50-Teknik Pendederan Komoditas Payau Dan Laut [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



REDAKSIONAL Pengarah: Direktur Pembinaan SMK Kepala Sub Direktorat Kurikulum Kepala Seksi Penilaian Kepala Seksi Pembelajaran Penulis: Sunarto Sukandi Pengendali Mutu: Winih Wicaksono Penyunting: Rais Setiawan Erna Fauziah Editor: Edi Cahyana Desain Sampul: Sonny Rasdianto Layout/Editing: Indah Mustika Ar Ruum Ratna Murni Asih Rifda Ayu Satriana



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



iii



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR



Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/ MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D. DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 ten tang Struktur Kurikulum SMK/MAK. Bahan ajar yang disusun pada tahun anggaran 2019 diharapkan dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktif dengan penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang menggunakannya. Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para guru kejuruan di SMK yang telah berpengalalaman menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu, diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia. Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan ucapan terima kasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam menyumbangkan pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK. SMK Bisa! SMK Hebat!



iv



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PRAKATA Indonesia mempunyai potensi perairan umum yang luas. Perairan umum tersebut selain merupakan daerah penangkapan ikan (fishing ground) juga sebagai lahan untuk budi daya ikan. Penangkapan ikan di perairan umum telah mencapai titik optimum bahkan telah mencapai padat tangkap (full fishing). Apalagi tekanan terhadap stok ikan di perairan umum tidak hanya kegiatan penangkapan tetapi juga pencemaran perairan umum, menurunnya debit air, dan pembabatan hutan yang tidak terkendali sehingga menyebabkan rusaknya habitat ikan. Menghadapi kondisi ini maka selain perlu dilakukan konservasi lingkungan untuk menjaga kelangsungan plasma nutfah perikanan di perairan umum, juga perlu ditingkatkan usaha pembudi dayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani (ikan) yang terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan. Mengingat makin sempitnya lahan budi daya ikan maka peningkatan produksi dapat dilakukan dengan intensivikasi usaha melalui peningkatan padat penebaran, input teknologi, pengunaan bibit unggul, dan pengelolaan secara tepat. Usaha pemeliharaan ikan di keramba jaring apung (KJA) merupakan salah satu contoh teknik budi daya ikan intensif yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Pembahasan dalam buku ini hanya terbatas mengenai pembahasan teknik pendederan komoditas perikanan air payau dan laut. Oleh karena itu materi yang terkait dengan pembenihan ikan, pembesaran ikan, dan pemanenan ikan tidak dibahas dalam buku ini. Akhirnya dengan selesainya pembuatan buku ini penulis mengharapkan buku ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca (guru, peserta didik, petani ikan dan masyarakat umum).







Penulis,







Sunarto Sukandi







AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



v



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2 PRAKATA............................................................................................................... 3 DAFTAR ISI............................................................................................................. 4 DAFTAR GAMBAR................................................................................................... 6 DAFTAR TABEL....................................................................................................... 7 PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU............................................................................. 8 PETA KONSEP BUKU............................................................................................... 9 APERSEPSI........................................................................................................... 10 BAB I TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN RAMAH LINGKUNGAN........ 11 A. Pengertian pendederan........................................................................................... 13 B. Pengertian teknik pendederan.............................................................................. 20 C. Jenis-Jenis Alat dan Bahan untuk pendederan.................................................. 23 D. Persyaratan Alat dan Bahan pendederan ramah lingkungan......................... 28 BAB II LOKASI PENDEDERAN PADA KOMODITAS PAYAU DAN LAUT....................... 35 A. Lokasi pendederan................................................................................................... 37 B. Potensi tanah tambak.............................................................................................. 38 C. Persyaratan lokasi pendederan............................................................................. 41 BAB III Desain DAN TATA LETAK WADAH PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN.. 67 A. Desain wadah pendederan..................................................................................... 69 B. Jenis-jenis desain dan bahan wadah pendederan............................................ 71 C. Hubungan Volume kolam dan jumlah penebaran benih ikan........................ 73 D. Tata Letak wadah pendederan............................................................................... 74 E. Hubungan antara tata letak dan kualitas air kolam media pendederan...... 80 BAB IV PERSIAPAN WADAH DAN PERALATAN LAPANGAN PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN......................................................................................................... 85 A. Tujuan penyiapan wadah dan peralatan lapangan kegiatan pendederan... 87 B. Jenis-jenis wadah dan peralatan lapangan kegiatan pendederan................ 91 C. Perawatan dan Pemeliharaan wadah dan peralatan lapangan kegiatan pendederan.............................................................................................................. 101 D. Prosedur penggunaan wadah dan peralatan lapangan kegiatan pendederan.............................................................................................................. 104 E. Analisis Perhitungan kebutuhan wadah dan peralatan lapangan kegiatan pendederan.............................................................................................................. 104 PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL..................................................................111 BAB V PEMASANGAN SARANA INSTALASI AIR, LISTRIK DAN SARANA AERASI PADA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN.............................................................115 A. Jenis dan fungsi Sarana instalasi air untuk pendederan............................... 118 B. Jenis dan Fungsi Sarana mesin listrik untuk pendederan............................. 121 C. Jenis dan Fungsi Sarana aerasi untuk pendederan......................................... 124



vi



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



DAFTAR ISI



BAB VI PERSIAPAN MEDIA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN....................137 A. Perencanaan Penyiapan Media Pendederan.................................................... 139 B. Teknik penyiapan media pendederan................................................................ 146 C. Identifikasi media pendederan........................................................................... 150 D. Standar Kualitas air pendederan komoditas perikanan payau.................... 152 BAB VII KUALITAS BENIH PADA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN..............159 A. Ciri-ciri benih ikan dan udang yang sehat........................................................ 161 B. Proses seleksi benih............................................................................................... 165 C. Pemilihan ukuran benih (grading)....................................................................... 169 BAB VIII PENEBARAN BENIH PADA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN.........175 A. Padat tebar dan jumlah penebaran ikan............................................................ 179 B. Pengertian dan Cara aklimatisasi........................................................................ 180 BAB IX PEMANTUAN PERKEMBANGAN BENIH.....................................................189 A. Bobot rata rata benih ikan.................................................................................... 191 B. Panjang rata-rata benih ikan................................................................................ 191 C. Biomassa................................................................................................................... 191 D. Survival Rate............................................................................................................. 191 E. Mortalitas Rate......................................................................................................... 192 F. Specific Growth Rate (SGR)..................................................................................... 192 PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP..................................................................197 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................202 GLOSARIUM.......................................................................................................204 BIODATA PENULIS..............................................................................................206



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



vii



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Benih Bandeng ................................................................................................ 12 Gambar 1.2 Bandeng Ukuran Gelondongan ................................................................... 14 Gambar 1.3 Kolam Terpal Pendederan Bandeng ........................................................... 21 Gambar 2.1 Jenis – Jenis Lokasi Pendederan ................................................................. 36 Gambar 2.2 Data Pasang Surut PPN Brondong Gambar 2.3 Data Pasang Surut PPN Brondong .............................................................. 39 Gambar 2.4 Data Pasang Surut PPN Kejawanan ............................................................ 40 Gambar 2.5 Data Pasang Surut PPN Prigi ........................................................................ 40 Gambar 2.6 Udang Windu ................................................................................................... 41 Gambar 2.7 Udang Vaname ................................................................................................ 42 Gambar 2.8 Air Tercemar Limbah Rumah Tangga .......................................................... 43 Gambar 2.9 Sungai Yang Tercemar ................................................................................... 43 Gambar 2.10 Pencemaran Sungai ..................................................................................... 44 Gambar 2.11 Peta Topografi ............................................................................................... 47 Gambar 2.12 Tekstur Tanah ................................................................................................ 49 Gambar 2.13 Pengapuran Kolam ...................................................................................... 51 Gambar 2.14 Tanah Kolam Subur....................................................................................... 53 Gambar 2.15 Tanah Kolam Ikan Asam .............................................................................. 53 Gambar 2.16 Ekosistem Mangrove ................................................................................... 55 Gambar 2.17 Tambak SIlvofishery .................................................................................... 55 Gambar 3.1 Kolam Pendederan Sederhana..................................................................... 68 Gambar 3.2 Desain Tambak Bandeng .............................................................................. 71 Gambar 3.3 Pengeringan Tambak ..................................................................................... 75 Gambar 3.4 Pengeringan Tambak...................................................................................... 76 Gambar 3.5 Pemupukan ...................................................................................................... 77 Gambar 3.6 Panen Udang ................................................................................................... 78 Gambar 3.7 Panen Bandeng ............................................................................................... 79 Gambar 3.8 Panen Nener .................................................................................................... 79 Gambar 4.1 Aneka Jenis Kolam Terpal.............................................................................. 86 Gambar 4.2 Pendederan Vaname ..................................................................................... 88 Gambar 4.3 Pendederan Windu ........................................................................................ 89 Gambar 4.4 Instalasi Aerasi pada Bak Pendederan ...................................................... 89 Gambar 4.5 Pemasangan Aerasi ........................................................................................ 90 Gambar 4.7 Kolam Tandon Hasil Sedimentasi................................................................ 92 Gambar 4.8 Kolam Sedimentasi Sistem Zig Zag ............................................................ 93 Gambar 4.9 Mesin Blower Penyuplai Udara ................................................................... 94 Gambar 4.10 Bak Sterilisasi ............................................................................................... 95 Gambar 4.11 Kolam Kultur Pakan Alami ......................................................................... 95 Gambar 4.12 Bak Fiber Kultur Artemia............................................................................. 96 Gambar 4.13 Mesin Generator........................................................................................... 96 Gambar 4.14 Instalasi Listrik Pada Hatchery .................................................................. 97 Gambar 4.15 Pompa Udara Hi Blower .............................................................................. 97 Gambar 4.16 Mesin Pompa Air Laut ................................................................................. 98 Gambar 4.17 Mesin Pompa Air Tawar .............................................................................. 98 Gambar 4.18 Termometer ................................................................................................... 99



viii



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



DAFTAR GAMBAR Gambar 4.19 Perangkat Alat Ukur Kualitas Air .............................................................. 99 Gambar 4.20 pH meter....................................................................................................... 100 Gambar 4.21 Colorimeter ................................................................................................. 100 Gambar 4.22 Luxmeter ...................................................................................................... 101 Gambar 5.1 Instalasi aerasi kolam .................................................................................. 116 Gambar 5.2 Instalasi air ..................................................................................................... 117 Gambar 5.3 Instalasi listrik ............................................................................................... 117 Gambar 5.4 Alat filtrasi air................................................................................................ 119 Gambar 5.5 Alat ozonisasi air .......................................................................................... 120 Gambar 5.6 Contoh instalasi pipa aerasi pada kolam ................................................ 125 Gambar 5.7 Kincir Air ......................................................................................................... 127 Gambar 5.8 Aerasi Pada Tambak ..................................................................................... 127 Gambar 5.9 Turbo Jet Aerator .......................................................................................... 131 Gambar 5.10 Aerasi dengan Turbo Jet Aerator ............................................................ 131 Gambar 5.11 Aerasi Sistem Diffusers ............................................................................ 132 Gambar 6.1 Pembersihan Media Kolam Pendederan ................................................. 138 Gambar 7.1 Benih Udang Tampak Sehat ....................................................................... 160 Gambar 7.2 Pengamatan Benur Sederhana................................................................... 160 Gambar 8.1 Penebaran Benih Ikan ................................................................................. 176 Gambar 8.2 Penebaran Pada Malam Hari ...................................................................... 176 Gambar 8.3 Aklimatisasi Benih Ikan ............................................................................... 177 Gambar 8.4 Aklimatisasi Benih di Tambak .................................................................... 178 Gambar 8.5 Aklimatisasi Benih di Tambak .................................................................... 181 Gambar 8.6 Bak Pendederan dari Kayu.......................................................................... 181 Gambar 8.7 Bak Pendederan dari Terpal dan Bambu ................................................ 182 Gambar 8.8 Kolam Terpal Bulat ....................................................................................... 182 Gambar 8.9 Bak Fiber ......................................................................................................... 183 Gambar 8.10 Penebaran Udang di Tambak Intensif ................................................... 185 Gambar 8.11 Penebaran Udang di Tambak Tradisional.............................................. 185 Gambar 9.1 Penimbangan Bobot Ikan ........................................................................... 190 Gambar 9.2 Pengukuran Panjang Tubuh Ikan Bawal................................................... 190 Gambar 9.3 Pengukuran Panjang Tubuh Ikan Gurame ............................................... 190



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



ix



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perbedaan Ukuran Gelondongan Bandeng (Chanos chanos) .................... 14 Tabel 1.2 Pembagian Kegiatan Pendederan ................................................................... 16 Tabel 1.3 Ragam Ukuran Benih Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)........................ 17 Tabel 1.4 Ukuran Benih Kerapu Cantang (Epinephelus lanceolatus) ......................... 17 Tabel 1.5 Ukuran Benih Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) ........................ 18 Tabel 1.6 Tahapan Hidup Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)............................ 21 Tabel 1.7 Jenis Alat dan Bahan Pendederan Bandeng (Chanos chanos) .................. 25 Tabel 1.8 Jenis Alat dan Bahan Pendederan Nila (Oreochromis niloticus)................ 25 Tabel 1.9 Jenis Peralatan Pendederan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) ......... 26 Tabel 1.10 Jenis Peralatan Pendederan Kerapu Cantang (Epinephelus lanceolatus) .............................................................................. 27 Tabel 1.11 Jenis Bahan Pendederan Kerapu Cantang (Epinephelus lanceolatus) .............................................................................. 27 Tabel 1.12 Jenis Peralatan Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) ........................................................................... 28 Tabel 1.13 Jenis Bahan dan Peralatan Pendederan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) .................................................................................. 29 Tabel 2.1 Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Mengisi Tambak ......................................... 46 Tabel 2.2 Karakteristik Partikel Tanah .............................................................................. 49 Tabel 2.3 Hubungan Antara Tekstur dengan Kelayakan Tanah Sebagai Tambak.... 49 Tabel 2.4 Penggolongan reaksi tanah menurut kisaran pH ........................................ 50 Tabel 2.5 Kebutuhan Kapur (CaCo3) Untuk Menetralkan pH Tanah............................ 52 Tabel 2.6 Hubungan Antara Bahan Organik dengan Tingkat Kesuburan Tanah ..... 53 Tabel 2.7 Hubungan Antara Kandungan Nitrogen dengan Tingkat Kesuburan Tanah .................................................................................. 53 Tabel 2.9 Hubungan Antara Kandungan Kalium dengan Tingkat Kesuburan Tanah ................................................................................................ 53 Tabel 2.10 Hubungan Antara Kandungan Kalsium dan Magnesium dengan Tingkat Kesuburan Tanah ................................................................ 54 Tabel 2.11 Identifikasi Lokasi Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Tambak........................... 56 Tabel 2.12 Identifikasi Lokasi Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Bak.................................. 57 Tabel 2.13 Identifikasi Lokasi Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Keramba Jaring Apung..57 Tabel 2.14 Identifikasi Lokasi Pendederan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) Produksi Benih di Bak............................................. 57 Tabel 2.15 Identifikasi Lokasi Pendederan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) Produksi Benih di Keramba Jaring Apung.......... 58 Tabel 3.1 Hubungan antara Lebar Saluran Utama, Perbedaan Pasang Surut dan Luas Areal Pertambakan.......................................................................... 72 Tabel 4.1 Kebutuhan peralatan lapangan pada wadah yang berbeda untuk kegiatan pendederan kerapu bebek................................................. 105 Tabel 4.2 kebutuhan peralatan lapangan pada wadah yang berbeda untuk kegiatan pendederan kerapu macan................................................ 106



x



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



Tabel 4.3 kebutuhan peralatan lapangan pada wadah yang berbeda untuk kegiatan pendederan kerapu cantang ............................................. 107 Tabel 5.1 Efisiensi Beberapa Jenis Aerator.................................................................... 124 Tabel 5.2 Pedoman Pengoperasian Kincir ..................................................................... 129 Tabel 5.3 Hubungan Antara Kelarutan Oksigen (O2) dan Suhu pada Tekanan Udara 760 mm Hg ............................................................................ 130 Tabel 6.1 Pedoman Pemberian Makanan Tambahan Periode Peneneran untuk Padat Penebaran 1.000 ekor/hektar (Murtidjo, 2002)................. 141 Tabel 6.2 Kriteria Pendederan Benih Ikan Nila (SNI 6141:2009)............................. 141 Tabel 6.3 Ukuran serta bentuk wadah produksi nauplius dan benur ..................... 145 Tabel 6.4 Standar Kualitas Air Pendederan Nila........................................................... 153 Tabel 6.5 Standar Kualitas Air Pendederan Benur Vaname....................................... 153 Tabel 6.6 Standar Kualitas Air Pendederan Kerapu Cantang .................................... 154 Tabel 6.7 Standar Kualitas Air Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Bak.................................. 154 Tabel 6.8 Standar Kualitas Air Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Tambak........................... 155 Tabel 6.9 Standar Kualitas Air Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Keramba Jaring Apung.155 Tabel 7.1 Penentuan Kualitas Nener Berdasarkan Persentase Jumlah Ruas Tulang Belakang Yang Teramati Dengan Acuan 45 Dibagi Jumlah Ruas Tulang Belakang Normal ................................................................................. 167 Tabel 7.2 Kriteria kualitatif benih kerapu cantang ..................................................... 169 Tabel 7.3 Kriteria kuantitatif nener dan gelondongan ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) ................................................................................. 170 Tabel 7.4 Persyaratan Kuantitatif benih ikan kakap putih ........................................ 170 Tabel 7.5 Persyaratan kuantitatif benur ........................................................................ 171 Tabel 7.6 Persyaratan Kuantitatif benih ikan kerapu cantang.................................. 171



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



xi



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini. Buku dengan judul Teknik Pendederan Komoditas Payau dan Laut ini diharapkan dapat menjadi panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan mmemperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan materi. 2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa ditanyakan kepada guru. 3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk memperluas wawasanmu. 4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini. Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi dalam buku ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri sebelum benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-masing saling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Akhir Bab. Jika anda belum menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka anda dapat mengulangi untuk mempelajari materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila anda masih mengalami kesulitan memahami materi yang ada dalam bab ini, silahkan diskusikan dengan teman atau guru anda. Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan dan keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebuut adalah: Lembar Praktikum Contoh Soal Cakrawala Jelajah Internet Rangkuman Tugas Mandiri Penilaian Akhir Bab Refleksi Penilaian Akhir Semester



xii



Lembar acuan yang digunakan untuk melatih keterampilan peserta didik sesuai kompetensi keahlianya. Digunakan untuk memberikan gambaran soal yang akan ditanyakan dan cara menyelesaikannya. Berisi tentang wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu yang sedang dipelajari. Fitur yang dapat digunakan peserta didik untuk menambah sumber belajar dan wawasan. Menampilkan link dan QR code sumber belajar. Berisi ringkasan pokok materi dalam satu bab. Kegiatan yang bertujuan untuk melatih peserta didik dalam memahami suatu materi dan dikerjakan secara individu maupun kelompok (diskusi). Digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang sudah dicapai peserta didik setelah mempelajari satu bab. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik maupun guru di akhir kegiatan pembelajaran guna mengevaluasi dan memberikan umpan balik kegiatan belajar mengajar. Digunakan untuk mengevaluasi kompetensi peserta didik setelah mempelajari materi dalam satu semester. AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PETA KONSEP BUKU



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN PAYAU DAN LAUT



BAB I TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN RAMAH LINGKUNGAN



BAB V PEMASANGAN SARANA INSTALASI AIR, LISTRIK DAN SARANA AERASI PADA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



BAB II LOKASI PENDEDERAN PADA KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



BAB VI PERSIAPAN MEDIA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



BAB III DESAIN DAN TATA LETAK WADAH PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



BAB VII KUALITAS BENIH PADA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



BAB IV PERSIAPAN WADAH DAN PERALATAN LAPANGAN PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



BAB VIII PENEBARAN BENIH PADA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



BAB IX PEMANTUAN PERKEMBANGAN BENIH



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



xiii



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



APERSEPSI Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Sumberdaya alam terbagi menjadi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources). Contoh sumberdaya alam yang dapat diperbaharui yaitu sumberdaya ikan. Sumber daya perikanan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Kegiatan perikanan meliputi perikanan tangkap dan perikanan budi daya, kegiatan yang dapat diandalkan untuk menunjang produksi perikanan nasional adalah perikanan berbasis budi daya atau budi daya perairan (Aquaculture). Salah satu sektor yang dikembangkan dan memiliki tren positif yaitu budi daya perikanan payau dan laut. Komoditas budi daya perikanan payau dan laut memiliki potensi besar, hal ini dikarenakan total luasan perairan payau, pantai dan lautan Indonesia sangat luas. Oleh karena itu sudah selayaknya kegiatan budi daya perikanan payau dan laut menjadi garda terdepan pembangunan perikanan nasional. Komoditas budi daya perikanan payau dan laut yang menjadi primadona bagi kalangan pembudi daya ikan yaitu ikan bandeng (Chanos chanos), ikan nila hitam (Oreochromis niloticus), ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), ikan kerapu cantang (Epinephelus lanceolatus), ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), udang windu (Penaeus monodon), udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan ikan kakap putih (Lates calcalifer). Komoditas perikanan tersebut menjadi primadona bagi kalangan pengusaha budi daya ikan, hal ini dikarenakan komoditas perikanan tersebut memiliki pangsa pasar yang luas dan peminat yang banyak. Usaha budi daya perikanan komoditas payau dan laut meliputi usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran. Salah satu sektor usaha budi daya perikanan komoditas payau dan laut yang banyak dilakukan kalangan pembudi daya adalah usaha pendederan ikan. Usaha pendederan komoditas payau dan laut memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan sektor usaha budi daya perikanan lainnya. Keunggulan yang paling utama yaitu ssaha pendederan tidak membutuhkan modal yang sangat besar sehingga banyak kalangan masyarakat pesisir mampu menjalankan usaha tersebut. Selain itu perputaran modal/uang dalam usaha pendederan dinilai reltif lebih cepat jika dibandingkan usaha pembenihan dan pembesaran. Keunggulan selanjutnya yaitu usaha pendederan dinilai mampu memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pembudi daya ikan. Suatu hal yang wajar kalau usaha pendederan ikan komoditas payau dan laut bisa berkembang pesat dan menjadi pilihan bagi para pelaku usaha budi daya ikan di Indonesia.



xiv



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



BAB I



TEKNIK PEND EDERAN KOMODITAS PERIKANAN RAMAH LINGKUNGAN BAB I TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN RAMAH LINGKUNGAN



TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan mempelajari teknik pendederan komoditas payau dan laut yaitu agar peserta didik dapat menjelaskan pengertian pendederan, menjelaskan teknik - teknik pendederan, menjelaskan alat dan bahan yang digunakan pada pendederan, menjelaskan syarat alat dan bahan pendederan ramah lingkungan, menerapkan pendederan yang ramah lingkungan dan memilih atau menggunakan alat bahan pendederan yang ramah lingkungan.



PETA KONSEP



Teknik Pendederan Komoditas Perikanan Ramah Lingkungan



Pemahaman konsep pendederan ramah lingkungan



Pemilihan alat dan bahan pendederan ramah lingkungan



Penerapan pendederan ramah lingkungan



KATA KUNCI pendederan, alat dan bahan, ramah lingkungan



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



1



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENDAHULUAN Pendederan merupakan salah satu sektor usaha dalam budi daya perikanan. Produk hasil dari usaha pendederan yaitu benih ikan dan udang dengan ukuran yang relatif masih kecil yang akan digunakan untuk dilanjutkan ke tahapan pembesaran. Benih ikan dan udang hasil pendederan akan ditebarkan ke dalam tambak tradisional, semi intensif dan intensif. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pendederan harus aman dan ramah lingkungan sehingga tidak berbahaya bagi pembudi daya dan lingkungan sekitar.



Gambar 1.1 Benih Bandeng (Sumber: dokumentasi pribadi)



Komoditas budi daya perikanan payau dan laut memiliki potensi besar, hal ini dikarenakan total luasan perairan payau, pantai dan lautan Indonesia sangat luas. Oleh karena itu sudah selayaknya kegiatan budi daya perikanan payau dan laut menjadi garda terdepan pembangunan perikanan nasional. Usaha budi daya perikanan komoditas payau dan laut meliputi usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran. Salah satu sektor usaha budi daya perikanan komoditas payau dan laut yang banyak dilakukan kalangan pembudi daya adalah usaha pendederan ikan. Komoditas budi daya perikanan payau dan laut yang menjadi primadona bagi kalangan pembudi daya ikan yaitu ikan bandeng (Chanos chanos), ikan nila hitam (Oreochromis niloticus), ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), ikan kerapu cantang (Epinephelus lanceolatus), ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), udang windu (Penaeus monodon), udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan ikan kakap putih (Lates calcalifer). Komoditas perikanan tersebut menjadi primadona bagi kalangan pengusaha budi daya ikan, hal ini dikarenakan komoditas perikanan tersebut memiliki pangsa pasar yang luas dan peminat yang banyak. Usaha pendederan komoditas payau dan laut memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan sektor usaha budi daya perikanan lainnya. Keunggulan yang paling utama yaitu ssaha pendederan tidak membutuhkan modal yang sangat besar



2



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENDAHULUAN sehingga banyak kalangan masyarakat pesisir mampu menjalankan usaha tersebut. Selain itu perputaran modal/uang dalam usaha pendederan dinilai reltif lebih cepat jika dibandingkan usaha pembenihan dan pembesaran. Keunggulan selanjutnya yaitu usaha pendederan dinilai mampu memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pelaku usaha dan memiliki tingkat risiko yang minim. Oleh karena itu hal yang wajar kalau usaha pendederan ikan komoditas payau dan laut bisa berkembang pesat.



MATERI PEMBELAJARAN A. Pengertian pendederan Kegiatan pendederan merupakan tahapan kegiatan pada usaha budi daya perikanan yang menghasilkan produk benih ikan atau udang siap tebar. Benih ikan dan udang yang telah melewati tahap pendederan maka akan menghasilkan produk benih ikan dan udang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dan daya tahan tubuh lebih optimal. Beberapa kegiatan usaha pendederan yang dilakukan masyarakat pesisir pantai yaitu usaha pendederan nila hitam (Oreochromis niloticus), bandeng (Chanos chanos), kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu cantang (Epinephelus lanceolatus), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), udang vaname (Litopenaeus vannamei), udang windu (Penaeus monodon) dan kakap putih (Lates calcalifer). Nener yaitu benih ikan bandeng yang berukuran 14 mm - 17 mm yang diperoleh dari hasil tangkapan di alam atau hasil kegiatan pembenihan (BSN, 2013). Pemeliharaan nener sampai ukuran gelondongan memerlukan waktu pemeliharaan kurang lebih satu bulan, produk dari pendederan nener disebut dengan istilah bandeng gelondongan. Bandeng gelondongan memiliki nilai jual lebih mahal dibandingkan nener, hal ini dikarenakan ukuran tubuh bandeng gelondongan lebih besar sehingga memiliki daya tahan yang kuat terhadap penyakit atau stres yang diakibatkan perubahan kondisi kualitas air tambak atau kolam budi daya. Ukuran gelondongan bandeng dibagi menjadi tiga jenis. Tabel 1.1 Perbedaan Ukuran Gelondongan Bandeng (Chanos chanos) No.



Tahapan



Ukuran



1.



Gelondongan I



3 cm sampai kurang dari 4 cm



2.



Gelondongan II



4 cm sampai kurang dari 6 cm



3.



Gelondongan III



6 cm sampai kurang dari 8 cm



Sumber: (BSN, 2013)



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



3



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 1.2 Bandeng Ukuran Gelondongan (Sumber: dokumentasi pribadi)



Benih bandeng atau nener sudah bisa dijual setelah lebih dari 30 hari di dederkan yaitu ketika memiliki panjang tubuh lebih dari 3 cm dan bobot rata-rata minimal 9-12 mg, tetapi pada tahap umur 30 hari biasanya ukuran nener tidak seragam. Mengingat tingkat kematiannya yang masih tinggi maka pemeliharaan nener atau pendederan bandeng dilakukan dengan hati- hati pada bak-bak pendederan yang intenif dan dipantau secara terjadwal dan berkala. Pendederan yang dilakukan di bak-bak terkontrol akan mempermudah penanganan dan pengawasan benih. Namun, pemeliharaan di bak-bak terkontrol membutuhkan banyak pakan yang dipasok dari luar. Oleh karena itu, pemeliharaan di tambak dianggap lebih ideal, karena selain mendapatkan pakan tambahan berupa pelet juga pakan alami yang diperoleh dari hasil pemupukan di tambak (Ahmad dan Yakob, 1998). Ikan bandeng digolongkan dalam herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan), hal ini dikarenakan ikan bandeng selain memakan tumbuh- tumbuhan berupa plankton (tumbuhan dan hewan yang melayang -layang dalam air), juga karena ikan bandeng bergigi, pada lengkung insang terdapat alat tapisan, kerongkongannya berlekuk dua kali yang berpilin – pilin, perutnya berdinding tebal dan ususnya panjang, sekitar 3 – 12 kali panjang badannya. Cirri – ciri seperti ini dalam Ichtyologi digolongkan ke dalam pemakan tumbuhan atau herbivora. Jenis makanan yang dimakan bandeng berupa ganggang benang (chloropyceae), Diatomae, Rhizopoda, Gastropoda (siput), dan beberapa jenis plankton lainnya. Sedangkan di tambak, bandeng dikenal sebagai pemakan klekap (tahi air atau bangkai) yang merupakan kehidupan kompleks yang didominasi oleh ganggang biru (Cyianopiceae) dan ganggang kersik (Bacillariopyceae). Disamping itu, adanya bakteri, protozoa, cacing, udang renik dan sebagainya sehingga sering disebut microbentic biological complex (Kordi, 2005). Jenis usaha pendederan lainnya yang sering dilakukan yaitu usaha pendederan ikan nila hitam. Pendederan nila hitam (Oreochromis niloticus) menghasilkan nila hitam kelas benih sebar. Benih sebar yaitu benih yang dihasilkan induk pokok hasil pemuliaan. Pada umunya benih ikan nila hitam yang paling disukai para pembudi daya ikan adalah benih yang telah melewati fase larva. Pada saat fase larva ikan nila berukuran maksimal 1,3 cm dan berumur maksimal 10 hari (BSN, 2009).



4



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Pembagian tahapan pendederan dapat dilihat pada tabel berikut ini.



No. 1. 2. 3.



Tabel 1.2 Pembagian Kegiatan Pendederan Tahapan Ukuran Tingkat larva sampai ukuran maksimal 5 Pendederan I cm Tingkat ukuran Pendederan I sampai ke Pendederan II tingkat benih sampai ukuran maksimal 8 cm Tingkat ukuran Pendederan II sampai ke Pendederan III tingkat benih sampai ukuran maksimal 12 cm



Sumber: (BSN, 2009)



Ikan nila hitam (Oreochromis niloticus) banyak memiliki keunggulan diantaranya memiliki pertumbuhan cepat, daya tahan tubuh yang bagus dan memiliki toleransi luas terhadap perubahan salinitas (euryhaline). Selain ikan nila hitam, ikan yang layak dibudi dayakan yaitu ikan kakap putih. Kakap putih di dunia internasional dikenal dengan nama Giant seaperch, white seabass, seabass dan barramundi. Ikan ini apabila di dalam air berwarna coklat tua atau kehitaman, tetapi bila diamati secara cermat ada warna putih atau keperakan yang mendominasi terutama pada bagian perut. Dua jenis kakap putih yang sekarang di budi dayakan adalah jenis Lates calcalifer yang sering disebut kakap putih dan P. Sammoperca waigiensis yang biasa disebut kakap mata kucing. Kedua jenis ikan ini sepintas mirip sekali meskipun genusnya berbeda. Oleh masyarakat, Lates calcalifer sering disebut kakap putih, pelak atau sumasi. Kedua jenis ikan ini mempunyai bentuk memanjang agak pipih, badannya lebih pendek dibandingkan kakap merah. Pada ikan kakap putih, bagian kearah belakang meninggi, sedangkan kearah depan atau kearah kepala menajam. Bagian atas berwarna abu – abu atau kehitaman, sedangkan bagian bawah berwarna putih atau keperakan. Bagian rahang pada kakap putih melewati mata. Mata kakap putih lebih kecil daripada mata kakap mata kucing. Bagian atas badan kakap putih berwarna coklat muda, sedangkan bagian bawahnya berwarna keperakan. Sirip – sirip kehitaman terutama sirip ekor dan dubur berwarna kehitaman. Ukuran kakap putih bisa mencapai panjang 170 cm. lain halnya pada kakap mata kucing, matanya kelihatan besar, sehingga disebut mata kucing atau mintotusa, rahangnya hanya sampai ke garis tengah mata. Badannya berwarna cokelat kemerahan dengan refleksi warna perak pada bagian kepala dan perut. Sirip – sirip kakap mata kucing coklat kemerahan dan ukurannya lebih kecil, panjangnya sekitar 32 cm. kakap mata kucing hanya dapat ditemukan pada di perairan laut, sedangkan kakap putih ditemukan di perairan laut, payau dan tawar (Kordi, 2005). Ikan yang memiliki cita rasa daging yang khas selain ikan nila yaitu ikan kerapu. Ikan kerapu memiliki jenis yang beragam diantaranya yaitu kerapu bebek. kerapu macan dan kerapu cantang. Meskipun harganya mahal semua jenis kerapu tersebut memiliki banyak penggemar dari kalangan pecinta kuliner ikan, hal ini dikarenakan rasa dagingnya yang khas dan lezat. Oleh karena itu budi daya pendederan dan pembesaran ikan kerapu banyak ditekuni oleh masyarakat pesisir pantai di seluruh penjuru Indonesia. AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



5



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN







Salah satu sektor yang dipilih oleh para pengusaha budi daya pendederan kerapu adalah usaha pendederan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Hal ini dikarenakan benih kerapu bebek (Cromileptes altivelis) memiliki nilai jual yang tinggi. Pendederan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) menghasilkan beragam ukuran benih. Tabel 1.3 Ragam Ukuran Benih Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) No. Ukuran Benih Umur benih Deskripsi benih ikan 1. 3 cm – 4 cm 50 hari – 60 hari sejak Secara sempurna mengalatelur menetas mi perubahan bentuk organ tubuh dan warna serta mirip ikan muda atau ikan dewasa 2. Benih 4 cm – 5 55 – 75 hari sejak Tubuh mirip ikan dewasa cm telur menetas 3. Benih 5 cm – 6 70 hari – 80 hari sejak Tubuh mirip ikan dewasa cm telur menetas 4. Benih 6 cm – 7 75 hari – 95 hari sejak Tubuh mirip ikan dewasa cm telur menetas 5. Benih 7 cm – 8 90 hari – 100 hari se- Tubuh mirip ikan dewasa cm jak telur menetas 6. Benih 8 cm – 9 95 hari – 125 hari se- Tubuh mirip ikan dewasa cm jak telur menetas 7. Benih 9 cm – 10 120 hari – 130 hari se- Tubuh mirip ikan dewasa cm jak telur menetas Sumber: (BSN, 2011)



Jenis-jenis ikan kerapu yang memiliki nilai jual tinggi selain dari ikan kerapu bebek yaitu ikan kerapu cantang dan kerapu macan. Kerapu cantang merupakan hasil hibridisasi antara induk kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) betina dan induk kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) jantan (BSN, 2014). Usaha pendederan kerapu cantang menghasilkan berbagai macam ukuran benih sebar.



No. 1. 2. 3. 4.



Tabel 1.4 Ukuran Benih Kerapu Cantang (Epinephelus lanceolatus) Ukuran Benih Keterangan Benih D40 Benih yang telah berumur 40 hari sejak telur menetas dengan panjang total 2,8 cm – 3,2 cm Benih D50 Benih yang berumur 50 hari sejak telur menetas dengan panjang total 4,5 cm – 5,5 cm Benih D60 Benih yang berumur 60 hari sejak telur menetas dengan panjang total 6,5 cm – 7,5 cm Benih D75 Benih yang berumur 75 hari sejak telur menetas dengan panjang total 9 cm – 11 cm



Sumber: (BSN, 2014)



Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan salah satu dari jenis kerapu yang memiliki nilai jual tinggi. Seperti halnya kerapu bebek dan kerapu



6



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN cantang, usaha pendederan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) banyak dipilih oleh para pembudi daya kerapu karena dinilai menguntungkan dan benih ikan tersebut memiliki harga jual yang tinggi dan banyak pembudi daya pembesaran ikan kerapu mencari benih ikan kerapu macan untuk dipelihara sampai ukuran konsumsi. Pendederan benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) menghasilkan ukuran beragam. Tabel 1.5 Ukuran Benih Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) No.



Ukuran Benih



Keterangan



1.



Benih 3 cm – 4 cm



Benih ikan berukuran 3 cm sampai kurang dari 4 cm yang sudah secara sempurna mengalami perubahan bentuk organ tubuhn dan warna dan berumur 40 hari – 50 hari sejak telur menetas



2.



Benih 4 cm – 5 cm



Benih ikan berukuran 4 cm sampai kurang dari 5 cm yang telah menyerupai ikan dewasa, dan berumur 45 hari – 60 hari sejak telur menetas



3.



Benih 5 cm – 6 cm



Benih ikan berukuran 5 cm sampai kurang dari 6 cm yang telah menyerupai ikan dewasa dan berumur 55 hari – 65 hari sejak telur menetas



4.



Benih 6 cm – 7 cm



Benih ikan berukuran 6 cm sampai kurang dari 7 cm yang telah menyerupai ikan dewasa dan berumur 60 hari – 70 hari sejak telur menetas



5.



Benih 7 cm – 8 cm



Benih ikan berukuran 7 cm sampai kurang dari 8 cm yang telah menyerupai ikan dewasa dan berumur 70 hari – 75 hari sejak telur menetas



6.



Benih 8 cm – 9 cm



Benih ikan berukuran 8 cm sampai kurang dari 9 cm yang telah menyerupai ikan dewasa dan berumur 75 hari – 95 hari sejak telur menetas



7



Benih 9 cm – 10 cm



Benih ikan berukuran 9 cm sampai kurang dari 10 cm yang telah menyerupai ikan dewasa dan berumur 90 hari – 100 hari sejak telur menetas



Sumber: (BSN, 2011)



Jenis usaha pendederan komoditas perikanan payau dan laut lainnya yang digemari oleh kalangan pembudi daya yaitu usaha pendederan udang vaname (LiAGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



7



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN topennaeus vannamei), udang windu (Penaeus monodon) dan kakap putih (Lates calcalifer). Udang windu yang dikenal dengan sebutan black tiger shrimp adalah spesies udang laut yang dapat mencapai ukuran besar, di alam bebas dapat mencapai ukuran 30 cm dan berat sekitar 260 gr, sedangkan yang dipelihara di tambak panjangnya hanya mencapai 20 cm dan berat sekitar 140 gr. Spesies udang ini secara zoogeographic hanya tersebar di beberapa kawasan asia pasifik seperti Taiwan, Indonesia, Filipina, Thailand dan Vietnam. Sedangkan di perairan di Negara – Negara produsen udang yang lain seperti Jepang, Negara Amerika Latin dan Cina hanya dihuni dengan udang yang berukuran lebih kecil. Ketersediaan udang windu berukuran relatif lebih besar ini, secara alamiah hanya di beberapa Negara, yang mengakibatkan usaha ini hanya efisien dibudi dayakan di sejumlah Negara tersebut. Ini berarti Negara produsen penyaing juga terbatas, dengan kata lain negara – negara tersebut dapat memonopoli perdagangan udang berukuran besar. Kekayaan spesies berupa udang windu ini bagi Indonesia merupakan keunggulan komparatif dalam perdagangan udang dunia. Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras, berwarna hijau kebiruan dan berloreng – loreng besar. Akan tetapi udang dewasa yang hidup di laut memiliki warna kulit merah muda kekuningan dengan ujung kaki renang berwarna merah. Sedangkan udang muda memiliki kulit dengan cirri khas bintik – bintik hijau. Secara garis besar, tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu bagian kepala yang menyatu dengan dada (cepalothorax) dan bagian tubuh sampai ke ekor yang disebut dengan abdomen. Bagian kepala – dada ditutupi oleh sebuah kelopak carapace (kelopak atau cangkang kepala) yang bagian ujungnya meruncing dan bergigi yang disebut rostrum (cucuk kepala). Gigi rostrum bagian atas biasanya 7 buah dan bagian bawah 3 buah, sehingga sering ditulis gigi rostrum 7/3. Semua bagian tubuh terdiri atas ruas – ruas (segmen). Kepala sampai dada terdapat 13 ruas, yaitu 5 ruas pada kepala dan 8 ruas pada dada. Sedangkan bagian perut terdapat 6 ruas. Tiap ruas badan mempunyai sepasang anggota badan yang beruas pula. Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut eksoskeleton, yang terbuat dari bahan chitin. Kerangka tersebut mengeras kecuali pada sambungan – sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan. Hal ini memudahkan udang untuk bergerak (Kordi, 2010). Udang vanname (Litopenaeus vannamei) adalah salah satu spesies udang unggul yang sejak tahun 2002 mulai dikultur di tambak – tambak di Indonesia. Udang yang biasa disebut pacific white shrimp atau rostris ini berasal dari perairan Amerika dan Hawaii yang sukses dikembangkan di beberapa Negara Asia seperti Cina, Tahiland, Vietnam dan Taiwan. Secara ekologis udang vaname mempunyai siklus hidup identik dengan udang windu (Penaeus monodon) dan udang putih (P. merguensis dan P. indicus), yaitu melepaskan telur di tengah laut, kemudian terbawa arus dan gelombang menuju pesisir menetas menjadi nauplius, seterusnya menjadi stadia zoea, mysis, postlarva dan juvenile. Pada stadia juvenile telah tiba di daerah pesisir. Selanjutnya kembali ke tengah laut untuk proses pendewasaan dan bertelur. Kebiasaan makan dan cara makan (feeding and food habit) juga identik dengan udang windu yaitu tergolong hewan omnivorous scavenger (pemakan segala hewan/ tumbuhan dan bangkai). Jenis makanan yang dimakan udang vaname antara lain plankton (fitoplankton dan zooplankton), alga bentik, detritus dan bahan organik



8



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN lainnya. Yang membedakan udang vaname dengan udang windu dari aspek feeding and food habit adalah udang vaname lebih rakus (piscivorous) dan membutuhkan protein yang lebih rendah. Berbeda dengan udang windu, dimana induknya masih diperoleh dari hasil penangkapan di alam, induk udang vaname sudah dapat di domestikasi (diproduksi secara missal). Keberhasilan domestikasi membuka peluang untuk dilakukan rekayasa genetic (improvement genetic) sehingga saat ini mampu dihasilkan induk yang tahan penyakit (specific pathogen resisten, SPR). Keberhasilan memproduksi induk SPR dan SPF member peluang memproduksi benih yang juga SPR dan SPF (Kordi, 2010). Kakap putih (Lates calcalifer) apabila di dalam air akan kelihatan coklat tua atau kehitaman tetapi bila diamati secara cermat akan kelihatan ada warna putih atau keperakan yang dominan terutama pada bagian perut. Bagian rahang melewati mata, sirip – sirip kehitaman terutama sirip ekor dan dubur. Ukurannya bisa mencapai panjang 170 cm. Kakap putih ditemukan di perairan laut, payau dan tawar. Pernah dilaporkan bahwa kakap putih ditemukan di Sungai Bengawan Solo sejauh 200 km dari pantai (Nontji 1987 dalam Kordi dan Tamsil, 2010). Kakap dikenal sebagai ikan pemangsa (predator) berbagai jenis ikan kecil, plankton hewani, udang – udangan, cumi – cumian, dan hewan – hewan kecil lainnya. Biasanya ikan ini berdiam diri saja menunggu calon mangsa mendekat, baru kemudian menyergapnya secara tiba – tiba. Kakap putih bersifat hermafrodit protandri, dimana kakap jantan akan mengalami perubahan kelamin (change sex) menjadi betina, yang terjadi pada berat 2 – 4 kg. Perubahan kelamin ini dipengaruhi ukuran, umur, dan jenisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi jantan menurun seiring bertambahnya berat badan. Pada berat badan 2,4 kg terjadi peningkatan jumlhan betina akibat banyak jantan dewasa yang mengalami perubahan kelamin (secondary female). Penngamatan ini juga menemukan bahwa perubahan kelamin kakap putih dari jantan menjadi betina berlangsung selang antara umur 21 – 157 hari. Meskipun telah banyak dilakukan penelitian, namun pengetahuan mengenai perubahan kelamin, ukuran biologis minimal dan sifat hermafrodit kakap putih masih langka (Kordi dan Tamsil, 2010).. Pendederan udang vannamei (Litopenaeus monodon) merupakan salah satu jenis usaha yang banyak ditekuni para pembudi daya di daerah yang dekat dengan kawasan pantai/ laut. Udang vaname yaitu jenis udang yang secara taksonomi termasuk spesies Litopenaeus vannamei merupakan udang introduksi yang berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Tahapan hidup benih udang vaname ditunjukkan pada tabel berikut ini.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



9



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



No. 1 2 3. 4. 5. 6.



