46 - Diabetik Ketoasidosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETIK KETOASIDOSIS



Dosen Pembimbing : Moh. Najib, S.Kp, M.Sc



Disusun Oleh : Yuni Sulistyo Wardhani



(P27820119050)



Yuniar Sulistyo Kartika Sukma



(P27820119098)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA 2021-2022



KATA PENGANTAR Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan YME, atas berkat dan rahmat-Nya Laporan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah ini dapat dibuat dan disampaikan tepat pada waktunya. Adapun penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah tentang Laporan “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Klien Dengan Diabetik Ketoasidosis”. Kami ucapkan terima kasih kepada Moh. Najib, S.Kp, M.Scselaku pembimbing dan tidak lupa kepada Pasien dan keluarga selaku Klien dalam pembuatan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah ini. Kami berharap dengan adanya Laporan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah ini dapat menjadi salah satu sumber literatur atau sumber informasi peengetahuan bagi pembaca. Kami menyadari bahwa Laporan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan ini lebih sempurna. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Surabaya, 10 Oktober 2021



Penyusun



i



DAFTAR ISI DAFTAR ISI...................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang..................................................................................1 1.2 RumusanMasalah.............................................................................2 1.3 Tujuan..............................................................................................2 BAB II LAPORAN PENDAHULUAN 2.1 Definisi...........................................................................................3 2.2 Etiologi...........................................................................................3 2.3 Patofisiologi...................................................................................3 2.4 Manifestasi Klinis..........................................................................5 2.5 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................5 2.6 Penatalaksanaan ............................................................................7 2.7 Komplikasi.....................................................................................8 2.8 Pathway........................................................................................11 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI 3.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................12 3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................14 3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................14 3.4 Implementasi Keperawatan..............................................................15 3.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................25 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan......................................................................................17 4.2 Saran.................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang



disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetik juga merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis. Ketoasidosis diabetik ini diakibatkan oleh defisiensi berat insulin dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin. Ketoasidosis diabetukum lebih sering terjadi pada usia 15 X 109 / L) atau ditandai



pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi. 6.



Gas darah arteri (ABG). pH sering 330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H 2O ini, maka pasienjatuh pada kondisi koma. 11. Fosfor Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.Tingkat BUN meningkat.Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya. 12. Kadar kreatinin Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hbjuga dapat terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal. 2.6



Pemeriksaan Diagnostik



Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan dengan cara:



7



1.



Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.



2.



Gula darah puasa normal atau diatas normal.



3.



Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.



4.



Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.



5.



Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis



2.7



Penatalaksanaan Penanganan KAD (ketoasidosis diabetikum) memerlukan pemberian tiga agen



berikut: 1.



Cairan Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat. NaCl 0,9



% diberikan 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan normal salin hipotonik (0,45 %) dapat digunakan padapasien-pasien yang menderita hipertensi atau hipernatremia atau yangberesiko mengalami gagal jantung kongestif. Infus dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200-500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapajam selanjutnya. 2.



Insulin Insulin intravena



paling umum dipergunakan. Insulin



intramuskular



adalah alterantif bila pompa infusi tidak tersedia atau bila akses vena mengalami kesulitan, misalnya pada anak anak kecil. Asidosis yang terjadi dapat diatasi melalui pemberian insulin yang akn menghambat pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-senyawa yang bersifat asam. Insulin diberikan melalui infus dengan kecaptan lambat tapi kontinu ( misal 5 unti /jam). Kadar glukosa harus diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam cairan infus bila kadar glukosa darah mencpai 250 – 300 mg/dl untuk menghindaripenurunan kadar glukosa darah yang terlalu cepat.



8



3.



Potassium Meskipun



ada



kadar



potassium



serum



normal,



namun



semuapasien



penderita KAD mengalami depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi secara hebat.Input saline fisiologis awal yang tinggi yakni 0.9% akan pulih kembali selama defisit cairan dan elektrolite pasien semakin baik. Insulin intravena diberikan melalui infusi kontinu dengan menggunakan pompa otomatis, dan suplemen potasium ditambahkan kedalam regimen cairan. Bentuk penanganan yang baik atas seorang pasien penderita KAD (ketoasidosis diabetikum) adalah melalui monitoring klinis dan biokimia yang cermat. 2.8



Komplikasi



Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa: 1.



Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik ) Nefropati diabetik atau ginjal diabetik



dapat



dideteksi



penderita mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air



cukup dini. Bila



kencingnya terdapat



protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung kongesif. 2.



