam sulfat



22



Hasil