Tabel 1.6 Tahapan Hidup Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Tahapan Keterangan Larva Telur yang telah menetas sampai stadia post larva Nauplius (N) Stadia awal setelah telur menetas yang terdiri atas enam sub stadia (N1-6) Zoea (Z) Stadia lanjutan setelah nauplius yang terdiri atas tiga sub stadia (Z1-3) Mysis (M) Stadia lanjutan setelah zoea yang terdiri atas tiga sub stadia (M1-3) Post larva (PL) Stadia lanjutan setelah mysis yang perkembanganya sesuai dengan pertambahan umur (hari) dan morfologinya seperti udang dewasa Benur Benih udang yang berumur 10 hari – 15 hari dan mampu beradaptasi terhadap lingkungan budi daya



Sumber: (BSN, 2006)



B. Pengertian teknik pendederan Pendederan yang dilakukan di bak-bak terkontrol akan mempermudah penanganan dan pengawasan benih. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari, dengan tujuan untuk menghindari stres karena kondisi lingkungan. Sebelum dilepas ke bak benih di aklimatisasikan (diadaptasikan dahulu) dengan membuka kemasan benih dan ditempatkan di sisi bak selama 0,5 – 1 jam agar terjadi penyesuaian suhu lingkungan secara perlahan. Kantong kemudian dibuka dan dimiringkan dengan mulut kantong diarahkan ke permukaan air pada bak pendederan sehingga air di bak pendederan sedikit demi sedikit masuk ke dalam kantong. Dengan demikian benih ikan akan keluar dari kantong dan masuk ke bak pendederan. Padat penebaran di bak pendederan berkisar antara 1 – 3 ekor/liter. Aerasi dengan sistem air mengalir harus berlangsung lancer sehingga pergantian air dapat berlangsung sempurnya, minimal 200% per hari. Untuk mengurangi penurunan kualitas air akibat sisa pakan maka dilakukan penyiponan (proses pengeluaran sisa pakan dan lainnya menggunakan selang). Penyiponan dilakukan setiap hari, setelah selesai pemberian pakan (Kordi dan Tamsil, 2010).



10



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 1.3 Kolam Terpal Pendederan Bandeng (Sumber: dokumentasi pribadi)



Pendederan di KJA harus melalui proses aklimatisasi yang dilakukan dengan membuka kemasan benih dan ditempatkan di sisi keramba selama 0,5 – 1 jam agar terjadi penyesuaian suhu lingkungan secara perlahan. Kantong kemudian dibuka dan dimiringkan dengan mulut kantong diturunkan ke permukaan air pada keramba pendederan sehingga air sedikit demi sedikit masuk ke dalam kantong. Dengan demikian benih akan keluar dari kantong dan masuk ke keramba pendederan. Padat penebaran benih di KJA adalah 70 – 80 ekor/m3. Setelah masa pemeliharaan 1,5 – 2 bulan, tingkat padat dikurangi menjadi 60 – 70 ekor/m3. Padat 60 – 70 ekor/ m3 ini dipertahankan sampai masa pemeliharaan benih (pendederan mencapai 2 – 3 bulan). Selama pendederan ukuran pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan lebar bukaan mulut ikan. Sebagian pakan dapat menggunakan rebon segar (udang kecil berukuran 1 cm) dan daging ikan rucah (minced fish) seperti teri, tembang, selar, peperek, lemuru dan lain – lain yang masih segar dan digiling. Benih juga dilatih untuk memakan pakan buatan (pellet). Jumlah pakan yang diberikan 10 – 15 % dari total biomassa ikan per hari dengan frekuensi pemberian pakan 3 – 5 kali per hari. Agar pakan yang diberikan mencukupi, sebaiknya pemberiakan dilakukan hingga ikan benar – benar kenyang. Agar benih ikan dapat memakan pakan buatan, maka kebiasaan makan ikan perlu dirubah. Cara ini disebut weaning, yaitu mengubah kebiasaan makan benih dari suatu jenis pakan ke jenis pakan lain yang diinginkan. Pembiasaan makan ini dilakukan pada tahap pendederan. Awalnya benih diberi pakan yang biasa diberikan (pakan lama), tetapi disaat bersamaan mulai diberikan pakan yang dikehendaki (pakan baru/pakan buatan) sedikit demi sedikit hingga benih mau memakannya. Perbandingan pakan lama dengan pakan baru adalah 3 : 1, pada hari berikutnya dosis pakan baru ditingkatkan dan pakan lama dikurangi. Demikian seterusnya hingga semua benih memakan jenis pakan baru (Kordi dan Tamsil, 2010). Kegiatan pendederan harus dilakukan dengan penuh ketelitian dan memerlukan penguasaan teknik pendederan yang memadai sehingga keberhasilan usaha pendederan dapat dipeoleh dengan maksimal. Teknik pendederan meliputi AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



11



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN teknik alimatisasi benih. Aklimatisasi yaitu penyesuaian kondisi suhu dan salinitas air media asalnya dengan suhu dan salinitas air di tambak atau kolam pemeliharaan yang baru. Sebagai contoh, sebelum dilakukan penebaran di tambak atau kolam pemeliharaan, nener terlebih dahulu diaklimatisasi dengan kondisi suhu dan salinitas air yang terdapat pada tambak tersebut. Aklimatisasi pertama dilakukan dalam kantong plastik yang digunakan untuk transportasi. Kantong tersebut dibuka untuk penyesuaian tekanan, suhu dan salinitas. Aklimatisasi kedua dilakukan dalam bak plastik yang diisi 10 liter air laut dengan kedalaman 10-20 cm dan ditebari 10.000 nener selama 24 jam. Oksigen terlarut dipasok melalui aerasi, sedangkan pakan berupa gerusan pellet atau telur rebus yang telah dihancurkan diberikan sebanayak 100% bobot biomassa. Satu sampai dua jam setelah pemberian pakan semua sisa pakan disifon. Selanjutnya aklimatisasi dilakukan dalam petak pendederan yang telah dipersiapkan. Penebaran nener dilakukan pada pagi hari atau sore hari, dengan tujuan untuk menghindari terjadinya stres karena kondisi lingkungan. Sebelum dilepas ke petak pendederan, dilakukan penyesuaian suhu, salinitas dan pH dengan cara mengisi penuh kantong plastik yang berisi nener perlahan-lahan dengan air tambak (Kordi, 2013). Tambak pendederan terlebih dahulu dipersiapkan. Pencangkulan dan pembalikan tanah dasar tambak sedalam 15-20 cm, perataan kembali serta pengeringan. Berdasarkan pengamatan dan pengujian dasar tambak sebaiknya dikeringkan sampai retak-retak dan tidak melesak lebih dari 1 cm bila diinjak. Sebaiknay petak pendederan tidak dilengkapi caren (saluran dalam). Setelah petak tambak kering air laut yang sudah disaring menggunakan hapa di saluran masuk tidak diperlukan. Aliran air dihentikan setelah dasar tambak macak-macak (becek). Setelah itu, ditebarkan pupuk kandang 1.000 kg/ha, TSP 75 kg/ha dan urea 150 kg/ha. Apabila pH tanah kurang dari 5 sebaiknya ditambahkan kapur dengan dosis 2 ton/ha. Air dibiarkan macak-macak selama satu hari, kemudian ditambahkan air berturut-turut selama pasang sampai kedalaman air mencapai 40-50 cm dan klekap sudah mulai tumbuh di dasar tambak (Ahmad et al., 2007). Habitat hidup ikan nila adalah perairan tawar seperti sungai, danau, waduk dan rawa-rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline) maka ikan nila dapat juga hidup di perairan payau dan laut. Kisaran salinitas yang dapat di toleransi oleh ikan nila yaitu 0 – 35 ppt. salinitas yang memberikan tumbuh kembang yang optimal yaitu 0 – 30 ppt. Pada salinitas 31 – 35 ppt nila masih hidup tetapi pertumbuhannya lambat dan tidak optimal (Kordi. 2013). Produk hasil kegiatan pendederan ikan nila biasanya menghasilkan benih nila dengan ukuran 5 – 8 cm dan 8 – 12 cm. benih dengan ukuran tersebut sudah cukup kuat untuk dipelihara di perairan yang agak dalam. Lama waktu pendederan yang diperlukan untuk menghasilkan benih dengan ukuran tersebut yaitu selama 2-3 bulan. Kegiatan pendederan biasanya dilakukan di kolam tanah atau di sawah dengan sistem minapadi, keuntungan pendederan pada media ini yaitu ketersediaan pakan alami dengan jumlah melimpah yang diakibatkan oleh pemupukan kolam pada tahap persiapan kolam (Kordi, 2013). Pendederan nila juga dapat dilakukan pada kolam beton atau terpal, benih yang digunakan yaitu benih yang berumur lebih dari 30 hari, hal ini dikarenakan benih dengan umur lebih dari 30 hari sudah bisa memakan pakan buatan berupa



12



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN pellet. Padat tebar benih yaitu 100 – 200 ekor/m2 dan kedalaman air kolam antara 40 – 60 cm. Ukuran pakan yang diberikan harus sesuai dengan bukaan mulut benih ikan nila. Pemberian pakan yaitu sebesar 4 - 6% dari total biomassa ikan di kolam dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 – 4 kali sehari yaitu pada waktu pagi, siang, sore dan malam hari. Pendederan udang windu (Penaeus monodon) merupakan lanjutan dari kegiatan pembenihan udang. Pendederan benih udang windu yaitu dari ukuran PL-5 atau PL-10 sampai ukuran juvenile (ukuran siap tebar di tambak). Media yang digunakan untuk mendederkan benih udang windu yaitu dapat dilakukan pada bak semen, hapa atau wadah terapung dan pada petakan tambak (Suherman et al., 2002). Mendederkan udang windu yang baik yaitu pada kondisi lingkungan perairan yang terkontrol sehingga mampu menghasilkan benih udang windu yang berkualitas dan memiliki daya tahan yang tinggi (Purwanto, 2005). C. Jenis-Jenis Alat dan Bahan untuk pendederan Ketersediaan alat dan bahan di sekitar lokasi budi daya ikut menekan biaya investasi. Alat dan bahan yang jauh dengan lokasi usaha sudah pasti memperbesar biaya investasi, karena untuk pengadaannya membutuhkan tenaga kerja, transportasi dan komunikasi. Karena pengadaan alat dan bahan terkait dengan sarana dan prasarana transportasi maka penggunaan alat dan bahan lokal yang mudah ditemukan di lokasi terdekat, selain lebih ekonomis, juga akan mendukung pengembangan ekonomi di daerah setempat. Pekerjaan – pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh penduduk setempat dan lebih ekonomis sebaiknya diserahkan kepada penduduk setempat, tidak perlu mendatangkan alat dari jauh. Hal ini dikarenakan alat dan bahan tidak hanya dibutuhkan pada awal usaha, tetapi selama usaha berlangsung. Oleh karena itu perlu disediakan dalam jumlah yang cukup sehingga sewaktu – waktu langsung diambil. Untuk itu perlu disediakan gudang khusus untuk menyimpan alat dan bahan tersebut (Kordi, 2010). Suatu unit pembenihan ikan (hatchery) harus mempunyai fasilitas yang lengkap, termasuk peralatan – peralatan yang diperlukan termasuk pengoperasiannya. Sebelum menemukan fasilitas yang diperlukan dalam pengoperasian suatu unit usaha pembenihan ikan laut hendaknya memperhatikan jenis ikan yang akan dibenihkan, sistem produksi, skala usaha, target produksi, dan stRategi pemasaran. Fasilitas yang diperlukan dalam suatu unit pembenihan ikan laut adalah seluruh sarana berupa bangunan, perkakas, dan peralatan yang digunakan untuk pengoperasian secara efisien dan efektif. Berdasarkan operasionalnya, fasilitas dibagi menjadi sarana pokok dan sarana penunjang. Sarana pokok adalah sarana yang harus ada dalam suatu unit usaha pembenihan (bak pemijahan, baka pemeliharaan larva benih, bak filter, bak kultur plankton dan laboratorium) sedangkan sarana penunjang adalah sarana yang digunakan sebagai penunjang kelancaran usaha seperti dermaga, kantor, ruang mesin, dan gudang. Namun, fungsi suatu sarana baik sebagai sarana pokok atau sarana penunjang, juga sangat ditentukan oleh skala usaha. Misalnya, pada unit pembenihan skala besar (HSL), laboratorium dan peralatannya merupakan skala pokok, sedangkan pada unit pembenihan skala kecil atau skala rumah tangga (Backyard – Hatchery) laboratorium tidak diperlukan (Kordi, 2005). AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



13



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Kegiatan pendederan memerlukan berbagai macam peralatan dan bahan, jenis-jenis alat dan bahan yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.7 Jenis Alat dan Bahan Pendederan Bandeng (Chanos chanos) Peralatan Rincian Bahan Rincian Tenaga listrik PLN dan atau Genera- Pakan nener Pakan hidup terdiri tor set sesuai kebutudari Chlorella, Tethan minimal 2 unit raselmis, Rotifera (Brachionus sp.) Pompa air laut Minimal 2 unit untuk Pakan gelonKlekap dan pellet larva dengan kapasi- dongan komersial (kanduntas sesuai kebutuhan gan protein minimal 25%) Blower Minimal 2 unit sesuai Pupuk organik Pupuk kandang kebutuhan Peralatan lapa- Happa, selang, ember, Pupuk anorUrea dan TSP (Triple ngan batu aerasi, lambit/ ganik Super Phosphate) seser, gayung dan peralatan panen Peralatan pen- DO meter, therBahan kimia Vitamin (C, E, B Komgukur kualitas mometer, pH meter pleks), chlorine dan air atau kertas lakmus, saponin refraktosalinometer, water test kit, Secchi disk, Sedgwick Rafter Counting Cell Peralatan pen- Timbangan analitik dukung dan mikroskop Sumber: (BSN, 2013)



Tabel 1.8 Jenis Alat dan Bahan Pendederan Nila (Oreochromis niloticus) No. Peralatan No Bahan 1. Lambit/ gayung (scoop net) 1 Pakan pellet, pakan buatan (kandungan protein minimal 25%, lemak 6% sampai dengan 8% 2. Tempat pakan di dalam pe- 2 Pupuk organik dan anorganik tak jaring (feeding tray) 3. Pembersih karing 3 Bahan kimia, bahan biologi dan obat-obatan yang terdaftar dan ti4. Pengukur kualitas air dak terlarang 5. Peralatan lapangan Sumber: (BSN, 2009)



14



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 1.9 Jenis Peralatan Pendederan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) No. Jenis PeraProduksi Benih 3 cm – 4 cm s/d Produksi benih 7 latan 9 cm – 10 cm di bak cm – 8 cm s/d 9 cm – 10 cm di KJA 1. Pembangkit Generator set dan atau PLN Tidak dipersyaratlistrik kan 2. Pompa air Minimal 2 unit dengan kapasiTidak dipersyaratlaut tas memompa minimal 100% kan per hari dari total volume bak terpasang 3 Pompa air Minimal 1 unit Tidak dipersyarattawar kan 4. Blower Minimal 2 unit Tidak dipersyaratkan 5. Freezer/cold Minimal 1 unit Minimal 1 unit box Selang, ember, se6. Peralatan Selang, ember, batu aerasi dan rok, lambit, seser, lapangan/ pemberat, serok, lambit, sesgayung, alat pemikerja er, gayung, alat pemisah ikan sah ikan (grading), (grading), peralatan siphon, peralatan panen, peralatan panen pisau, gunting, alat penerangan, aerator AC/DC, perahu dan pembersih jaring 7. Pengukur Pengukur suhu, pengukur Pengukur suhu, kualitas air salinitas, pengukur oksigen, pengukur salinitas, pengukur pH pengukur oksigen, pengukur pH Keterangan tambahan: Bahan-bahan yang digunakan untuk pendederan yaitu bahan kimia dan obatobatan, pakan serta pupuk Sumber: (BSN, 2011)



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



15



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 1.10 Jenis Peralatan Pendederan Kerapu Cantang (Epinephelus lanceolatus) No.



1. 2.



3. 4. 5. 6.



7.



Jenis Peralatan



Produksi benih D40, Produksi D50, D60 dan D75 di D50, D60 dan D75 di tambak bak Pembangkit listrik Generator set dan atau Generator set dan atau PLN PLN Pompa air laut Minimal 2 unit dengan Minimal 1 uint dengan kapasitas kapasitas memompa memompa minimal 30% per hari minimal 100% per hari dari total volume bak tambak dari total volume bak terpasang Pompa air tawar Minimal 1 unit Tidak dipersyaratkan Blower Minimal 2 unit Minimal 1 unit Freezer/cool box Minimal 1 unit Minimal 1 unit Peralatan lapanSelang, ember, batu Selang, ember, batu aerasi dan gan/kerja aerasi dan pemberat, pemberat, serok, lambit, seser, gayung, alat pemilah ikan, peraserok, lambit, seser, gayung, alat pemilah latan sifon, peralatan persiapan ikan, peralatan sifon, tambak peralatan panen Thermometer, DO meter, SalinorePengukur kualitas Thermometer, DO fraktometer dan pH meter, Water air meter, Salinorefraktometer dan pH meter, quality test kits, Secchi disk Water quality test kits, Secchi disk



Sumber: (BSN, 2014)



Tabel 1.11 Jenis Bahan Pendederan Kerapu Cantang (Epinephelus lanceolatus) No 1



2



3



Produksi D40, D50, D60 dan D75 di bak Pakan Pakan hidup (Nannochloropsis sp atau Tetraselmis spp, Rotifera, artemia, udang jembret, rebon), pakan segar dan pakan buatan sesuai SNI 7472:2009 Pupuk Pupuk anorganik seperti Urea dosis 50-60 mg/l, ZA dosis 30-40 mg/l, TSP dosis 20-25 mg/l, FeCl3 dosis 1-5 mg/l, EDTA dosis 1-5 mg/l Bahan kimia dan obat-obatan Bahan pengayaan pakan hidup, klorin/ kaporit



Produksi D50, D60 dan D 75 di tambak (benih lepas pembenihan D40) Pakan Pakan segar dan atau pakan buatan sesuai SNI 7472:2009



Pupuk organik berupa pupuk kandang dengan dosis 10-50 mg/l



Bahan kimia dan obat-obatan Bahan pengayaan pakan hidup, klorin/ kaporit



Sumber: (BSN, 2014)



16



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 1.12 Jenis Peralatan Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) No



Jenis Peralatan



Produksi benih 3 cm – 4 cm s/d 9 cm – 10 cm di bak



Produksi benih 6 cm – 7 cm s.d 9 cm – 10 cm di tambak



Produksi benih 7 cm – 8 cm s/d 9 cm – 10 cm di KJA



1



Pembangkit listrik



Generator set dan atau PLN



Generator set dan atau PLN



Tidak dipersyaratkan



2



Pompa air laut



Minimal 2 unit dengan kapasitas memompa minimal 100% per hari dari total volume bak terpasang



Minimal 1 unit dengan kapasitas memompa minimal 30% per hari dari total volume tambak



Tidak dipersyaratkan



3



Pompa air tawar



Minimal 1 unit



Tidak dipersyaratkan



Tidak dipersyaratkan



4



Blower



Minimal 2 unit



Minimal 1 unit



Tidak dipersyaratkan



5



Freezer/cold box



Minimal 1 unit



Minimal 1 unit



Minimal 1 unit



6



Peralatan lapangan/kerja



Selang, ember, batu aerasi dan pemberat, serok, lambit, seser, gayung, alat pemisah ikan (grading), peralatan siphon, peralatan panen



Selang, ember, serok, lambit, seser, gayung, alat pemisah ikan (grading), peralatan panen, peralatan persiapan tambak



Selang, ember, serok, lambit, seser, gayung, alat pemisah ikan (grading), peralatan panen, pisau, gunting, alat penerangan, aerator AC/DC. Perahu dan pembersih jaring



Keterangan tambahan Bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu paka, pupuk, bahan kimia dan obat-obatan



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



17



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 1.13 Jenis Bahan dan Peralatan Pendederan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) No



Peralatan



Bahan



1



Tenaga listrik dan atau generator



Pakan alami seperti phytoplankton dan zooplankton



2



Aerasi blower/ hi blow, selang aerasi, batu aerasi dengan jarak antar titik aerasi 0,4 m sampai dengan 0,6 m dan jarak batu aerasi dari dasar bak 0,05 m sampai dengan 0,1 m



3



Peralatan lapangan berupa seser, saringan pembuangan air, kantong saringan air, gelas piala, sepatu lapangan, senter, gayung, ember, timbangan, selang, saringan pakan, alat sipon dan peralatan panen



Pakan buatan dalam bentuk bubuk, cair dan flake (lempeng tipis) dengan ukuran partikel sesuai dengan stadianya, kandungan protein minimum 40%, lemak maksimum 10%



4



Peralatan laboratorium seperti pengukur kuaiitas air (thermometer, refraktometer, pH meter atau kertas pH) dan mikroskop



5



Pompa air atau sarana penyedia air seperti pompa air laut dengan kapasitas pompa yang dapat memompa air laut dengan volume minimal 30% per hari dari total volume air yang dibutuhkan dalam bak pemeliharaan benur dan pompa air tawar dengan kapasitas minimal 5% dari total volume air bak.



Sumber: (BSN, 2009)



D. Persyaratan Alat dan Bahan pendederan ramah lingkungan Kegiatan pendederan tidak boleh menimbulkan pencemaran lingkungan sekitar, oleh karena itu perlunya penggunaan alat dan bahan yang ramah lingkungan untuk kegiatan pendederan. Pada umumnya persyaratan alat dan bahan yang ramah lingkungan yaitu bahan dan alat yang digunakan tidak menimbulkan pencemaran bagi lingkungan perairan di dalam tambak/kolam, lingkungan perairan sekitar dan bagi ikan yang dibudidayakan. Parameter kualitas air yang dapat menunjukan tercemar tidaknya suatu perairan akibat penggunaan alat dan bahan yang tidak ramah lingkungan yaitu (Fardiaz, 1992):



18



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN 1. Nilai pH, Keasaman dan alkalinitas Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8. Kalau nilai pH menunjukkan angka di bawah atau di atas ketentuan maka air tersebut dapat diindikasi tercemar. Perubahan keasaman pada air bungan, baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah asam (pH menurun) akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya. Selain itu air buangan yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi. 2. Suhu Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami kenaikan kecepatan respirasi, disamping itu suhu yang relatif tinggi akan menurunkan jumlah oksigen terlarut di dalam air, akibatnya ikan dan hewan air akan mati karena kekurangan oksigen. Suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai antara lain dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen. 3. Warna, Bau dan Rasa Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air dapat dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut dan warna semu (apparent color) yang diakibatkan oleh bahan terlarut, bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang bersifat koloid. Bau air tergantung dari sumber airnya. Bahan-bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air baik yang hidup atau yang sudah mati dapat menimbulkan bau yang khas. Reduksi sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan mikroorganisme anaerobik menyebabkan air berbau sulfit. Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Adanya polusi dalam air menimbulkan rasa yang tidak normal. Rasa yang tidak normal tersebut biasanya dihubungkan dengan baunya, karena pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



19



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 1.15 Daftar Bahan Kimia/Obat-Obatan Untuk Ikan No



Nama Bahan Kimia



Dosis Penggunaan



1



Formalin (37% - 40% formaldehyde)



15 ppm/m2 air tambak



2



Potassium permanganate



2 ppm/m2 air tambak



3



Malachite green



1 ppm/m2 air tambak yang bebas kandungan unsur seng



4



Nitrofurazon



15 ppm paling sedikit selama 4 jam



5



Sulphonamide



50 ppm paling sedikit selama 4 jam



6



Neomycin sulphate



50 ppm selama 2 jam



7



Chloramphenicol



50 ppm selama 2 jam



8



Acriflavin



100 ppm selama 1 menit



9



Oxytetracycline



0,5 g/kg makanan yang diberikan selama 7 hari



10



Amplicilin



0,5 g/kg makanan selama 2 hari



11



Erytrimycin estolate



1 g/kg makanan selama 5 hari



Sumber: ( Murtidjo, 2002)



Seluruh aktivitas pembanguna termasuk budi daya ikan – ikan di KJA harus memperhatikan kelestarian ekosistem perairan. Penempatan KJA harus mempertimbangkan dasar perairan. Hal ini penting untuk mencegah rusaknya terumbu karang (coral reef), mengingat jangkar sangat potensial merusak terumbu karang. Sementara kekhawatiran akan terjadinya sedimentasi, seperti dilakukan oleh beberapa pihak tidaklah tepat. Sedimentasi mudah terjadi di perairan umum (air tawar) sedangkan di air laut, budi daya ikan dengan KJA kurang menimbulkan efek sedimentasi. Selain karena jaring yang digunakan bersifat lentur (fleksibel), mudah tembus air (permeable) juga letaknya terapung di atas dasar perairan. Limbah padat dari KJA berupa kotoran ikan dan sisa pakan mudah terbawa dan mengendap di luar lokasi budi daya (Kordi, 2005).



20



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



LEMBAR PRAKTIKUM Praktikum 1: Identifikasi Benih Ikan Komoditas Payau dan Laut Tujuan: Peserta didik mampu mengidentifkasi jenis pendederan komoditas payau dan laut LK – 01. Identifikasi benih ikan komoditas payau dan laut No. Nama Benih Ikan Beserta Keterangan Habitat Hidup Nama Latinnya (Perairan tawar, payau/laut) 1. 2. 3. 4. 5. 6. dst. Praktikum 2: Identifikasi Peralatan Pendederan Ramah Lingkungan Tujuan: Supaya peserta didik mampu mengidentifkasi jenis peralatan pendederan ramah lingkungan LK-02. Identifkasi Peralatan Pendederan Ramah Lingkungan No. Nama Alat Batas Minimal Jumlah dan Fungsinya 1. 2. 3. 4. 5. 6. dst. Praktikum 3: Identifikasi Bahan Pendederan Ramah Lingkungan Tujuan : Peserta didik mampu memilih bahan pendederan ramah lingkungan LK-03. Identifikasi Bahan Pendederan Ramah Lingkungan No. Nama Bahan Dosis dan Fungsinya 1. 2. 3. 4. 5. 6. dst. AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



21



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



LEMBAR PRAKTIKUM Praktikum 4: Identifikasi kualitas air berdasarkan sumber airnya Tujuan : Peserta didik mampu mengidentifikasi kualitas berdasarkan sumber airnya LK-04. Identifikasi sumber air No.



Asal Sampel Air



Warna



Bau



Ph



1. 2. 3. dst.



CAKRAWALA Data organisasi pangan dan pertanian PBB (FAO) pada 2007 menunjukkan produksi perikanan dunia mencapai 143 juta ton yang terdiri dari 91 juta ton dari hasil tangkapan (capture) dan sebesar 51 juta ton dari hasil budi daya (aquaculture). Oleh karena itu dengan luas lahan budi daya yang begitu luas sudah seharusnya kita memanfaatkan lahan tersebut untuk meningkatkan produksi perikananan budi daya.



JELAJAH INTERNET Untuk menambah wawasan kita tentang pendederan komoditas perikanan payau dan laut, silakan memindai qr code di bawah ini



http://infoakuakultur.com/pendederan.ikan.bandeng/ http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/fita/ article/view/4032 https://bppbapmaros.kkp.go.id/2016/10/20/ pendederan-benih-nila-merah-oreochromis-niloticus-dengan-pemberian-kombinasi-pakan-berbeda/



22



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



RANGKUMAN Usaha budi daya perikanan komoditas payau dan laut meliputi usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran. Salah satu sektor usaha budi daya perikanan komoditas payau dan laut yang banyak dilakukan kalangan pembudi daya adalah usaha pendederan ikan. Usaha pendederan komoditas payau dan laut memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan sektor usaha budi daya perikanan lainnya. Keunggulan yang paling utama yaitu usaha pendederan tidak membutuhkan modal yang sangat besar sehingga banyak kalangan masyarakat pesisir mampu menjalankan usaha tersebut. Selain itu perputaran modal/uang dalam usaha pendederan dinilai relatif lebih cepat jika dibandingkan usaha pembenihan dan pembesaran. Beragam keunggulan ini harus diikuti dengan penggunaan alat dan bahan pendederan yang ramah lingkungan sehingga usaha pendederan tidak mencemari lingkungan sekitar dan aman bagi para pembudi daya.



TUGAS MANDIRI TUGAS I Materi tugas : Teknik Pendederan Komoditas Perikanan Ramah Lingkungan Mengidentifikasi isi materi pembelajaran (Diskusi kelompok dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran) Berdiskusilah dengan sesama anggota kelompok untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut ini. Pertanyaan: 1. Jelaskan tentang kegiatan pendederan ramah lingkungan! 2. Jelaskan alat dan bahan yang termasuk dalam kegiatan pendederan ramah lingkungan! 3. Jelaskan contoh komoditas pendederan perikanan payau dan laut! 4. Jelaskan tentang teknik – teknik pendederan komoditas perikanan payau dan laut yang ramah lingkungan! TUGAS II Lakukanlah kunjungan dan pengamatan singkat pada usaha pendederan di sekitar tempat tinggal kalian, kemudian lakukanlah wawancara terkait usaha pendederan! Kemudian buatlah dokumentasi berupa video rekaman dengan durasi 10 - 15 menit. Video rekaman yang dikumpulkan harus diedit dahulu menggunakan software aplikasi pembuat video sehingga tampilan video terlihat menarik!



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



23



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENILAIAN AKHIR BAB Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik! 1. Jelaskan tentang kegiatan pendederan ramah lingkungan! 2. Sebutkan jenis – jenis komoditas pendederan air payau dan laut! 3. Jelaskan tentang cara pendederan bandeng! 4. Jelaskan tentang cara pendederan udang vanamei! 5. Sebutkan alat bahan pendederan yang ramah lingkungan! 6. Apakah yang dimaksud dengan food and feeding habit? 7. Jelaskan yang dimaksud dengan biomassa! 8. Jelaskan fungsi dari blower udara! 9. Jelaskan persyaratan yang sesuai untuk pendederan nila! 10. Jelaskan persyaratan yang sesuai untuk pendederan bandeng!



REFLEKSI Kegiatan budi daya perikanan merupakan salah satu solusi untuk menjaga stok pangan masyarakat Indonesia dan semua penduduk bumi yang berkelanjutan. Oleh karena itu pemahaman tentang ilmu budi daya perikanan sangatlah diperlukan. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan kegiatan budi daya yang dilaksanakan. Pada zaman modern sekarang ini, kegiatan budi daya perikanan yang ramah lingkungan sangatlah diperlukan, hal ini bertujuan dalam rangka menjaga lingkungan alam sekitar dari kerusakan ataupun menjaga terhadap degradasi lingkungan.



24



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



BAB II



LOKASI PENDEDERAN PADA KOMODITAS PAYAU DAN LAUT BAB II LOKASI PENDEDERAN PADA KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



TUJUAN PEMBELAJARAN Pembelajaran mengenai lokasi pendederan pada komoditas payau dan laut bertujuan untuk menjelaskan tentang jenis-jenis lokasi pendederan komoditas perikanan payau dan laut, menjelaskan persyaratan lokasi pendederan komoditas perikanan payau dan laut dan untuk mengidentifikasi keunggulan dan kekurangan lokasi pendederan komoditas payau dan laut



PETA KONSEP



Lokasi Pendederan Pada Komoditas Payau dan Laut



Pemahaman tentang jenis lokasi pendederan Penerapan pendederan ramah lingkungan Pemahaman tentang persyaratan lokasi pendederan



KATA KUNCI lokasi, pendederan, perikanan, payau dan laut



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



25



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENDAHULUAN Pendederan ikan komoditas payau dan laut bisa dilakukan di berbagai tempat dan wilayah pesisir di seluruh Indonesia. Kegiatan pendederan merupakan salah satu cabang kegiatan perikanan yang memiliki banyak pelaku usaha, hal ini dikarenakan kemudahan dalam pelaksanaan dan keringanan pengeluarkan modal, selain itu perputaran uang dalam kegiatan ini dinilai lebih cepat jika dibandingkan dengan sektor usaha budi daya perikanan lainnya. Lokasi pendederan bisa dilakukan di pesisir dengan membuat tambak, bak beton, kolam terpal ataupun menggunakan sistem KJA. Pemilihan lokasi harus melihat berbagai aspek yaitu, kondisi pasang surut, kesuburan lahan, kemudahan akses, ketersedian benih dan pasar benih ikan.



Gambar 2.1 Jenis – Jenis Lokasi Pendederan Sumber: news.kkp.go.id



26



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN A. Lokasi pendederan Penentuan lokasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya usaha pendederan. Lokasi pendederan komoditas perikanan air payau dan laut harus dekat dengan sumber air payau dan asin, hal ini dikarenakan ikan budi daya komoditas air payau memiliki persyaratan hidup pada salinitas air payau dan asin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembangunann tambak antara lain sebagai berikut (Murtidjo, 2002): 1. Elevasi lokasi Elevasi lokasi adalah lokasi tambak yang berada di daerah pasang surut yang memadai. Lokasi yang ideal berada di daerah pasang surut terendah 1,5 m dan pasang tertinggi 2,5 m, pentingnya elevasi lokasi dalam usaha tambak adalah agar tambak dapat dikelola secara efektif, terutama menyangkut pengairan, penggantian air tambak, dan pengeringan tambak menjelang musim tanam. Pasang surut air laut dipengaruhi oleh perputaran bumi dan bulan. Semakin dekat arah putar bulan pada permukaan bumi, maka gravitasi terhadap laut meningkat, sehingga menimbulkan air laut menjadi pasang. Sebaliknya, jika arah putar bulan makin menjauhi bumi, maka gravitasi terhadap laut menurun dan air laut menjadi surut. Perbedaan tinggi permukaan laut antara pasang dan surut di beberapa tempat dapat mencapai beberapa meter, misalnya di Pantai Selat Malaka. Arus laut dari Barat Laut (Samudra Hindia) dan arus laut dari Tenggara berasal dari Laut Cina Selatan yang bertemu di Selat Malaka. Dengan demikian terjadilah pasang besar, terutama di pantai Timur Sumatera dan Pantai Selatan Malaysia. Air pasang itu memasuki sungai yang disertai gelombang. Data pasang surut yang dapat dijadikan persyaratan teknis dalam perhitungan galian tambak adalah sebagai berikut: a. Data air pasang tertinggi paling tinggi (APTPT), yakni data air pasang yang biasa terjadi pada saat bulan purnama (penanggalan Jawa pada setiap tanggal 14, 15 dan 16). b. Data air pasang rata-rata (APRR), yakni data air pasang harian yang diperoleh dari sampel tinggi air pasang pada hari penanggalan Jawa setiap tanggal 1, 7, 11, 15, 19, 23 dan 27. Angka rata-rata didapat dari jumlah bilangan dari tanggal-tanggal tersebut dibagi tujuh. c. Data air surut tertinggi (AST), yakni data air surut yang memiliki permukaan paling tinggi. d. Data air surut terendah (ASR), yakni data air surut yang berada di bawah data air surut tertinggi dan di atas data air surut paling rendah. e. Data air surut rata-rata (ASRR), yakni data air surut harian yang diperoleh dari sampel pengukuran, selanjutnya dibagi jumlah sampel sehingga dapat diketahui angka rata-ratanya. f. Data air surut terndah paling rendah (ASRPR), yakni data air surut terendah paling rendah (ASRPR), data air surut ini biasa terjadi pada tanggal 29 dan 30 menurut penanggalan Jawa.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



27



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN B. Potensi tanah tambak Salah satu potensi tanah tambak yang perlu diperhatikan adalah derajat keasaman (pH) tanah. Tanah tambak harus diusahakan memiliki pH netral agar lahan tambak tersebut produktif untuk budi daya ikan. Netral atau tidaknya tanah tambak ditentukan oleh besarnya derajat keasaman. Jika derajat keasaman rendah, tanah tambak tersebut disebut asam (pH 1-6), jika derajat keasaman rendah sedang disebut netral (pH 7) dan jika derajat keasaman tinggi disebut basa (pH 8-14). Derajat keasaman dapat dideteksi dengan alat pH atau menggunakan kertas lakmus. Keasaman (pH) dapat diartikan bahwa penyebab keasaman tanah adalah ion hydrogen. Tanah dasar tambak yang memiliki potensi produktif adalah tanah dasar tambak yang memiliki derajat keasaman (pH) berkisar 6,8 – 7,5. Derajat keasaman tanah dasar tambak mudah diukur dengan alat pH sistem digital. Namun jika belum memiliki alat ini pengukuran derajat keasaman tanah dapat menggunakan kertas pH atau kertas lakmus yang bisa dibeli di toko peralatan laboratorium. Komposisi tanah tambak juga perlu diperhatikan baik dari segi potensi maupun dari sudut kontraksi. Tanah dasar tambak yang terdiri atas lumpur atau berpasir 20% cukup potensial untuk tambak karena komposisi tanah dasar tambak tidak porous. Jika tanah tambak sebagian besar tanah liat sebaiknya dicampur dengan pasir agar terbentuk dasar tambak yang tidak kaku jika keadaan kering, tidak lekat jika keadaan becek dan tidak lembek jika basah. Dengan demikian, tanah tambak dapat menahan air lebih besar. Pengamatan sederhana yang dapat dilakukan untuk menilai potensi tambak asam adalah jika ditemui kawasan yang memiliki ketinggian pada batas rata-rata air pasang dan surut sebab umumnya wilayah tersebut memiliki kontak dengan udara yang relatif rendah. Beberapa faktor penting yang menyebabkan terbentuknya tanah asam adalah adanya kandungan sulfat dalam jumlah yang cukup besar, adanya unsur ferum, adanya kandungan bahan organik yang tinggi, dan adanya bakteri pengubah sulfat Selain itu, keasaman tanah juga disebabkan oleh lingkungan yang bebas oksigen karena pengudaraan terbatas. Secara sederhana dapat juga dijelaskan bahwa hal itu diakibatkan oleh perubahan ion sulfat yang berasal dari laut menjadi H2S dalam kondisi bebas oksigen di dalam endapan bahan organik. H2S selanjtnya bereaksi dengan senyawa ferrum yang terdapat di tanah, sehingga membentuk apa yang disebut pirit (FeS2). Tanah dasar dan pada dinding tambak yang terdapat bercak-bercak atau berlapisan warna merah karat menunjukkan bahwa tambak tersebut potensial asam. Disamping itu, permukaan air tambak terdapat lapisan seperti minyak atau pada permukaan pematang terdapat jerosit (bercak warna kuning pucat).