Kebutaan ( Retinopati Diabetik ) Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembabpada lensa



mata. Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan. Tetapi bila tidak terlambat dan segera ditangani secara dini dimana kadar glukosa darah dapat terkontrol, maka penglihatan bisa normal kembali 3.



Syaraf ( Neuropati Diabetik ) Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderitabisa stres,



perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat dirasakan (mati rasa). Telapak kaki hilang rasa membuat penderita tidak merasa bila kakinya terluka, kena bara api atau tersiram air panas. Dengan demikian luka kecil cepat menjadi besar dan tidak jarang harusberakhir dengan amputasi. 4.



Kelainan Jantung



9



Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan kematian ototjantung akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini merupakan penyebab kematian mendadak. Selain itu terganggunya saraf otonom yang tidak berfungsi, sewaktu istirahat jantung berdebar cepat. Akibatnya timbul rasa sesak, bengkak, dan lekas lelah. 5.



Hipoglikemia. Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bilapenurunan kadar



glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera. Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-kejang. 6.



Impotensi. Sangat banyak diabetisi laki-laki yang mengeluhkan tentang impotensi yang



dialami. Hal ini terjadi bila diabetes yang diderita telah menyerang saraf. Keluhan ini tidak hanya diutarakan oleh penderita lanjut usia, tetapi juga mereka yang masih berusia 35 – 40 tahun. Pada tingkat yang lebih lanjut, jumlah sperma yang ada akan menjadi sedikit atau bahkan hampir tidak ada sama sekali. Ini terjadi karena sperma masuk ke dalam kandung seni ( ejaculation retrograde).Penderita yang mengalami komplikasi ini, dimungkinkan mengalami kemandulan. Sangat tidak dibenarkan, bila untuk mengatasi keluhan ini penderita menggunakan obat-obatan yang mengandung hormon dengan tujuan meningkatkan kemampuan seksualnya. Karena obat-obatan hormon tersebut akan menekan produksi hormon tubuh yang sebenarnya kondisinya masih baik. Bila hal ini tidak diperhatikan maka sel produksi hormon akan menjadi rusak. Bagi diabetes wanita, keluhan seksual tidak banyak dikeluhkan.Walau demikian diabetes millitus mempunyai pengaruh jelek pada proses kehamilan. Pengaruh tersebut diantaranya adalah mudah mengalami keguguran yang bahkan bisa terjadi sampai 3-4 kali berturut- turut, berat bayi saat lahir bisa mencapai 4 kg atau lebih, air ketuban yangberlebihan, bayi lahir mati atau cacat dan lainnya. 7.



Hipertensi.



10



Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air



seni, ginjal



penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk menambah takanan darah. 8.



Komplikasi lainnya. Selain komplikasi yang telah disebutkan di atas, masih terdapatbeberapa



komplikasi yang mungkin timbul. Komplikasi tersebut misalnya: a.



Ganggunan pada saluran pencernakan akibat kelainan urat saraf. Untuk itu makanan yang sudah ditelan terasa tidak bisa lancar turun ke lambung.



b.



Gangguan pada rongga mulut, gigi dan gusi. Gangguan ini pada dasarnya karena kurangnya perawatan pada rongga mulut gigi dan gusi, sehingga bila terkena penyakit akan lebih sulitpenyembuhannya.



c.



Gangguan infeksi. Dibandingkan dengan orang yang normal,penderita diabetes millitus lebih mudah terserang infeksi.



2.9



Pathway



11



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI 3.1



Pengkajian keperawatan



1.



Identitas Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat dari pasien.



2.



Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Menimbulkan



gejala



gastrointestinal



seperti,



anoreksia



(gangguan



psikologis), mual, muntah, pusing, dan nyeri abdomen. b. Alasan masuk rumah sakit Pasien sering mengalami dehidrasi dan syok yang disebabkan defesiensi cairan 3.



Riwayat Penyakit Sekarang Adanya keluhan penglihatan kabur, badan tampak kurus, impotent pada lakilaki dan keputihan pada wanita.



4.



Riwayat Penyakit Sebelumnya Kemungkinan adanya riwayat DM, infeksi, malnutrisi, obesitas, alkoholik



5.



Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya riwayat DM dalam anggota keluarga



6.