28



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 2.2 Data Pasang Surut PPN Brondong Sumber: BRSDMKKP



Gambar 2.3 Data Pasang Surut PPN Brondong Sumber: BRSDMKKP AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



29



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 2.4 Data Pasang Surut PPN Kejawanan Sumber: BRSDMKKP



Gambar 2.5 Data Pasang Surut PPN Prigi Sumber: BRSDMKKP



30



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN C. Persyaratan lokasi pendederan Pemilhan lokasi pendederan harus tepat, hal ini dikarenakn menyangkut keberhasilan usaha pendederan. Oleh karena terdapat beberapa hal yang menjadi syarat pemilhan lokasi pendederan. Persyaratan lokasi pendederan yaitu sebagai berikut (Kordi, 2012). 1. Sumber Air Sumber air untuk budi daya komoditas perikanan air payau dan laut di tambak adalah campuran antara air dari laut dan muara sungai. Hal ini karena tambak dibangun atau berada di daerah pantai. Disamping itu air laut merupakan sumber air yang melimpah. Akan tetapi air laut di daerah pantai yang mendapat limpahan air tawar dari darat maka air laut di daerah pantai salinitasnya rendah. Air di daerah estuaria dan ekosistem mangrove biasanya bersalinitas antara 10 – 25 ppt (part per thousand). Bagi biota akuatik yang hidup menetap atau sementara di daerah estuaria dan ekosistem mangrove telah beradaptasi dengan kisaran salinitas yang lebar (euryhaline) sehingga kisaran salinitas 10 – 25 ppt tidak menjadi masalah bagi biota tersebut. Beberapa biota yang dikenal hidup sementara atau menetap di daerah estuaria dan ekosistem mangrove diantaranya udang laut, bandeng, belanak, titang, kerapu genera Epinephelus, kakap putih, rumput laut grasilaria, kerang, kerang hijau, kerang bakau, kepiting bakau dan bulu babi spesies Diadema setosum.



Gambar 2.6 Udang Windu Sumber: news.kkp.go.id



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



31



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 2.7 Udang Vaname Sumber: news.kkp.go.id



Ikan air tawar semacam mujair dan nila bersifat euryhaline yang artinya memiliki kisaran toleransi yang luas, kedua jenis ikan ini dapat dipelihara di tambak atau di laut. Berbeda dengan fauna akuatik yang habitat aslinya adalah terumbu karang dan padang lamun yang umumnya bersalinitas tinggi > 30 ppt, seperti kerapu bebek (Cromileptes altivelis), teripang pasir (Holothuria scabra) dan bulu babi spesies Tripneustes gratilla. Biota ini hanya bisa di budi dayakan pada tambak yang mendapat pasokan air bersalinitas tinggi. Karenanya tambak yang dibangun di ekosistem mangrove dan di daerah estuaria tidak cocok untuk budi daya biota tersebut. Ada juga tambak yang mendapat pasokan air dari sungai sehingga salinitasnya sangat rendah yaitu < 5 ppt. Tambak – tambak ini biasanya sangat jauh dari laut, sehingga pada musim hujan air di tambak menjadi tawar (0 ppt). Tambak ini hanya cocok untuk budi daya ikan bandeng, nila, mujair dan udang galah. Dengan demikian, sumber air tambak menggunakan air payau yang oleh sebagian petambak diambil langsung dari muara sungai, estuaria, sekitar hutan mangrove atau dengan membuat sumur bor dan sumur artesis. Ketersediaan sumber air untuk tambak jumlahnya harus cukup dan harus memiliki kualitas air yang sesuai untuk biota ikan maupun udang yang dibudi daya. Sumber air untuk bahan baku budi daya harus bebas dari berbagai polutan kimia berbahaya. Sementara, air yang kotor karena suspensi lumpur atau bahan organik dapat dibersihkan dengan cara pengendapan dan penyaringan.



32



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 2.8 Air Tercemar Limbah Rumah Tangga Sumber: tirto.id



Gambar 2.9 Sungai Yang Tercemar Sumber: metropolitan.id



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



33



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 2.10 Pencemaran Sungai Sumber: tribunnews.com



2. Fluktuasi Pasang Surut Pengetahuan mengenai pasang surut air laut sangat penting dalam menentukan lokasi pembuatan tambak. Pola pasang surut air laut yang terjadi di suatu daerah akan mempengaruhi tipe dan manajemen pengelolaan tambak maupun biaya operasionalnya. Karena dalam satu siklus pasang surut air pasang hanya berlangsung dalam waktu yang relatif pendek, antara 5 – 7 jam, maka kesempatan memasukkan air atau mengganti air tambak harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Air pasang yang masuk ke dalam tambak berasal dari laut lepas yang pada umumnya masih segar dan mengandung unsur hara yang sangat bermanfaat bagi udang budi daya. Apabila petambak mampu memanfaatkan pasang surut secara optimal, baik untuk mengganti air atau mengeringkan tambak, maka biaya operasional dapat ditekan. Kisaran pasang surut tiap daerah tidak sama, tergantung dari letak daerahnya. Kisaran pasang surut air laut yang dianggap memenuhi syarat untuk dipilih sebagai lokasi pembuatan tambak adalah 1,5 – 2,5 meter. Akan tetapi tidak berarti bahwa pasang surut di luar dari kisaran tersebut tidak dapat dipilih untuk lokasi tambak. Perbedaan pasang surut yang lebih tinggi 2,5 meter memerlukan pematang ekstra kuat untuk menahan air pasang. Sedangkan perbedaan pasang surut yang lebih rendah dari 1,5 meter suplai airnya kurang mencukupi kebutuhan tambak. Daerah yang memiliki fluktuasi pasang surut yang lebih dari 4 meter sebaiknya tidak dipilih, karena sering terjadi banjir terutama ketika terjadi pasang tertinggi. Selain itu, tambak yang terletak pada lokasi dengan fluktuasi pasang surut yang besar akan membutuhkan pematang atau tanggul tambak yang tinggi sehingga berakibat terhadap pengeluaran biaya yang tinggi. Bagi nelayan atau petambak yang berpengalaman, keadaaan pasang surut air laut dapat diketahui dengan melihat belahan bulan pada saat itu. Pasang surut sangat erat kaitannya dengan peredaran bulan mengelilingi bumi. Keadaan pasang surut air laut



34



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN dipengaruhi oleh gravitasi bulan dan matahari di permukaan bumi. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah pasang surut astronomis. 3. Arus Air Pengetahuan mengenai arus air di duatu daerah untuk lokasi tambak sangat penting. Karena arus air berhubungan dengan pergantian air (sirkulasi air) dan penentuan letak tambak serta kekuatan pematang yang berhubungan dengan arus air. Arus air yang terlalu kuat dapat menimbulkan kerusakan pematang, pintu air dan mengakibatkan pendangkalan di petakan tambak, pintu air maupun di saluran air, karena adanya erosi dan sedimentasi. Akibat dari semua ini dapat menyebabkan pengaturan air di dalam unit tambak menjadi tidak efektif, sehingga akan mempengaruhi produksi tambak, bahkan mungkin terjadi kerusakan tambak. Tabel 2.1 Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Mengisi Tambak Luas Efektif Total waktu yang dibutuhkan untuk mengisi Hamparan Tambak Penuh Ganti 30 % Ganti 10 (ha) % Jam 1 10 3,5 1 2 20 7 2 5 50 17,5 5 10 100 35 10 20 200 70 20 (Sastrakusumah, 1984 dalam Kordi, 2012)



Besar dan arah arus air harus disesuaikan dengan bentuk maupun luas tambak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur letak maupun ukuran pintu pemasukan air serta konstruksi petakan tambak. Arus air di dalam saluran juga diatur sedemikian rupa sehingga mampu mencapai seluruh bagian tambak. Untuk memperkecil kerugian yang ditimbulkan oleh arus air, perlu dipelajari pola perubahan angin dan arus air yang terjadi sepanjang tahun. Berdasarkan pola perubahan angin dan arus air yang terjadi sepanjang tahun di daerah tersebut maka bentuk tambak, pintu air dan saluran air dapat dirancang lebih baik. Lahan tambak sebaiknya mempunyai sumber air dengan debit 1.000 liter setiap 3 detik. 4. Topografi Tanah Perencanaan dan konstruksi tambak tidak terlepas dari topografi daerah yang akan dipilih sebagai areal pertambakan. Topografi tanah sangat berpengaruh terhadap pembuatan tambak karena topografi ini ditentukan oleh tipe, luas dan kedalaman tambak yang akan dibangun. Lokasi pertambakan sebaiknya jangan dipilih daerah yang tanahnya bergelombang atau curam, sebab akan memerlukan banyak biaya untuk penggalian dan perataan tanah. Penggalian tanah yang banyak dan terlalu dalam akan menyebabkan lapisan tanah permukaan yang subur menjadi terbuang sehingga untuk menjadikan tanah tersebut subur kembali diperlukan pemupukan dengan dosis tinggi dan dalam waktu yang cukup lama. Lokasi untuk tambak sebaiknya dipilih di tempat yang mempunyai elevasi tertentu agar memudahkan pengelolaan air, sehingga tambak AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



35



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN cukup mendapatkan air pada saat terjadi pasang harian dan dapat dikeringkan pada saat surut harian. Topografi suatu daerah adalah tinggi rendahnya daerah itu, biasanya keadaan ini digambarkan dalam bentuk peta, berupa garis-garis yang tidak berpotongan satu sama lain. Garis-garis ini menghubungkan titik yang elevasinya sama dan disebut kontur. Satu garis kontur menunjukkan elevasi tertentu dari tempat-tempat yang digambarkan dalam peta. Perbedaan antara dua garis kontur yang bersebelahan disebut kontur interval. Jarak antara kedua garis ini dibuat konstan (0,5 meter, 1 meter dan seterusnya tergantung skala peta). Dengan melihat garis contour dapat diketahui apakah daerah tersebut datar, berbukit atau berupa lembah. Bila garis counter nya lurus, sejajar dan jaraknya jauh, berarti daerah tersebut datar. Bila garis-garisnya melingkar atau tertutup dan elevasi garis kontur bagian dalam makin tinggi berarti daerah tersebut berupa bukit. Kalau elevasinya makin rendah berarti daerah tersebut berupa lembah. Peta topografi selain menunjukkan elevasi suatu daerah juga menunjukkan informasi tentang adanya sungai, jalan, jembatan, bangunan serta tata guna lainnya. Dengan mempelajari topografi daerah yang akan dibuka, maka tata letak tambak dapat diatur lebih baik, disesuaikan dengan letak lokasi. Topografi tanah juga bermanfaat untuk memperkirakan volume tanah yang harus digali atau volume lahan yang perlu ditimbun dalam pembuatan tambak sehingga biaya konstruksi dapat dihemat. Selain itu dengan mempelajari topografi tanah maka kedalaman tanah dan saluran dapat ditentukan lebih tepat sehingga energi pasang surut air laut dpat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Peta topografi biasanya dapat diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum setempat, namun pada umumnya peta yang tersedia contour interval nya terlalu besar sehingga kurang memberikan data yang rinci untuk keperluan perencanaan tambak. Oleh karena itu, peta topografi perlu dibuat sendiri melalui survey topografi, dengan skala yang lebih kecil disesuaikan dengan kebutuhan dan lahan yang ada.



36



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 2.11 Peta Topografi Sumber: blog.ub.ac.id



5. Tekstur Tanah Tekstur tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan budi daya udang di tambak. Hal ini dikarenakan tekstur tanah berkaitan erat dengan kualitas tanah. Tekstur tanah yang semakin kompak maka semakin baik untuk dijadikan tambak. Apabila tambak dibangun di atas tanah yang kedap air, maka tambak tidak mudah bocor, sehingga udang yang dipelihara tidak lolos keluar dan tidak dimangsa oleh predator. Kekedapan tambak erat kaitannya dengan keadaan fisik tanah. Pada dasarnya tanah tersusun dari partikel-partikel pasir (sand), liat (clay) dan debu/lumpur (silt) yang proporsinya masing-masing akan menetukan teksturnya. Jadi tekstur tanah ditentukan oleh perbandingan relatif dari ketiga jenis partikel tersebut. Diantara ketiga jenis partikel tersebut pasir merupakan partikel yang paling besar. Akan tetapi pada berat yang sama partikel pasir mempunyai luas permukaan paling kecil sehingga peranannya dalam kegiatan fisika dan kimia tanah tidak terlihat atau dapat di abaikan. Partikel pasir bila diraba terasa agak kasar, sedangkan partikel debu lembut seperti bubuk dan mempunyai kecenderungan lengket satu sama lain atau melekat pada partikel lain.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



37



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Partikel Tanah Pasir kasar Pasir halus Debu (silt) Liat (clay)



Tabel 2.2 Karakteristik Partikel Tanah Diameter Jumlah partikel Partikel (mm) (per gr) 2,0 – 0,2 720 0,2 – 0,02 46.000 0,02 – 0,002 5.776.000 < 0,002 90.260.853.000



Luas permukaan Per gr (cm2) 11 91 454 8.000.000



Sumber: (Foth dan Turk, 1972 dalam Kordi, 2012)



Tekstur tanah yang dipilih untuk tambak harus kedap air (tidak porous), misalnya lempung berpasir dan liat, lempung liat (clay loam), lempung berpasir (sandy loam) dan lempung berlumpur (silty loam). Diantara keempat jenis tanah tersebut, lempung berlumpur (silty loam) memiliki kualitas yang paling baik, karena sangat subur, kedap air dan sangat baik dibuat pematang. Tabel 2.3 Hubungan Antara Tekstur dengan Kelayakan Tanah Sebagai Tambak Tekstur Tanah Permiabilitas Padat Kelayakan Clay Kedap air Cukup Sangat baik Sandy clay Kedap air Baik Baik Loam Semi kedap air Sedang Sedang Silty Semi kedap air Jelek Jelek Peaty Kedap air Sangat jelek Buruk Tanah liat dan lumpur selain sangat baik untuk pembuatan pematang, juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan klekap, karena banyak mengandung unsur hara. Tanah dengan kandungan pasir lebih besar dari 41% kurang baik untuk dijadikan tambak karena selain porous juga tidak mampu menahan air dan sangat menyulitkan dalam pembuatan konstruksi tambak. Seandainya berhasil dibangun tambak, konstruksinya akan mudah hancur akibat erosi. Tanah pasir juga kurang baik, sebab sangat miskin unsur hara yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan klekap. Tanah liat dan berlumpur sangat baik dijadikan tambak, karena tanah yang demikian sangat keras dan akan retak-retak apabila dikeringkan. Sedangkan dalam kondisi basah mempunyai kemampuan yang baik dalam menahan air. Tanah liat dan berlumpur juga baik untuk pembuatan pematang. Tanah yang cocok untuk pembuatan pematang adalah sandy clay (tanah liat dan berpasir) atau sandy loam (lempung berpasir), karena sangat keras dan tidak retak apabila kering. Tanah yang kandungan pasirnya besar (lebih dari 40 %) dapat dibangun tambak beton dan untuk menumbuhkan plankton dapat dilakukan dengan cara inokulasi dan manipulasi pupuk. Pembuatan tambak beton dan cara menumbuhkan plankton membutuhkan biaya yang besar.



38



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 2.12 Tekstur Tanah Sumber: gurugeografi.id



6. pH Tanah pH (derajat keasaman) tanah yang rendah (asam) tidak produktif. Tanah yang baik adalah tanah yang netral atau basa. pH tanah yang rendah akan menghasilkan pH air yang rendah pula. Tanah dengan pH netral sampai basa kaya akan garam nutrient yang dapat merangsang pertumbuhan pakan alami. Pakan alami dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai pH 6,6 – 8,5 Tabel 2.4 Penggolongan reaksi tanah menurut kisaran pH Penggolongan pH tanah Asam luar biasa < 4,5 Asam sangat kuat 4,5 5,0 Asam kuat 5,1 – 5,5 Asam sedang 5,6 – 6,0 Asam lemah 6,1 – 6,5 Netral 6,6 – 7,3 Basa lemah 7,4 – 7,8 Basa sedang 7,9 – 8,4 Basa kuat 8,5 – 9,0 Basa sangat kuat >9,0 Sumber: (Buckman dan Brady, 1982 dalam Kordi, 2012)



Lahan hutan mangrove yang baru dibuka untuk tambak, umumnya mempunyai keadaan tanah asam. Tanah-tanah yang asam di daerah payau ini muncul karena beberapa sebab. Biasanya pada tanah – tanah pantai yang baru terbentuk seringkali ion – ion pyrite terakumulasi. Selama tanah yang mengandung pyrite ini muncul, tanah demikian sangat peka terhadap perubahan yang kecil sekalipun. Bila lahan tambak diairi, pyrite akan teroksidasi dan akan menghasilAGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



39



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN kan asam sulfuric atau asam sulfat yang menyebabkan keasaman tanah menjadi sangat rendah. Keasaman tanah yang rendah ini dapat berasal dari keasaman air tambak yang rendah sekali karena pencucian dasar tambak atau oleh aliran air hujan dari tanggul selama badai. Tanah – tanah asam ini dapat pula menyebabkan rendahnya produktivitas tambak. Asam sulfuric yang terbentuk karena teroksidasinya pyrite akan mempengaruhi mineral – mineral tanah, pembebasan besi dan alumunium akan mengikat fosfat dan hara alga esensial lainnya, yang akan menyebabkan rendahnya produktivitas alami tambak, sehingga pemupukan tidak berdaya guna. Kekurangan makanan alami ini menyebabkan pertumbuhan alga menjadi lambat. Akibat lain dari kehadiran asam sulfat ini menyebabkan lambatnya pertumbuhan tanaman penutup pematang, sehingga pematang mudah tererosi. Untuk itu diperlukan perbaikan pematang agar tanah – tanah pematang tidak jatuh ke dalam tambak. Tanah – tanah pematang yang mengandung asam sulfat, alumunium aktif dan besi bila tercuci lewat erosi dan masuk ke dalam tambak dapat memperburuk kondisi kualitas air. Tanah tambak yang mengandung asam sulfat ditandai dengan adanya retakan pada tanah atau tanah dasar tambak pecah – pecah karena banyaknya jerosit yang berwarna kuning pucat. Biasanya tanah demikian pH nya 4,0 atau bahkan bisa kurang. Pada daerah – daerah yang berdrainase tanah yang mengandung asam sulfat akan berwarna merah pada bagian permukaannya. Cirri cirri tanah yang mengandung asam sulfat yaitu : a. Adanya bercak – bercak atau lapisan berwarna merah karat di permukaan tanah dasar, terutama di dekat kaki dan pematang (tetapi bukan warna merah tanah litosol). Warna ini akan lebih menonjol pada tambak yang baru diisi air setelah dikeringkan beberapa saat. b. Terdapat lapisan atau selaput seperti minyak di permukaan air c. Terdapat bercak – bercak berwarna kuning pucat (jerosit) pada permukaan tanah. d. Air genangan pertama di dalam tambak setelah penjemuran bersifat sangat asam (pH sekitar 3 – 4) Tanah asam sulfat tidak baik untuk lokasi tambak, tetapi untuk menjadikannya produktif dan dapat digunakan, perlu dilakukan pengapuran. Dengan pengapuran ini sifat keasaman tanah akan rusak sehingga pH naik menjadi netral atau basa. Sebelum dilakukan pengapuran perlu dilakukan reklamasi untuk memperbaiki kualitas tanah. Keberadaan hydrogen (H) merupakan bagian terpenting pada setiap tanah asam. Oleh karena itu, pengapuran tanah asam dibutuhkan Ca dan Mg untuk menggeser kedudukan H di permukaan koloid. Pada tanah asam H bergabung di permukaan partikel halus liat dan humus yang disebut koloid. Fraksi permukaan yang bergabung dengan H menentukan intensitas keasaman, koloid tidak membentuk larutan asli di dalam air, seperti gula dan garam, melainkan membentuk suspense yang lebih atau kurang stabil (Kuswandi, 1993 dalam Kordi, 2012). Untuk meningkatkan pH tanah perlu dilakukan pengapuran, fungsi pengapuran antara lain:



40



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN a. b. c. d. e.



Menigkatkan pH tanah dan air Membakar jasad – jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus Memperbaiki kualitas tanah Kapur yang berlebihan dapat mengikat fosfat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton Tabel 2.5 Kebutuhan Kapur (CaCo3) Untuk Menetralkan pH Tanah Kebutuhan kapur (Kg/ha CaCo3) pH tanah Lempung Lempung berpasir Pasir 4 14.320 7.160 4.475 4,0 – 4,5 10.740 5.370 4.475 4,6 – 5,0 8.950 4.475 3.580 5,1 – 5,5 5.370 3.580 1.790 5,6 – 6,0 3.580 1.790 895 6,1 – 6,5 1.790 1.790 0



Sumber: (Kordi, 2012)



Sebelum dilakukan pengapuran, tambak harus dikeringkan terlebih dahulu. Kapur ditebarkan merata di permukaan tambak dengan jumlah yang disesuaikan dengan luas tambak dan tekstur tanah. Kapur yang dipergunakan adalah kapur pertanian atau kapur lain dengan takaran yang disesuaikan dengan pH tanah.



Gambar 2.13 Pengapuran Kolam Sumber: metrotimenews.com



7. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah sangat berkaitan dengan bahan organik dan kandungan unsur hara tanah. Kandungan bahan organik di dasar tambak sangat mempengaruhi pertumbuhan klekap, karena merupakan sumber nitrogen. Semakin tinggi kandungan bahan organik maka semakin tinggi pula jumlah nitrogen yang dikandungnya sehingga pertumbuhan klekap semakin meningkat. Selain kandungan bahan organik, yang perlu mendapat perhatian adalah unsur hara tanah. AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



41



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Penelitian tentang unsur hara tanahyang terdapat di lokasi calon tambak sangat bermanfaat dalam menentukan kualitas tambak yang akan dibuat. Tambak sebaiknya dibangun pada daerah yang cukup mengandung unsur hara, karena di daerah yang demikian klekap dan tanaman air lainnya yang berperan sebagai makanan alami bagi udang yang dibudi dayakan dapat tumbuh dengan baik. Tabel 2.6 Hubungan Antara Bahan Organik dengan Tingkat Kesuburan Tanah Kandungan bahan organik Tingkat kesuburan (%) < 1,5 Rendah 1,6 – 3,5 Sedang >3,5 Tinggi Sumber: (Mintardjo et al., 1985 dalam Kordi, 2012)



Tabel 2.7 Hubungan Antara Kandungan Nitrogen dengan Tingkat Kesuburan Tanah Kandungan nitrogen (ppm) Tingkat kesuburan < 0,1 Sangat rendah 0,11 – 0,15 Rendah 0,16 – 0,20 Cukup >0,21 Tinggi Sumber: (Mintardjo et al., 1985 dalam Kordi, 2012)



Jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh klekap dan tanaman air yaitu terdapat 16 jenis yang terbagi kedalam dua kelompok. Kelompok unsur hara makro yang selalu dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar, dan unsur hara mikro yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit serta dapat bersifat racun bila terdapat dalam jumlah yang besar. Jenis unsur hara makro yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan klekap dan tanaman air adalah nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Tabel 2.8 Hubungan Antara Kandungan Fosfor dengan Tingkat Kesuburan Tanah Kandungan fosfor (ppm) Tingkat kesuburan < 35 Rendah 36 – 45 Sedang >46 Tinggi Sumber: (Mintardjo et al., 1985 dalam Kordi, 2012)







Tabel 2.9 Hubungan Antara Kandungan Kalium dengan Tingkat Kesuburan Tanah Kandungan kalium (ppm) Tingkat kesuburan < 350 Rendah 350 – 500 Sedang >500 Tinggi Sumber: (Mintardjo et al., 1985 dalam Kordi, 2012)



42



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 2.10 Hubungan Antara Kandungan Kalsium dan Magnesium dengan Tingkat Kesuburan Tanah Kandungan kalsium (ppm) Kandungan magnesium Tingkat kesubu(ppm) ran tanah < 700 < 300 Rendah 700 – 1.200 300 - 600 Sedang >1.200 >600 Tinggi Sumber: (Mintardjo et al., 1985 dalam Kordi, 2012)



Gambar 2.14 Tanah Kolam Subur Sumber: kolamikan.net



Gambar 2.15 Tanah Kolam Ikan Asam Sumber: kompasiana.com



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



43



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN 8.



44



Vegetasi Umumnya tambak dibangun di sepanjang lahan pesisir dan estauria. Pesisir merupakan daerah pertemuan antara wilayah daratan dan lautan atau pantai. Bagian daratan wilayah pesisir masih dipengaruhi sifat – sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin. Sedangkan pada bagian wilayah pantai wilayah pesisir mencakup bagian laut atau pantai yang masih dipengaruhi oleh proses – proses alami yang terjadi di wilayah daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar yang dipengaruhi oleh proses sedimentasi dan pendangkalan akibat penggundulan hutan. Estuaria adalah bentuk teluk di pantai yang sebagian tertutup tempat air tawar dan air laut bertemu dan bercampur sehingga menyebabkan daerah ini mempunyai air yang bersalinitas lebih rendah daripada laut terbuka. Meskipun demikian proses pencampuran ini adalah suatu proses yang kompleks. Air tawar yang berasal dari sungai yang mempunyai densitas lebih kecil dari air laut cenderung untuk mengambang di atasnya. Di daerah ini juga terdapat fluktuasi perubahan salinitas yang berlangsung secara tetap yang berhubungan dengan gerakan air pasang. Di daerah estuaria dan pesisir terdapat ekosistem mangrove, yang biasa dikenal hutan bakau, hutan payau atau hutan mangrove, sebuah ekosistem yang terus menerus mengalami tekanan pembangunan, termasuk konversi untuk pertambakan. Pembukaan hutan mangrove untuk tambak harus memperhatikan dan menyisakan jalur hijau (green belt) yang berfungsi sebagai zona penyangga (buffer zone). Berdasarkan berbagai studi, kemudian diusulkan agar pembukaan hutan mangrove untuk pertambakan tidak melebihi 30 % dari hutan mangrove yang tersedia (antara 10 – 20 %). Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem kawasan pantai. Anjuran pemerintah agar pembukaan hutan mangrove untuk pertambakan perlu menyisakan sebagian areal hutan bakau sebagai daerah penyangga (buffer zone) tidak ditaati. Salah satu penyebab kehancuran budi daya udang adalah rusaknya lingkungan, terutama hutan mangrove. Karena itu, saat ini tidak lagi hanya menyisakan jalur hijau di saat pembukaan tambak baru, tetapi perlu juga melakukan penanaman kembali hutan mangrove yang telah dirusak. Pengembalian ekosistem mangrove sebagai vegetasi tambak selain untuk mengembalikan fungsi ekosistem tersebut, juga menjadi pelindung bagi tambak pada saat panas terik. Pada budi daya udang dan ikan secara tradisional dan organik, tanaman mangrove di pematang maupun di dalam tambak menjadi bagian dari sistem produksi. Sedangkan tanaman di sepanjang pesisir selain melindungi tambak juga berfungsi sebagai biofilter terhadap pencemaran, karena ekosistem mangrove nerupakan biofilter handal dalam mengendalikan pencemaran.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 2.16 Ekosistem Mangrove Sumber: bulelengkab.id



Gambar 2.17 Tambak SIlvofishery Sumber: biotafoundation.blogspot.com



a. Identifikasi lokasi pendederan Tabel 2.11 Identifikasi Lokasi Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Tambak. No. Identifikasi Lokasi Produksi benih untuk ukuran 6 – 7 cm sampai dengan 9 – 10 cm 1 Letak Sebaiknya di tepi pantai, mudah dijangkau 2 Dasar perairan Tidak berlumpur, liat berpasir, pH tanah minimal 5,5 3 Air laut Bebas zat polutan berbahaya dengan kadar salinitas 24 – 28 ppt 4 Ketersediaan Tersedia dengan jumlah yang melimpah 5 Kedalaman air Minimal 1 meter 6 Peruntukan lokasi Sesuai dengan RUTRD/RUTRW Sumber: (BSN, 2011)



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



45



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 2.12 Identifikasi Lokasi Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Bak. No. Identifikasi Lokasi Produksi benih ukuran 3 – 4 cm sampai dengan 9 – 10 cm 1 Letak Sebaiknya di tepi pantai, mudah dijangkau 2 Dasar perairan Tidak berlumpur 3 Air laut Bebas zat polutan berbahaya dengan kadar salinitas 28 – 33 ppt 4 Ketersediaan Tersedia dengan jumlah yang melimpah 5 Ketersediaan air tawar Salinitas maksimum 5 ppt 6 Peruntukan lokasi Sesuai dengan RUTRD/RUTRW Sumber: (BSN, 2011)



Tabel 2.13 Identifikasi Lokasi Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Keramba Jaring Apung. No. Identifikasi Lokasi Produksi benih ukuran 7 – 8 cm sampai dengan 9 – 10 cm 1 Letak Teluk, laut yang tenang, mudah dijangkau 2 Dasar perairan Tidak berlumpur 3 Air laut Bebas dari zat polutan berbahaya dengan kadar salinitas 28 – 33 ppt 4 Ketersediaan Tersedia dengan jumlah yang melimpah 5 Kedalaman air Minimal 5 meter 6 Peruntukan lokasi Sesuai dengan RUTRD/RUTRW Sumber: (BSN, 2011)



Tabel 2.14 Identifikasi Lokasi Pendederan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) Produksi Benih di Bak. No. Identifikasi Lokasi Produksi benih ukuran 7 – 8 cm sampai dengan 9 – 10 cm 1 Letak Sebaiknya di tepi pantai mudah dijangkau 2 Dasar perairan Tidak berlumpur 3 Air laut Bersih tidak tercemar, salinitas 28 g/l – 33 g/l 4 Ketersediaan Tersedia dengan jumlah yang melimpah 5 Ketersediaan air tawar Salinitas maksimum 5 ppt 6 Peruntukan lokasi Sesuai dengan RUTRD/RUTRW Sumber: (BSN, 2011)



46



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 2.15 Identifikasi Lokasi Pendederan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) Produksi Benih di Keramba Jaring Apung. No. Identifikasi Lokasi Produksi benih ukuran 7 – 8 cm sampai dengan 9 – 10 cm 1 Letak Teluk, laut yang tenang dan mudah dijangkau 2 Dasar perairan Tidak berlumpur 3 Air laut Bebas dari zat polutan berbahaya dengan kadar salinitas 28 – 33 ppt 4 Ketersediaan Tersedia dengan jumlah yang melimpah 5 Kedalaman Minimal 5 meter 6 Peruntukan lokasi Sesuai dengan RUTRD/RUTRW Sumber: (BSN, 2011)



b. Pengukuran kualitas air lokasi pendederan Kualitas air adalah sifat-sifat air yang ditunjukkan dengan nilai atau komponen lain yang terkandung di dalam air (BSN, 2009). Pemantauan kualitas air pada tambak sangat penting dilakukan, hal ini bertujuan agar fluktuasi nilai kualitas air dapat dipantau sehingga kegagalan usaha pendederan dapat dicegah dan ditanggulangi sedini mungkin. Parameter kualitas air yang diukur dan dipantau dalam kegiatan pendederan meliputi: 1) Parameter Fisik a) Suhu (temperatur) Suhu merupakan faktor intensitas dari energi panas sehingga menjadi faktor penting dalam mengatur proses yang terjadi di perairan. Temperature suatu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran sungai dan kedalaman perairan (Effendi, 2003). Suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air dan laju konsumsi oksigen hewan air. Suhu air berbanding terbalik dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut, tetapi berbadning lurus dengan laju konsentrasi oksigen hewan air dan laju reaksi kimia dalam air (Kordi, 2009). Suhu air optimal untuk ikan yaitu antara 28 – 30 0C, pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 ppm. Suhu di bawah 25 0 C konsumsi oksigen mencapai 2,2 ppm, pada suhu 18 – 25 0C ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu air 12 – 18 0C mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan pada suhu di bawah 12 0C ikan tropis mati kedinginan. Suhu air tambak cenderung lebih tinggi dari suhu air di laut akibat perbedaan volume. Pergantian air yang diupayakan untuk pengenceran metabolit sekaligus dapat mempengaruhi pengaruh suhu tinggi. Secara tradisional petambak biasa membuat caren untuk tempat berlindung ikan dari suhu tinggi (Kordi, 2009).



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



47



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN b) Kecerahan Air Kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan proses fermentasi yang terjadi di perairan. Kecerahan perairan dapat diukur dengan alat yang dinamakan Keping Secchi. Nilai kecerahan keping secchi < 3 m menunjukkan perairan yang subur, antara 3-6 m menunjukkan perairan yang kesuburannya sedang dan perairan dengan nilai kecerahan > 6 m menunjukkan perairan yang kurang subur. c) Total Suspended Solid (TSS) Total Suspended Solid (TSS) atau yang dikenal dengan total padatan tersuspensi adalah jumlah padatan atau partikel tersuspensi yang terdapat dalam perairan, baik berupa bahan organik maupun anorganik (APHA, 2005). Padatan tersuspensi dalam perairan terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik. Penyebab nilai TSS yang utama adalah kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa aliran air. Nilai TSS dapat dijadikan indikator suatu perairan, karena TSS berpengaruh terhadap tingkat fotosintesis (Ahmad et al., 2007). TSS yang tinggi dapat menyebabkan respirasi organisme air terganggu, dan mengurangi nilai daya guna perairan. Kisaran TSS normal bagi kehidupan organisme akuatik laut adalah < 20 mg/L (MNLH No. 51, 2004). d) Kekeruhan Kekeruhan adalah sifat optic dari suatu larutan yaitu absorpsi dan pantulan cahaya yang melaluinya (Siregar et al., 2002). Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya dispersi zat-zat padat di dalam air yang berupa jasad-jasad renik, zat organik, tanah liat, lumpur dan sebagainya (Razif dan Ariyanto, 1997). Kekeruhan akan menyebabkan penurunan penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan sehingga proses fotosintesis oleh fitoplankton akan terhambat, sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas perairan (Wetzel, 2003). Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton (Kordi, 2009). Kisaran kekeruhan yang baik untuk pemeliharaan ikan yaitu 20 30 NTU (BSN, 2009). e) Salinitas Salinitas adalah konsentrasi seluruh garam-garam mineral yang diperoleh dalam air. Konsentrasi garam-garaman jumlahnya relatif sama dengan setiap contoh air laut, sekalipun pengambilannya dilakukan di tempat yang berbeda (Kordi, 2009). Fluktuasi salinitas secara alamiah disebabkan oleh dua hal yaitu penguapan yang besar dan hujan yang lebat. Salinitas mempengaruhi kecepatan pertumbuhan organism akuatik. Pada perairan yang sering mengalami fluktuasi salinitas, hanya



48



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN spesies yang memiliki toleransi yang lebar (euryhaline) yang mampu beradaptasi untuk hidup di perairan tersebut (Nybakken, 1992). Bandeng sebagai ikan yang bersifat euryhaline maka mampu hidup pada kisaran salinitas air tawar dan air asin, tetapi akan tumbuh optimal pada salinitas 12 – 20 ppt (Kordi 2009). Hal ini dikarenakan energi yang digunakan untuk mengatur keseimbangan kepekatan cairan tubuh dan air tambak cukup rendah hingga sebagian besar energi asal pakan dapat digunakan untuk pertumbuhan (Ahmad et al., 2007). 2) Parameter Kimia a) Derajat Keasaman (pH) Air Derajat keasaman adalah logaritma negatif dari kepekatan ionion H+ yang terlepas dalam suatu larutan yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang air, oleh karena itu pH seringkali dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan (Mahida, 1984). pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan yang bersifat asam akan kurang produktif, dapat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan menyebabkan kematian bagi ikan (Kordi, 2009). Derajat keasaman berpengaruh besar terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan air serta mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia (Effendi, 2003). pH air tambak dalam keadaan normal berkisar antara 7 – 9, namun pada keadaan tertentu kalau tanah dasar tambak memiliki potensi keasaman maka pH air tambak dapat turun mencapai kurang dari 4. Penurunan nilai pH disebabkan oleh adanya CO2 bebas hasil respirasi hewan atau tumbuhan air. Air yang banyak mengandung CO2 biasanya mempunyai pH yang lebih rendah dari 7 dan bersifat asam (Ahmad et al., 2007). Pertumbuhan optimal ikan yaitu pada pH 7 – 9 (Kordi, 2007). b) Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) Oksigen terlarut adalah konsentrasi gas oksigen terlarut dalam perairan dan merupakan kebutuhan pokok bagi organism akuatik baik hewan maupun tumbuhan untuk melakukan kegiatan respirasi yang dilakukan di siang hari maupun pada malam hari (Egna dan Boyd, 1997). Kandungan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan hidup suatu organism dalam perairan dapat menyebabkan penurunan daya tahan hidupnya, jika terlalu rendah akan menyebabkan kematian (Fardiaz, 1992). Meskipun beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 3 ppm, namun konsentrasi minimum yang masih dapat diterima sebagian besar spesies ikan untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi dibawah 4 ppm, ikan masih mampu bertahan hidup, tetapi nafsu makan ikan mulai menurun. Oksigen AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



49



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN terlarut yang baik dan mendukung kehidupan ikan adalah 6 – 7 ppm (Kordi, 2009). c) Alkalinitas Alkalinitas atau yang lebih dikenal dengan total alkalintas adalah konsentrasi total dari unsur basa yang terkandung dalam air dan dinyatakan dengan satuan mg/L atau setara dengan kandungan kalsium karbonat (CaCO3). Basa-basa yang terkandung dalam air biasanya berbentuk ion karbonat dan bikarbonat. Ketersediaan ion basa karbonat dan bikarbonat yang merupakan parameter total alkalinitas dalam air tambak sangat penting, artinya mengingat total alkalinitas dalam air tambak tidak hanya berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan plankton, tetapi juga mempengaruhi parameter kualitas air yang lain, yakni pH air yang akan mempengaruhi pertumbuhan dn produksi budi daya (Kordi, 2007). Alkalinitas dalam perairan akan mempengaruhi pH perairan. Apabila suatu perairan alkalinitasnya rendah maka daya penyanggahnya terhadap perubahan pH adalah rendah, sedangkan perubahan pH yang terlalu banyak akan merugikan bagi organisme perairan karena akan sulit untuk menyesuaikan diri (Soeseno, 1983). Kisaran nilai alkalinitas yang mendukung kehidupan ikan di perairan adalah 30 – 500 mg/L (PP No.82, 2001). d) Biologycal Oxygen Demand (BOD) Biological Oxygen Demand (BOD) merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Fardiaz, 1992). BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20 0C selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya (Siregar et al., 2002). Kandungan BOD dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah senyawa organik yang diuraikan, tersedianya mikroorganisme aerob yang mampu menguraikan senyawa organik tersebut dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian tersebut (Barus, 2002). Biological Oxygen Demand (BOD) mempengaruhi kehidupan biota akuatik khususnya ikan yang ada dalam perairan karena semakin tinggi kadar BOD akan menyebabkan menurunnya oksigen terlarut di dalam air (Effendi, 2003). Menurunnya oksigen terlarut di dalam air menyebabkan menurunnya kehidupan organisme perairan tersebut. Nilai BOD yang mendukung kehidupan ikan di perairan adalah < 20 mg/L (MNLH No. 51, 2004). e) Chemical Oxygen Demand (COD) Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimiawi dengan oksidator KMNO4 atau K2Cr2O7 yang digunakan sebagai sumber oksigen. Penetapan COD didasarkan atas reaksi



50



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN bahan organik dengan oksigen dan proses tersebut berlangsung secara kimia dalam kondisi asam mendidih (Fardiaz, 1992). Kadar COD sangat penting diukur untuk mengetahui reaksi oksidasi bahan organik dengan oksigen yang berada dalam perairan. Semakin banyak bahan organik yang menumpuk pada suatu perairan maka nilai COD akan semakin tinggi dan kemudia menurun dengan adanya dekomposisi bahan organik (Lee et al., 1978). Adanya nilai COD yang cukup tinggi akan menyebabkan kebutuhan oksigen untuk mendekomposisi bahan organik tersebut akan meningkat (Barus, 2002). Kandungan COD yang tinggi akan berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen terlarut dan pH (Siregar et al., 2002). Nilai COD yang mendukung bagi kehidupan ikan yaitu < 50 mg/L (PP No. 82, 2004) f) N-Total N-Total adalah penjumlahan dari nitrogen anorganik yang berupa N-NO3, N-NO2 dan N-NH3 yang bersifat larut dan nitrogen anorganik yang berupa partikel tidk larut dalam air (Mackereth et al., 1989). Nitrogen organik merupakan komponen terbesar dari total nitrogen yang berada dalam air yang berasal dari berbagai jenis limbah yang dapat mengakibatkan pertumbuhan ganggang dengan cepat (blooming). Blooming akan menyebabkan perairan menjadi anaerob yang akan mengakibatkan kematian missal organism perairan terutama ikan. Kandungan N-Total yang mendukung kehidupan ikan adalah < 0,5 mg/L (BSN, 2009). g) P-Total P-Total merupakan jumlah total fosfor di dalam perairan, baik berupa partikulat maupun terlarut, organik maupun anorganik. Unsur fosfor di perairan tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa organik terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik berupa partikulat (Effendi, 2003). Fosfor dalam bentuk ortofosfat dapat digunakan sebagai petunjuk kesuburan perairan karena dalam bentuk ini mudah diserap oleh organism. Kandungan P-Total dipengaruhi oleh suhu, pH serta bakteri yang ikut dalam proses dekomposisi dan sintesis antar bentuk organik dari fosfor (Effendi, 2003). Kadar fosfat di perairan alami yang sangat rendah menyebabkan pertumbuhan fitoplankton terhambat, namun bila fosfat dan nutrisi lain tersedia dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan pertumbuhan fitoplankton yang tidak terbatas (blooming) (Alaert dan Santika, 1987). Kandungan P-Total yang mendukung bagi kehidupan organism perairan yaitu < 0,01 mg/L (BSN, 2009). h) Amoniak Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang menjadi ammonium (NH4+) pada pH rendah dan amoniak sendiri berada dalam keadaan tereduksi. Sumber utama amoniak (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan, maupun dalam bentuk plankton dan bahan organik tersuspensi (Ahmad et al., 2007). KandunAGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



51



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN gan amoniak di perairan dipengaruhi oleh suhu, pH dan salinitas (Effendi, 2003). Amoniak dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan dan organism perairan lainnya, kadar amoniak yang rendah sangat baik bagi kehidupan ikan. Kandungan amoniak yang baik untuk kehidupan ikan yaitu < 0,01 mg/L (BSN, 2009). Kondisi amoniak di dalam tambak harus dipertahankan pada 0,3 mg/L (Ahmad et al., 2007). 3) Parameter Biologi a) Kelimpahan plankton Plankton adalah suatu organism yang berukuran kecil (mikroskopik) yang jumlahnya sangat banyak dan melayang atau bergerak sedikit dan terombang-ambing oleh arus di perairan bebas. Plankton dibagi menjadi kelompok fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah plankton yang mengandung klorofil dan mampu melakukan fotosintesis (Kordi, 2009). Fitoplankton berperan sebagai produsen zat organik sederhana yang terlarut dalam air dan menjadi persenyawaan anorganik kompleks melalui proses fotosintesis. Fitoplankton mampu merubah energi matahari menjadi energi yang tersimpan dalam jaringan tubuh melalui fotosintesis, dengan demikian fitoplankton merupakan mata rantai pertama dalam penyediaan energi bagi kehidupan di dalam air (Odum, 1994). Zooplankton adalah plankton yang memakan fitoplankton karena tidak mampu melakukan fotosintesi (Kordi, 2009). Beberapa dari organism ini ada yang bersifat sebagai plankton untuk seluruh masa hidupnya dan ada yang hanya sebagian dari masa hidupnya. Zooplankton tidak dapat memproduksi zat-zat organik dari zatzat anorganik oleh karena itu mereka harus mendapat tambahan bahan-bahan organik dari makananya. Zooplankton yang bersifat herbivor akan memakan fitoplankton secara langsung, sedangkan golongan karnivor akan memanfaatkan mereka dengan cara tidak langsung yaitu dengan memakan golongan herbivor atau karnivor yang lain (Hutabarat, 2000). Plankton merupakan pakan alami bagi ikan, dalam kegiatan budi daya ketersediaan pakan alami membantu untuk menunjang pertumbuhan ikan (Kordi, 2009).



52



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



LEMBAR PRAKTIKUM Praktikum 1: Observasi pasang surut di lokasi pendederan Tujuan : Mengetahui waktu pasang surut LK.01. Pengamatan Jam Pasang Surut Air di Kawasan Tambak Tanggal Jam Pasang Surut Ketinggian dan Jarak Pasang Surut



Praktikum 2 : Pengamatan pH Tanah Tambak dan salinitas air Tujuan : Mengetahui cara mengukur pH tanah tambak atau kolam pendederan LK.02. Nilai pH dan salinitas Tambak No.



pH tanah



Salinitas



Deskripsi Tambak



Lingkungan



Praktikum 3 : Pengamatan lokasi pendederan Tujuan : Mengidentifikasi lokasi pendederan LK.03. Identifikasi lokasi pendederan No.



Nama pemilik



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



Lokasi Pendederan



Sumber air



Pemasaran benih ikan/ udang



Sarana akses jalan/transportasi



53



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



CAKRAWALA Produksi perikanan dari sektor akuakultur mengalami pertumbuhan dalam 10 tahun ini. Sektor akuakultur menyumbang sekitar sepertiga pasokan ikan dunia. Produksi perikanan budi daya pada tahun 2005 sebesar 48,1 juta ton dengan urutan sebagai berikut: China 67%, India (6%), Vietnam (3%), Indonesia (2%), dan Thailand (2%). Sudah saatnya kita bekerja keras untuk memacu pertumbuhan produksi budi daya ikan sehingga Negara Indonesia menjadi Negara yang menempati peringkat satu dalam hal produksi perikanan budi daya.



JELAJAH INTERNET Untuk menambah wawasan kalian tentang lokasi pendederan perikanan payau dan laut maka kita dapat mengunjungi alamat web dengan cara memindai qr code di bawah ini. https://www.lalaukan.com/2014/01/pemilihan-lokasi-untuk-kolam-budidaya.html https://virqfarm.wordpress.com/2013/02/23/4-pemilihan-lokasi-dan-persiapanwadah-budidaya-ikan/ http://staff.unila.ac.id/ekoefendi/2016/04/10/pemilihan-lokasi-dan-wadah-budi daya/ https://kabartani.com/pemilihan-lokasi-kolam-tambak-untuk-budidaya.html



54



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



RANGKUMAN Kegiatan pendederan merupakan kegiatan yang kompleks dan memerlukan persiapan yang matang dan teliti. Persiapan tersebut meliputi pemilihan lokasi pendederan dengan melihat dan mempertimbangkan persiapan lahan pendederan, pengukuran parameter kualitas air meliputi pengukuran parameter fisik, kimia dan biologi perairan. Kualitas air diukur kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam memilih lokasi pendederan. Hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan keberhasilan usaha pendederan.



TUGAS MANDIRI TUGAS I Materi tugas : Lokasi Pendederan Perikanan Payau dan Laut Mengidentifikasi isi materi pembelajaran (Diskusi kelompok dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran) Berdiskusilah dengan sesama anggota kelompok untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut ini. Pertanyaan: 1. Jelaskan tentang lokasi yang sesuai untuk pendederan bandeng! 2. Jelaskan tentang lokasi yang sesuai untuk pendederan udang windu dan vanamei! 3. Jelaskan tentang lokasi yang sesuai untuk pendederan kerapu! 4. Jelaskan tentang lokasi yang sesuai untuk pendederan nila! 5. Jelaskan tentang persyaratan lokasi untuk pendederan komoditas perikanan payau dan laut! TUGAS II Lakukanlah kunjungan dan pengamatan singkat pada usaha pendederan di sekitar tempat tinggal kalian, kemudian lakukanlah pengamatan lokasi pendederan tersebut! Kemudian buatlah dokumentasi berupa video rekaman (vlog) dengan durasi 10 - 15 menit! Video rekaman yang dikumpulkan merupakan video yang sudah di edit menggunakan software aplikasi pembuat video sehingga tampilan video terlihat menarik!



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



55



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENILAIAN AKHIR BAB Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik! 1. Jelaskan tentang syarat elevasi lokasi tambak budi daya ikan! 2. Jelaskan tentang air pasang tertinggi paling tinggi! 3. Apakah yang dimaksud air pasang rata – rata? 4. Jelaskan tentang penggolongan nilai pH dan sebutkan nilainya! 5. Jelaskan tentang euryhaline! 6. Jelaskan tentang air payau! 7. Sebutkan partikel – partikel penyusun tanah! 8. Jelaskan tentang tekstur tanah clay! 9. Jelaskan tentang tekstur tanah loam! 10. Jelaskan tentang tekstur tanah peaty!



REFLEKSI Kegiatan budi daya perikanan merupakan salah satu solusi untuk menjaga stok pangan yang berkelanjutan. Oleh karena itu pemahaman tentang ilmu budi daya perikanan sangatlah diperlukan. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan kegiatan budi daya yang akan dilaksanakan. Pemilihan lokasi pendederan diupayakan harus jauh dari lingkungan pemukiman penduduk atau perumahan tetapi tetap harus mengedepankan aspek kemudahan akses jalan untuk mendukung transportasi penjualan benih ikan dan udang. Selain itu harus ada pemenuhan standar baku mutu atau kualitas air untuk budi daya, hal ini bertujuan untuk menunjang keberhasilan usaha pendederan.



56



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



BAB III



DESAIN DAN TATA LETAK WADAH PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN BAB III Desain DAN TATA LETAK WADAH PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



TUJUAN PEMBELAJARAN Pembelajaran mengenai desain dan tata letak wadah pendederan komoditas perikanan bertujuan untuk menjelaskan desain wadah dan tata letak pendederan komoditas perikanan payau dan laut, menjelaskan jenis - jenis desain wadah dan tata letak pendederan, menjelaskan jenis-jenis bahan pembuatan wadah pendederan, menjelaskan perhitugan volume kolam media pendederan, memilih bahan-bahan yang akan dipakai untuk pembuatan wadah pendederan dan menggambar desain wadah pendederan nener yang dilengkapi inlet, outlet dan caren.



PETA KONSEP



Desain dan tata letak wadah pendederan



Desain wadah pendederan seperti apa?



Jenis wadah pendederan



Tata letak wadah pendederan



Perhitungan wadah pendederan



Pemilihan bahan wadah pendederan



KATA KUNCI desain, wadah, tata letak, pendederan, perikanan, payau, dan laut.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



57



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENDAHULUAN Pengembangan usaha budi daya air payau (tambak) di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik, selain areal tambak yang jumlahnya sangat banyak Indonesia juga memiliki daerah pesisir yang bisa dioptimalkan untuk kegiatan budi daya sistem keramba (KJA). Salah satu upaya untuk meningkatkan kembali daya guna dan nilai guna lahan tambak di Indonesia, maka diperlukan adanya suatu solusi dengan memfungsikan tambak melalui budi daya bermacam-macam komoditi diantaranya: komoditi ikan bandeng, nila, kakap putih, kerapu (macan, bebek dan lumpur) dan udang (vaname dan windu).



Gambar 3.1 Kolam Pendederan Sederhana Sumber: dokumentasi pribadi



Kolam benih dibuat untuk menampung benih ikan bandeng atau nener sebelum nanti dilepaskan ke dalam tambak yang lebih besar. Kolam benih ini terbuat dari waring yang dibuat melingkar, terbuat dari kayu atau bambu sebagai penguat agar waring tidak roboh saat terkana rob . Apabila tambak tersebut masih ada tanggulnya maka cukup diberi pembatas yang terbuat dari waring. Benih bandeng (nener) merupakan salah satu sarana produksi yang utama dalam usaha budi daya bandeng di tambak. Perkembangan teknologi budi daya bandeng di tambak dirasakan sangat lambat dibandingkan dengan usaha budi daya udang. Faktor ketersediaan benih merupakan salah satu kendala dalam menigkatkan teknologi budi daya bandeng. Selama ini produksi nener alam belum mampu untuk mencukupi kebutuhan budi daya bandeng yang terus berkembang, oleh karena itu peranan usaha pembenihan bandeng dalam upaya untuk mengatasi masalah kekurangan nener tersebut menjadi sangat penting. Tanpa mengabaikan arti penting dalam pelestarian alam, pengembangan wilayah, penyediaan dukungan terhadap pembangunan perikanan khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya, kegiatan pembenihan bandeng di hatchery harus diarahkan untuk tidak menjadi penyaing bagi kegiatan penangkapan nener di alam. Produksi benih nener di hatchery diarahkan untuk mengimbangi selisih antara permintaan yang terus meningkat dan pasokan penangkapan di alam yang diduga akan menurun.



58



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN A. Desain wadah pendederan Satu unit tambak terdiri dari beberapa bagian penting dan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah – pisahkan. Membangun tambak adalah membuat bagian – bagian tambak menjadi satu, yaitu pematang/tanggul,saluran pintu air dan petak tambak (Kordi, 2009). Pembuatan tambak budi daya bandeng yang baik memerlukan konstruksi yang baik pula, terutama jika budi daya bandeng dilakukan secara intensif. Adapun persyaratan yang berhubungan dengan konstruksi tambak adalah sebagai berikut. 1. Pematang utama Pematang utama merupakan garis pertahanan terdepan, maka konstruksinya harus benar-benar kuat agar dapat berfungsi sebagai benteng yang sanggup menahan badai pasang yang terjadi. Jika tanah cukup kuat dan keras, pematang utama dapat dibuat dengan lebar 2,0 m sampai 2,5 m dan tinggi 0,5 m diatas air pasang tertinggi paling tinggi (APTPT) atau titik banjir. Adapun perbandingan tinggi dan lebar talud sisi luar adalah 1:1,5 ; diisi dalam 1:1 ; dan lebar 0,5 m – 1,0 m. Jika kondisi tanah tambak mudah longsor, sebaiknya ukuran pematang utama bagian atas dibuat lebih lebar atau sekitar 4,0 m, dan perbandingan tinggi dengan taludnya 1:2. Apabila dianggap masih kurang, kekuatan pematang utama dapat dibantu dengan turap dari bambu dan ditambak dengan tanaman sulam pohon bakau. Dengan demikian jika turap tersebut rusak akar pohon bakau yang ditanam sepanjang pematang utama dapat berfungsi sebagai pengganti. 2. Pematang antara Pematang antara adalah pematang yang membagi tambak diantara pematang utama. Jika kondisi tanah cukup keras, pematang antara dapat dibuat dengan lebar 0,5 m – 1,5 m dan tingginya lebih rendah 0,25 m daripada tinggi pematang utama. Adapun lebar dan tinggi talud sebaiknya memiliki perbandingan 1:1 dan lebar berm 0,3 m – 0,5 m. jika kondisi tanah mudah longsor, pematang antara dapat dibuat dengan lebar atas 1,5 m – 2,0 m, perbandingan tinggi dan lebar talud 1:2 dan lebar berm 0,5 m – 0,75 m. 3. pintu air utama Pintu air utama merupakan pintu air untuk mensupali air dari saluran luar. Lebar pintu dapat disesuaikan dengan kebutuhan air dan keadaan pasang surut. Ukuran pintu air utama adalah: lebar 1,0 m – 1,5 m; tinggi 2,0 m – 3,0 m; dan panjang 1,5 m – 3,0 m. Pintu air utama dibangun pada bagian terendah dari unit tambak. Pintu air utama dapat dibuat dari kayu keras yang telah diawetkan dan diplinkud. Pemasangan pintu air harus diletakkan pada permukaan yang sama atau sedikit lebih rendah daripada air pasang terendah paling rendah (APTPR), agar tidak mengalami perembesan di bawah pintu air. Jika unit tambak yang perlu diairi cukup luas,pintu air dapat dibuat lebih dari 1 pintu,sebab pintu air yang terlalu lebar dapat menyulitkan pengelolaan tambak. 4. Pintu air petakan Pintu air petakan merupakan pintu air yang menghubungkan petak persediaan air atau petakan lain dalam unit tambak. Setiap petakan dalam tambak memiliki pintu air petakan. Lebar pintu petakan lebih sempit jika dibandingkan dengan pintu air utama. Ukuran pintu air petakan adalah: lebar 0,6 m – 0,8 m; tinggi 1,5 m – 2,0 m; dan panjang 2,0 m atau sesuai lebar pematang antara. AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



59



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Pemasangan pintu air petakan sebaiknya pada posisi 0,15 m di atas dasar petak persediaan air tetapi lebih rendah 0,15 m atau sama dengan dasar terendah petakan tambak. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengelolaan pengairan dan pengeringan tambak. 5. Petak peneneran Petak peneneran merupakan petak pemeliharaan nener sampai usia 8 minggu tetapi ada juga yang melakukan pemeliharaan selama 4 minggu. Jika petak peneneran dilengkapi petak aklimatisasi maka petak aklimatisasi sebaiknya dibuat di samping petak peneneran. 6. Petak buyaran Petak buyaran merupakan petak pemeliharaan nener yang sudah mencapai usia 4 – 8 minggu yang disebut tokolan. Di petak buyaran tokolan bandeng dipelihara sampai usia 16 minggu. Jika petakan tambak hanya terdiri atas petak peneneran dan petak buyaran pembesaran maka setelah periode peneneran dilanjutkan dengan pemeliharaan di petak buyaran – pembesaran. 7. Petak pembesaran Petak pembesaran merupakan petak yang digunakan setelah tokolan bandeng dipelihara di petak buyaran. Dalam petak ini, gelondongan bandeng dipelihara sampai tiba masa panen sampai ukuran konsumsi. 8. Petak pembagi air Pada tambak yang dilengkapi petak pembagi air, petak ini berfungsi untuk menampung suplai air dari saluran luar. Dalam petak ini, sedimen air diendapkan dahulu, kemudian baru digunakan untuk mengairi tambak atau mengganti sebagian air tambak. Pada saat panen bandeng, petak tersebut dapat digunakan sebagai penampung atau pengumpul bandeng yang dipanen. 9. Pelataran dan caren Pelataran dan caren dalam petak buyaran dan pembesaran hampir tidak terpisahkan dalam konstruksi tambak secara umum. Pelataran merupakan lantai dasar tambak yang dibuat miring menuju saluran pembuangan air. Sedangkan caren merupakan galian atau parit yang dibuat sekeliling petak buyaran dan petak pembesaran. Dalam praktiknya caren digunakan untuk menampung kotoran sedimen yang terbawa air pergantian. Karena fungsi caren ini sangat penting, maka dalam perencanaan pembuatan tambak harus dipertimbangkan secara cermat. Caren dapat dibuat dalam bentuk galian keliling, tetapi juga dapat dibuat dalam bentuk galian secara diagonal atau dalam bentuk pertemuan kemiringan pelataran. 10. Saluran utama Saluran utama tambak merupakan sarana yang sangat penting pada tambak yang mengandalkan suplai air. Oleh karena itu, saluran utama harus dibuat dalam posisi memanjang menuju arah hulu dan diusahakan agar berada tepat di tengah – tengah tambak. Pembuatan saluran utama semacam itu bertujuan untuk memudahkan sistem pemasukan dan pengeluaran air, baik dari atau ke lokasi unit pertambakan



60



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 3.1 Hubungan antara Lebar Saluran Utama, Perbedaan Pasang Surut dan Luas Areal Pertambakan Perbedaan pasang Luas areal (ha) Lebar saluran utasurut (m) ma (m) < 1,5 20 atau kurang 5 < 1,5 >20 6 >1,5 20 atau kurang 7 >1,5 >20 8 Sumber: (Balai Budi Daya Air Payau Jepara, 1984 dalam Murtidjo, 2002)



Gambar 3.2 Desain Tambak Bandeng Sumber: khuri09.wordpress.com



B. Jenis-jenis desain dan bahan wadah pendederan Model-model tambak untuk budi daya bandeng di Indonesia cukup bervariasi, tetapi perencanaan tambak pada prinsipnya harus memperhitungkan kondisi lahan dan sistem perairan yang ada agar dapat dikelola secara efektif dan efisien. Berkaitan dengan hal itu, ada tiga model tambak yang perlu diketahui, yakni sebagai berikut (Murtidjo, 2002). 1. Tambak Model Pasundan (Jawa Barat) Tambak model pasundan (Jawa Barat) tergolong tidak rumit karena terdiri atas petak peneneran seluas 10% dan petak buyaran – pembesaran seluas AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



61



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



2.



3.



4.



62



90%. Pengelolaan tambak model ini dilakukan dengan meletakkan petak peneran di tengah-tengah luasan tambak. Di petak ini, nener dipelihara selama 8 minggu. Selanjutnya, pintu petakan yang berhubungan dengan petak buyaran – pembesaran dibuka sehingga nener yang sudah berukuran tokolan mulai menyebar ke seluruh petak buyaran. Tambak Model Wetan (Jawa Tengah dan Jawa Timur) Tambak model wetan (Jawa Tengah dan Jawa Timur) tergolong lebih rumit karena terbagi menjadi 6 petakan dengan rincian luasan petak peneneran 10%, petak buyaran 50%, petak pembesaran 35% dan petak pembagian air 5%. Pengelolaan tambak model ini dilakukan dengan cara meletakkan peneneran di sudut tambak. Di petak peneran, nener dipelihara sampai usia 8 minggu. Jika sudah mencapai usia tokolan, pintu petakan yang berhubungan dengan petak buyaran dibuka, sehingga bandeng muda dapat menyebar ke petak buyaran. Dalam petak buyaran, bandeng dipelihara 8 minggu atau sampai mencapai ukuran gelondongan. Selanjutnya pintu petakan buyaran yang menuju petak pembesaran dibuka. Dengan demikian, semua luasan tambak, kecuali petak pembagi air, digunakan untuk pembesaran bandeng. Pada saat panen, petak pembagi air digunakan sebagai tempat pengumpulan atau penampungan bandeng sebelum dibersihkan dan diangkut. Tambak Model Taiwan Tambak model Taiwan tergolong palin rumit, karena terbagi menjadi lima belas petakan dengan rincian luasan: petak aklimatisasi nener 4%, petak peneran 10%, petak saluran jalan ikan yang juga digunakan sebagai petak buyaran 19%, petak pembesaran 60% saluran pemindahan ikan 5%, dan petak untuk mengumpulkan bandeng hasil panen seluas 6%. Pada tambak model Taiwan, konstruksi tambak dibuat dengan luas tambak kurang dari 500 m2. Tambak dilengkapi dengan petak aklimatisasi nener yang dihubungkan dengan petak peneneran. Aklimatisasi nener umumnya berlangsung kurang dari 1 minggu, selanjutnya pintu petak aklimatisasi dibuka menuju petak peneneran. Nener dipeliharan dalam petak peneneran selama 7 – 8 minggu dan jika telah mencapai ukuran tokolan dipelihara dalam petak jalan ikan. Setelah mencapai usia 15 – 16 minggu, pintu petakan yang terpusat di saluran pindah ikan dibuka sehingga seluruh luasan petakan dihuni oleh bandeng yang sudah dibesarkan. Sedangkan petak persediaan air dimanfaatkan untuk tempat pengumpulan atau penampungan ikan bandeng hasil panenan. Keramba Jaring Apung (KJA) Keramba jaring apung (KJA) adalah salah satu wadah budi daya ikan yang cukup ideal yang ditempatkan di badan air dalam. Ada beberapa macam ukuran KJA yang digunakan dalam pemeliharaan ikan laut (termasuk bandeng), mulai dari ukuran paling kecil hingga yang paling besar. Ukuran yang umum digunakan adalah yang rakit 2 m x 2 m, 4 m x 4 m, 5 m x 5 m, 6 m x 6 m, 7 m x 7 m, 8 m x 8 m atau juga 10 m x 10 m, dan ukuran keramba 3 m x 3 m x 3 m. Ukuran mata jaring (mesh size) disesuaikan dengan ukuran ikan yang dipelihara. Sebuah KJA terdiri atas bagian – bagian yang berupa rakit, pelampung, pemberat, jangkar, keramba/kantong jaring dan gudang (rumah jaga). Bagian – bagian ini membentuk satu unit KJA yang saling memperkuat satu dengan AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN yang lain (Kordi, 2009). Rakit adalah kerangka yang mengapung di permukaan air dan berfungsi sebagai tempat menggantung keramba, dudukan bangunan gudang, dan jalan. Dalam pembuatan KJA, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rakit. Pembuatan rakit ini dilakukan di perairan pantai yang dangkal agar mudah pengerjaannya dan sekaligus mudah untuk memindahkannya ke lokasi penempatannya. Kerangka rakit dapat dibuat dari bambu bulat, balok kayu, kayu bulat, pipa besi, besi siku dan paralon. Namun, yang umum digunakan adalah bamboo bulat dan kayu. Untuk membuat 1 unit rakit dari bamboo dengan 4 keramba berukuran 3 m x 3 m x 3 m dibutuhkan 10 batang bamboo yang memiliki diameter 10 cm – 12 cm dengan panjang 8 m. Untuk mengikat rakit, dapat digunakan tali polietilen, ijuk/amit ataupun kawat. Bamboo dan pelampung dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah rusak. Pengikatan bamboo di setiap sudut rakit paling luar, harus kuat dan kokoh. Pengikatan tersebut dapat dilakukan dengan kedua ujung bamboo dilubangi dan kemudian lubang tersebut dimasuki kayu. Untuk membuat rakit dari pipa besi, dibutuhkan pipa besi berdiameter 4 cm dengan panjang sekitar 6 m, selain itu juga dibutuhkan penjepit pipa, mur dan baut (disesuaikan dengan tebal papan), papan yang panjangnya sekitar 4 m dengan tebal 3 cm, plat besi dengan panjang 50 cm, lebar 50 cm dan tebal 2 mm. untuk membuat rakit yang terbuat dari pipa besi dapat dimulai dengan menyambung pipa besi menggunakan pipa shok sehingga didapatkan pipa besi dengan panjang 9 m, dua pipa besi sepanjang 9 m tersebut diletakkan berdampingan dengan jarak sekitar 50 cm. Plat besi penopang papan pijakan dimasukkan ke dalam kedua pipa besi tersebut. Pekerjaan ini dilakukan berulang – ulang hingga terbentuk sebuah rakit dengan 4 buah keramba. Rakit ini terdiri atas beberapa unit yang dilengkapi dengan lantai dan rumah jaga. Bagian rakit yang digunakan untuk menempatkan rumah jaga tidak perlu dipasangi keramba (Kordi, 2009). C. Hubungan Volume kolam dan jumlah penebaran benih ikan Benih (nener) ikan bandeng yang ditebar adalah benih yang berada dalam tahap akhir masa larva;secara alami dijumpai di perairan pantai dengan panjang tubuh total 10-16 mm. Apabila penebaran menggunakan benih ikan bandeng yang dihasilkan dari panti pembenihan maka benih tersebut merupakan benih yang berumur 21-25 hari. Padat tebar yang baik untuk lama penggelondongan 40-60 hari adalah 10-12 ekor/m2. Sebelum penebaran dilakukan, benih perlu diaklimatisasi terhadap kondisi lingkungan (suhu dan salinitas) medium tambak penggelondongan. Pertama sekali benih ditempatkan dalam suatu wadah kemudian air dari tambak sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam wadah tersebut dengan selang melalui salah satu sisi wadah, sedangkan dari sisi lain air dari wadah disipon keluar menggunakan selang yang dilengkapi saringan sehingga dengan demikian akhirnya kondisi suhu dan salinitas air dalam wadah menjadi sama dengan kondisi air dalam tambak. Setelah aklimatisasi benih selesai dilakukan selanjutnya benih dapat ditebar ke tambak. Kegiatan rutin setelah penebaran benih adalah pengamatan untuk mempertahankan kualitas air yang baik dan tersedianya organisme pakan yang cukup di dalam tambak. Pengelolaan kualitas air ditujukan untuk memberikan kondisi media hidup yang optimal bagi pertumbuhan ikan. Selama penggelondongan harus AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



63



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN dijaga agar salinitas dan ketinggian air selalu stabil dan ketinggian air dipertahankan 40-50 cm. Laju penguapan dan curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan salinitas berubah (berfluktuasi) dan kondisi seperti ini memungkinkan dapat menghambat pertumbuhan alga dasar tetapi sebaliknya dapat menyuburkan pertumbuhan jenis plankton lain yang tidak diinginkan sebagai pakan alami ikan bandeng. Dalam penggelondongan nener bandeng yang baik alga dasar tambak tumbuh dengan subur dan warna airnya yang jernih. Namun apabila jenis plankton lain yang tumbuh subur seperti protozoa, flagellata, fitoflagellata dan rotifera maka warna air akan berubah menjadi kuning atau coklat. Akibatnya kandungan oksigen dalam air menjadi semakin rendah dan akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan bandeng secara massal. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan/penggantian air laut yang baru. Penggantian air dapat dilakukan secara gravitasi dengan pemanfaatan gerakan air pasang surut atau pompanisasi. D. Tata Letak wadah pendederan Tata letak merupakan syarat penting di dalam usaha pendederan dan berkaitan erat dengan kapasitas produksi serta jenis teknologi yang diterapkan dalam skala usaha. Untuk kelancaran kegiatan operasional pendederan, tata letak bangunan, perkakas, dan peralatan harus disesuaikan dengan fungsi dan urutan kerjanya. Bangunan yang merupakan sarana pokok harus terpisah dari bangunan sarana penunjang dan pelengkap. Misalnya bak pemeliharaan larva harus dikelompokkan dalam satu wilayah agar terhindar dari kemungkinan tercemar oleh kegiatan lain. Fasilitas pengambilan air ke sarana pokok, seperti bak pengendapan, bak filter, dan bak penampungan air siap pakai berada dalam satu lokasi, serta penyaluran ke bak – bak untuk operasioanal pendederan tidak mengganggu atau menghambat aktivitas lain. Untuk saluran pembuangan air bekas dari sarana pokok harus langsung masuk ke saluran induk pembuangan. Saluran induk pembuangan harus ditempatkan pada lokasi yang langsung menyalurkan air bekas ke daerah bebas sehingga tidak memungkinkan dipompa kembali. Untuk mencegah pengambilan air bekas dari saluran pembuangan sebaiknya air bekas tidak dialirkan langsung ke laut atau ke sungai tetapi dialirkan ke dalam kolam atau tambak penampungan untuk treatment. Di dalam kolam atau tambak penampungan, air bekas tersebut diendapkan selama beberapa hari. Untuk mempercepat pembersihan air bekas tersebut maka di dalam kolam atau tambak dipelihara biota air yang mempunyai kemampuan membersihkan, seperti tiram, rumput laut, ikan bandeng, nila dan mujair. Setelah mengalami pembersihan secara alami di dalam tambak penampungan, air bekas yang dibuang ke laut tidak akan mencemari pesisir sehingga bila dipompa kembalipun tidak mengkhawatirkan. Bak untuk kultur alga dan pakan alami dibuat terpisah sehingga tidak mencemari satu sama lain. Bak untuk kultur alga dan pakan alami dapat memanfaatkan sinar matahari dengan cara bak ditempatkan di luar bangunan utama, bak perlu didesain dengan sistem buka tutup (Kordi dan Tamsil, 2010). Pematang tambak terdiri dari pematang keliling (tanggul primer) dan pematang penyekat (tanggul skunder). Pematang keliling harus cukup lebar (> 1 m) dengan lereng bagian dalam 1-1,5 dan lereng bagian luar 1-1,20 m. Sedangkan lebar pematang perantara dibuat lebih kecil dengan lereng tanggul 1:1 (Poernomo 1992). Tinggi pematang sebaiknya tidak kurang dari 0,5 m di atas pasang naik tertinggi dari penyusutan sebesar 15-20% harus diperhitung pada pembuatan semua jenis pematang. Saluran di tambak terdiri atas saluran pemasukan, saluran pembuangan dan saluran pembagi. Di dalam tiap petakan tambak dapat dibuat paritparit keliling (caren) dengan lebar 2-4 m dan dalam 0,3-0,5 m dari permukaan pe-



64



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN lataran. Pintu air satu unit tambak terdiri atas satu pintu utama, pintu sekunder dan pintu tertier. Pintu utama dipasang pada pematang utama keliling untuk pengaturan pemasukan air ke dalam unit tambak. Pintu sekunder dipasang pada pematang perantara untuk memasukkan air dari saluran pembagi ke dalam tiap petakan, ukuran pintu air sebaiknya diatur sesuai dengan kapasitas lahan sehingga pemasukan dan pengeluaran air dapat dilakukan dengan lebih cepat. Setiap petak dalam satu unit tambak harus mendapatkan pengairan tersendiri, untuk mencegah penggunaan air yang berkualitas rendah; sebaiknya pengairan tidak dilakukan secara seri. Adapun persiapan tambak meliputi kegiatan: 1. Pengeringan tambak Persiapan untuk pengeringan tanah dasar dilakukan terlebih dahulu mengadakan perbaikan pematang, saluran dan pintu tambak. Tanah dasar bagian pelataran diolah dan diratakan kemudian tanah dasar dikeringkan selama 7 hari hingga tanah dasar retak-retak sampai sedalam 1 cm. Dalam kegiatan pengeringan ini juga disertai pemberantas hama yaitu menggunakan saponin sebanyak 30 kg/ha.



Gambar 3.3 Pengeringan Tambak Sumber: pertanianku.com



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



65



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 3.4 Pengeringan Tambak Sumber: isw.co.id



2. Pemupukan awal Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang dimanfaatkan ikan secara tidak langsung. Pupuk organik selain merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami juga dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk anorganik merupakan pelengkap yang dapat menyediakan zat hara secara cepat untuk kebutuhan pakan alami. Pakan alami yang bisa ditumbuhkan di tambak sebagai pakan utama ikan bandeng adalah klekap, yaitu kumpulan berbagai jenis jasad dasar yang komponen utamanya terdiri dari alga biru (Cyanophyceae) dan diatom (Bacillariophyceae). Tahap pertama usaha penumbuhan kelekap adalah pengeringan tanah dasar. Apabila pengeringan telah dilakukan, pupuk organik berupa kotoran ternak dengan dosis 2-3 ton/ha ditaburkan secara merata di pelataran kemudian disusul pemupukan anorganik (buatan) berupa urea 75-100 kg/ha, TSP 40-50 kg/ka ditaburkan secara merata di pelataran. Tambak diairi macak-macak dengan tinggi air sekitar 5 cm dan diberakan selama satu minggu. Selanjutnya dilakukan pengairan secara bertahap, hari pertama setinggi 10 cm, hari kedua 20 cm, hari ketiga 30-40 cm dan dibiarkan selama kira-kira satu minggu sampai kelekap tumbuh subur. Air ditambahkan lagi hingga 40-50 cm dan tambak siap ditebari benih ikan bandeng. Pada waktu pengisian air, pintu air harus dipasang saringan yang cukup rapat untuk menghindari masuknya organisme predator.



66



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 3.5 Pemupukan Sumber: isw.co.id



3. Pemupukan susulan Setelah penebaran benih kelekap sebagai pakan alami semakin lama akan semakin berkurang sehingga perlu adanya pemupukan susulan agar kelekap dapat tumbuh secara kontinuinitas. Pemupukan susulan dilakukan satu sampai dua minggu sekali,hal ini tergantung dari nilai kesuburan tambak dan dimulai 2-3 minggu setelah penebaran. Pupuk susulan yang digunakan masing-masing urea 15-25 kg/ha dan SP36 10-15 kg/ha dan ditambah pupuk perangsang seperti forest, ladan, ursal, dan lain-lain sebanyak 1 kg/ha. 4. Pengendalian hama dan penyakit Hama di tambak dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu; predator, kompetitor, dan organisme penggangu. Predator terdiri dari burung, lingsang, reptil, ikan dan manusia. Kompetitor termasuk ikan herbivor dan beberapa jenis moluska. Organisme penggangu terdiri dari berbagai spesies insekta dan cacing. Cara pemberantasan hama yang lazim dilakukan di tambak adalah pengeringan dan penggunaan beberapa jenis pestisida maupun racun tanaman. Tahap pertama pemberantasan hama adalah pengeringan tanah dasar. Pengeringan ini selain berfungsi mengoksidasi bahan organik dan mengeraskan tanah dasar juga membantu pemberantasan berbagai ikan liar, moluska, kepiting, cacing serta organisme hama lainnya. Apabila pengeringan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh maka pada bagian yang tergenang ditambahkan obat pemberantas hama. Untuk keperluan ini dapat digunakan Rotenon dalam bentuk akar tuba (Dheris sp) sebanyak 4-5 kg/ha dan dapat juga digunakan Saponin dalam bentuk biji (Camelia sinensis) sebanyak 25-30 kg/ha atau nikotin dalam bentuk serbuk tembakau dengan dosis 200-500 kg/ha.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



67



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN 5. Lama pemeliharaan Penggelondongan nener bandeng biasanya sudah mencapai standar ukuran 7-10 cm setelah masa pemeliharaan 40-60 hari. Ukuran ini merupakan yang tepat sebagai gelondongan untuk penebaran berikutnya baik untuk tujuan bandeng umpan maupun konsumsi. 6. Cara Panen Pemanenan dilakukan untuk tujuan pemeliharaan berikutnya oleh karena itu hasil panen harus dalam keadaan hidup. Pemanenan dapat dilakukan pada pagi, sore atau malam hari. Pemanenan pada waktu air pasang dapat dilakukan dengan cara memasukkan air baru ke dalam tambak. Hal ini menyebabkan ikan-ikan bergerak menuju arah masuknya air dan berkumpul di dekat pintu air. Dengan menggunakan jaring, prayang atau pukat ikan-ikan digiring menuju pintu air kemudian secara perlahan-lahan lingkaran jaring diperkecil sehinggga ikan-ikan terkurung di dekat pintu. Penangkapan pada waktu air surut dilakukan terlebih dahulu mengurangi air tambak sehingga air tersisa di dalam caren sekitar 20 cm. Ikan digiring perlahan-lahan dan lingkaran diperkecil sehingga ikan dapat berkumpul dekat pintu. Ikan-ikan yang sudah terkurung perlu dibera selama 1-2 hari sebelum dipanen untuk dipindahkan. Penangkapan ikan harus dilakukan sangat hati-hati untuk mencegah kemungkinan luka-luka pada tubuh ikan dan kehilangan sisik akibat gesekan. Jika lokasi pengangkutan agak jauh, ikan perlu dipak terlebih dahulu dalam kantong plastik yang telah berisi air laut dengan padat 25-50 ekor/liter sesuai ukuran ikan diberi oksigen dengan perbandingan air dan oksigen 1:1,5 atau 1:2 tergantung jarak jauh pengangkutan.



Gambar 3.6 Panen Udang Sumber: infoakuakultur.com



68



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 3.7 Panen Bandeng Sumber: seputartambak.blogspot.com



Gambar 3.8 Panen Nener Sumber: semarangpedia.com



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



69



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN E. Hubungan antara tata letak dan kualitas air kolam media pendederan Biota akuatik yang dibudidayakan di tambak akan hidup dan tumbuh dengan baik bila kualitas air dalam kondisi optimum sesuai dengan kebutuhan biota yang dibudidayakan. Oksigen terlarut dalam air tambak budi daya biota akuatik terutama pada tambak yang dikelola semi intensif, intensif, dan super intensif harus dipertahankan pada konsentrasi jenuh (5-7 ppm, tergantung air dan salinitas). Pada budi daya udang jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh udang tergantung pada ukuran, suhu, dan padat penebaran. Untuk budi daya intensif dengan padat penebaran 300.000/ha, oksigen di perairan tambak harus dipertahankan pada kisaran 5 – 10 ppm. Kondisi kritis dalam kaitannya dengan oksigen terlarut, dapat dilihat dari jumlah udang yang berenang di permukaan air. Hal ini biasanya terjadi pada pagi hari saat konsentrasi oksigen terlarut menurun mencapai < 3 ppm. Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan berlangsung terus-menerus setiap hari karena dapat menghambat pertumbuhan dan bahkan mengakibatkan kematian massal. Cara mengatasinya adalah dengan memasang sistem aerasi untuk memasok oksigen dengan cepat. Berbagai jenis peralatan aerasi dapat digunakan untuk memasok oksigen ke dalam tambak, tetapi kincir air adalah alat yang paling cocok jika ditinjau dari laju alih oksigen dan kemudahan pemeliharaan. Jenis aerator yang menggunakan gelembung udara tidak mudah dipeliharan apalagi kalau sudah bocor atau lubang – lubangnya tersumbat lumpur. Jenis aerator air oksigen sangat efektif mengaduk air, tetapi sering mengangkat lumpur dasar sehingga air menjadi keruh dan alih oksigen dari udara terhambat. Kincir air dapat digerakkan oleh tenaga listrik maupun mesin bakar biasa yang diletakkan di atas pematang. Menurut pengalaman kincir air berkekuatan 1 hp dapat digunakan pada tambak yang kedalamannya < 1,2 m dan kincir 2 hp baik digunakan pada kedalaman > 1,2 m. jika kedalaman tambak > 1,5 m maka petambak perlu menggunakan aerator efek ventury. Posisi aerator harus dapat meningkatkan aliran air di seluruh tambak secara maksimal. Pada bulan pertama pemeliharaan dasar tambak biasanya relatif masih bersih sehingga penempatan 4 buah aerator, masing – masing di sudut tambak, cukup untuk tambak seluas 1 ha. Aerator diletakkan 3 – 5 m dari dasar pematang atau 2 m dari caren. Jika jarak aerator > 50 m, maka petambak perlu menambahkan aerator setelah 6 – 8 minggu masa penebaran. Untuk jarak aerator 50 – 70 m petambak perlu menambahkan aerator di sebelah tengah tambak, 15 – 20 m dari dasar pematang sedangkan untuk jarak antara aerator 70 – 100 m petambak perlu menambahkan aerator sejajar dengan 2 aerator tersebut, yaitu 3 – 5 m dari dasar pematang. Untuk tambak berbentuk bujur sangkar atau bundar dan luasnya < 0,5 ha, maka aerator dapat dipasang membentuk sudut kea rah pinggir tambak untuk memacu sirkulasi air. Tambak dengan padat penebaran tinggi atau dasar tambaknya tidak bersih oleh alasan tertentu tetap memerlukan penambahan aerator. Aerator tersebut diletakkan diantara aerator yang sudah dipasang dan di tambah satu pada saat – saat tertentu untuk menghindari pengadukan yang berlebihan sisa kotoran yang terkumpul. Aerator tidak harus dihidupkan terus menerus. Terutama pada awal penebaran. Lama waktu aerator dihidupkan ditentukan oleh kadar oksigen dan kondisi dasar tambak. Untuk membersihkan tambak, pengoperasian aerator pada siang hari



70



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN bisa dikurangi, sedangkan pada malam hari aerator dibutuhkan untuk menambah oksigen. Jika tidak diperlukan aerator sebaiknya dimatikan sehingga biaya produksi bisa dikurangi. Pada kasus oksigen turun di bawah 4 ppm, kematian plankton secara mendadak atau pada perlakuan bahan kimia, seluruh aerator harus dihidupkan kecuali saat pemberian pakan. Pada kasus tertentu udang tidak mau makan dalam jangka pendek, aerator harus dihidupkan kecuali saat pemberian pakan. Begitu juga pada kondisi fitoplankton sedang blooming atau berlebihan harus dihidupkan agar pasokan oksigen terlarut dapat berlangsung secara merata. Pedoman lain yang sering digunakan adalah padat benur (benih udang). Untuk padat benur 40.000 ekor per tambak dapat menggunakan aerator kincir air berkapasitas 1 PK. Berdasarkan pedoman tersebut rata – rata 150.000 ekor per petak, setiap petak membutuhkan 4 kincir air berkapasitas 1 PK. Aerator sebagai alat pemasok oksigen harus digunakan secara efisien dan tepat. Penggunaan aerator yang tidak benar dapat berdampak pada pengeluaran biaya tanpa hasil. Apabila dihitung dari konentrasi oksigen terlarut pada saat kritis di pagi hari, misalnya 1,46 ppm dan konsentrasi minimal yang diperlukan adalah 3 ppm, jumlah oksigen yang dipasok pada malam hari sekitar 15,4 kg/ha. Aerator yang banyak digunakan pada tambak adalah kincir produksi Taiwan atau RRC yang hanya mampu memasok sekitar 1 kg oksigen/kw.jam. Aeratoryang digunakan di Indonesia pada umumnya 1 kw sehingga diperlukan 16 unit aerator untuk menaikkan oksigen terlarut dari 1,46 ppm menjadi 3 ppm atau menghasilkan 15,4 kg oksigen/kw.jam. Secara teoritis bila aerator dioperasikan selama 4 jam (dari pukul 01.00 – 05.00, 4 buah aerator per hektar tambak yang diatur pada posisi yang tepat sudah memadai)



LEMBAR PRAKTIKUM Praktikum 1: Pembuatan pipa inlet untuk kolam pendederan. Tujuan : Melatih peserta didik untuk mendesain dan membuat pipa inlet Deskripsi Tugas Praktikum: Siapkan alat dan bahan seperti pipa pvc paralon diameter 1 – 3 inch, lem pipa, gergaji pipa dan stop kran yang disesuaikan dengan ukuran pipa. Setelah pipa inlet selesai selesai dibuat kemudian dipasang pada kolam pendederan. Praktikum 2: Pembuatan pipa outlet untuk kolam pendederan. Tujuan : Melatih peserta didik untuk mendesain dan membuat pipa outlet Deskripsi Tugas Praktikum: Siapkan alat dan bahan seperti pipa pvc paralon diameter 1 – 3 inch, lem pipa, gergaji pipa, solder untuk membuat lubang pipa outlet dan sambungan pipa tipe L yang disesuaikan dengan ukuran pipa. Setelah pipa outlet selesai selesai dibuat kemudian dipasang di tengah kolam pendederan.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



71



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



LEMBAR PRAKTIKUM Praktikum 3: Pembuatan kolam terpal bentuk persegi panjang dan bulat untuk pendederan. Tujuan : Melatih peserta didik untuk membuat kolam persegi panjang Deskripsi Tugas Praktikum: Siapkan alat dan bahan pembuatan kolam terpal seperti bambu, kayu balok, paku, gergaji, kawat, papan dan terpal. Bambu dan kayu dipotong sesuai dengan ukuran kolam yang ditentukan kemudian buatlah rangka kolam dengan bambu dan kayu yang sudah dipotong sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Setelah terbentuk rangka kolam kemudian papan kayu dipasang pada rangka kolam kemudian pasang terpal yang sudah disesuaikan dengan ukuran kolam. Untuk mengencangkan terpal pada rangka dapat diikat dengan kawat. Untuk menghindari kebocoran terpal pastikan tidak ada paku atau benda tajam pada alas/dasar kolam.