Pola-Pola Kesehatan a. Aktivitas dan Isitirahat Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat/tidur Tanda: Takikadia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas, Letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot b. Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, Takikardia



12



Tanda :



Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, Nadi yang



menurun/tidak ada, Disritmia, Krekels, Distensi vena jugularis, Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung c. Integritas/Ego Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda : Ansietas, peka rangsang d. Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISSK baru/berulang, Nyeri tekan abdomen, Diare Tanda:Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), Urin berkabut, bau busuk (infeksi), Abdomen keras, adanya asites, Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare). e. Nutrisi dan Cairan Gejala :



Hilang nafsu makan, Mual/muntah, Tidak mematuhi diet,



peningkattan masukan glukosa/karbohidrat, Penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, Haus, penggunaan diuretik (Thiazid) Tanda :



Kulit kering/bersisik, turgor jelek, Kekakuan/distensi abdomen,



muntah, Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton). f. Neurosensori Gejala :



Pusing/pening, sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan pada



otot, parestesia, Gangguan penglihatan Tanda :



Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut).



Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, Refleks tendon dalam menurun (koma), Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA). g. Nyeri dan Kenyamanan Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)



13



Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati h. Pernapasan Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak) Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, Frekuensi pernapasan meningkat i. Keamanan Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit Tanda :Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi, Menurunnya kekuatan umum/rentang erak, Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam). j. Seksualitas Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit Tanda :Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi, Menurunnya kekuatan umum/rentang erak, Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam). k. Penyuluhan dan Pembelajaran Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang, Lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengatuan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah 3.2



Diagnsosis Keperawatan 1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (D.0005) 2. Resiko syok b.d kekuranagn volume cairan (D.0039)



3.3



Intervensi Keperawatan 1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (D.0005) Tujuan:Setelah



dilakukan



tindakan



diharapkan pola napasmembaik/efektif



14



keperawatan



selama



2X24jam



Kriteria hasil: a. Tekanan ekspirasi normal b. Tekanan inspirasi normal c. Kapasitas vital normal Intervensi Keperawatan: a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) b. posisikan semi fowler/fowler c. Anjurkan teknik batuk efektif d. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar e. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu 2. Resiko syok b.d kekuranagn volume cairan (D.0039) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24jam diharapkan volume cairan normal. Kriteria hasil: a. tingkat kesadaran normal b. Saturasi oksigen normal c. Output urine normal Intervensi Keperawatan: a. Monitor status cairan b. Pasang jalur IV, jika perlu c. Jelaskan tanda dan gejala awal syok d. kolaborasi pemberian IV, jika perlu 3.4



Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan



berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah diberikan. Format penulisannya seperti diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan yang disertai dengan tanggal dan jam, lalu tanda tangan. 3.5



Evaluasi Keperawatan Mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai dan memberikan



umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Format evaluasi yang



15



dipakai adalah SOAP. Dalam format ini dapat diketahui keadaan perkembangan klien, apakah masalah terselesaikan atau belum.



16



BAB IV PENUTUP 4.1



Kesimpulan Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang



disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetikum terjadi pada penderita IDDM (atau DM tipe II). Adanya gangguan dalam regulasi insulin, khususnya pada IDDM dapat cepat menjadi diabetik ketoasidosis manakala terjadi diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa, ketidakseimbangan jumlah intake makanan dengan insulin, adolescen dan pubertas, aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes, dan stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan emosional. 4.2



Saran Untuk menghindari kondisi pasien dengan ketoasidosis diabetikum jatuh



pada kondisi tidak stabil, maka yang perlu dilakukan adalah sesegera mungkin melakukan penggantian cairan dan garam yang hilang, menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan pemberian insulin, mengatasi stres sebagai pencetus KAD (dalam kasus ini diberikan antibiotik), serta mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta penyesuaian pengobatan.Sedangkan untuk melakukan tindakan pencegahan agar tidak jatuh pada kondisi ketoasidosis yaitu dengan melakukan manajemen nutrisis yang baik serta menetapkan taraf insulin yang benat atau tepat dosis.



17



DAFTAR PUSTAKA Fisher,JN., Shahshahani,MN., Kitabchi,AE., Diabetic ketoacidosis: low-dose insulin therapy by various routes. www.content.nejm.org (diakses pada tanggal 14 Oktober 2021 pukul 09.26 WIB). Hardern,R.D., Quinn,N.D.



Emergency management of diabetic ketoacidosis in



adults. www.ncbi.nlm.nih.gov(diakses pada tanggal 14 Oktober 2021 pukul 10.00). Hidayat.



Ketoasidosis DM. www.hidayat2.wordpress.com(diakses pada tanggal 14



Oktober 2021 pukul 10.15 WIB). HighBeam. Article: The clinical management of diabetic ketoacidosis in adults . (Clinical).www.highbeam.com(diakses pada tanggal 14 Oktober 2021 pukul 07.00 WIB). Ikhwani,anas.2015.AskepKAD. https://www.academia.edu/18179325/ASKEP_KAD (online) Tim Pokjaa SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan



18