CAKRAWALA Sebagai salah satu produsen perikanan dunia pada 2005 Indonesia berada di urutan keempat setelah Vietnam. Hal ini bertolak belakang dengan total luasan wilayah perairan yang dimiliki Indonesia. Jika dibandingkan dengan Vietnam wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk budi daya perairan di Indonesia sangat luas yang terdiri dari perairan laut (marine aquaculture), perairan tawar (freshwater aquaculture) dan tambak air payau (brackishwater aquaculture). Oleh karena itu sebagai generasi penerus bangsa sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk menjadikan Indonesia untuk menjadi peringkat pertama sebagai negara produsen perikanan budi daya perairan.



JELAJAH INTERNET



Untuk menambah wawasan tentang desain dan tata letak wadah pendederan silahkan memindai qr code di bawah ini. https://sumateranews.co.id/konstruksi-dan-pembuatan-kolam-untuk-budi daya-ikan/ http://adityaniad.blogspot. com/2012/09/kolam-pendederan-menggunakan-sistem-2_18.html



72



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



RANGKUMAN Wadah pendederan banyak jenisnya, ada yang sederhana, sedang dan bahkan rumit. Berbagai jenis desain tersebut harus dipilih sesuai dengan peruntukannya. Begitu juga dengan tata letak kolam pendederan, tata letak juga harus dipertimbangkan sehingga dapat dipilih letak yang terbaik untuk mendukung keberhasilan kegiatan pendederan. Desain tambak dibagi menjadi 3 jenis, yaitu desain tambak model Jawa Barat, model Jawa Timur dan model Taiwan. Semua desain ini memiliki keunggulan dan kekurangan masing.



TUGAS MANDIRI TUGAS I Materi tugas : Desain wadah dan tata letak wadah pendederan Mengidentifikasi isi materi pembelajaran (Diskusi kelompok dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran) Berdiskusilah dengan sesama anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas di bawah ini. Tugas: 1. Buatlah desain kolam pendederan yang dilengkapi inlet, outlet dan caren! 2. Buatlah desain tata letak wadah pendederan dan dilengkapi dengan keterangan bagian – bagian desain tersebut! TUGAS II Carilah desain wadah pendederan dan tata letak wadah pendederan di 2 negara, kemudian bandingkan desain tersebut dan jelaskan perbedaannya!



PENILAIAN AKHIR BAB Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar! 1. Sebutkan bagian – bagian yang berhubungan dengan konstruksi tambak! 2. Jelaskan fungsi caren! 3. Jelaskan syarat tata letak pendederan yang baik! 4. Jelaskan syarat untuk pembuatan bak kultur pakan alami! 5. Sebutkan jenis – jenis pintu air pada tambak dan jelaskan fungsinya!



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



73



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



REFLEKSI Budi daya perikanan bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Berbagai aspek perlu dikaji dan diteliti untuk keberhasilan usaha budi daya. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah desain wadah dan tata letak media pendederan. Pemilihan jenis wadah harus sesuai dengan persyaratan hidup biota yang dibudidayakan selain itu tata letak wadah juga harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.



74



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PERSIAPAN WADAH DAN PERALATAN LAPANGAN PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



BAB IV



BAB IV PERSIAPAN WADAH DAN PERALATAN LAPANGAN PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN TUJUAN PEMBELAJARAN Pembelajaran mengenai persiapan wadah dan peralatan lapangan pendederan komoditas perikanan bertujuan untuk menjelaskan jenis-jenis wadah dan peralatan lapangan pada kegiatan pendederan, menjelaskan cara perawatan wadah dan peralatan lapangan pada kegiatan pendederan, menjelaskan prosedur penggunaan wadah dan peralatan lapangan pada kegiatan pendederan, melakukan identifikasi jenis-jenis wadah dan peralatan lapangan pada kegiatan pendederan komoditas perikann, melakukan pendederan, menyiapkan dan melakukan pemasangan sarana instalasi listrik untuk kegiatan pendederan dan menyiapkan dan melakukan pemasangan sarana aerasi untuk kegiatan pendederan.



PETA KONSEP



Persiapan Wadah dan Peralatan Lapangan



1. 2. 3. 4.



Jenis wadah dan peralatan lapangan Merawat wadah dan peralatan lapangan Identifikasi jenis wadah dan peralatan lapangan Melakukan pemasangan instalasi listrik dan aerasi



Melakukan Pendederan



KATA KUNCI wadah, pendederan, peralatan, lapangan, payau dan laut



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



75



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENDAHULUAN Tahap awal untuk memulai kegiatan pendederan yaitu mempersiapkan wadah dan peralatan lapangan. Wadah untuk pendederan beraneka macam, diantaranya kolam terpal kotak, kolam terpal bulat, kolam beton kotak, kolam beton bulat, keramba jaring apung kotak dan bulat. Wadah pendederan yang beraneka macam tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Pemilihan jenis media pendederan tersebut tergantung pada kebutuhan pembudi daya.



Gambar 4.1 Aneka Jenis Kolam Terpal Sumber: dokumentasi pribadi



76



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN A. Tujuan penyiapan wadah dan peralatan lapangan kegiatan pendederan Kolam yang digunakan dalam proses pendederan ikan dapat berupa kolam terpal, kolam semen atau beton dan kolam tanah. Untuk syarat khusus bagi kolam yang kita gunakan untuk melakukan proses pendederan ini tidak ada ketentuan khusus ataupun persyaratan yang harus dipenuhi. Jadi jika demikian sebaiknya kolam yang kita gunakan ini kita sesuaikan dengan luas lahan yang kita miliki saja. Hal pertama yang meski kita lakukan dalam proses pendederan ini adalah pemeriksaan kondisi kolam, apakah sudah layak digunakan atau belum. Kita juga harus memeriksa apakah ada bagian dari kolam kita yang bocor atau tidak. Jadi kita harus mengeringkan dahulu kolam yang akan kita gunakan agar dapat memudahkan kita dalam melakukan pemeriksaan. Hal yang perlu kita lakukan adalah pemeriksaan kondisi pematang kolam, melakukan perataan pada permukaan dasar kolam, lalu kita juga memerlukan perbaikan kamalir atau saluran tengah sehingga nantinya saat kita melakukan proses pengeringan dapat berfungsi dengan baik. Jangan lupa pada saluran masuk kita memerlukan pemasangan saringan. Pada saluran pembuangan air kita juga harus memasang saringan, tujuannya agar ikan yang kita pelihara tidak keluar terbawa arus air. Langkah untuk persiapan kolam selanjutnya adalah menaburkan kapur pertanian ke dalam kolam, taburkan kapur pertanian tersebut merata ke semua bagian kolam. Dosis kapur pertanian yang kita pergunakan kurang lebih 50 g/m². Dengan menaburkan kapur pertanian ke dalam kolam kita maka diharapkan bibit penyakit yang ada di dalam kolam tersebut akan mati. Setelah proses pemberian kapur pertanian itu selesai maka kita dapat mulai menebarkan pupuk kandang ke dalam kolam. Tujuannya untuk meningkatkan kesuburan kolam sehingga dapat meningkatkan jumlah plankton dan pakan alami ikan. Jumlah pupuk yang kita taburkan ke dalam kolam adalah 500 g/m². Untuk pengisian airnya sendiri dapat dilakukan secara bertahap sampai ketinggian air mencapai 30 – 50 cm. Setelah air mencapai ketinggian tersebut kolam akan kita biarkan dulu selama 3 – 5 hari. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan kesempatan agar pupuk kandang yang sudah kita taburkan dapat bereaksi terlebih dahulu sehingga nantinya pakan alami ikan berupa fitoplanton dan juga zooplankton dapat tumbuh dengan sempurna. Teknik persiapan wadah pendenderan merupakan proses budi daya ikan yang berperan dalam menciptakan suasana lingkungan hidup ikan. Penyiapan wadah budi daya ikan merupakan unit kompetensi yang harus dikuasai bagi orang yang akan berkecimpung dalam usaha budi daya ikan.  Wadah merupakan lingkungan hidup bagi ikan yang akan dipelihara dan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan. Wadah pendenderan ikan sebagai lingkungan hidup ikan harus dipersiapkan, agar persyaratan kuantitas dan kualitas air budi daya dapat terpenuhi, keberhasilan budi daya ikan sangat dipengaruhi oleh lingkungan perairan. Lingkungan yang baik akan mampu memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan sedangkan lingkungan perairan yang kurang baik akan menghambat terhadap stimulus yang diberikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan ikan. Agar perairan kolam mampu memberikan suasana yang nyaman bagi pergerakan ikan diperlukan ketersedian air yang sesuai dengan persyaratan hidup ikan yang optimal baik dari segi k  imia air, fisika air, dan biologi air sesuai dengan parameter yang persyaratkan. Ketersedian pakan alami yang cukup dan sesuai dan terhindarnya dari biota yang merugikan bagi kelangsungan hidup dan perkembangan ikan. Pemeliharaan  benih ikan merupakan kelanjutan kegiatan pemeliharaan larva. Pemeliharaan benih ikan AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



77



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN secara intensif dapat dilakukan di kolam atau di bak. Pemeliharaan  benih  ikan  di  kolam  faktor  lingkungan  khususnya  kualitas  air sulit  untuk  dikontrol tetapi jika pemeliharaan  benih  ikan  di  bak,  faktor lingkungan dapat dikontrol dengan baik. 1. Fungsi Teknik Persiapan Wadah Pendederan Menciptakan suasana lingkungan hidup ikan yang optimal dengan parameter kualitas air baik dari segi kimia air, fisika air, dan biologi air serta bebas hama dan penyakit ikan. 2. Tujuan Teknik Persiapan Wadah Pendederan Persiapan wadah pendederan benih ikan bertujuan agar benih ikan yang akan dipelihara dapat tumbuh dan memiliki Survival Rate yng optimal. Agar benih ikan dapat sehat dan tumbuh dengan optimal, lingkungan kolam harus diciptakan sesuai kebutuhan benih ikan. Kebutuhan optimal benih ikan tersebut meliputi kualitas air, bebas dari hama dan penyakit, serta tersedianya pakan. Oleh karena itu perlu dilakukan persiapan wadah yang optimal, wadah dapat menggunakan kolam, bak, fiber, akuarium. 3. Persyaratan Teknik Persiapan Wadah Pendederan Ada beberapa persyaratan dalam persiapan wadah pendederan ikan, antara lain : a. Wadah pendederan tidak mengandung zat beracun bagi ikan. b. Wadah pendederan kedap air dan tidak bocor. c. Wadah disesuaikan dengan kebiasaan hidup ikan budi daya di alam. Langkah – langkah Persiapan Wadah Pendederan di Bak dan di Kolam a. Persiapan Bak / Fiberglass / Akuarium pendederan  Pendederan ikan di bak umumnya lebih intensif dibandingkan pendederan benih  ikan  di  kolam.  Pendederan  benih  ikan  di  bak  lebih  terkontrol  baik kualitas  air,  hama  dan  penyakit,  pertumbuhan,  pakan  dan  sebagainya. Penentuan wadah pendederan benih ikan sangat tergantung pada sifat dan karakter  jenis  benih  ikan.  Beberapa  jenis  benih  ikan  memiliki  sifat  dan karakter  membutuhkan  suhu  yang  sejuk,  cahaya  yang  redup,  dan sebagainya.



Gambar 4.2 Pendederan Vaname Sumber: growpal.co.id



78



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 4.3 Pendederan Windu Sumber: sahidir.com



Persiapan  pendederan  di  bak  meliputi,  pemasangan  aerasi,  pengeringan, pencucian, sanitasi, perbaikan pengeluaran air. Pemasangan aerasi di bak bertujuan  untuk  mensuplai  oksigen  terlarut  dalam  air.  Pada  pendederan benih  ikan  di  bak,  sumber  oksigen  terlarut  dalam  air  berasal  dari  aerasi oleh  sebab  itu  pasangan  aerasi  penting  dilakukan.  Bak  yang  akan digunakan  sebagai  tempat  pendederan  terlebih  dahulu  dikeringkan. Pengeringan  bertujuan  untuk  membunuh  hama  penyakit.  pengeringan dilakukan selama 2-3 hari. Pencucian bak bertujuan untuk menghilangkan kotoran, lumpur, lumut, hama dan penyakit. Pencucian  dilakukan dengan menggosok  dinding  dan  lantai  bak.  Sanitasi  bak  dilakukan  untuk membunuh hama dan penyakit  ikan. Penyakit yang biasa  terdapat di  bak adalah aeromonas, white spot, tricodina, girodactilus dan sebagainya. Bak yang telah disiapkan diisi air. Umumnya air yang digunakan di bak adalah air bersih. Air yang akan diisi ke bak sebaiknya disaring menggunakan kain atau seser halus.



Gambar 4.4 Instalasi Aerasi pada Bak Pendederan Sumber: agroeksplor.com AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



79



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 4.5 Pemasangan Aerasi Sumber: humasbbibatam.wordpress.com







Pada beberapa persiapan bak, dilakukan pemupukan untuk kultur pakan alami. Pemupukan dilakukan 4-7 hari sebelum dilakukan penebaran benih ikan.  Kultur  pakan  alami  dimaksudkan  untuk  menyediakan  pakan  alami. Pemupukan di bak dapat dilakukan dengan menebar pupuk ke dasar bak atau  memasukkan  pupuk  kandang  ke  dalam  plastik  dan  plastik  tersebut digantungkan dalam air bak. b. Persiapan Kolam Pendederan Benih ikan  Penyiapan peralatan dan wadah pemeliharaan bertujuan untuk menciptakan  lingkungan  yang  optimal  bagi benih  untuk  hidup, berkembang  dan  tumbuh,  serta  menghilangkan/mengurangi  potensi  serangan  mikroorganisme  merugikan.  Wadah  yang  digunakan  untuk pemeliharaan  benih  berupa  kolam  tanah  dengan  ukuran  200  –  500  m2 tergantung  padat  tebar  benih  yang  dipelihara.  Sebaiknya  kolam pemeliharaan  tersebut  sudah  disiapkan  2  –  3  hari  sebelum  benih ditebarkan.  Seperti  yang  disampaikan  pada  uraian  sebelumnya  bahwa  persiapan  kolam merupakan usaha menciptakan lingkungan kolam yang optimal agar benih ikan dapat nyaman bagi ikan. Lingkungan kolam yang optimal dan nyaman bagi  benih  ikan  adalah  : memiliki  kualitas  air  yang  baik,  bebas  dari  hama dan penyakit ikan dan tersedianya pakan. Sebelum digunakan kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 3  –  4 hari hingga dasarnya retak  –  retak dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah dasar, membunuh bibit – bibit penyakit yang ada di dalam tanah dan mengurangi /menguapkan  bahan  beracun  dalam  tanah  hasil  dekomposisi dari  bakteri  aerob  maupun  anaerob  yang  ada  di  dasar  tanah kemudian pengolahan dasar kolam pendederan yang bertujuan agar tanah dasar  kedap  air,  strukturnya  baik  dan  higienis.  Hal  ini  dilakukan  karena tanah  dasar  yang  kedap  dapat  menahan  air  dan  tidak  bersifat  porous sehingga  memperlancar  proses  penguraian  bahan  organik  dan  pakan  alami dapat tumbuh dengan baik. Pengolahan  dasar  kolam  dilakukan  dengan  mencangkul  dan  meratakan dasar  kolam.  Pada  saat  pengolahan  dasar  kolam 



80



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN juga  dibuat  kamalir  di pinggir  atau  di  tengah  kolam.  Kamalir  berfungsi  untuk  mempercepat pemasukan  dan  pengeringan  kolam,  mempercepat  pemanenan dan sebagai tempat berlindungnya benih ikan dari hama dan terik matahari.  Pemberian  pupuk  pada  tanah  dasar  kolam   akan  memberikan  pengaruh terhadap komposisi  jenis   pertumbuhan pakan  alami  dan  tingkat produktivitasnya.  Tanah d   an  air  merupakan m   edia  untuk p   ertumbuhan pakan  alami  di  kolam  budi daya.  Produktivitas ditentukan  oleh kelengkapan  unsur unsur hara sebagai  pembentuk k  omponen  bahan esensial d   alam  pertumbuhan  pakan  alami  tersebut.  Pemupukan diperlukan untuk memberikan asupan agar unsur-unsur yang dibutuhkan tersebut menjadi lengkap. Maksud pemupukan adalah untuk mencapai kondisi media yang baik agar pakan  alami  dapat  tumbuh  secara  optimal.  Jadi  tujuan pemupukan itu untuk  menyediakan  unsurunsur  hara, memperbaiki  struktur tanah, derajat keasaman dan lain-lain.  Jenis tanah dasar kolam ditentukan oleh  susunan tanah .  Pada  umumnya  ada  tiga  jenis  tanah. Kamalir menyusun  tanah  dasar  kolam  yaitu  liat  berpasir,  liat  berdebu,  pasir berdebu dan lain-lain. B. Jenis-jenis wadah dan peralatan lapangan kegiatan pendederan Sarana bangunan dan tata ruang unit pendederan harus direncanakan dengan terperinci dan saksama sehingga semua fasilitas dan sarana perlengkapan pendederan dapat berfungsi dengan baik dan menunjang jalannya usaha pendederan ikan dan udang. 1. Sistem Suplai Air Laut Pada Unit Pembenihan Bandeng air laut yang bersih untuk pemeliharaan induk ataupun penetasan sangat penting, terutama untuk pertumbuhan makanan alami. Oleh karena itu Unit Pembenihan Bandeng sangat memerlukan air laut dalam jumlah cukup sepanjang waktu. Agar kebersihan air laut dapat terjamin pada saat dibutuhkan, sarana yang diperlukan adalah sebagai berikut. a. Bak sedimentasi: Bak ini berfungsi sebagai penampungan yang dapat dibuat dari batu atau dari betondan sebaiknya bak sedimentasi tersedia dua buah. b. Bak filter: Bak ini berfungsi menyaring air laut untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terikut dalam air. Bak filter diisi pasir kasar dan mineral zeolite sebagai penyaring/filter. c. Bak air laut bersih: Bak ini berisi air laut bersih yang sudah siap digunakan yaitu bak penampungan air dari bak filter atau setelah melalui proses penyaringan.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



81



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 4.6 Bak Sedimentasi Air Laut Sumber: dokumentasi pribadi



Gambar 4.7 Kolam Tandon Hasil Sedimentasi Sumber: dokumentasi pribadi



82



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN 2.



Sistem Perolehan Air Laut Sistem perolehan air laut bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut: a. Melalui pipa yang ditanam dalam bak filter; b. Membuat sumur dipantai; c. Melalui pipa yang dipasang diatas dasar laut. 3. Sistem Suplai Air Tawar Air tawar pada unit pendederan digunakan untuk sanitasi peralatan dan mencampur air laut sehingga dihasilkan air payau. Bak pengolahan air tawar terdiri atas bak pengendapan dan bak air tawar bersih. a. Bak pengendapan Bak pengendapan berfungsi jika air tawar diperoleh dari sumur pantek, maka air tawar tersebut diendapkan dalam bak ini terlebih dahulu agar sedimennya tidak terbawa. Jika air tawar berasal dari PAM, bak sedimentasi sebaiknya tidak tertutup karena air PAM umumnya mengandung sedikit khlor. Dengan bak yang terbuka, maka khlor akan menguap, sehingga jika air tersebut digunakan tidak membahayakan ikan.



b.



4.



Gambar 4.8 Kolam Sedimentasi Sistem Zig Zag Sumber: dokumentasi pribadi



Bak Air Tawar Bersih Bak ini berisi air tawar bersih yang sudah siap digunakan. Bak ini sebagai bak penampungan setelah air tawar disimpan beberapa lama dalam bak sedimentasi.



Sistem Suplai Udara Suplai udara merupakan sarana yang penting dalam kegiatan pembenihan bandeng misalnya dalam bak pemijahan, bak penetasan, pemeliharaan nener, dan pemeliharaan Rotifera maupun Artemia untuk pakan alami nener. Untuk



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



83



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Unit Pembenihan Bandeng, paling sedikit harus tersedia 3 set sistem suplai udara, yakni satu untuk digunakan dan 2 sisanya sebagai cadangan.



Gambar 4.9 Mesin Blower Penyuplai Udara Sumber: dokumentasi pribadi



5.



6.



84



Sistem Drainase Sistem drainase untuk kegiatan pembenihan bandeng harus diatur dengan baik. Penggantian air selama kegiatan pembenihan harus dilakukan setiap hari. Dengan alasan ini maka sistem drainase harus dibuat yang bisa mengeluarkan air sisa atau buangan dengan cepat dan lancer. Fasilitar Produksi Benih Dalam kegiatan usaha pembenihan bandeng, khususnya yang menyangkut proses produksi nener bandeng, memerlukan sarana sebagai berikut: a. Bak aklimatisasi induk: Bak ini berfungsi sebagai bak adaptasi terhadap lingkungan air pembenihan khususnya untuk induk yang baru didatangkan dari luar kota atau hasil penangkapan. b. Bak pemeliharaan induk: Bak ini berfungsi untuk tempat pemeliharaan induk bandeng yang akan dipijahkan dengan padat 2 m2 perekor induk bandeng. c. Bak penyegaran induk : Bak ini berfungsi untuk seleksi induk. Induk yang terpilih atau dinominasikan diperiksa jenis kelamin dan kematangan telurnya didalam bak ini. d. Bak pemijahan induk: Bak ini berfungsi untuk pemijahan induk bandengyang sudah siap memijah atau matang gunad. e. Bak inkubasi telur: Bak ini berfungsi untuk pengeraman telur hasil pemijahan induk bandeng . f. Bak penetasan telur: Bak ini berfungsi untuk penetasan telur yang telah diinkubasi selama 6 jam. Dalam bak ini, telur menetas menjadi larva sampai usia 28 hari. AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN g. Bak-bak pemeliharaan organisme pakan: Bak-bak ini digunakan untuk memproduksi makanan alami untuk larva yang baru menetas sampai usia 28 hari setelah menetas.



Gambar 4.10 Bak Sterilisasi Sumber: dokumentasi pribadi



Gambar 4.11 Kolam Kultur Pakan Alami Sumber: dokumentasi pribadi



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



85



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 4.12 Bak Fiber Kultur Artemia Sumber: dokumentasi pribadi



7.



Fasilitas dan Perlengkapan Penunjang Fasilitas dan perlengkapan penunjang yang diperlukan untuk kegiatan pembenihan bandeng antara lain sebagai berikut. a. Generator Meskipun sudah ada sarana listrik PLN, generator tetap diperlukan sebagai cadangan jika aliran listrik PLN padam atau untuk keperluan lain.



Gambar 4.13 Mesin Generator Sumber: dokumentasi pribadi



86



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 4.14 Instalasi Listrik Pada Hatchery Sumber: dokumentasi pribadi



b. Pompa Udara Pompa udara dugunakan untuk sistem suplai udara. Ukuran pompa udara bermacam-macam misalnya dari selang karet bergaris tengah 1-4 inci dengan kekuatan mesin 1-10 Daya Kuda. Di tempat pembenihan bandeng, paling sedikit harus tersedia dua pompa, yakni satu pompa digunakan dan sisanya sebagai cadangan.



Gambar 4.15 Pompa Udara Hi Blower Sumber: dokumentasi pribadi AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



87



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN c. Pompa Air Laut Peralatan ini sangat diperlukan untuk memompa air laut ke dalam bak sedimentasi. Ukuran pompa air laut juga bermacam-macam misalnya dengan selang karet bergaris tengah 4-8 inci dan kekuatan mesin 10-15 Daya Kuda.



Gambar 4.16 Mesin Pompa Air Laut Sumber: dokumentasi pribadi



d. Pompa Air Tawar Pompa air tawar diperlukan untuk mensuplai air tawar. Ukuran pompa air tawar umumnya 3-6 inci, dengan kekuatan mesin 7-10 Daya Kuda.



Gambar 4.17 Mesin Pompa Air Tawar Sumber: dokumentasi pribadi



88



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN e. Penganalisis Air Penganalisis Air adalah alat untuk menganalisis parameter kualitas air. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur nilai oksigen terlarut, kadar karbondioksida, nitrit, pH air, alkalinitas dan salinitas air.



Gambar 4.18 Termometer Sumber: dokumentasi pribadi



Gambar 4.19 Perangkat Alat Ukur Kualitas Air Sumber: dokumentasi pribadi



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



89



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 4.20 pH meter Sumber: dokumentasi pribadi



Gambar 4.21 Colorimeter Sumber: dokumentasi pribadi



90



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 4.22 Luxmeter Sumber: dokumentasi pribadi



C. Perawatan dan Pemeliharaan wadah dan peralatan lapangan kegiatan pendederan Prinsip utama kegiatan pembersihan atau mengolah dasar kolam adalah membersihkan perairan kolam dari semua komponen yang dapat mengganggu kelangsungan hidup dan perkembangan ikan, baik secara langsung, maupun tidak langsung (sampah, lumpur dan gas-gas beracun, serta organisme pengganggu), serta menyiapkan lingkungan media kolam agar mampu menciptakan ekosistem yang baik bagi ikan. Lingkungan perairan dikatakan baik apabila keadaan fisis dan chemis untuk menjalankan pertukaran zat (metabolisme), tersedia makanan yang cukup dan ada kesempatan untuk berkembang biak. Konsep membersihkan lingkungan perairan/kolam dapat kita telusuri mengacu pada komponen yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan yaitu: 1. Pembersihan Kolam Kolam sebelum ditanami ikan harus di bersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu, kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi lingkungan hidup ikan, kolam dikeringkan setiap satu tahun sekali, terutama pada musim kemarau. Endapan lumpur pada dasar kolam harus dibersihkan. Terlalu banyak lumpur kurang baik dan sangat berbahaya bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan, sebab endapan lumpur banyak mengandung gas beracun ( anaerobic fermentasi) dan bakteri berbahaya yang hidup didalam lumpur. Pembersihan lumpur dilakukan dengan tetap menyisakan sebagian lumpur dengan ketebalan 3-5 cm untuk menjaga stabilitas kesuburan kolam. Lumpur dasar kolam dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Selain lumpur juga dibersihkan terhadap sampah ( plastik, sisa tanaman, rumput dan sampah lain yang dapat mengganggu kelancaran pembuangan air ). Prosedurnya adalah; Setelah lumpur dan sampah- sampah yang tidak berguna dibersihkan selanjutnya dilakukan pengeringan sampai tanah permukaan dasar kolam retak- retak. Sinar matahari dapat mengeringkan sampai kedalaman15 – 20 cm. AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



91



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN 2. Pengeringan kolam Pengeringan kolam sangat menguntungkan pada proses mineralisasi dan pembentukan ekosistem perairan yaitu; a. Aerasi tanah menjadi baik b. Meningkatkan tekstur tanah c. Meningkatkan pH d. Membunuh serangga dan bakteri yang berbahaya bagi ikan Untuk beberapa jenis tanah tertentu seperti liat, tidak boleh dikeringkan sampai kering sempurna sebab dapat menimbulkan kebocoran, dan dapat menimbulkan masalah pada saat pengairan kolam. Selama musim kering dasar kolam dapat ditanam tanaman palawija, bila tidak cukup tersedia air. Kegiatan ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu( pengeringannya baik, menambah bahan ortganik dari tanaman). Selama proses pengeringan, larva serangga, dan ikan-ikan pemangsa masih ada yang dapat hidup. Untuk itu perlu ada perlakuan sebelum dilakukan pengairan kolam. Ada beberapa perlakuan yang dapat dilakukan yaitu; a. Perlakuan dengan pengapuran (CaO) Pengapuran sangat efektif dilakukan pada kedalaman air 5-10 cm. Pemupukan yang direkomendasikan adalah 900 -1000 Kg/Ha. Kalau air kolam tidak dapat dikeringkan dengan kedalaman air 1 m, jumlah kapur adalah 1850-2250 Kg/Ha. Pengapuran seharusnya di campur dengan air dan disebar diseluruh permukaan kolam. CaO akan dirubah menjadi Ca(OH)2, akan meningkatkan pH air sampai diatas 11. pH yang tinggi ini bersifat lethal bagi kehidupan perairan. Pengapuran memberikan efek yang lama/panjang. Pengisian air secara bertahap dilakukan sampai pH air diatas 7. Kondisi ini mampu menjadikan stumulus terhadap pembentukan nutrien dari lumpur kolam (N,P). Calsium sendiri merupakan elemen esensial dan bermanfaat bagi pembentukan tulang ikan. Kolam dapat ditanami ikan seminggu setelah pengapuran. b. Perlakuan dengan bleaching powder Bleaching powder sangat efective sebagai disinfectan. Hasil yang optimal akan dicapai pada konsentrasi 20 gr per m3 air ( 20 ppm). Selanjutnya untuk 1 Ha kolam, dengan kedalaman air 1m, dapat diberikan 10.000 x 0,020 kg = 20 kg 7 sampai 10 hari setalah perlakuan/perendaman air, kolam dapat ditebari dengan larva ikan. c. Pembersihan dengan rotenone Rotenone adalah ekstrak dari akar tanaman Derris. Dosis yang direkomendasikan adalah ( 25 kg untuk 1 ha) harus diberikan pada kedalam air 5- 10 cm selama 12 jam. Ektrak akar kurang lebih 25 % disemprotkan diatas permukaan air kolam (kedalaman 5-10 cm). Waktu yang terbaik untuk penyemprotan ini dilakukan pada sore hari, sebab temperatur air yang tinggi, akan meningkatkan efek sebagai disinfektan. d. Minyak diesel Minyak diesel ini hanya direkomendasikan pemberiannya sebelum penanaman ikan, minyak diesel dapat disemprotkan ke seluruhpermukaan air kolam untuk membersihan sisa larva serangga yang masih tersisa, katak dan ikan predator lainnya. Minyak diesel akan membentuk lapisan film di atas permukaan air dan akan membunuh seluruh organisme pengganggu. Terbunuhnya organisme perairan karena seluruh permukaan air tertutup



92



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN oleh lapisan minyak sehingga kekurangan oksigen. Penyemprotan minyak diesel sebaiknya dilakukan pada pagi-pagi hari. Kolam dapat ditebari bibit ikan pada hari berikutnya setelah dilakukan penggantian air. 3. Pengolahan tanah dasar kolam Kegiatan pengolahan tanah dasar kolam dilakukan dalam rangka menciptakan struktur tanah yang gembur sebagai media pertumbuhan pakan alami terutama phytoplankton dan zooplankton. Pada kondisi tanah yang gembur bila ditambahkan pupuk maka akan terjadi proses pencampuran pupuk dan butir tanah sehingga unsur hara pupuk juga akan terikat oleh tanah. Melalui proses seperti ini maka pelepasan hara pupuk dapat terselenggara secara perlahan dalam waktu yang relatif lebih lama. Pengolahan tanah dengan cara membalikkan permukaan tanah akan mempercepat proses oksidasi tanah dan berfungsi mengeluarkan gas-gas beracun sisa metabolisme/kegiatan budi daya sebelunya yang berbahaya bagi kelangsungan hidup ikan (gas-gas yang toksit seperti H2S, NH3). Pengolahan tanah dasar kolam dilakukan pada saat kondisi tanah sudah mulai mengering. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul , bajak atau traktor. Selain melakukan pembukaan tanah, dalam pengolahan tanah juga sekaligus dilakukan pembenahan terhadap kemalir dan kobakan di dasak kolam. 4. Memperbaiki Pematang dan Pintu Air Kolam Prinsip perbaikan pematang adalah bagaimana menjaga pematang kolam, agar berfungsi sesuai tujuan dalam pemeliharaan ikan yaitu ; a. Mampu menampung air sesuai persyaratan lingkungan hidup ikan. b. Mampu melindungi lingkungan perairan dari kondisi yang tidak diinginkan (polusi air, hama.) c. Mampu memasukan dan mengeluarkan air kolam sesuai kebutuhan sehingga kedalaman/volume air kolam sesuai kebutuhan dan terjadi sirkulasi air yang baik, sehingga kualitas air sesuai dengan parameter kualitas air budi daya yang dikehendaki., terutama kandungan O2, CO2, NH4, dan kecerahan air kolam. Pematang merupakan bagian kolam yang berfungsi menahan air. Pematang biasanya terdiri dari tanah liat yang kedap air (tidak porous). Pada lahan yang berpasir, pematang biasanya dibuat dengan konstruksi beton. Pematang pada kolam biasanya terdiri dari dua jenis yaitu pematang primer dan sekunder. Pematang primer adalah pematang yang mengelilingi keseluruhan areal kolam. Ukurannya biasanya lebar-lebar (antara 2 – 5 meter). Pematang primer biasanya bersentuhan langsung dengan sumber air kolam. Pada pematang primer ini dibangun pintu utama air yang berfungsi untuk mensuplai ke seluruh kolam. Pematang sekunder adalah pematang yang berada di dalam kolam. Pematang sekunder berfungsi sebagai pembatas antara kolam, ukurannya relatif lebih kecil. Pada pematang sekunder ini biasanya terdapat pula pintu-pintu air pada setip petakan kolam. Untuk memperbaiki pematang biasanya dilakukan pada saat persiapan lahan, sebelum penebaran. Hal-hal yang diperbaiki meliputi, perbaikan konstruksi, menambal pematang yang bocor dan membersihkan rumput-rumput yang tumbuh subur. Beberapa peralatan yang diganakan untuk perbaikan pematang diantaranya cangkul, linggis, parang, gergaji dan lain-lain. Sedangkan bahan-bahana yang digunakan biasanya adalah, patok-patok kayu, karung, waring, bambu dan lain-lain. AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



93



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN D. Prosedur penggunaan wadah dan peralatan lapangan kegiatan pendederan Prosedur penggunaan alat ukur kualitas air media pemeliharaan yaitu : 1. Suhu Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer yang dinyatakan dalam satuan derajat celcius (0C). 2. Salinitas Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan alat salinimeter atau refraktometer yang dinyatakan dalam satuan gram/liter. 3. Oksigen terlarut Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan alat pengukur oksigen terlarut yang dinyatakan dalam milligram/liter. 4. pH air Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan alat pengukur pH. 5. Ketinggian air Untuk mengukur ketinggian air dilakukan dengan mengukur jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm). 6. Phosphat, Amoniak (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan klorin (Cl) Pengukuran parameter ini dilakukan dengan menggunakan water test kits dan dinyatakan dalam satuan mg/l 7. BOD (Biochemical Oxygen Demand) Pengukuran BOD dilakukan dengan menggunakan ketentuan SNI 6989.72:2009 dan dinyatakan dalam satuan mg/l. 8. Kecerahan Air Pengukuran kecerahan air dengan menggunakan piring seki berupa piringan berwarna putih bergaris hitam yang diberi tali/tangkai dan dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan. Kecerahan dinyatakan dengan mengukur jarak antara permukaan air ke piringan saat pertama kali piringan tidak terlihat dan dinyatakan dalam sentimeter (cm) (BSN, 2011). E. Analisis Perhitungan kebutuhan wadah dan peralatan lapangan kegiatan pendederan Tabel 4.1 Kebutuhan peralatan lapangan pada wadah yang berbeda untuk kegiatan pendederan kerapu bebek Jenis Peralatan



Produksi benih 3 cm – 4 cm s/d 9 cm – 10 cm di bak



Produksi benih 7 cm – 8 cm s/d 9 cm – 10 cm di KJA



Pembangkit listrik



Generator set dan atau PLN



Tidak dipersyaratkan



Pompa air laut



Minimal 2 unit dengan kapasitas memompa minimal 100% per hari dari total volume bak terpasang



Tidak dipersyaratkan



Pompa air tawar



Minimal 1 unit



Tidak dipersyaratkan



94



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Blower



Minimal 2 unit



Tidak dipersyaratkan



Cold box



Minimal 1 unit



Minimal 1 unit



P e r a l a t a n lapangan/kerja: Slang, ember, batu aerasi dan pemberat, serok, lambit, seser, gayung, alat pemisah ikan (grading), peralatan siphon, peralatan panen, pisau, gunting, alat penerangan, aerator AC/ DC, perahu dan pembersih jaring



Jumlah menyesuaikan kebutuhan



Jumlah kebutuhan



menyesuaikan



Sumber: (SNI 6487.3:2011)



Tabel 4.2 kebutuhan peralatan lapangan pada wadah yang berbeda untuk kegiatan pendederan kerapu macan Jenis Peralatan



Produksi benih 3 cm – 4 cm s/d 9 cm – 10 cm di Bak



Produksi benih 7 cm – 8 cm s/d 9 cm – 10 cm di KJA



Produksi benih cm – 7 cm s/d 9 cm – 10 cm di Tambak



Pembangkit listrik



Generator set dan atau PLN



Tidak dipersyaratkan



Generator set dan atau PLN



Pompa air laut



Minimal 2 unit dengan kapasitas memompa minimal 100% per hari dari total volume bak terpasang



Tidak dipersyaratkan



Minimal 1 unit dengan kapasitas memompa minimal 30% per hari dari total volume tambak



Pompa air tawar



Minimal 1 unit



Tidak dipersyaratkan



Tidak dipersyaratkan



Blower



Minimal 2 unit



Tidak dipersyaratkan



Minimal 1 unit



Cold box



Minimal 1 unit



Minimal 1 unit



Minimal 1 unit



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



95



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Peralatan lapangan/kerja: Slang, ember, batu aerasi dan pemberat, serok, lambit, seser, gayung, alat pemisah ikan (grading), peralatan siphon, peralatan panen, pisau, gunting, alat penerangan, aerator AC/ DC, perahu dan pembersih jaring



Jumlah menyesuaikan kebutuhan



Jumlah menyesuaikan kebutuhan



Jumlah menyesuaikan dengan kebutuhan



Sumber: (SNI 6488.3:2011)



Tabel 4.3 kebutuhan peralatan lapangan pada wadah yang berbeda untuk kegiatan pendederan kerapu cantang



96



Jenis Peralatan



Produksi benih D40, D50, D60 dan D75 di bak



Produksi D50, D60 dan D75 di tambak



Pembangkit listrik



Generator set dan atau PLN



Generator set dan atau PLN



Pompa air laut



Minimal 2 unit dengan kapasitas memompa minimal 100% per hari dari total volume bak terpasang



Minimal 1 unit dengan kapasitas memompa minimal 100% per hari dari total volume bak terpasang



Pompa air tawar



Minimal 1 unit



Tidak dipersyaratkan



Blower



Minimal 2 unit



Minimal 1 unit



Cold box



Minimal 1 unit



Minimal 1 unit



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Peralatan lapangan/ kerja: Slang, ember, batu aerasi dan pemberat, serok, lambit, seser, gayung, alat pemisah ikan (grading), peralatan siphon, peralatan panen, pisau, gunting, alat penerangan, aerator AC/DC, perahu dan pembersih jaring



Jumlah menyesuaikan kebutuhan



Jumlah menyesuaikan kebutuhan



Sumber: (SNI 8036.2:2014)



LEMBAR PRAKTIKUM Praktikum 1: Pengenalan jenis wadah dan peralatan lapangan pendederan Tujuan : Peserta didik mampu mengenal jenis wadah dan peralatan lapangan pendederan LK.01 Jenis wadah dan alat untuk pendederan No. Nama wadah dan alat Bahan Bentuk 1. 2. 3. 4. 5. 6. dst. Keterangan: untuk bahan diisi dengan pilihan plastik, terpal, kayu, bamboo, fiber atau kaca. Praktikum 2: Merawat wadah dan peralatan lapangan Tujuan : Peserta didik mampu merawat wadah dan peralatan lapangan pendederan LK.02 Ceklis perawatan wadah dan peralatan lapangan setelah pemakaian No. Nama wadah atau alat Pencucian atau Pengeringan Penyimpanan pembersihan 1. 2. 3. 4. dst. AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



97



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



LEMBAR PRAKTIKUM Praktikum 3: Identifikasi jenis wadah dan peralatan lapangan Tujuan :Peserta didik mampu mengidentifikasi jenis wadah dan peralatan lapangan pendederan LK.03. Identifikasi wadah lapangan pendederan No. Nama wadah Bentuk Ukuran (volume)



Daya tampung (ekor ikan)



Fungsi



1. 2. 3. 4. dst. LK.04. Identifikasi peralatan lapangan pendederan No. Nama alat Spesifikasi Kalibrasi alat 1. 2. 3. 4. dst.



Fungsi



Praktikum 4: Pemasangan instalasi listrik dan aerasi Tujuan : Peserta didik mampu memasang instalasi listrik dan aerasi untuk pendederan LK.05. Pemasangan instalasi listrik No. Nama peralatan listrik Daya (watt) 1. 2. 3. 4. dst. LK.06. Pemasangan instalasi aerasi No. Nama peralatan Daya (watt) aerasi 1. 2. 3. 4. dst.



98



Output



Output



Fungsi



Fungsi



Keterangan lainnya



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



CAKRAWALA Potensi produksi perikanan budi daya terbesar adalah budi daya laut atau marine culture dengan perkiraan potensi 47 juta ton. Selain wilayah perairan untuk usaha marinkultur yang sangat luas, jenis komoditas yang dapat dikembangkanpun beraneka ragam. Jenis komoditas yang dapat dikembangkan terdiri dari ikan, krustasea, moluska, reptil, alga, mamalia, ekinodermata (Holothuroideae dan Echinoideae) dan kerang.



JELAJAH INTERNET Untuk menambah wawasan kalian tentang persiapan wadah dan peralatan lapangan komoditas perikanan payau dan laut, silakan memindai qr code di bawah ini. https://www.pelaspedas.my.id/2017/08/ teknik-pendederan-benih-ikan.html?m=1 http://blomulya.blogspot.com/2013/03/modul-agribisnis-perikanan-menyiapkan.html https://agriiculturalship.wordpress.com/persiapan-wadah/



RANGKUMAN Persiapan  pendederan  di  bak  meliputi,  pemasangan  aerasi,  pengeringan, pencucian, sanitasi, perbaikan pengeluaran air. Pemasangan aerasi di bak bertujuan  untuk  mensuplai  oksigen  terlarut  dalam  air.  Pada  pendederan benih  ikan  di  bak,  sumber  oksigen  terlarut  dalam  air  berasal  dari  aerasi oleh  sebab  itu  pasangan  aerasi  penting  dilakukan.  Bak  yang  akan digunakan  sebagai  tempat  pendederan  terlebih  dahulu  dikeringkan. Pengeringan  bertujuan  untuk  membunuh  hama  penyakit.  pengeringan dilakukan selama 2-3 hari. Pencucian bak bertujuan untuk menghilangkan kotoran, lumpur, lumut, hama dan penyakit. Pencucian  dilakukan dengan menggosok  dinding  dan  lantai  bak.  Sanitasi  bak  dilakukan  untuk membunuh hama dan penyakit  ikan. Penyakit yang biasa  terdapat di  bak adalah Aeromonas, white spot, tricodina, girodactilus dan sebagainya. Bak yang telah disiapkan diisi air. Umumnya air yang digunakan di bak adalah air bersih. Air yang akan diisi ke bak sebaiknya disaring menggunakan kain atau seser halus.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



99



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



TUGAS MANDIRI TUGAS I Materi tugas : Persiapan Wadah dan Peralatan Lapangan Pendederan Mengidentifikasi isi materi pembelajaran (Diskusi kelompok dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran) Berdiskusilah dengan sesama anggota kelompok untuk menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini. Tugas: 1. Sebutkan jenis – jenis wadah dan peralatan lapangan untuk pendederan kemudian jelaskan fungsinya! 2. Jelaskan prosedur penggunaan pH meter! 3. Jelaskan prosedur penggunaan refraktometer! 4. Jelaskan manfaat penggunaan alat aerasi untuk kolam pendederan! 5. Jelaskan fungsi genset pada kegiatan pendederan! TUGAS II Lakukanlah kunjungan dan pengamatan singkat pada usaha pendederan di sekitar tempat tinggal kalian, kemudian lakukanlah observasi berupa video dokumentasi mengenai jenis – jenis wadah dan peralatan lapangan pada perusahaan pendederan. Kemudian buatlah dokumentasi berupa video rekaman dengan durasi 10 - 15 menit. Video rekaman yang dikumpulkan harus diedit dahulu menggunakan software aplikasi pembuat video sehingga tampilan video terlihat menarik.



PENILAIAN AKHIR BAB Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar! 1. Sebutkan fungsi peralatan lapangan yang digunakan pada pendederan kerapu! 2. Jelaskan peralatan lapangan yang disiapkan untuk pendederan udang! 3. Jelaskan cara penggunaan refraktometer! 4. Jelaskan cara pemasangan aerasi! 5. Jelaskan cara pengukuran kecerahan dengan sechii disk!



REFLEKSI Persiapan wadah dan peralatan lapangan adalah salah satu aspek keterampilan yang harus dikuasai pembudi daya. Kalau seorang pembudi daya tidak bisa menyiapkan wadah dan peralatan lapangan untuk keperluan pendederan maka akan menjadi kendala bagi pembudi daya dan akan berpotensi menimbulkan risiko kerugian bagi usaha tersebut. Oleh karena itu keahlian dalam hal menyiapkan wadah dan peralatan lapangan untuk kegiatan pendederan sangat diperlukan oleh para pembudi daya ikan dan udang.



100



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL A. Pilihan Ganda



PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL



Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!



1. Nama latin ikan bandeng yaitu …. A. Penaeus monodon



B. Chanos chanos



C. Litopennaeus vaname



D. Cromileptes altivelis



2. Nama latin ikan nila yaitu …. A. Penaeus monodon



B. Chanos chanos



C. Litopennaeus vaname



D. Oreochromis niloticus



3. Nama latin kerapu bebek yaitu …. A. Penaeus monodon



B. Chanos chanos



C. Litopennaeus vaname



C. Cromileptes altivelis



4. Nama latin kerapu cantang yaitu …. A. Penaeus monodon



B. Epinephelus lanceolatus



C. Litopennaeus vaname



D. Cromileptes altivelis



5. Nama latin kerapu macan yaitu …. A. Penaeus monodon



B. Chanos chanos



C. Litopennaeus vaname



D. Epinephelus fuscoguttatus



6. Nama latin udang windu yaitu …. A. Penaeus monodon



B. Chanos chanos



C. Litopennaeus vaname



D. Cromileptes altivelis



7. Nama latin udang vaname yaitu …. A. Penaeus monodon



B. Chanos chanos



C. Litopennaeus vaname



D. Cromileptes altivelis



8. Nama latin kakap putih yaitu …. A. Penaeus monodon



B. Lates calcalifer



C. Litopennaeus vaname



D. Cromileptes altivelis



9. Nener yaitu benih ikan bandeng yang berukuran …. A. 5 – 7 mm



B. 9 – 11 mm



C. 14 – 17 mm



D. 3 – 5 mm



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



101



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL 10. Gelondongan I memiliki kisaran ukuran …. A. 3 – 4 cm



B. 9 – 11 mm



C. 4 – 17 cm



D. 3 – 5 mm



11. Gelondongan II memiliki kisaran ukuran …. A. 5 – 7 cm



B. 9 – 11 cm



C. 4 – 6 cm



D. 3 – 5 mm



12. Gelondongan III memiliki kisaran ukuran …. A. 5 – 7 cm



B. 9 – 11 cm



C. 4 – 6 cm



D. 6 – 8 cm



13. Ikan pemakan tanaman atau dedaunan disebut juga ikan…. A. karnivora



B. omnivora



C. herbivore



D. euryhaline



14. Ikan pemakan tanaman, dedaunan dan ikan – ikan kecil disebut juga ikan…. A. karnivora



B. omnivora



C. herbivore



D. euryhaline



15. Ikan pemakan ikan – ikan kecil disebut juga ikan…. A. karnivora



B. omnivora



C. herbivore



D. euryhaline



16. Ganggang benang disebut juga dengan istilah …. A. karnivora



B. Bacillariopyceae



C. Chloropyceae



D. euryhaline



17. Ganggang biru disebut juga dengan istilah …. A. karnivora C. Chloropyceae



B. Bacillariopyceae D. Cyianopyceae



18. Ganggang kersik disebut juga dengan istilah …. A. karnivora C. Chloropyceae



B. Bacillariopyceae D. euryhaline



19. Ukuran nila PI yaitu …. A. 6 – 10 cm C. Larva – 5 cm



102



B. 8 – 12 cm D. 5 – 8 cm



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL 20. Ukuran nila PII yaitu …. A. 6 – 10 cm



B. 8 – 12 cm



C. Larva – 5 cm



D. 5 – 8 cm



21. Ukuran nila PIII yaitu …. A. 6 – 10 cm



B. 8 – 12 cm



C. Larva – 5 cm



D. 5 – 8 cm



22. Ukuran kerapu cantang D40 yaitu …. A. 6 – 10 cm



B. 2,8 – 3,2 cm



C. Larva – 5 cm



D. 5 – 8 cm



23. Ukuran kerapu cantang D50 yaitu …. A. 6 – 10 cm



B. 2,8 – 3,2 cm



C. Larva – 5 cm



D. 5 – 8 cm



24. Ukuran kerapu cantang D60 yaitu …. A. 6 – 10 cm



B. 6,5 – 7,5 cm



C. Larva – 5 cm



D. 5 – 8 cm



25. Ukuran kerapu cantang D75 yaitu …. A. 6 – 10 cm



B. 2,8 – 3,2 cm



C. Larva – 5 cm



D. 9 – 11 cm



26. nilai toleransi yang luas terhadap salinitas dikenal dengan istilah …. A. omnivore



B. euryhaline



C. atenohaline



D. stenohaline



27. Bagian kepala udang yang menyatu dengan dada disebut …. A. rostrum



B. cepalothorax



C. abdomen



D. segmen



28. Bagian tubuh udang sampai ekor disebut …. A. rostrum C. abdomen



B. cepalothorax D. segmen



29. Cangkang kepala udang yang disebut …. A. rostrum C. abdomen



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



B. cepalothorax D. carapace



103



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL 30. Bagian kepala udang yang runcing disebut .… A. rostrum C. abdomen



B. cepalothorax D. segmen



B. Uraian



Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!



1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan kegiatan pendederan? 2. Jelaskan fungsi saluran inlet dan outlet pada kolam pendederan? 3. Jelaskan fungsi genset pada kolam pendederan! 4. Jelaskan apakah yang dimaksud euryhaline dan stenohaline! 5. Jelaskan tahapan–tahapan persiapan kolam untuk pendederan!



104



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PEMASANGAN SARANA INSTALASI AIR, LISTRIK DAN SARANA AERASI PADA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



BAB V



BAB V PEMASANGAN SARANA INSTALASI AIR, LISTRIK DAN SARANA AERASI PADA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



TUJUAN PEMBELAJARAN Pembelajaran mengenai persiapan wadah dan peralatan lapangan pendederan komoditas perikanan bertujuan untuk menjelaskan jenis-jenis wadah dan peralatan lapangan pada kegiatan pendederan, menjelaskan cara perawatan wadah dan peralatan lapangan pada kegiatan pendederan, menjelaskan prosedur penggunaan wadah dan peralatan lapangan pada kegiatan pendederan, melakukan identifikasi jenis-jenis wadah dan peralatan lapangan pada kegiatan pendederan komoditas perikann, melakukan pendederan, menyiapkan dan melakukan pemasangan sarana instalasi listrik untuk kegiatan pendederan dan menyiapkan dan melakukan pemasangan sarana aerasi untuk kegiatan pendederan.



PETA KONSEP



Pemasangan Sarana Pendederan



Instalasi Air



Instalasi Listrik



Instalasi Aerasi



Mampu menjelaskan, menyiapkan dan memasang instalasi air, listrik dan aerasi untuk pendederan



KATA KUNCI instalasi, air, listrik dan aerasi



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



105



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENDAHULUAN Faktor yang menentukan keberhasilan usaha pendederan salah satunya yaitu ketepatan dalam hal pemasangan instalasi air, listrik dan sarana aerasi. Umur ikan pada saat benih merupakan umur kritis dan sangat rentan ikan terkena stres. Salah satu penyebab ikan menjadi stres yaitu akibat terjadinya penurunan kandungan oksigen terlarut di dalam kolam atau bak pendederan. Oleh karena itu diperlukan pemasangan sarana instalasi air, listrik dan aerasi yang memadai pada bak pendederan. Sarana instalasi air meliputi pembuatan bak tandon dan sistem drainase, sarana listrik meliputi ketersedia sumber listrik (PLN), generator (genset), mesin pompa air laut dan tawar. Sarana aerasi terdiri atas penggunaan berbagai jenis alat aerator seperti diffusers aerator, turbo jet aerator, vertikal aerator, pompa aerator dan aerator kincir air. Selain itu fasilitas yang diperlukan dalam suatu usaha pendederan ikan air payau dan laut adalah seluruh sarana yang berupa bangunan, perkakas, dan peralatan yang digunakan untuk pengoperasian secara efisien dan efektif. Berdasarkan operasionalnya sarana dibagi menjadi sarana pokok dan sarana penunjang. Sarana pokok adalah sarana yang harus ada dalam suatu usaha pendederan, misalnya bak pendederan, bak filter air bak kultur plankton dan laboratorium. Sedangkan sarana penunjang adalah sarana yang digunakan sebagai penunjang kelancaran usaha, seperti kantor, ruang mesin dan gudang.



Gambar 5.1 Instalasi aerasi kolam Sumber: dokumentasi pribadi



Dalam rangka untuk mempermudah operasional pendederan, maka perlu sangat perlu untuk memperhatikan penempatan setiap sarana yang ada dan akan digunakan. Penempatan sarana tersebut sebaiknya dilakukan dengan memperhitungkan efisiensi kerja masing – masing sarana sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya. Hindari penempatan sarana yang dapat mengganggu fungsi sarana yang lain. Misalnya penempatan ruang mesin harus diusahakan sejauh mungkin dari lokasi bak pendederan atau bak pemeliharaan larva. Hal ini dikarenakan suara bising dari



106



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENDAHULUAN mesin dapat menyebabkan stres pada benih atau larva ikan. Selain itu air buangan juga harus disalurkan dan dibuang sejauh mungkin dari tempat pemasukan air.



Gambar 5.2 Instalasi air Sumber: dokumentasi pribadi



Gambar 5.3 Instalasi listrik Sumber: dokumentasi pribadi



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



107



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN A. Jenis dan fungsi Sarana instalasi air untuk pendederan Sarana instalasi air yaitu kelengkapan peralatan dan perlengkapan lainnya yang berfungsi untuk menjamin ketersediaan stok air dengan kualitas yang memenuhi standar hidup biota yang dibudidayakan. Sarana instalasi air contohnya yaitu ketersediaan bak tandon air (kolam retensi), ketersediaan saluran drainase dan pemasangan sistem perpipaan yang mengatur pembagian air dari bak tendon ke bak – bak pendederan. Kolam retensi adalah suatu bak atau kolam yang dapat menampung atau meresapkan air sementara yang terdapat di dalamnya. Kolam retensi dibagi menjadi dua macam tergantung dari bahan pelapis dinding dan dasar kolam, yaitu kolam alami dan kolam buatan.Kolam alami adalah kolam retensi berbentuk cekungan atau bak resapan yang sudah terbentuk secara alami dan dapat dimanfaatkan baik pada kondisi aslinya atau dilakukan penyesuaian.Kolam buatan atau kolam non alami adalah kolam retensi yang dibuat sengaja didesain dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah direncanakan sebelumnya dengan lapisan material yang kaku, seperti beton. Analisis hidrologi diperlukanan untuk merencanakan pembangunan kolam retensi dan untuk menentukan besarnya debit banjir. Perencanaan akan berpengaruh terhadap besarnya debit maksimum maupun kestabilan konstruksi yang akan dibangun. Diperlukan data curah hujan untuk rancangan pemanfaatan air dan rancangan bangunan air. Data curah hujan yang diperlukan adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu (Sosrodarsono, 1993). Debit air kotor juga perlu direncanakan untuk memastikan jumlah air yang masuk ke dalam kolam retensi yang akan dibangun. Kolam retensi berfungsi untuk menyimpan dan menampung air sementara dari saluran pembuangan sebelum dialirkan ke sungai sehingga puncak banjir dapat dikurangi. Tingkat pengurangan banjir tergantung pada karakteristik hidrograf banjir, volume kolam dan dinamika beberapa bangunan outlet. Wilayah yang digunakan untuk pembuatan kolam penampungan biasanya di daerah yang rendah. Dengan perencanaan dan pelaksanaan tata guna lahan yang baik, kolam retensi dapat digunakan sebagai penampungan air hujan sementara dan penyalur atau distribusi air. Sarana bangunan dan tata ruang Unit Pembenihan Bandeng harus direncanakan dengan baik, sehingga semua fasilitas dan sarana perlengkapan dapat dlletakan pada tempat yang ideal. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan pembenihan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Salah satunya yaitu dengan pembanguna reservoir atau tandon air. Reservoir berfungsi untuk menampung air, mengendapkan lumpur, dan cadangan air pengganti pada petak tambak. Reservoir dapat dibuat dari kolam tanah dengan ukuran misalnya 300 x 10 x 2 m. Antara saluran pemasukan dan petak tandon dilengkapi dengan pintu air yang terbuat dari paralon berdiameter 6 inci sebanyak 4 buah sehingga pada waktu air laut pasang, maka pintu dibuka dan air laut segera masuk ke petak dan tandon, kemudian apabila air laut mulai surut maka pintu air segera ditutup supaya air tidak keluar. Pada unit pembenihan bandeng, air laut yang bersih untuk pemeliharaan induk ataupun penetasan sangat penting, terutama untuk pertumbuhan makanan alami. Oleh karena itu Unit Pembenihan Bandeng sangat memerlukan air laut dalam jumlah cukup sepanjang waktu. Agar kebersihan air laut dapat terjamin pada saat dibutuhkan sarana yang diperlukan adalah sebagai berikut.



108



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN 1. Bak sedimentasi: Bak ini berfungsi sebagai penampungan yang dapat dibuat dari batu atau dari beton dan sebaiknya sedimentasi tersedia dua buah. 2. Bak filter: Bak ini berfungsi menyaring air laut untuk menghilangkan kotorankotoran yang terikut dalam air. Bak filter diisi pasir kasar dan mineral zeolite sebagai penyaring/filter. 3. Bak air laut bersih: Bak ini berisi air laut bersih yang sudah siap digunakan yakni bak penampungan air dari bak filter atau setelah melalui proses penyaringan.



Gambar 5.4 Alat filtrasi air Sumber: dokumentasi pribadi



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



109



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 5.5 Alat ozonisasi air Sumber: dokumentasi pribadi



Untuk memperoleh air laut dalam jumlah cukup dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Melalui pipa yang ditanam dalam bak filter; 2. Membuat sumur dipantai; 3. Melalui pipa yang dipasang diatas dasar laut. Air tawar untuk unit pembenihan bandeng digunakan untuk pembuatan air payau setelah dicampur dengan air laut dan digunakan untuk sanitasi peralatan. Sistem suplai air tawar, terdiri atas bak sedimentasi dan bak air tawar. Bak sedimentasi berfungsi untuk menampung air tawar. Jika air tawar diperoleh dari sumur pantek, maka air tawar tersebut diendapkan dalam bak ini lebih dahulu agar sedimennya tidak terbawa. Jika air tawar berasal dari PAM, bak sedimentasi sebaiknya tidak tertutup karena air PAM umumnya mengandung sedikit khlor. Dengan bak yang terbuka, maka khlor akan menguap, sehingga jika air tersebut digunakan tidak menimbulkan membahayakan ikan. Bak air tawar berisi air tawar



110



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN bersih yang sudah siap digunakan. Bak ini sebagai bak penampungan setelah air tawar disimpan beberapa lama dalam bak sedimentasi. Suplai udara merupakan sarana yang penting dalam kegiatan pembenihan bandeng, misalnya dalam bak pemijahan, bak penetasan, pemeliharaan nener, dan pemeliharaan Rotifera maupun Artemia untuk pakan alami nener. Untuk Unit Pembenihan Bandeng, paling sedikit harus tersedia 3 set sistem suplai udara, yakni satu untuk digunakan dan dua sisanya sebagai cadangan. Selain suplai udara hal yang harus diperhatikan lagi adalah sistem drainase. Sistem drainase untuk kegiatan pembenihan bandeng harus diatur dengan baik. Penggantian air selama kegiatan pembenihan harus dilakukan setiap hari. Dengan alasan ini maka sistem drainase harus dibuat yang bisa mengeluarkan air sisa atau buangan dengan cepat dan lancar. Dalam kegiatan usaha pembenihan bandeng khususnya yang menyangkut proses produksi nener bandeng, memerlukan sarana sebagai berikut: 1. Bak aklimatisasi induk: Bak ini berfungsi sebagai bak adaptasi terhadap lingkungan air pembenihan , khususnya untuk induk yang baru didatangkan dari luar kota atau hasil penangkapan. 2. Bak pemeliharaan induk: Bak ini berfungsi untuk tempat pemeliharaan induk bandeng yang akan dipijahkan dengan padat 2 m2 perekor induk bandeng. 3. Bak penyegaran induk : Bak ini berfungsi untuk seleksi induk. Induk yang terpilih atau dinominasikan diperiksa jenis kelamin dan kematangan telurnya didalam bak ini. 4. Bak pemijahan induk: Bak ini berfungsi untuk pemijahan induk bandengyang sudah siap memijah atau matang gunad. 5. Bak inkubasi telur: Bak ini berfungsi untuk pengeraman telur hasil pemijahan induk bandeng . 6. Bak penetasan telur: Bak ini berfungsi untuk penetasan telur yang telah diinkubasi selama 6 jam. Dalam bak ini, telur menetas menjadi larva sampai usia 28 hari. 7. Bak-bak pemeliharaan organisme pakan: Bak-bak ini digunakan untuk memproduksi makanan alami untuk larva yang baru menetas sampai usia 28 hari setelah menetas. B. Jenis dan Fungsi Sarana mesin listrik untuk pendederan Fasilitas dan perlengkapan penunjang yang diperlukan untuk kegiatan pembenihan bandeng antara lain sebagai berikut. 1. Generator Instalasi listrik pada tambak semi intensif, intensif dan super intensif sangat vital dalam pengelolaan kualitas air. Instalasi listrik dibutuhkan untuk penerangan di tambak maupun di kantir dan laboratorium, penggerak aerator dan pompa air. Dengan begitu, instalasi listrik mutlak diperlukan. Meskipun sudah ada sarana listrik PLN, generator tetap diperlukan sebagai cadangan jika aliran listrik PLN padam atau untuk keperluan lain. 2. Pompa Udara (aerator) Pompa udara dugunakan untuk sistem suplai udara. Ukuran pompa udara bermacam-macam misalnya dari selang karet bergaris tengah 1-4 inci dengan kekuatan mesin 1-10 Daya Kuda. Ditempat pembenihan bandeng, paling sedikit harus tersedia dua pompa, yakni satu pompa digunakan dan sisanya sebagai cadangan. Aerator adalah alat yang digunakan pada kolam atau tambak yang berfungsi untuk melakukan aerasi atau membantu melarutkan oksigen yang ada di udara ke dalam air. Efektivitas aerasi (peristiwa terlarutnya oksigen di dalam air) AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



111



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN











112



tergantung pada seberapa luas permukaan air yang bersinggungan langsung dengan udara, aerasi, selain dapat digunakan untuk melarutkan oksigen ke dalam air serta melepas kandungan gas-gas yang terlarut dalam air juga punya fungsi untuk menghilangkan oksidasi besi dan mangan dalam air, mereduksi ammonia dalam air melalui proses nitrifikasi. Ikan dan biota air lainnya membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk menghasilkan aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan sebagainya. Oleh karena itu, ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktivitasnya dan konversi pakan. Demikian juga perlu diperhatikan laju pertumbuhan ikan bergantung pada oksigen dengan ketentuan faktor kondisi lainya adalah optimum. Karena itu, kekurangan oksigen dalam air dapat menganggu kehidupan ikan budi daya termasuk kepesatan pertumbuhannya (Kordi, 2010). Aerator merupakan peralatan mekanis yang dapat meningkatkan pemasukkan oksigen ke dalam air. Terdapat dua teknik dasar pada perlakuan aerasi tambak, yaitu sistem dengan percikan air ke atas permukaan (splasher) dan gelembung – gelembung udara yang dilepaskan ke air (bubbler), yang termasuk dalam jenis aerator splasher adalah pompa vertikal, pompa sprayer dan kincir air. Aerator jenis pompa vertikal terdiri atas motor dengan baling – baling. Motornya terletak di bawah pelampung yang terbuka di tengah dan baling – baling akan menggerakkan air keluar permukaan pada kecepatan rendah. Aerator jenis sprayer mempunyai pompa sentrifugal yang dapat menyemburkan air ke udara pada kecepatan tinggi melalui lubang – lubang pada manifold. Kincir air memancarkan air ke udara pada saat roda berputar. Yang termasuk dalam jenis aerator bubbler adalah sistem difusi udara dan pompa aspirator dan baling – baling. Pada sistem difusi blower atau kompresor mengalirkan udara melalui pipa dan kemudian udara dilepaskan melalui diffuser yang diletakkan pada dasar tambak atau tergantung di dalam tambak. Aerator dengan sistem pompa aspirator berbaling – baling bekerja dengan kecepatan tinggi, mengalirkan udara melalui baling – baling dengan prinsip ventury kemudian udara dilepaskan ke dalam air berbentuk gelembung – gelembung halus (Kordi, 2010). Kemampuan aerator mengalirkan oksigen terlarut ke dalam air dinyatakan sebagai standar oksigen transfer Rate (SOTR) dan standar aerator efficiency (SAE). SOTR adalah jumlah oksigen yang di difusikan oleh aerator dalam satu jam ke dalam air tambak pada suhu 20 0C yang mengandung 0 mg/l oksigen. Sedangkan SAE adalah SOTR dibagi dengan “power input”. Power input adalah daya yang dibutuhkan oleh proses aerator atau pemakaian listrik oleh aerator. Standar yang menggunakan SOTR dan SAE jarang terdapat pada tambak udang (Boyd, 1995 dalam Kordi, 2010). Peningkatan konsentrasi oksigen terlarut dalam suhu air menurunkan jumlah transfer oksigen dan efisiensi aerasi yang sesungguhnya dalam kaitan dengan SOTR dan SAE. Sebagai contoh pada air tambak dengan suhu 30 0C dan oksigen terlarut 4 mg/l aerator hanya menghasilkan kira – kira 50% oksigen yang dicantumkan menurut SOTR dan SAE. Namun, paling tidak SOTR dan SAE dapat digunakan membadingkan efisiensi berbagai jenis aerator. Para peneliti di Universitas Auburn di Amerika Serikat telah mengevaluasi hasil kerja dari beberapa aerator dan mempelajari dari pengaruh yang timbul dari bentuk rancangan serta cara kerjannya ditunjukkan pada table berikut ini.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 5.1 Efisiensi Beberapa Jenis Aerator Jenis Aerator



SAE (Kg )2 KW/Jam)



Kincir air, semua jenis



2,13



Kincir air, jenis Taiwan



1,60



Kincir air, Auburn







rancangan



Universitas



2,60



Pompa aspirator baling – baling



1,58



Pompa vertikal



1,28



Pompa sprayer



1,28



Sistem difusi udara



0,97



Sumber: (Boyd, 1995 dalam Kordi, 2010)



Terdapat dua jenis aerator yang umum dipakai yaitu paddle-wheel aerator atau kincir dan aerator yang bekerja berdasarkan efek venture (biasa disebut turbo jet). Aerator kincir tangkai pendek dapat mengapung dengan motor listrik pengeraknya, biasanya berkekuatan 1 atau 2 HP, sedangkan aerator kincir lengan panjang digerakkan oleh motor listrik atau mesin diesel yang diletakkan di pematang berkekuatan 2 – 10 HP. Aerator efek venturi selalu dapat mengapung bersama motor listrik penggeraknya, biasanya berkekuatan 2 HP. Cara kerjanya adalah dengan menyemprotkan udara ke dalam air dengan sudut penyemprotan 450 ke arah dasar tambak. Kincir berkekuatan 1 HP digunakan pada tambak yang kedalamannya kurang dari 1,2 m dan kincir 2 HP digunakan pada tambak lebih dari 1,2 m. Jika kedalaman tambak lebih dari 1,5 m maka perlu menggunakan aerator efek venturi (Kordi, 2010). 3. Pompa Air Pompa air laut sangat diperlukan untuk memompa air laut kedalam bak sedimentasi. Ukuran pompa air laut juga bermacam-macam, misalnya dengan selang karet bergaris tengah 4-8 inci dan kekuatan mesin 10-15 Daya Kuda. Pompa air tawar diperlukan untuk mensuplai air tawar. Ukuran pompa air tawar umumnya 3-6 inci, dengan kekuatan mesin 7-10 Daya Kuda. Jumlah pompa yang dibutuhkan tergantung luas petak, frekuensi dan persentase pergantian air yang dikehendaki. Pompa isap 7,5 DK dengan diameter pipa 8 inci atau pompa dorong 12 DK dengan pipa 8 inci cukup memadai untuk melakukan pergantian air sebanyak 15% dari 2 ha tambak selama 4 jam. Letak mesin penggerak, posisi air maupun baling – baling terhadap pipa, serta kemiringan pipa, sangat menentukan debit air dan efisiensi penggunaan mesin (Ahmad et al., 2007). Penggantian air pada tambak ekstensif biasanya mengandalkan pasang surut. Pemanfaatan pasang surut efektif bila lokasi memenuhi syarat teknis, serta konstruksi tambak di desain untuk memanfaatkan pasang surut. Namun, pada tambak yang dikelola secara semi intensif, intensif dan super intensif harus menggunakan alat tambahan untuk penggantian air, apalagi lokasi yang dibuka tidak terlalu layak untuk memanfaatkan pasang surut, baik karena topografi



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



113



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN tanah yang tinggi maupun kisaran pasang surut yang terlalu rendah. Padat penebaran yang tinggi dan pemberian pakan yang terus menerus menyebabkan kualitas air mengalami penuruna yang sangat cepat, sehingga membutuhkan pergantian air yang cepat pula. Dengan begitu pemanfaatan pasang surut tidak layak untuk tambak yang pengelolaanya secara intensif. Pompa air, baik yang digerakkan oleh listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara) maupun mesin Genset diperlukan untuk mengambil air dari laut, sungai, sumur ataupun dari bak – bak tendon atau pengendapan. Pompa air juga dapat digunakan untuk menguras air tambak pada saat pengeringan maupun mempercepat pengeringan air di tambak. Kecepatan pemasukan dan pengeluaran air tergantung pada kekuatan mesin dan besarnya pipa penghisap (Kordi, 2010). C. Jenis dan Fungsi Sarana aerasi untuk pendederan Oksigen terlarut dalam air tambak budi daya ikan bandeng intensif harus dipertahankan agar berkisar pada konsentrasi jenuh (6 – 7 ppm, tergantung air dan salinitas). Kondisi kritis dalam kaitannya dengan konsentrasi oksigen terlarut, dapat dilihat dari jumlah ikan yang cenderung berenang di permukaan air. Hal ini biasanya terjadi pada pagi hari saat konsentrasi oksigen terlarut menurun hingga kurang dari 2 ppm. Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan berlangsung terus setiap hari karena dapat menghambat pertumbuhan bahkan mengakibatkan kematian massal. Cara mengatasinya adalah dengan memasang sistem aerasi untuk memasok oksigen dengan cepat (Kordi, 2009). Berbagai jenis peralatan aerasi dapat digunakan untuk memasok oksigen ke dalam tambak bandeng. Kincir air paling cocok jika ditinjau dari laju alih oksigen dan kemudahan pemeliharaan. Jenis aerator yang menggunakan gelembung udara tidak mudah dirawat apalagi jika sudah mengalami kebocoran atau lubang – lubangnya tersumbat lumpur. Jenis aerator Air – O2 sangat efektif mengaduk air tetapi sering mengangkat lumpur dasar sehingga air menjadi keruh dan alih oksigen dari udara terhambat. Kincir air dapat digerakkan tenaga listrik maupu mesin bakar biasa yang diletakkan di atas pematang. Aerator sebagai alat pemasok oksigen, harus digunakan secara efisien dan tepat. Penggunaan aerator yang tidak benar dapat berakibat pengeluaran biaya tanpa hasil. Apabila dihitung dari konsentrasi oksigen terlarut pada saat kritis di pagi hari (1,46 ppm) dan konsentrasi minimal yang diperlukan adalah 3 ppm, maka jumlah oksigen yang harus dipasok pada malam hari adalah sekitar 15,4 kg.ha. Aerator yang kini banyak digunakan di tambak adalah aerator kincir produksi Taiwan atau RRC yang hanya mampu memasok sekitar 1 kg 02/kw.jam. umumnya aerator yang digunakan di Indonesia berkekuatan 1 kw, maka diperlukan 16 unit aerator untuk menaikkan konsentrasi oksigen terlarut dari 1,46 ppm menjadi 3 ppm atau menghasilkan 15,4 kg O2/kw.jam. secara teoritis, bila aerator dioperasikan selama 4 jam (dari pukul 01.00 – 05.00) maka 4 buah aerator per hektar tambak yang diatur pada posisi yang tepat sudah memadai (Kordi, 2009).



114



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



Gambar 5.6 Contoh instalasi pipa aerasi pada kolam Sumber: dokumentasi pribadi



Tujuan dari pembudi daya ikan pada umumnya adalah untuk memaksimalkan produksi dan keuntungan sambil menahan tenaga kerja dan upaya manajemen seminimal mungkin. Risiko kematian ikan, wabah penyakit, kualitas air yang buruk, dan berkurangnya konversi pakan sering terjadi ketika upaya untuk meningkatkan produksi tidak didukung oleh stRategi manajemen yang lebih baik. Dalam sebagian besar operasi budi daya kolam, aerasi menawarkan solusi paling cepat dan praktis untuk masalah kualitas air yang dihadapi pada tingkat penyimpanan dan pemberian pakan yang lebih tinggi.  Aerasi dapat secara luas diklasifikasikan menjadi dua aplikasi yang berbeda, aerasi darurat dan aerasi pemeliharaan. Aerasi darurat umumnya dilakukan di kolam yang lebih besar dengan luas 3 hingga 20 hektar dan menggunkan aerator tipe percikan atau semprotan yang biasanya ditenagai oleh traktor, atau motor yang digerakkan listrik atau bahan bakar. Aerasi ini hanya digunakan ketika oksigen terlarut turun ke tingkat yang membuat ikan stres. Yang melekat dalam pendekatan ini adalah kebutuhan untuk sering memantau oksigen di kolam untuk mengantisipasi kapan krisis mungkin muncul. Untuk memaksimalkan penggunaan peralatan aerasi darurat yang efisien sebaiknya aerasi saja selama periode oksigen rendah dan untuk dapat memindahkan aerator dari kolam ke kolam sesuai kebutuhan. Semakin kuat aerator, semakin cepat oksigen dapat dinaikkan ke tingkat yang aman. Roda dayung berpenggerak traktor sangat portabel dan kuat karena merupakan jenis aerator darurat yang paling banyak digunakan di kolam besar di tambak ikan komersial.  Beberapa jenis ikan air tawar mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen kurang dari 3 ppm (part per million) atau mg/l, padahal konsentrasi minimum yang masih dapat diterima sebagian besar spesies biota air budi daya untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen di bawah 4 ppm, beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup tetapi nafsu makannya mulai menurun. Konsentrasi oksigen yang baik dalam AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



115



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN budi daya perairan adalah antara 5 – 7 ppm. Hanya ikan – ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan (dikenal sebagai ikan – ikan labirin) yang mampu hidup pada perairan dengan kandungan oksigen rendah hingga 2 ppm, seperti lele (Clarias sp.), gurami (Osphronemus gouramy), sepat (Trichogaster sp.), betook (Anabas testudineus), tambakan (Helostoma temmincki), gabus (Channa striata) dan toman (C. micropeltes). Ikan – ikan ini mampu menghirup oksigen langsung dari udara dengan cara menyembul di permukaan air (Kordi, 2010). Konsentrasi oksigen terlarut berubah – ubah dalam siklus harian. Pada waktu fajar, konsentrasi oksigen terlarut rendah dan semakin tinggi pada siang hari yang disebabkan oleh fotosintesis dan mencapai titik maksimal lewat tengah hari. Pada malam hari saat tidak terjadi fotosintesis proses respirasi ikan tetap berlangsung sehingga akan terjadi penurunan oksigen terlarut. Penurunan oksigen terlarut juga dapat disebabkan oleh difusi, respirasi dan reaksi kimia (oksidasi dan reduksi). Kehilangan karena proses difusi baru akan terjadi apabila kadar oksigen dalam air sudah lewat jenuh. Sebagaimana halnya dengan proses masuknya oksigen ke dalam air maka proses difusi dari dalam air ke udara juga memerlukan tenaga bantuan agar dapat berjalan lebih cepat. Penggunaan aerator atau angin yang bertiup dapat mempercepat proses tersebut. Pengurangan oksigen dalam air yang paling banyak adalah karena proses pernapasan biota budi daya, fitoplankton dan zooplankton termasuk bakteri dan detritus (Kordi, 2010). Suhu sangat berpengaruh terhadap kadar oksigen. Oksigen berbanding terbalik dengan suhu artinya bila suhu tinggi maka kelarutan oksigen berkurang. Selain suhu, salinitaspun berpengaruh pada tingkat kelarutan oksigen di dalam air. Semakin tinggi salinitas maka semakin rendah kelarutan oksigen dalam air. Oleh karena itu suhu dan salinitas erat kaitannya dengan tinggi rendahnya kelarutan oksigen. Kandungan oksigen pada perairan danau dan waduk sangat optimal antara 5 – 7 ppm karena adanya pasokan oksigen yang berasal dari aliran air dari anak sungai menuju ke danau atau ke waduk, angin, aktivitas atau kegiatan di waduk atau danau, dan fotosintesis. Kandungan oksigen menurun rendah terutama peledakan plankton (blooming plankton) atau ketika terjadi upwelling sehingga dasar perairan yang kandungan oksigennya rendah terangkut ke permukaan (Kordi, 2010). Aerator adalah alat yang digunakan pada kolam atau tambak yang berfungsi untuk melakukan aerasi atau membantu melarutkan oksigen yang ada di udara ke dalam air. Efektivitas aerasi (peristiwa terlarutnya oksigen di dalam air) tergantung pada seberapa luas permukaan air yang bersinggungan langsung dengan udara, aerasi, selain dapat digunakan untuk melarutkan oksigen ke dalam air serta melepas kandungan gas-gas yang terlarut dalam air juga punya fungsi untuk menghilangkan oksidasi besi dan mangan dalam air, mereduksi ammonia dalam air melalui proses nitrifikasi. Berikut adalah beberapa jenis aerator yang dapat dipilih sesuai kebutuhan kolam atau tambak. 1. Aerator Kincir Air Merupakan jenis aerator yang paling umum digunakan di kolam besar. Air yang jatuh akan mendorong baling-baling sehingga menyebabkan turbin berputar. Perputaran turbin ini dihubungkan ke generator. Kincir air ini memiliki generator listrik yang berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik dan menambah kecepatan putaran dari kincir ke generator. Prinsip sederhananya, aerator kincir air dengan diameter yang lebih besar akan mentransfer oksigen lebih banyak dibandingkan berukuran kecil. Kejenuhan oksigen terlarut (DO) yang mencapai kejenuhan 250% akan menimbulkan



116



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN gas emboli pada jaringan daun insang yang menyebabkan stres, mengganggu pernafasan dan mengambang. Difusi oksigen ke dalam air terjadi bila air tidak jenuh dan difusi oksigen ke udara bebas terjadi bila oksigen lewat jenuh (Boyd, 1982).



Gambar 5.7 Kincir Air Sumber: isw.co.id



Gambar 5.8 Aerasi Pada Tambak Sumber: aeratorindonesia.com



Oksigen terlarut dalam air tambak budi daya udang semi intensif dan intensif harus dipertahankan berkisar konsentrasi jenuh (5 – 7 ppm, tergantung air dan salinitas). Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh udang bergantung pada ukuran, suhu, dan padat penebaran. Untuk budi daya intensif dengan padat penebaran 300.000 ekor/ha, oksigen di perairan tambak harus dipertahankan pada kisaran 5 – 10 ppm. Kondisi kritis, dalam kaitan dengan konsentrasi oksigen terlarut, dapat dilihat dari jumlah udang yang cenderung berenang di permukaan air. Hal ini biasanya terjadi pada pagi hari saat konsentrasi oksigen terlarut menurun mencapai < 3 ppm. Kodisi tersebut tidak boleh berlangsung terus setiap hari, hal ini dikarenakan kondisi tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan kematian massal. Cara mengatasinya yaitu dengan memasang sistem aerasi untuk memasok ketersediaan oksigen dengan cepat. Berbagai jenis peralatan AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



117



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN aerasi dapat digunakan untuk memasok ketersediaan oksigen terlarut ke dalam tambak, tetapi hanya kincir air yang paling cocok digunakkan jika ditinjau dari aspek laju alih oksigen terlarut dan kemudahan dalam perawatan alatnya. Jenis aerator yang menggunakan gelembung udara tidak mudah dipelihara apalagi kalau sudah mengalami kebocoran dan lubang – lubangnya tersumbat lumpur. Jenis aerator air-O2 sangat efektif mengaduk air tetapi sering mengangkat lumpur dasar sehingga air menjadi keruh dan alih oksigen dari udara terhambat. Kincir air dapat digerakkan dengan tenaga listrik maupun mesin bakar biasa yang diletakan di atas pematang (Kordi, 2010). Kincir air berkekuatan 1 HP dapat digunakan pada tambak yang kedalamannya kurang dari 1,2 m, jika kedalaman tambak lebih dari 1,5 m perlu menggunakan aerator efek venturi. Posisi aerator harus dapat meningkatkan aliran air di seluruh tambak secara maksimal. Pada bulan pertama pemeliharaan biasanya dasar tambak relatif bersih, sehingga penempatan 4 buah aerator masing – masing di sudut tambak, cukup untuk tambak seluas 1 ha. Aerator diletakkan 3 – 5 m dari dasar pematang atau 2 m dari caren. Jika jarak aerator lebih dari 50 maka perlu penambahan aerator setelah 6 – 8 minggu masa penebaran. Jarak aerator 50 – 70 m, maka perlu penambahan aerator di sebelah tengah tambak, 15 – 20 m dari dasar pematang. Sedangkan jika jarak antara aerator 70 – 100 m, maka perlu penambahan aerator sejajar dengan dua aerator tersebut, yaitu 3 – 5 m dari dasar pematang. Untuk tambak berbentuk bujur sangkar atau bundar dan luasnya kurang daro 0,5 ha aerator dapat di pasang membentuk sudut ke arah pinggir tambak untuk memacu sirkulasi air. Pada tambak dengan padat penebaran tinggi atau dasar tambaknya tidak bersih oleh alasan tertentu, tetap perlu penambahan aerator. Aerator tersebut diletakkan antara aerator yang sudah dipasang dan ditambah satu pada saat – saat tertentu. Untuk menghindari pengadukan yang berlebihan pada sisa kotoran yang terkumpul (Kordi, 2010). Tabel 5.2 Pedoman Pengoperasian Kincir Umur udang (hari)



Oksigenasi



Pembersihan



1 – 20



Selam mendung/hujan dan setelah tambak air



Malam hari 2-6 jam, tiap 2-3 hari



20 – 50



Selam mendung/hujan dan setelah tambak air



Malam hari 2-6 jam, tiap 2-3 hari



50 – 90



Selam mendung/hujan dan setelah tambak air



Malam hari 2-6 jam, tiap 2-3 hari



90 – 150



Terus-menerus, selain ketika pemberian pakan



Terus-menerus, selain ketika pemberian pakan



Sumber: (Kordi, 2010)



118



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 5.3 Hubungan Antara Kelarutan Oksigen (O2) dan Suhu pada Tekanan Udara 760 mm Hg



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



Suhu (0C)



Kadar O2 Terlarut (mg/l)



0



14,62



1



14,22



2



13,83



3



13,46



4



18,11



5



12,77



6



12,45



7



12,14



8



11,84



9



11,56



10



11,29



11



11,03



12



10,78



13



10,54



14



10,31



15



10,08



16



9,87



17



9,68



18



9,47



19



9,28



20



9,09



21



8,91



22



8,74



23



8,58



24



8,42



25



8,26



26



8,11



27



7,97



28



7,83



29



7,69



30



7,56



31



7,43



119



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN







Suhu (0C)



Kadar O2 Terlarut (mg/l)



32



7,30



33



7,18



34



7,06



35



6,95



36



6,84



37



6,73



38



6,62



39



6,51



40



6,41



Sumber: (Kordi, 2010)



Aerator tidak harus dihidupkan terus menerus, terutama pada awal penebaran. Lama waktu aerator dihidupkan ditentukan oleh kadar oksigen dan kondisi tambak. Untuk membersihkan tambak pengoperasian aerator dapat dikurangi sedangkan pada malam hari dibutuhkan untuk menambah oksigen. Pada kasus oksigen turun di bawah 4 ppm, kematian plankton secara mendadak atau treatment bahan kimia, maka seluruh aerator harus dihidupkan kecuali saat pemberian pakan. Pada kasus yang paling buruk saat udang tidak mau makan dalam jangka pendek maka aerator harus dihidupkan kecuali saat pemberian pakan. Begitu juga dalam kondisi fitoplankton yang blooming atau berlebihan, maka aerator harus dihidupkan agar pasokan oksigen terlarut dapat berlangsung secara merata. Pedoman lain yang sering digunakan adalah padat benur. Untuk padat benur 40.000 ekor dapat memakai aerator kincir air berkapasitas 1 PK. Berdasarkan pedoman tersebut rata – rata 150.000 ekor per petakan, maka untuk setiap petakan membutuhkan kincir air berkapasitas 1 PK sebanyak 4 buah (Kordi, 2010). Aerator sebagai alat pemasok oksigen harus digunakan secara efisien dan tepat. Penggunaan aerator yang tidak benar dapat berakibat pada pengeluaran biaya tanpa hasil. Apabila dihitung dari konsentrasi oksigen terlarut pada saat kritis di pagi hari, misalnya 1,46 ppm dan konsentrasi minimal yang diperlukan adalah 3 ppm maka jumlah oksigen yang harus dipasok pada malam hari sekitar 15,4 kg/ha. Aerator yang kini banyak digunakan di tambak adalah aerator kincir produksi Taiwan atau RRC yang hanya mampu memasok sekitar 1 kg O2/ kw.jam. Umumnya aerator yang digunakan di Indonesia berkekuatan 1 kw, maka diperlukan 16 unit aerator untuk menaikkan konsentrasi oksigen terlarut dari 1,46 ppm menjadi 3 ppm atau menghasilkan 15,4 kg O2/kw.jam. Secara teoritis, bila aerator dioperasikan selama 4 jam (dari pukul 01.00 – 05.00) maka 4 buah aerator per hektar tambak yang diatur pada posisi yang tepat sudah memadai (Kordi, 2010). 2. Turbo Pro Jet Aerator Turbo Pro menimbulkan udara langsung pada kedalaman air dalam bentuk gelombang mikro, dengan minimum 22.500-87.000 liter udara per jam. Tingkat aerasi seperti ini lebih tinggi hingga 7-8 kali dari kincir aerator tradisional. Daya aduk dari turbo pro jet aerator membawa udara ke dalam air dan tercampur



120



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN dalam kecepatan tinggi sehingga membuat air penuh dengan oksigen. Selain itu, turbo jet menghasilkan hingga 21% udara adalah oksigen, proses ini akan membersihkan dan memurnikan kolam tambak dalam beberapa minggu. Arus yang ditimbulkan pun sampai kedalaman dan jarak hingga 35 meter sehingga meratakan dan menyebarkan oksigen ke seluruh kolam tambak. Kualitas bahan yang dipakai pun sangat tinggi yang memberikan efek tahan terhadap korosif atau karat dari air asin atau polutan.



Gambar 5.9 Turbo Jet Aerator Sumber: isw.co.id



Gambar 5.10 Aerasi dengan Turbo Jet Aerator Sumber: isw.co.id



3. Pompa Aerator Vertikal Terdiri atas motor submersible dengan impeller yang melekat pada poros output. AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



121



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN 4. Diffusers atau Bubblers Desain aerator yang memiliki banyak pori-pori kecil yang berfungsi untuk melepaskan gelembung di dasar tambak. Oksigen di transfer sebagai gelembung yang kemudian naik ke permukaan kolam. Diffusers untuk aerasi skala besar biasanya berbentuk cakram atau tabung yang terbuat dari kaca silika yang diikat, keramik, plastik, plastik berpori, atau membran berlubang fleksibel. Diffuser dapat digunakan untuk aerasi pada pengolahan air limbah dengan cekungan 15-30 kaki untuk mengoptimalkan perpindahan oksigen. Ada juga diffusers yang menggunakan oksigen murni pada fase gas dapat memiliki kecepatan transfer oksigen tinggi, tetapi biaya operasi terlalu tinggi untuk aerasi kolam besar secara rutin.



Gambar 5.11 Aerasi Sistem Diffusers Sumber: wonderfulkoi.blogspot.com



5. Aerator Pompa-Semprotan Aerator pompa semprot ini bekerja pada debit air berkecepatan tinggi. Biasanya didukung dengan motor listrik



122



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



LEMBAR PRAKTIKUM Praktikum 1: Menyebutkan Alat – Alat Sarana Instalasi Air, Mengoperasikan dan Menjelaskan Fungsinya. Tujuan : Peserta didik mampu menjelaskan dan memasang peralatan sarana instalasi air LK.01. Sarana instalasi air No.



Nama Peralatan Instalasi Air



Fungsi



Cara Pengoperasian



1. 2. 3. 4. 5.



Praktikum 2: Menyebutkan Alat – Alat Sarana Instalasi Listrik, Mengoperasikan dan Menjelaskan Fungsinya. Tujuan : Peserta didik mampu menjelaskan dan memasang peralatan sarana instalasi air LK.02. Sarana instalasi listrik No.



Nama Peralatan Instalasi Listrik



Fungsi



Cara Pengoperasian



1. 2. 3. 4. 5.



Praktikum 3: Menyebutkan Alat – Alat Sarana Instalasi Aerasi, Mengoperasikan dan Menjelaskan Fungsinya. Tujuan : Peserta didik mampu menjelaskan dan memasang peralatan sarana instalasi air AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



123



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



LEMBAR PRAKTIKUM LK.03. Sarana instalasi aerasi No.



Nama Peralatan Instalasi Listrik



Fungsi



Cara Pengoperasian



1. 2. 3. 4. 5.



CAKRAWALA



Usaha budi daya pendederan ikan dan udang di tambak sistem semi intensif, intensif dan super intensif dibutuhkan sejumlah peralatan untuk pengelolaan kualitas air. Pembudidayaan biota akuatik dengan padat tinggi dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang lebih cepat. Oleh karena itu penggantian air saja tidak mampu menanggulangi penurunan kualitas air yang terjadi dengan cepat.



JELAJAH INTERNET Untuk menambah wawasan tentang pemasangan instalasi air, listrik dan aerasi bisa kalian lihat dan pelajari pada alamat web dengan cara memindai qr code di bawah ini: https://rumahdarul.wordpress.com/2012/04/24/ mempersiapkan-instalasi-kolam-serta-pengisian-air/ https://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/11429-aerasi-pada-kolam-koi-dan-penempatan-aerator-yang-benar.html



124



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



RANGKUMAN



Aerator sebagai alat pemasok oksigen harus digunakan secara efisien dan tepat. Penggunaan aerator yang tidak benar dapat berakibat pada pengeluaran biaya tanpa hasil. Apabila dihitung dari konsentrasi oksigen terlarut pada saat kritis di pagi hari, misalnya 1,46 ppm dan konsentrasi minimal yang diperlukan adalah 3 ppm maka jumlah oksigen yang harus dipasok pada malam hari sekitar 15,4 kg/ ha.



TUGAS MANDIRI TUGAS I Materi tugas : Instalasi air, listrik dan aerasi Mengidentifikasi isi materi pembelajaran (Diskusi kelompok dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran) Berdiskusilah dengan sesama anggota kelompok untuk menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini! Pertanyaan: 1. Sebutkan jenis – jenis peralatan instalasi air! 2. Sebutkan jenis – jenis peralatan instalasi listrik! 3. Sebutkan jenis – jenis peralatan instalasi aerasi! 4. Jelaskan manfaat penggunaan alat aerasi untuk kolam pendederan! 5. Jelaskan fungsi genset pada kegiatan pendederan! TUGAS II Lakukanlah observasi ke balai benih ikan atau tempat pendederan kemudian amati dan lakukanlah tanya jawab dengan pemilik usaha atau kepala balai! Dokumentasikan dengan membuat video atau berupa foto dan hasilnya dipresentasikan di depan kelas kemudian didiskusikan!



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



125



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENILAIAN AKHIR BAB Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik! 1. Jelaskan yang dimaksud dengan diffusers? 2. Bagaimanakah cara kerja turbo pro jet aerator? 3. Sebutkan efek dari penggunaan aerator yang tidak benar! 4. Berapakah kisaran oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh udang supaya pertumbuhannya optimal? 5. Jelaskan tentang aerator kincir air! 6. Gambarkan desain kolam pendederan yang dilengkapi instalasi air, listrik dan aerasi!



REFLEKSI Kolam pendederan yang intensif harus dilengkapi dengan sarana instalasi air, listrik dan aerasi. Kelengkapan sarana ini bertujuan supaya ikan dan udang yang dibudidayakan bisa mencapai pertumbuhan yang optimal. Kelengkapan sarana tersebut memang membutuhkan modal yang besar tetapi manfaatnya juga sangat besar bagi pembudi daya. Akan tetapi jika pembudi daya tidak melengkapi kolam pendederan dengan instalasi air, listrik dan aerasi yang memadai maka akan membuka peluang kegagalan terhadap usaha tersebut. Oleh karena itu sudah seharusnya setiap pembudi daya memenuhi kelengkapan sarana – sarana tersebut demi keberhasilan usaha pendederan yang dilakukan



126



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PERSIAPAN MEDIA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



BAB VI



BAB VI PERSIAPAN MEDIA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN TUJUAN PEMBELAJARAN Pembelajaran mengenai persiapan media pendederan komoditas perikanan bertujuan untuk menjelaskan rencana kegiatan persiapan pendederan, menjelaskan persyaratan kualitas air untuk kegiatan pendederan komoditas perikanan payau dan laut, membuat rencana kegiatan persiapan pendederan, melakukan persiapan media pendederan yang mengacu pada persyaratan media sesuai dengan fungsinya, menyiapkan media pendederan sesuai dengan tahapan kegiatan yang sudah ditentukan dan menyiapkan air baku untuk kegiatan pendederan yang sesuai dengan persyaratan baku mutu kualitas air yang ditentukan.



PETA KONSEP



Rencana kegiatan pendederan



Persiapan media pendederan



Memahami persyaratan kualitas air



Menyiapkan air sesuai persyaratan baku mutu



KATA KUNCI persiapan, media, pendederan, perikanan, payau, dan laut



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



127



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENDAHULUAN Tahap awal sebelum melakukan kegiatan pendederan yaitu menyiapkan media pendederan secermat mungkin. Tahap penyiapan media meliputi kegiatan pembersihan kolam, bak atau tambak pendederan dari berbagai polutan dan hama yang berpotensi menimbulkan penyakit dan mengakibatkan kematian bagi biota yang dibudidayakan seperti ikan ataupun udang. Setelah itu dilakukan kegiatan pengapuran dan pemupukan pada kolam atau tambak pendederan. Hal ini dilakukan supaya tambak atau kolam media budi daya menjadi subur dan ketersediaan pakan alami melimpah.



Gambar 6.1 Pembersihan Media Kolam Pendederan Sumber: dokumentasi pribadi



Untuk tumbuh dan berkembang, ikan membutuhkan perairan yang kualitas airnya optimum. Kualitas air optimum terjadi pada perairan yang tingkat kesuburannya sedang (mesotrofik) sampai tinggi (eutrofik). Akan tetapi untuk budi daya ikan intensif perairan dengan kesuburan sedang dianggap lebih cocok. Pada perairan yang tingkat kesuburannya tinggi akan terjadi proses penurunan oksigen pada malam hari. Kesuburan kolam pemeliharaan terkait dengan kegiatan persiapan media pendederan yaitu pemupukan. Semakin banyak dosis pemupukan maka akan membuat kolam pendederan semakin subur, tetapi kalau terjadi over dosis pemupukan maka akan berakibat tidak baik bagi kolam. Oleh karena itu setiap pembudi daya ikan perlu memahami dan menguasai keahlian penyiapan media pendederan.



128



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN A. Perencanaan Penyiapan Media Pendederan 1. Pendederan Bandeng Petak pendederan merupakan petak yang cocok untuk aklimatisasi nener sampai mampu beradaptasi di tambak. Luas petak pendederan bervariasi tetapi untuk mempermudah pemanenan sebaiknya kurang dari 200 m2. Kedalaman air dipertahankan kurang dari 50 cm untuk memungkinkan klekap dan plankton tumbuh. Petak pendederan juga dapat dibuat dari bentangan waring yang dibentuk segi empat di petak pembesaran atau penggelondongan. Petak yang dibangun dari waring ini pemanenan dan lebih mudah daripada petak tanah, selain itu penggunaan lahan juga relatif hemat karena petak ini dapat berfungsi sebagai petak pengelondongan atau pembesaran bila waring diangkat. Nener produksi hatchery umumnya berumur antara 20 – 25 hari. Nener ini terbiasa berada pada lingkungan terbatas (maksimal volume wadah pemeliharaan 30 ton) dan kadar garam yang relatif konstan (32 – 35 ppt), oleh karena itu nener ini sangat memerlukan adaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas dan relatif tidak stabil (Ahmad et al., 2007). Kegiatan pendederan bandeng memerlukan perencanaan yang matang, hal ini dikarenakan tingkat mortalitas pada tahap kehidupan benih sangat tinggi dan ikan sangat rentan terkena stres. Oleh karena itu perlu adanya persiapan yang matang dalam melaksanakan kegiatan pendederan. Salah satu perencanaan yang harus dilakukan adalah perencanaan media pendederan. Media untuk pendederan bisa dilakukan di tambak atau kolam tanah, bak semen (beton) atau kolam terpal. Ketiga jenis media tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masng-masing. Untuk kolam tanah keuntungannya pakan alami yang tersedia cukup melimpah karena proses pemupukan bisa dilakukan di kolam tanah sedangkan untuk kolam beton dan semen pada umunya ketersediaan pakan alami sedikit dan perlu ada penambahan pakan pellet. Pemilihan penggunaan ketiga media tersebut dilakukan berdasarkan kondisi lingkungan yang mendukung untuk dilakukan pendederan. Untuk pendederan bandeng sehari sebelum nener dipindahkan ke petak peneneran, sebaiknya petak peneneran ditancapi rumpon – rumpon, misalnya berupa ranting pohon bakau, daun kelapa, atau daun pisang. Kegunaan rumpon – rumpon tersebut untuk tempat berlindung nener yang masih lembut dan menangkis sengatan panas sinar matahari. Jika semuanya sudah disiapkan salinitas air dalam petak peneneran harus dikontrol dan salinitas harus diusahakan pada kisaran 10 – 15 ppt (Ahmad et al., 2007). Pemindahan nener ke petak peneneran dapat menggunakan ember plastik. Pemidahan dilakukan dengan mengambil air dalam tangki aklimatisasi dengan ember, kemudian ember tersebut ditenggelamkan pada petak peneneran secara pelan – pelan dan diangkat kembali dalam posisi terbalik. Pemidahan nener sebaiknya dilakukan pada waktu temperatur air masih rendah, misalnya pada dini hari, pagi hari atau sore hari. Penggantian air tambak di petak peneneran sebaiknya dilakukan setiap hari dengan jumlah 10% volume air petak peneneran dari air di petak buyaran dan pembesaran yang masih belum dihuni. Penggantian air yang efektif adalah menggunakan pompa air. Adapun waktu penggantian air yang tepat adalah siang hari dimulai pukul 11.00 sampai 15.00 dengan demikian, kenaikan temperatur air tambak dapat



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



129



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN di antisipasi. Pengontrolan temperatur air perlu dilakukan setiap hari selama nener dipelihara di petak peneneran usahakan temperatur air kurang dari 26 0 C (Murtidjo, 2002). Jika nener yang di tebar lebih dari 5.000 ekor/ha maka perlu adanya pemberian pakan buatan. Pakan buatan berupa pellet dengan kandungan protein 30%. Makanan untuk nener periode minggu pertama hingga minggu ke delapan sebaiknya dalam bentuk tepung yang diberikan dengan cara ditaburkan ke permukaan air tambak di petak peneneran. Makanan diberikan setiap 4 jam sekali atau 6 kali sehari dari takaran jatah makan per hari (Murtidjo, 2002). Tabel 6.1 Pedoman Pemberian Makanan Tambahan Periode Peneneran untuk Padat Penebaran 1.000 ekor/hektar (Murtidjo, 2002) Usia (minggu) Jatah Per Hari (kg) Kumulatif (kg) 1,40 1 0,20 4,20 2 0,40 0,60 8,40 3 0,75 13,60 4 0,90 19,90 5 1,00 20,60 6 7 1,10 28,70 8 1,20 37,10 2. Pendederan Nila Nila hitam atau nila Taiwan dimasukkan ke Indonesia tahun 1969. Nila hasil kawin silang (nila hybrid) antara O. nilotica dengan O. aureus ini secara resmi didatangkan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BPPAT) dari Taiwan. Nila dari Taiwan ini berwarna gelap atau kelabu kehijauan dengan garis – garis vertikal sebanyak 6 – 8 buah. Nila dari Taiwan ini merupakan nila unggul. tetapi karena ikan ini mudah kawin silang secara liar dengan ikan mujair (O. mossambica) dan varietas lain sehingga kemurniannya sulit dikendalikan (Kordi, 2010). Pendederan nila dapat dilakukan di dalam bak, hapa atau kolam pendederan. Pendederan dapat dilakukan dalam beberapa tahap tergantung ukuran panen yang dibutuhkan. Berikut adalah tabel yang menjelaskan tahapan pendederan benih ikan nila yang sebagian besar mengacu SNI 6141:2009 tentang produksi benih ikan nila hitam kelas benih sebar. Tabel 6.2 Kriteria Pendederan Benih Ikan Nila (SNI 6141:2009) Tingkat Benih No.



Standar



PI Bak



1.



130



Mata jaring (cm)



Hapa



PII Kolam



Kolam



PIII Waring



Kolam



0,2



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Penebaran benih 2.



Padat tebar (ekor/m2)



300500



500



300500



250



250



100



Ukuran minimum (cm)



Larva



Larva



Larva



2



2



5



Penebaran benih



3.



4.



Ransum harian maksimal (%)



30



20-30



20-30



15



10



10



Bentuk pakan



Tepung butiran



Tepung butiran



Tepung butiran



Remah



Remah



Pellet



Frekuensi pemberian



3-4



3-4



3-4



3-4



3-4



3-4



Waktu pemeliharaan (hari)



15



30



30



30



20



30



Pemanenan 5.



Sintasan minimum (%)



80



80



60



70



80



70



Panjang total (cm)



1-2



2-3



2-3



5-7



5-7



8-12



Keterangan: PI = Pendederan I PII = Pendederan II PIII = Pendederan III Sumber: (SNI 6141:2009)



Persiapan kolam pendederan dimulai dari pengeringan kolam, penebaran kapur dan pemupukan. Pengeringan kolam tanah dilakukan selama 3 – 7 hari sampai tanah dasar kolam retak – retak. Pengapuran dilakukan menggunakan kapur pertanian dengan dosis 500 – 1.000 kg/ha. Proses pengapuran dilakukan selama 3 – 5 hari selanjutnya dilakukan pengisian air hingga ketinggian kurang lebih 10 cm. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk kandang dengan dosis 1 – 2 ton/ha atau dapat menggunakan pupuk komersial dengan dosis sesuai yang tertera dalam kemasan. Pemupukan dilakukan untuk menumbuhkan pakan alami dan dibiarkan selama satu minggu. Kolam pendederan selanjutnya diisi air dengan kedalaman 80 – 100 cm. Pendederan nila dapat juga dilakukan pada hapa dan waring pada kerangka bambu yang dibuat di atas kolam tanah, penggunaan hapa dan waring dimaksudkan untuk memudahkan penanganan benih. Pemasangan hapa dan waring dilakukan setelah pengisian air minimal seminggu sebelum penebaran. Pendederan harus terbebas dari serangan hama dan penyakit. Penggunaan hapa dan waring dapat mengurangi serangan AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



131



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN predator. Adapun upaya untuk menghindari serangan penyakit dapat dilakukan dengan penambahan probiotik pakan maupun probiotik untuk kolam. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah pengecekan kualitas air secara rutin serta menjaga kebersihan kolam dan pematang. Melakukan aklimatisasi (BPPI, 2014) merupakan faktor penting lainnya yang harus juga diperhatikan. Aklimatisasi dimaksudkan untuk mengadaptasikan benih ikan pada media bersalinitas secara bertahap agar benih tidak stres pada saat penebaran di tambak payau. Perbedaan salinitas yang tinggi secara mendadak dapat menyebabkan kematian benih. Proses aklimatisasi dapat dilakukan dalam bak penampungan yang terbuat dari fiber atau bak permanen yang ditempatkan di dalam ruangan (indoor). Penggunaan ruangan indoor untuk proses aklimatisasi dimaksudkan untuk menghindari perubahan salinitas media akibat penambahan air hujan atau penguapan. Pemasangan aerasi serta bak filter berfungsi untuk menjaga kualitas air selama proses aklimatisasi. Aklimatisasi dengan menampung benih dalam bak penampungan pada salinitas 10 ppt dengan padat 1.000 – 2.000 m3. Salinitas media ditingkatkan 5 ppt per hari dengan menambahkan air laut ke bak penampungan hingga salinitas yang dikehendaki atau sesuai dengan yang diharapkan. Selama proses aklimatisasi dilakukan pemasangan filter penyaring serta penambahan aerasi yang kuat. Pemberian pakan dilakukan 1 - 2 % biomassa per hari. Setelah salinitas sesuai yang diharapkan maka benih dipelihara dalam bak penampungan selama 1 – 2 hari sebelum dilakukan pengepakan dan pengangkutan agar benih tidak stres. Sehari sebelum proses pengepakan dilakukan pemberoan agar benih tetap sehat selama pengangkutan. Panen benih dilakukan menggunakan jaring halus secara perlahan. Pemberian pakan dihentikan 1 hari menjelang panen. Hal ini bertujuan mengurangi kematian ikan selama proses pemanenan. Pemanenan dilakukan pada pagi hari untuk menghindari stres pada ikan sehingga mortalitas benih dapat ditekan. Pada saat panen juga dilakukan grading untuk menyeleksi benih dan mengelompokkan berdasarkan ukurannya (BPPI, 2014). Benih yang digunakan untuk kegiatan pendederan harus benih unggul yang berukuran 10 g/ekor. Benih nila ukuran 10 g/ekor dapat ditebar dengan padat 5 – 10 kg/m3 atau 500 – 1.000 ekor/m3. Selama pemeliharaan nila diberi pakan pellet yang mengandung protein 25 – 28% sebanyak 3 – 5% bobot biomassa, yang diberikan sebanyak 3 – 5 kali dalam sehari. Pellet dengan kandungan protein 25% sudah cukup untuk pertumbuhan optimal nila. Untuk memacu pertumbuhan nila hasil budi daya dibutuhkan pakan dengan kandungan protein 27 – 35%, sayangnya pakan dengan kandungan protein tinggi harganya lebih mahal. Oleh karena itu pakan yang mengandung protein 25 – 27% sudah cukup baik untuk memacu pertumbuhan nila (Kordi, 2010). 3. Pendederan Kakap Putih Benih kakap putih mulai dipasarkan untuk dibesarkan setelah berumur 45 hari, yaitu saat berukuran 2 – 3 cm, dengan bobot rata – rata 1,2 gr. Pada umur ini biasanya ukuran benih tidak seragam, masih bersifat kanibal dan cenderung berkumpul di satu tempat (bergerombol). Mengingat tingkat kematiannya yang masih tinggi, pemeliharaan benih (pendederan) harus dilakukan secara khusus di bak – bak terkontrol, di KJA atau di tambak. Pendederan dilakukan selama 3 – 4 bulan untuk menghasilkan benih kakap putih ukuran 20 – 30 gr/ekor. Pendederan yang dilakukan di bak – bak terkontrol akan mempermudah penanganan dan



132



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN pengawasan benih. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari dengan tujuan untuk menghindari terjadinya stres karena kondisi lingkungan. Sebelum dilepas ke bak, benih diaklimatisasikan (diadaptasikan) dulu dengan cara membuka kemasan berisi benih dan ditempatkan di sisi bak selama 0,5 – 1 jam agar terjadi penyesuaian suhu lingkungan secara perlahan. Kemudian kantong dibuka dan posisi kantong dimiringkan dengan mulut kantong diturunkan ke arah permukaan air pada bak pendederan, sehingga air di bak pendederan sedikit demi sedikit masuk ke dalam kantong. Dengan demikian, benih ikan dapat keluar dari kantong dan dengan sendirinya masuk ke bak pendederan. Padat penebaran di bak pendederan berkisar antara satu sampai tiga ekor per liter. Aerasi dengan sistem air mengalir harus berlangsung lancar sehingga pergantian air dapat berlangsung sempurna minimal 200% per hari. Untuk mengurangi penurunan kualitas air akibat sisa pakan, dilakukan penyiponan (proses pengeluaran sisa pakan dan kotoran lain dengan menggunakan selang). Penyiponan dilakukan setiap hari setelah selesai pemberian pakan. Pendederan di KJA ukuran mini atau kecil juga harus melalui proses aklimatisasi yang dilakukan dengan cara yang sama. Padat penebaran kakap putih di KJA adalah 300 – 5 ekor/keramba atau 70 – 80 ekor/m3. Kemudian, setelah masa pemeliharaan 1,5 – 2 bulan tingkat padat dikurangi menjadi 150 ekor/keramba. Padat 150 ekor ini dipertahankan sampai masa pemeliharaan benih (pendederan mencapai 3 – 4 bulan). Selama pendederan, ukuran pakan yang diberikan harus disesuaikan lebar bukaan mulut ikan sebanyak 8 – 15 % dan bobot biomassa. Sebagai pakannya dapat digunakan rebon segar (udang kecil berukuran 1 cm) dan daging ikan rucah (minced fish) seperti teri, tembang, selar, peperek, lemuru, dan lain – lain yang segar dan digiling. Benih juga dilatih memakan makanan buatan seperti pellet. Frekuensi pemberian pakan adalah 4 – 5 kali/hari dan tiap kali diberikan hingga ikan benar – benar kenyang. Pendederan benih kakap putih juga bisa dilakukan dilakukan pada tambak, padat penebaran untuk benih berukuran 2 – 3 cm adalah 20 – 30 ekor/ m2 sedangkan untuk benih ukuran 5 – 7 cm ditebar sebanyak 10 – 20 ekor/ m2. Benih yang ditebar harus sehat benih yang sehat biasanya berwarna cerah, lincah, aktif dan nafsu makan tinggi, tidak cacat pada sirip, sisik maupun bagian tubuh lainnya. Sebelum ditebar ke dalam tambak, benih didesinfektan terlebih dahulu agar kondisi benih selalu sehat. Desinfektan dilakukan dengan cara merendam benih ke dalam larutan formalin dosis 15 – 25 ppm (sekitar 1 sendok makan/250 – 400 liter air) selama setengah sampai satu jam. Selama pendederan di tambak, benih kakap putih diberikan pakan berupa ikan rucah (minced fish), udang jambret atau pellet, jumlah pakan yang diberikan sebanyak 10 – 15 % dari total bobot badan ikan atau diberikan sampai ikan kenyang (ad libitum) yang ditandai dengan ikan tidak menyambar lagi makanan. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Pakan berupa ikan rucah duri kerasnya harus dikeluarkan dan dipotong kecil – kecil disesuaikan dengan ukuran mulut ikan. Untuk mengurangi kanibalisme, dasar tambak dilengkapi shelter (pelindung) yang terbuat dari potongan pipa PVC berukuran besar. Selain sebagai shelter, pipa PVC juga berfungsi sebagai tempat persembunyian ikan. Dengan bersembunyinya ikan tersebut berarti besarnya energi yang diperlukan untuk bergerak akan menurun, dan dengan demikian memungkinkan ikan untuk menjadi semakin besar dengan lebih cepat. Sementara itu kedalaman air di dalam tambak dipertahankan antara AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



133



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN 80 – 100 cm, setiap hari dilakukan pergantian air di dalam tambak sebanyak 10 – 15 %. Pendederan dilakukan 2 – 3 bulan tergantung dari ukuran benih awal yang di tebar. Untuk benih yang saat ditebar berukuran 5 – 7 cm atau bobot 4 – 6 gr/ekor bahkan ada yang mencapai 45 gr/ekor. Umumnya benih ikan laut mulai dipasarkan setelah berumur 45 hari, yaitu saat berukuran 2 – 3 cm, dengan bobot rata – rata 1,2 g/ekor. Pada umur ini biasanya ukuran benih tidak seragam. Padahal benih ikan karnivor bersifat kanibal dan cenderung berkumpul di satu tempat, bergerombol. Mengingat tingkat kematiannya yang masih tinggi, maka pemeliharaan benih (pendederan) harus dilakukan secara khusus di bak – bak terkontrol, di KJA atau di tambak (Kordi, 2010). 4. Pendederan Udang Vaname dan Windu Tabel 6.3 Ukuran serta bentuk wadah produksi nauplius dan benur Jenis wadah



1.



Wadah nauplius: bak penampungan, pematangan dan perkawinan induk 2*



20



-



Min 1



0,6



Bak pemijahan



2



-



0,8 – 1



0,6



Bak penetasan telur



-



0,3



0,8 – 1



0,6



Wadah produksi



-



-



-



Bak pemeliharaan larva



3*



10



1,5



1,2



Bak kultur fitoplankton



-



20% 40% dari bak larva



1



-



2.



134



Luas Kedalaman Volume Tinggi dasar air (m) 1*, (m3), min (m) (m2), min min



No.



Bentuk Bulat, oval atau empat persegi panjang bersudut tumpul Bulat, oval atau empat persegi panjang bersudut tumpul Bulat, oval atau empat persegi panjang bersudut tumpul Bulat, oval atau empat persegi panjang bersudut tumpul Bulat, oval atau empat persegi panjang bersudut tumpul Persegi empat



Bahan



Semen, fiber plastik



Semen, fiber plastik



Semen, fiber plastik



Semen, fiber plastik



Semen, fiber plastik Semen, fiber plastik



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Penetasan kista Artemia



-



0,02



-



-



-



Fiber glass, plastik



Penampungan Fiber benur saat 500 glass, panen (padat), ekor/l plastik maks Catatan 1* artinya jarak antara permukaan air dan bibir bak minimal 0,3 m Catatan 2* artinya warna dasar bak cerah dan warna dinding bak gelap Catatan 3* artinya kemiringan dasar bak 2% - 5% kearah pembuangan Sumber: (Kordi, 2010)



Berdasarkan penelitian dan pengalaman, dianjurkan agar benih yang ditebar di tambak adalah benih yang telah mencapai stadia PL 30, karena benih tersebut telah cukup kuat dan tahan terhadap kondisi tambak yang luas dan dalam. Akan tetapi umumnya hatchery menjual benih pada PL 12 atau PL 15. Oleh karena itu petambak melalakukan pendederan selama 30 hari kemudian baru dilanjutkan kegiatan pembesaran. Ada juga sebagian petambak membeli benih PL 12 dan PL 15 kemudian melakukan kegiatan pendederan, dan benih dari hasil pendederan PL 45 dijual kepada petambak yang melakukan kegiatan pembesaran (Kordi, 2010). Kegiatan pemeliharaan benih ini bisa disebut pendederan atau penggemukan. Kegiatan ini dilakukan di tambak dengan membuat petak pendederan atau dengan menggunakan hapa. Petak pendederan ditempatkan di salah salah satu sudut tambak dengan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya: panjang 3 – 6 m, lebar 1 – 2 m, dan tinggi 0,5 – 1 m. Benih udang ditebar ke dalam petak pendederan dengan padat 500 – 1.000 ekor/m2. Untuk mencegah terik matahari menembus ke dalam petak, maka petak dinaungi daun kelapa, daun sagu atau daun nipah. Dalam petak juga perlu dipasang shelter (pelindung) bagi benur berupa sekat – sekat yang terbuat dari lembaran jaring yang telah rusak atau daun kelapa. Cara pendederan lainnya adalah dengan menggunakan hapa. Hapa adalah kotak yang dibuat dari kain jaring nilon atau disebut juga dengan istilah waring sebagai dinding dan dasar kotak. Bingkai – bingkai dibuat dari tali yang cukup kuat. Hapa yang dipasang di dalam petak – petak tambak dengan cara mengikatkannya pada tiang di dasar tambak. Ukuran hapa disesuaikan dengan kebutuhan atau mempertimbangkan kemudahan dalam pengelolaan. Hapa yang ukurannya terlau besar menyulitkan pengelolaan. Biasanya ukuran hapa yang umum adalah panjang 3 – 6 m, lebar 1 – 2 m, dan tinggi 0,5 – 1 m. Hapa ditempatkan pada petak tambak yang pergantian airnya mudah diatur sehingga kesegaran air di dalam hapa terjamin. Hapa yang telah siap ditebari benih udang dengan padat 500 – 1.000 ekor/m2. Di dalam hapa dipasang shelter berupa sekat – sekat yang terbuat dari lembaring waring atau jaring yang telah rusak atau daun kelapa. Selain menjadi tempat bersembunyi bagi benih udang, shelter ini juga ditumbuhi berbagai macam organism renik yang dapat dimakan oleh benih udang. Selama pemeliharaan, benih udang diberi pakan berupa pellet ukuran kecil yang dibkender agar sesuai dengan ukuran mulut benih (Kordi, 2010).



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



135



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN B. Teknik penyiapan media pendederan Terdapat banyak tempat untuk digunakan sebagai media pendederan yaitu pada kolam tanah, bak semen, kolam terpal ataupun keramba jaring apung (KJA). Langkah – langkah yang harus disiapkan yaitu: 1. Pembersihan Lahan Sebelum kita membersihkan lahan yang akan kita pakai untuk pemeliharaan ikan, terlebih dulu kita menentukan lahan mana yang akan kita pakai tempat kerja kita nantinya sebab pemilihan lokasi merupakan langkah awal untuk menentukan sebuah keberhasilan dalam budi daya. Ada baiknuya sebagai tempat untuk pemeliharaan benih adalah kolam tanah atau bisa juga kolam beton yang airnya tidak terlalu deras mengalir. Apabila air mengalir terlalu deras akan mengakibatkan benih sulit untuk mendapatkan makanan alami yang seharusnya mereka dapatkan ketika masih kecil. Berbeda lagi jika benih yang berkembang tadi berumur 15 hari, bisa dipindah ke tempat yang airnya mengalir dengan harapan dapat mendapatkan makanan tumbuhan dari alam maupun dari para pembudi daya. Pembersihan lahan dilakukan di kolam beton atau kolam terpal, yang pada sisi – sisinya dan atau dasarnya bukan dari tanah atau yang berpori, tetapi terbuat dari bahan tertutup atau yang tidak berpori. Pembersihan lahan ini dimaksudkan agar tidak ada lagi bakteri atau virus yang terdapat di kolam pemeliharaan. Adanya faktor – faktor pengganggu tersebut akan menyebabkan pemeliharaan terancam gagal. Munculnya satu penyakit saja pada seekor ikan akan mengakibatkan kematian massal pada sebuah tempat pemeliharaan. Fasilitas kolam yang harus disiapkan untuk sebuah pemeliharaan ikan yaitu: kolam pemeliharaan, kolam pemijahan, kolam pendederan, kolam pemeliharaan benih dan kolam pengendapan (sebagai tempat penyaringan air yang akan masuk ke petak – petak lahan kola pemeliharaan). Keemuanya itu merupakan satu siklus pemeliharaan ikan, kolam harus kelihatan selalu bersih dan terawatt. Maksudnya, tidak kotor dan bocor. (Sonatha dan Puspita, 2016). Apabila terdapat sebuah kesalahan pada awal maka akan mengakibatkan kegagalan dalam pemeliharaan ikan. Syarat – syarat kolam untuk pemeliharaan ikan yaitu: a. Dapat menampung volume air yang banyak atau yang akan kita inginkan dalam sebuah pemeliharaan. b. Mudah diairi dan juga mudah dikeringkan. c. Harus terhindar dari segala macam kecelakaan. d. Harus dilindungi dari segala macam predator yang mungkin akan mengancam hewan peliharaan kita. e. Apabila kolam ikan adalah tanah sebaiknya adalah yang bertanah lempung supaya tidak bocor selama proses pemeliharaan. f. Harus dibuat sedikit kemiringan sehingga memudahkan air masuk dan keluar apabila sudah mulai panen. g. Air juga harus bersih tidak terlalu keruh karena zat – zat terlarut lain dan bebas dari bahan – bahan kimia beracun yang berasal dari limbah industri atau rumah tangga. Disarankan agar jauh dari rumah dan pabrik yang menggunakan zat – zat yang berbahaya. Pembersihan lahan bisa dimulai dari pinggir kolam terlebih dahulu dengan membersihkan tanaman – tanaman yang mungkin mengganggu pemandangan dan juga akan mempersulit kita keluar masuk kolam. Agar nantinya agar enak dipandang dan juga dapat menjadikan kolam ikan lestari.



136



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Bagian – bagian kolam ikan yang harus dibersihkan, antara lain: a. Pematang kolam Pada tempat ini sering terdapat banyak predator karena tempat ini bisa menjadi tempat sarang bagi beberapa hewan yang khusus memangsa hewan peliharaan. Jadi alangkah baiknya pematang ini terlebih dahulu dibersihkan dengan memangkas rumput apabila kolam tanah atau memaku kembali apabila ada yang lepas dari kayu jika kolam terpal atau pemeliharaan di keramba. b. Pintu air masuk dan keluar Pada pintu air masuk dan keluar terkadang terdapat berbagai hal yang mengganggu seperti sampah, pendangkalan oleh lumpur dan sebagainya. Ada juga beberapa kolam yang di pintu air masuk dan keluarnya terdapat beberapa hewan atau jasad renik yang nantinya dapat mengganggu pertumbuhan dari ikan tersebut. c. Caren atau kamalir Biasanya akan masuk lumpur dan lempung sehingga mengakibatkan pendangkalan di caren dan akan mengakibatkan ikan tidak dapat berenang mengikuti arus air yang menuju ke kobokan secara maksimal apabila sudah dilakukan pemanenan. Jadi lumpur tersebut harus diangkat dari caren sehingga nantinya tidak akan mengganggu ikan dan para pemanen. d. Kobokan Adalah sebagai tempat akhir para ikan yang siap panen agar nantinya para pemanen dapat dengan mudah menangkap semua hasil peliharaan dengan mudah. Jadi kobokan harus dibersihkan dari lempung atau lumpur yang kemungkinan menumpuk banyak di tempat itu. Apabila lumpur terlalu banyak menumpuk di kobokan, ikan yang terkumpul menjadi sedikit karena pendangkalan dan para pemanen akan sulit meletakkan jaring untuk panen sehingga panen akan membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang diperlukan akan semakin banyak. e. Filter di pintu air masuk Tempat ini vital karena apabila terdapat pengganggu atau tidak bersih dari faktor – faktor luar akan menjadi sarang predator yang hidup di tempat tersebut. Apabila di pintu masuk air ini kotor atau banyak hal – hal yang nantinya akan menjadi perusak dalam hal budi daya maka air yang masuk pun akan menjadi kotor atau dengan kata lain tidak layak sebagai tempat pemeliharaan ikan. Setelah dilakukan pembersihan kolam sebagai tempat budi daya maka langkah selanjutnya adalah pengolahan kolam. Pengolahan ini dengan cara melakukan pengeringan kolam, bertujuan untuk mematikan siklus hama (predator atau competitor pengganggu). Pengeringan biasanya dengan matahari penuh (musim kemarau) pengeringan dilakukan selama dua hari penuh. Tujuan pengeringan untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah agar menjadi subur dan juga mematikan semua bakteri – bakteri yang rentan terhadap sinar matahari. Dalam pengeringan ini biasanya dapat juga dilakukan dengan pengadukan tanah, agar semua lapisan dapat tersinari oleh matahari secara merata. Pengeringan dengan sinar matahari ini juga akan mengurangi racun – racun yang mengendap dalam tanah serta agar dasar tanah menjadi kedap air karena terjadi pemadatan apabila tanah sudah dibalik merata di semua sisi. Apabila tanah dasar sudah padat maka tidak akan mungkin terjadi kebocoran kolam baik itu di dasar atau pada dinding kolam tanah. Hal tersebut sudah merupakan AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



137



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN hal yang utama karena apabila kolam bocor akan semakin besar pula biaya perawatan untuk pemeliharaan ikan ini. Pengapuran merupakan langkah selanjutnya setelah proses pengeringan kolam. Dalam proses pengapuran akan semakin diyakinkan bahwa hama – hama yang merugikan dalam kolam pemeliharaan nantinya akan hilang atau mati. Kapur yang digunakan adalah kapur tohor yang sering digunakan untuk bangunan dengan dosis antara 25 – 125/m2.dan dosis tersebut dapat diulangi lagi keesokan harinya setelah diaduk tanahnya. Apabila dilakukan pengapuran lagi keesokan harinya, maka dosis yang diberikan tidak seperti pada hari yang pertama. Lebih idealnya adalah separuh atau sepertiga dari dosis yang digunakan pada hari pertama. Pengapuran pada masing – masing kolam berbeda contohnya, seperti pengapuran pada kolam pendederan dan kolam pembesaran akan berbeda karena hama yang akan dimusnahkan juga berbeda. Dosis yang digunakan serta berapa kali pengapuran juga akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pengapuran. Pengapuran juga bertujuan untuk menaikkan pH tanah atau menormalkan pH tanah yang sudah asam karena mungkin kenaikkan asam tanah akibat terlalu sering digunakan untuk proses pemeliharaan. 2. Pengisian air pemeliharaan Pengisian air diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi kesalahan yang nantinya akan berakibat fatal di kemudian hari. Kesalahan pengisian air di awal dapat berdampak buruk bagi pemeliharaan ikan di kolam. Khusus untuk kolam pemijahan, pengisian air dilakukan setiap hari dengan memperhatikan air masuk dan keluar di kolam. Pengisian air dalam kolam tanah yang habis dikeringkan dan diberi kapur adalah setinggi kurang lebih 100 cm dari dasar kolam, dan dibiarkan selama beberapa hari agar apa yang telah kita kerjakan sebelumnya dapat berjalan sesuai dengan keinginan kita. Dalam pengisian air ini yang perlu diperhatikan adalah debit air yang msuk dalam kolam, tidak boleh terlalu deras dan tidak boleh terlalu kecil. Jika memungkinkan debit airnya 1 liter per menit dan dapat dikendalikan apabila sewaktu – waktu terdapat sebuah masalah /dapat sesegera mungkin dihentikan alirannya. Apabila dapat dilanjutkan maka tinggal membuka atau membiarkan aliran airnya diteruskan kembali. Pengisian air ini sebaiknya dapat dilakukan lewat dua jalan agar dapat mempercepat pengisian air kolam (Sonatha dan Puspita, 2016). Kegiatan pemeliharaan benih ini bisa disebut pendederan atau penggemukan. Kegiatan ini dilakukan di tambak dengan membuat petak pendederan atau dengan menggunakan hapa. Petak pendederan ditempatkan di salah salah satu sudut tambak dengan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya: panjang 3 – 6 m, lebar 1 – 2 m, dan tinggi 0,5 – 1 m. Benih udang ditebar ke dalam petak pendederan dengan padat 500 – 1.000 ekor/m2. Untuk mencegah terik matahari menembus ke dalam petak maka petak dinaungi daun kelapa, daun sagu atau daun nipah. Dalam petak juga perlu dipasang shelter (pelindung) bagi benur berupa sekat – sekat yang terbuat dari lembaran jaring yang telah rusak atau daun kelapa. Cara pendederan lainnya adalah dengan menggunakan hapa. Hapa adalah kotak yang dibuat dari kain jaring nilon atau disebut juga dengan istilah waring sebagai dinding dan dasar kotak. Bingkai – bingkai dibuat dari tali yang cukup kuat. Hapa yang dipasang di dalam petak – petak tambak dengan cara mengikatkannya pada tiang di dasar tambak. Ukuran hapa disesuaikan dengan kebutuhan atau mempertimbangkan kemudahan dalam pengelolaan. Hapa yang ukurannya



138



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN











terlau besar menyulitkan pengelolaan. Biasanya ukuran hapa yang umum adalah panjang 3 – 6 m, lebar 1 – 2 m, dan tinggi 0,5 – 1 m. Hapa ditempatkan pada petak tambak yang pergantian airnya mudah diatur sehingga kesegaran air di dalam hapa terjamin. Hapa yang telah siap ditebari benih udang dengan padat 500 – 1.000 ekor/m2. Di dalam hapa dipasang shelter berupa sekat – sekat yang terbuat dari lembaring waring atau jaring yang telah rusak atau daun kelapa. Selain menjadi tempat bersembunyi bagi benih udang, shelter ini juga ditumbuhi berbagai macam organism renik yang dapat dimakan oleh benih udang. Selama pemeliharaan, benih udang diberi pakan berupa pellet ukuran kecil yang dibkender agar sesuai dengan ukuran mulut benih (Kordi, 2010). Berdasarkan penelitian dan pengalaman, dianjurkan agar benih udang yang ditebar di tambak adalah benih udang yang telah mencapai stadia PL 30 karena benih tersebut telah cukup kuat dan tahan terhadap kondisi tambak yang luas dan dalam. Akan tetapi umumnya hatchery menjual benih pada PL 12 atau PL 15. Oleh karena itu petambak melalakukan pendederan selama 30 hari kemudian baru dilanjutkan kegiatan pembesaran. Ada juga sebagian petambak membeli benih PL 12 dan PL 15 kemudian melakukan kegiatan pendederan, dan benih dari hasil pendederan PL 45 dijual kepada petambak yang melakukan kegiatan pembesaran (Kordi, 2010). Berbeda halnya dengan pemeliharaan nener. Pemeliharaan nener umumnya dilakukan sejak nener sampai umur 8 minggu. Sebelum nener ditebar sebaiknya tambak ditancapi rumpon yang berfungsi sebagai pelindung nener dari sengatan matahari dan dilakukan aklimatisasi terhadap nener. Aklimatisasi atau penyesuaian terhadap lingkungan merupakan hal yang penting dalam pemindahan dari tahap 1 ke tahap berikutnya. Hal ini untuk mencegah stres yang mengakibatkan kematian. Aklimatisasi dapat dilakukan dengan cara membiarkan kantong plastik mengapung di air tambak, setelah temperatur, keasaman air dan salinitas air hampir sama, kantong plastik bisa dibuka. Umumnya waktu yang diperlukan untuk aklimatisasi adalah setengah hari. Pada saat penebaran nener usahakan agar salinitas berada pada kisaran 10 – 15 permil/ppt. Penebaran nener sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari saat suhu masih rendah. Selama dalam pendederan 10% air diganti setiap hari dengan waktu penggantian paling baik pukul 11.00 – 15.00. Pemberian makanan untuk pendederan perlu dilakukan jika nener yang ditebar lebih dari 5.000 ekor. Makanan tambahan berupa makanan jadi yang berbentuk tepung dengan cara ditebar. Makanan diberikan setiap 4 jam sekali dengan jatah sesuai umurnya. Angka kematian untuk pendederan berkisar 10% sampai 20%, tergantung pada manajemen tambak. Jika tambak dikelola dengan baik maka tingkat kematian bisa ditekan hingga 5%. Pemanenan nener pada umumnya dilakukan secara aktif dan tidak serentak. Artinya nener dipanen sesuai permintaan pasar. Ketika ada permintaan maka nener dijaring ke petak penampungan, selanjutnya nener dihitung menggunakan piring plastik untuk gelondongan dan serok kecil untuk kasaran dan semi. Hasil hitungan langsung dimasukkan ke dalam plastik pengemas dan diberi oksigen murni dengan isi 250 ekor per plastik. Gelondongan yang sudah siap diplastik kemudian di angkut dengan sepeda motor atau mobil untuk jarak pembesaran. Jika tambak pembesaran berjarak jauh misalnya sampai keluar pulau maka pengangkutan dilakukan menggunakan truk tangki dan juga harus dilengkapi dengan oksigen murni (Rusmiyati, 2012).



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



139



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN C. Identifikasi media pendederan 1. Kolam Tanah Kolam tanah merupakan kolam yang paling baik untuk pertumbuhan nila, di dalam kolam tanah tersedia berbagai macam plankton yang akan membuat nila memiliki nafsu makan yang baik. Plankton merupakan pakan alami yang baik untuk nila. Plankton akan sangat berguna untuk benih nila ketika pertama kali ditebarkan. Saat itu benih nila memang belum dapat diberikan pakan pabrikan, karena dikhawatirkan akan memuntahkannya kembali. Kolam tanah juga menyediakan ion. Apabila air di dalam kolam kekurangan ion maka tanah akan menyuplainya kembali. Sedangkan jika air kelebihan ion maka tanah akan membuatnya terikat. Hal ini dilakukan oleh partikel tanah terutama bahan organik, seperti ligan atau disebut kompleks dalam ilmu kimia. Permukaan kolam tanah juga berfungsi sebagai substrat bakteri yang nantinya akan merombak bahan organik sekaligus juga menjadi suplai mineral bagi bakteri, sehingga menimbulkan efek yang baik bagi pertumbuhan nila (Sonatha dan Puspitha, 2016). 2. Kolam Semen Kolam semen merupakan kolam yang mempunyai dinding semen rapih. Kolam semen memiliki beragam keunggulan karena kolam semen tampak rapih dan bersifat rapih tetapi dari segi pendanaan tentu saja kolam semen memerlukan anggaran yang lebih besar jika dibandingkan dengan kolam tanah ataupun kolam terpal. Selain itu, pengerjaan kolam semen memerlukan waktu yang lebih lama. Sekalipun dinamakan kolam semen tetapi para ahli menganjurkan agar dasar kolam tidak di semen. Hal ini merupakan usaha untuk mempertahankan plankton sebagai makanan tambahan untuk nila. Akan tetapi apabila kolam semen dibangun di atas tanah yang porous maka tidak apa – apa jika dasar kolam disemen. Jika dimungkinkan sebaiknya dasar kolam ditutupi dengan kain terpal saja kemudian di atas kain terpal tersebut diberikan tumpukkan tanah setebal 10 cm, hal ini untuk mencegah trerjadinya kebocoran pada dinding kolam semen. Diharapkan dengan cara ini kolam lebih aman dan tidak mudah bocor. 3. Kolam Terpal Terdapat beberapa jenis kolam terpal yang dapat kita gunakan untuk pembesaran ikan nila, yaitu kolam terpal yang dibuat di atas permukaan tanah, dan kolam terpal yang dibuat di bawah permukaan tanah. Tentu saja kedua kolam mini memiliki keunggulan dan kelemahan masing – masing. Kolam terpal yang dibuat di atas permukaan tanah dianggap lebih praktis karena saat pembuatannya tidak memerlukan penggalian tanah tetapi jenis kolam mini sangat rentan terhadap guncangan sehingga dapat menyebabkan ikan stres. Apabila menginginkan jenis kolam terpal yang tidak digali di dalam tanah, maka buatlah di lokasi yang jauh dari keramaian ataupun jauh dari aktivitas manusia. Disisi lain kolam terpal yang digali di dalam tanah dapat menahan guncangan daripada yang tidak digali. Selain itu, suhu kolam juga relatif stabil dibandingkan kolam terpal yang tidak digali. Pembuatan kolam terpal di dalam tanah ini cukup memakan waktu sehingga membutuhkan kesabaran. Biasanya bentuk kolam terpal adalah persegi panjang. Sebab umumnya terpal yang dijual di pasaran berbentuk segi panjang. Hal ini tentunya akan sangat memudahkan kita untuk merancang pembuatan kolam. Pada umumnya terpal platik yang dipilih berukuran 5 x 8 m. dengan ukuran tersebut petani bisa membuat kolam terpal dengan ukuran 4 x 4 m ataupun 4 x 6 m. Pemilihan jenis terpal dalam lokasi pembuatan kolam sangat berpengaruh pada kesuksesan.



140



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN 4. Karamba Karamba merupakan tempat budi daya ikan yang berada di perairan umum. Seperti di waduk, sungai, bendungan, danau, ataupun DAM. Karamba biasanya dibangun dengan desain yang mudah di pindah – pindah dan sifatnya lebih praktis. Contohnya adalah karamba yang terbuat dari bambu ataupun dari jaring apung. Karamba bambu ini sangat mudah untuk dipindah – pindah dan cukup kuat. Karamba bambu ini akan di topang oleh pelampung dan diletakkan di perairan yang lebih dalam seperti waduk atau danau. Untuk membatasi pada sisi – sisi karamba, maka di beberapa sisinya dibuat jaring yang memiliki bentuk segi empat ataupun bulat. Karamba yang dibuat dengan cara ini biasanya diberi nama karamba jaring apung (KJA) sebab konstruksi karamba ini mengapung di permukaan air. Kelebihan dari karamba adalah ikan yang dibudidayakan di dalamnya akan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan sejenis di kolam lainnya sebab di dalam karamba ikan yang dibudi dayakan akan lebih bebas dibudidayakan dan menikmati suplai oksigen yang lebih berlimpah. Keberadaan pakan alami seperti plankton dan hewan kecil lainnya lebih banyak tetapi tidak berarti karamba tidak memiliki kekurangan. Kemungkinan pencemaran dari perairan tempat dibuatnya karamba cukup tinggi dan keamanan karamba juga cukup mengkhawatirkan seperti adanya ancaman banjir dan pencurian. 5. Kolam Air Deras (KAD) Kolam air deras sebenarnya sama saja dengan kolam budi daya lainnya hanya saja ada beberapa hal yang membuatnya berbeda yaitu: a. Sirkulasi dalam kolam b. Konstruksi bangunannya c. Lokasinya Biasanya kolam air deras ini di buat di sebuah tempat yang sumber airnya berarus kuat, sehingga konstruksi kolam harus benar – benar kuat. Kebanyakan konstruksi kolam harus dibuat dengan beton berdesain khusus. Ini dilakukan agar kolam bisa menahan debit air yang mengalir kedalam kolam sekaligus keluar kolam. Biasanya debit air yang mengalir di dalam KAD adalah sekitar 50 hingga 100 l/detik. Kelebihan dari KAD ini adalah ketersediaan oksigen yang tingg serta kemampuan ikan budi daya untuk mengkonsumsi pakan lebih banyak karena seringnya ikan bergerak di dalam aliran air. Namun, kebutuhan pakan agaknya lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan di kolam budi daya lainnya, sebab miskin pakan alami.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



141



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN D. Standar Kualitas air pendederan komoditas perikanan payau 1. Kualitas air pendederan nila Tabel 6.4 Standar Kualitas Air Pendederan Nila Wadah



Suhu (0C)



Oksigen terlarut (mg/l)



Ketinggian air minimal (cm)



Kecerahan Secchi disk (cm)



Warna air



Nilai pH



Kelimpahan fitoplankton (individu per liter)



Kolam



25-30



>5



60 dan 80



30-40



Hijau muda, kecoklatan



6,58,5



-



Bak semen



25-30



>5



-



-



-



6,58,5



-



Karamba jaringa apung



25-30



-



-



65-85



-



5-8,5



5.000 – 10.000



2. Kualitas air pendederan benur Tabel 6.5 Standar Kualitas Air Pendederan Benur Vaname No.



Kriteria



Satuan



Ukuran



1.



Suhu air



2.



Salinitas



0



C



29 – 32



/00



29 – 34



2 kali sehari



3.



pH



-



7,5 – 8,5



Setiap hari



4.



Oksigen terlarut, min



g/l



5



Maksimum 3 hari sekali (secara periodic)



5.



Nitrit, maks



g/l



0,1



Setiap hari



6.



Bakteri pathogen (Vibrio sp.), maks



cfu/ml



103



Maksimum 3 hari sekali (secara periodik)



0



Waktu pengukuran



Sumber: (SNI 7311:2009)



142



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN 3. Kualitas air pendederan kerapu cantang Tabel 6.6 Standar Kualitas Air Pendederan Kerapu Cantang Parameter



Produksi benih D40, D50, D60 dan D75 di bak



Produksi D50, D60 dan D75 di tambak



Suhu



28 0C – 32 0C



28 0C – 32 0C



Salinitas



28 g/l – 33 g/l



24 g/l – 33 g/l



Alkalinitas



80 mg/l – 120 mg/l



80 mg/l – 120 mg/l



pH



7,5 – 8,5



7,5 – 8,5



Oksigen terlarut



Minimal 4 mg/l



Minimal 4 mg/l



Fosfat



10 mg/k – 1.100 mg/l



Sesuai baku mutu



Amoniak (NH3)



Penetrasi cahaya sampai dasar bak



Sesuai baku mutu



Kecerahan air



Maksimal 1 mg/l



Maksimal 1 mg/l



Nitrit (NO2)



Maksimal 1,5 mg/l



Maksimal 1,5 mg/l



Nitrat (NO3)



Maksimal 1,5 mg/l



Maksimal 1,5 mg/l



Chlor (Cl)



Maksimal 0,8 mg/l



Maksimal 0,8 mg/l



Sumber: (SNI 8036.2:2014)



4. Kualitas air pendederan kerapu macan



No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Tabel 6.7 Standar Kualitas Air Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Bak. Parameter Produksi benih ukuran 3 cm – 4 cm s/d 9 cm – 10 cm Suhu 28 0C – 32 0C Salinitas 28 g/l – 33 g/l Kesadahan 80 mg/l – 120 mg/l pH 7,5 – 8,5 Oksigen Terlarut >5 mg/l Phospat 10 mg/l – 1.100 mg/l < 0,01 mg/l Amoniak (NH3) Kecerahan air Penetrasi cahaya sampai dasar bak BOD Maksimal 3 mg/l < 1 mg/l Nitrit (NO2) < 1,50 mg/l Nitrat (NO3) Chlorin (Cl) < 0,8 mg/l



Sumber: (SNI 6488.3:2011) AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



143



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN



No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Tabel 6.8 Standar Kualitas Air Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Tambak. Parameter Produksi benih ukuran 3 cm – 4 cm s.d 9 cm – 10 cm Suhu 28 0C – 32 0C Salinitas 24 g/l – 33 g/l Kesadahan 80 mg/l – 120 mg/l Ph 7,0 – 8,5 Oksigen Terlarut >4 mg/l Phospat Sesuai baku mutu Sesuai baku mutu Amoniak (NH3) Kecerahan air >30 cm BOD Tidak dipersyaratkan < 1 mg/l Nitrit (NO2) < 1,50 mg/l Nitrat (NO3) Chlorin (Cl) < 0,8 mg/l



Sumber: (SNI 6488.3:2011)



Tabel 6.9 Standar Kualitas Air Pendederan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Produksi Benih di Keramba Jaring Apung No. Parameter Produksi benih ukuran 3 cm – 4 cm s/d 9 cm – 10 cm 1. Suhu 28 0C – 32 0C 2. Salinitas 28 g/l – 33 g/l 3. Kesadahan 80 mg/l – 120 mg/l 4. pH 7,5 – 8,5 5. Oksigen Terlarut >5mg/l 6. Phospat 10 mg.l – 1.100 mg/l < 0,01 mg/l 7. Amoniak (NH3) 8. Kecerahan air Penetrasi cahaya sampai dasar perairan 9. BOD Maksimal 3 mg/l < 1 mg/l 10. Nitrit (NO2) < 1,50 mg/l 11. Nitrat (NO3) 12. Chlorin (Cl) < 0,8 mg/l Sumber: (SNI 6488.3:2011)



144



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



LEMBAR PRAKTIKUM Praktikum 1 : Pembuatan kolam pendederan Tujuan : Peserta didik mampu menyiapkan alat bahan dan juga mampu membuat kolam pendederan Deskripsi tugas! Buatlah kolam pendederan dengan jenis media kolam terpal. Ukuran kolam yaitu 1,5 m x 2 m x 0,6 m. Kolam pendederan tersebut harus dilengkapi pipa saluran air masuk (inlet), pipa saluran air keluar (outlet), caren/kemalir dan instalasi aerasi. Praktikum 2 : Pengukuran parameter kualitas air Tujuan : Peserta didik mampu menggunakan peralatan pengukuran paramaeter kualitas air



LK 01. Pengukuran parameter kualitas air No.



Parameter kualitas air



Nama alat



Nilai



Satuan



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



145



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



CAKRAWALA Tambak yang dikelola secara semi intensif, intensif dan super intensif membutuhkan laboratorium atau setidaknya mempunyai beberapa peralatan yang dapat digunakan untuk uji kualitas air. Tambak – tambak yang dikelola secara intensif dan super intensif di Taiwan, Thailand, Cina dan beberapa negara lainnya telah mempunyai beberapa laboratorium, seperti laboaratorium kualitas air dan laboratorium patologi (penyakit), bahkan pengelolaan kualitas air telah menggunakan sistem komputer. Di Indonesia baru sedikit perusahaan yang mempunyai laboratorium untuk mendukung usaha budi daya



JELAJAH INTERNET Untuk menambah wawasan tentang penyiapan media pendederan maka diperlukan aktivitas browsing. Alamat web dapat dilihat dengan cara memindai qr code di bawah ini



https://www.slideshare.net/mobile/iwakspeed/persiapan-wadah-dan-media-budi daya-udang-vannamei-dengan-terpal-hdpe-177057508 h t t p s : / /g u r u p e r i k a n a n . b l o g s p o t . com/2019/03/persiapan-wadah-dan-me-



dia-pada.html?m=1 https://agriiculturalship.wordpress.com/persiapan-wadah/



RANGKUMAN Media untuk pendederan bisa dilakukan di tambak atau kolam tanah, bak semen (beton) atau kolam terpal. Diantara ketiga jenis media tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Untuk kolam tanah keuntungannya pakan alami yang tersedia cukup melimpah karena pada kolam tanah bisa dilakukan proses pemupukan dan hasil pemupukan bisa lebih optimal jika dibandingkan dengan media budi daya lainnya, sedangkan untuk kolam beton dan semen pada umunya ketersediaan pakan alami sedikit dan perlu ada penambahan pakan pellet. Pemilihan diantara ketiga media tersebut dilakukan berdasarkan kondisi lingkungan yang mendukung untuk pendederan.



146



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



TUGAS MANDIRI TUGAS I Materi tugas : Persiapan Pendederan Mengidentifikasi isi materi pembelajaran (Diskusi kelompok dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran) Berdiskusilah dengan sesama anggota kelompok untuk menjawab beberpa pertanyaan di bawah ini! Pertanyaan: 1. Jelaskan tentang tahapan – tahapan persiapan pendederan! 2. Jelaskan alat dan bahan yang harus didiapkan untuk pendederan! 3. Jelaskan persyaratan kualitas air yang sesuai untuk pendederan ikan bandeng! 4. Jelaskan persyaratan kualitas air yang sesuai untuk pendederan ikan kerapu! 5. Jelaskan persyaratan kualitas air yang sesuai untuk pendederan udang windu! TUGAS II Lakukanlah penyiapan media pendederan dengan bahan – bahan dan peralatan yang sudah tersedia. Setiap tahapan di dokumentasikan kemudian setelah selesai di presentasikan di dalam kelas



PENILAIAN AKHIR BAB Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik! 1. Jelaskan ukuran benih udang yang paling baik ditebar ke tambak! 2. Jelaskan perbedaan mendasar antara kolam air deras dengan jenis kolam lainnya! 3. Jelaskan mengenai standar kualitas air yang sesuai untuk pendederan kerapu macan untuk produksi benih di tambak! 4. Jelaskan standar kualitas yang sesuai untuk pendederan kerapu cantang! 5. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan aklimatisasi!



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



147



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



REFLEKSI Persiapan media pendederan harus direncanakan oleh para pembudi daya, hal ini dikarenakan media budi daya terkait dengan kehidupan ikan yang dibudidayakan. Kalau media budi daya tidak dipersiapkan dengan baik maka ikan yang dibudidayakan akan mengalami tingkat kematian (mortalitas) yang tinggi, begitu juga sebaliknya jika media budi daya dipersiapkan dengan baik maka tingkat kematian (mortalitas) akan rendah. Media budi daya yang baik akan memberikan kondisi lingkungan yang stabil dan mendukung bagi kehidupan ikan. Selain media budi daya yang baik kualitas air juga harus diperhatikan. Untuk mencapai keberhasilan usaha budi daya dibutuhkan sumber air yang memenuhi persyaratan kualitas air jenis ikan yang dibudi dayakan, jika sumber air baku dan media pemeliharaan memenuhi syarat budi daya maka pembudi daya ikan memiliki potensi dan peluang akan mencapai keberhasilan dalam usahanya.



148



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



BAB VII



KUALITAS BENIH PADA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN BAB VII KUALITAS BENIH PADA PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN



TUJUAN PEMBELAJARAN



Pembelajaran mengenai kualitas benih pada pendederan komoditas perikanan bertujuan untuk menjelaskan ciri-ciri benih ikan yang sehat dan berkualitas untuk pendederan, menjelaskan dan melaksanakan proses seleksi benih berdasarkan ciri-ciri yang sudah ditentukan untuk kegiatan pendederan, menjelaskan dan melaksanakan teknik pemilihan ukuran (grading) pada kegiatan pendederan komoditas perikanan.



PETA KONSEP



Kualitas Benih



Memahami proses grading



Memahami proses seleksi benih



Memahami benih sehat berkualitas



KATA KUNCI kualitas, benih, pendederan, perikanan, payau, dan laut



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



149



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENDAHULUAN Benih ikan dan udang yang dipilih untuk kegiatan pendederan haruslah benih yang sehat dan berkualitas. Hal ini dilakukan untuk keberhasilan usaha pendederan. Pengamatan benih ikan dan udang dilakukan dengan berbagai teknik. Pengamatan yang dilakukan oleh para pembudi daya ikan adalah dengan pengamatan secara visual. Pengamatan visual meliputi pengamatan terhadap warna benih ikan dan udang, kelengkapan bagian tubuh, kesempurnaan bentuk tubuh, kelincahan gerak dan tingkat sensitivitas benih ikan dan udang.



Gambar 7.1 Benih Udang Tampak Sehat Sumber: shrimpculture.blogspot.com



Pengamatan yang lebih tepat bisa menggunakan pengamatan berbasis laboratorium yaitu dengan pengamatan metode PCR. Pengamatan dengan metode ini memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga yang mampu melakukan pengamatan metode PCR adalah perusahaan hatchery ikan dan udang berskala nasional atau internasional.



Gambar 7.2 Pengamatan Benur Sederhana Sumber: dokumentasi pribadi



150



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN A. Ciri-ciri benih ikan dan udang yang sehat Benih udang laut yang mudah diperoleh di panti benih (hatchery) yaitu Penaeus monodon (udang windu) dan Litopenaeus vannamei (udang vaname). Benih udang yang digunakan untuk budi daya di tambak haruslah benih berkualitas. Benih udang atau yang lebih dikenal sebagai benur (benih urang atau udang) yang berkualitas tumbuh pesat, sehat, dan setiap hari ganti kulit (moulting). Berdasarkan penelitian dan pengalaman, benih yang baik untuk ditebar di tambak adalah benih yang telah mencapai stadia PL-30 karena benih telah cukup kuat dan tahan terhadap kondisi tambak. Pada umumnya pengusaha menjual benih pada PL-12 atau PL15, oleh karena itu petambak melakukan pendederan selama 30 hari kemudian melakukan pembesaran. Ada juga sebagian petambak yang membeli PL-12 atau PL-15, kemudian melakukan pendederan, dan benih dari hasil pendederan PL45 dijual kepada petambak yang melakukan pembesaran. Benih atau benur hasil penangkapan di alam maupun dari panti benih yang akan ditebar di tambak harus dipilih yang benar – benar berkualitas. Apabila benih diperoleh di panti benih, maka kita perlu mencari panti benih yang mempunyai reputasi baik dalam menghasilkan benur. Memang tidak mudah untuk mengenali dan menentukan parameter atau tanda – tanda benih yang berkualitas. Untuk menentukan benih berkualitas atau tidak maka kita dapat melakukan pengamatan visual, pengujian mikroskopis, pengujian mikrobiologis, uji stres dan PCR. 1. Pengamatan visual Pengamatan visual dapat dilakukan oleh semua orang. Pembudi daya udang berpengalaman dapat mengenali benih berkualitas hanya dengan mengamatinya secara visual. Beberapa hal yang harus diperhatikan selama pengamatan visual yaitu sebagai berikut (Kordi, 2012): a. Keseragaman Benih udang yang baik ukurannya seragam. Keseragaman (homogenitas) benih sangat berhubungan dengan umur. Apabila ditemukan benih yang ukurannya tidak seragam maka terdapat kemungkinan terjadi masalah pemeliharaan benih sehingga benih tersebut merupakan gabungan dari beberapa benih yang baik, atau terjadi kanibalisme karena keterlambatan dalam pemanenan. b. Warna Warna tubuh udang windu transparan, kecoklatan sampai kehitaman. Warna hitam yang berlebihan menandakan benur stres atau mengidap penyakit pada tahap awal sedangkan benih udang vaname berwarna transparan dan bersih. c. Ukuran Ukuran benih dapat dilihat dari jumlah duri atas rostrum melalui mikroskop. Duri atas rostrum mulai muncul ketika PL-8 dan setiap hari tumbuh satu duri. Jadi pada PL-10 duri atas rostrum menjadi 3 duri, sedangkan pada PL13 berjumlah 4 – 5 duri. Benih udang windu yang layak tebar minimal PL-13 dengan ukuran panjang minimal 10 mm sedangkan benih udang vaname minimal PL-10 dengan ukuran panjang 9 – 10 mm, ditandai dengan insang yang sudah berkembang sempurna. d. Usus Usus benih udang yang sehat berwarna coklat atau hitam. Usus benih penuh pakan dengan vakuola di dalamnya dan dengan gerakan peristaltik. Usus yang terisi sebagian atau kosong merupakan tanda adanya masalah dan biasanya benih mengalami penurunan nafsu makan atau sama sekali tidak mau makan. AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



151



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN e. Bentuk tubuh Benih yang sehat memiliki bentuk tubuh yang lurus saat berenang (tidak bengkok). Jika tubuh benih bengkok berarti benih diserang penyakit yang kemudian sembuh karena diobati. f. Hepatopankreas Hepatopankreas benih yang sehat penuh dan gelap, berwarna kuning kecoklatan atau coklat kehitaman, bergantung pada pakan yang diberikan. Hepatopankreas yang berkerut dan berwarna pucat menandakan kualitas benih yang kurang baik. g. Antena pertama Bentuk antena lurus depan dan tidak membuka atau membentuk huruf v. benih yang tidak sehat umumnya memiliki antena berbentuk huruf v sehingga antena selalu membuka dan tidak bisa menutup kembali. Benih yang sehat membuka dan menutup antena secara sempurna. Antena yang membuka menunjukkan benih terkena kelainan fisik (necrosis) berat akibat serangan bakteri. Antena berfungsi sebagai alat sensor untuk mengetahui adanya makanan. Bila antena rusak maka nafsu makan udang bisa terganggu sehingga udang tidak mau makan dan pada akhirnya akan mati. h. Ekor Ekor (uropoda) merupakan salah satu organ renang udang. Jika bentuk ekor telah terbuka berarti udang sudah mulai mampu berenang dengan baik untuk mencari makan. Sebaliknya, jika ekor belum membuka, kemampuan renang benih tidak sempurna. i. Aktivitas renang Benih udang yang sehat berenang aktif melawan arus dan menyebar. Benih yang sakit tampak berenang lemah, tidak bereaksi cepat bila dikejutkan dan berenang dengan badan bengkok. j. Respon Benih udang yang sehat member respon jika disentuh atau disinari. Bila sekelompok benih ditaruh dalam baskom, benih akan bereaksi cepat jika baskom diketuk (dikejutkan). Jika air digerakkan berputar maka benih akan berenang melawan perputaran air. 2. Pengujian mikroskopis Pengujian benih udang secara mikroskopis meliputi pemeriksaan menggunakan mikroskop pada otot abdomen, perbandingan otot abdomen dan usus pada ruas ke-6 (muscle gut ratio, MGR), hepatopankreas, penempelan, dan nekrosis (Suprapto, 2007). a. Otot abdomen Otot bagian abdomen harus bersih, tidak pucat dan tidak kotor. Otot abdomen yang kotor atau pucat menandakan perkembangan benih yang kurang bagus atau stres. b. MGR Perbandingan otot dan usus pada ruas abdomen ke-6 harus (3-4) : 1. Apabila perbandingan otot dan usus 3:1, berarti 3 : (3+1) x 100% = 75%. Jika perbandingan otot dan usus 2:1 berarti 2 : (2+1) x 100% = 66,67%. Bila perbandingan otot dan usus 1:1 berarti 1 : (1+1) x 100% = 50%. Hal ini memberikan gambaran bahwa benur memiliki usus besar tetapi berotot kecil sehingga udang tersebut mempunyai nafsu makan tinggi,tetapi tidak diimbangi dengan pertambahan berat. Jadi pertumbuhannya kurang baik dan konveersi pakan (Feed Convertion Ratio/FCR) tinggi.



152



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN c. Hepatopankreas Hepatopankreas harus dipenuhi dengan makanan dan butiran lemak yang berwarna kuning kecoklatan tidak pucat atau mengkerut. Benih yang demikian mempunyai nafsu makan cukup baik dan sehat. Sebaliknya hepatopankreas yang berwarna pucat atau mengkerut menandakan nafsu makan udang yang kurang bagus akibat stres atau sakit. d. Penempelan Seluruh tubuh PL harus bersih tidak ada penempelan protozoa, cendawan, alga, maupun kotoran. Tubuh yang bersih menandakan PL berganti kulit secara teratur. Sementara PL yang tubuhnya kotor dan banyak ditempeli organisme menunjukkan proses ganti kulitnya terganggu. e. Nekrosis Tidak ditemukan nekrosis atau kerusakan organ tubuh seperti kaki renang dan kaki jalan geripis (cacat) yang ditandai dengan melanisasi atau warna kehitaman. 3. Pengujian mikrobiologis Pengujian secara mikrobiologis meliputi pemeriksaan kandungan bakteri (terutama vibrio) dan baculo virus (MG-stain). a. Test vibrio Ambil benih udang secara acak secukupnya, celup ke dalam alcohol 70% untuk membunuh bakteri yang ada di permukaan tubuh PL. Bilas dengan air steril, gerus sampai halus kemudian ambil dengan jarum ose (loops) dan gores pada media,atau bisa juga dengan cara ambil 0,1 ml dengan pipet kemudian tuang di permukaan media dan sebar menggunakan batang kaca berbentuk L. Lakukan dua kali untuk cawan petri (media plat) TCBS (+1,5% NaCl) dan dua kali untuk cawan petri TSA (+1,5% NaCl). Simpan pada suhu 30 – 35 0C selama 18 – 24 jam. Hitung koloni yang hijau dan kuning pada media TCBS dan yang menyala (luminescence) pada media TCBS dan TSA. Benih dikatakan baik (lulus tes) bila jumlah koloni berwarna hijau kurang dari 60 koloni dalam satu cawan petri, jumlah koloni warna kuning 80 koloni, serta tidak ada koloni yang menyala. b. Baculo virus (MG-stain) Metode MG-stain adalah pewarnaan sederhana pada sediaan basah yang menggunakan malacyte green oxalate (MGO) untuk mengamati adanya occlusion bodies pada hepatopankreas PL. Ambil sedikitnya 10 PL dan taruh pada kaca benda, hancurkan bagian kepalanya agar organ hepatopankreas pipih (pecah). Selanjutnya teteskan larutan MGO 0,5% kemudian ditutup dengan kaca. Tunggu sebentar, kemudian dilakukan pengamatan dengan bantuan mikroskop. Occlusion bodies ditandai oleh sel – sel lemak yang menyerap warna. 4. Uji Stres dan PCR Kualitas benih udang juga dapat diketahui dengan melakukan uji stres menggunakan tes formalin dan tes salinitas. Uji stres menggunakan tes formalin dikembangkan oleh Balai Besar Buidadaya Air Payau (BBBAP) Jepara. Uji formalin dilakukan menggunakan formalin 100 – 200 ppm. Siapkan larutan formalin 200 ppm dengan air dari bak dan masukkan 100 ekor benih udang. Biarkan selama 30 menit. Setelah itu hitung benih udang yang masih hidup. Benih udang yang kelihatan diam, tetapi masih bergerak dengan ujung jarum atau semacamnya berarti masih hidup dan harus dihitung. Jika benih udang yang hidup lebih dari AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



153



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN 75% berarti kualitas benih udang baik (lulus). Sebaliknya, jika kurang dari 75%, kualitas benih udang jelek. Cara lainnya yaitu benih udang direndam dalam larutan formalin 100 – 200 ppm selama 30 – 45 menit di dalam baskom. Benih yang sehat akan tetap gesit, sedangkan yang sakit akan mengendap di dasar baskom. Benih yang tidak sehat harus dimusnahkan atau dikubur agar tidak menular ke tambak – tambak lain. Metode tes stres dengan perendaman formalin satu kali sangat dianjurkan dilakukan di tambak sebelum benih ditebar. Walaupun hasilnya tidak menjamin 100% bahwa udang bebas penyakit, derajat kelangsungan hidup udang dapat mencapai lebih dari 50%. Uji stres dengan salinitas dilakukan dengan salinitas 50%, ambil benih udang secara acak sebanyak 100 PL. ambil air bak sebanyak 1 L dan tuang dalam wadah yang cukup 2 L. masukkan air tawar sebanyaj 1 L, putar airnya dan tunggu sampai 3 jam. Hitung benih udang yang masih hidup. Benih yang kelihatan diam tetapi masih bergerak bila disentuh dengan ujung jarum atau semacamnya berarti masih hidup dan harus dihitung. Bila jumlah benih yang hidup lebih dari 75% maka kualitas benih udang baik atau lulus. Jika kurang dari 75% maka kualitasnya jelek. Benih udang vaname yang sehat dapat lulus uji stres salinitas. Caranya, benih dimasukkan ke dalam air bersalinitas 0 ppt selama 15 menit kemudian kembalikan ke salinitas awal. Benih yang sehat akan hidup 100%. Panti benih dianjurkan memiliki alat deteksi penyakit virus yang disebut Polymeraise Chain Reaction (PCR). Sejak 1998 hingga saat ini PCR adalah alat tercanggih untuk mendeteksi penyakit virus dalam bidang perikanan. Menurut percobaan dengan menggunakan PCR, risiko kemungkinan serangan penyakit virus masih besar < 2%, sedangkan dengan perendaman formalin 100 – 200 ppm kemungkinan serangan penyakit masih sebesar 5%. Berdasarkan hal tersebut BBBAP Jepara mengembangkan 3 perlakuan secara berturut – turut yaitu: a. Benur di rendam dalam formalin 100 – 200 ppm selama 30 – 45 menit. Benur yang mengendap di dasar (lemah) dibuang. b. Benur yang lolos pada perendaman formalin ke-1 di tes dengan PCR. c. Benur yang dinyatakan baik dan lolos tes PCR direndam lagi dalam formalin dengan ketentuan seperti nomor 1. Diperoleh hasil seleksi benih yang sehat dengan penerapan metode tersebut, yang ternyata dapat hidup dan tumbuh baik di dalam tambak dengan tingkat kehidupan antara 60 – 70% (Taslihan et al., 2005). 5. Reputasi Panti Benih Kualitas benih udang juga ditentukan oleh reputasi panti benih (hatchery). Panti benih sebagai tempat produksi benih udang perlu diketahui dengan baik. Hal ini penting dengan asumsi mendasar bahwa benih berkualitas baik hanya dapat diproduksi oleh panti benih yang kualitasnya juga baik. Indikator yang dapar dijadikan acuan untuk menilai apakah sebuah panti benih berkualitas atau tidak adalah (Kordi, 2012): a. Sarana dan prasarana panti benih Sarana dan prasarana yang lengkap dan memenuhi standar baku untuk produksi benih merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan. Panti benih yang tidak memiliki sarana - prasarana lengkap, apalagi saranaprasarana utama, atau sulit memproduksi benih berkualitas. b. Sumberdaya manusia pengelola panti benih Sumber daya manusia atau tenaga kerja yang mengoperasikan suatu unit



154



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN pantih benih harus professional (terlatih dengan baik sesuai dengan bidang pekerjaannya). Meskipun sarana dan prasarana yang ada pada sebuah panti benih cukup lengkap, tetapi jika tenaga-tenaga pengelolanya tidak mampu menggunakannya dengan baik, hasilnya juga tidak memadai. c. Metode produksi benih Metode/sistem produksi benih harus berdasarkan standar baku untuk udang misalnya induk yang digunakan, metode pengadaan dan pengelolaan air, teknik pemeliharaan larva dan hal hal lain yang berkaitan dengan kegiatan produksi benih. d. Informasi dari konsumen Masyarakat/petambak selaku konsumen biasanya mengetahui panti-panti benih yang reputasinya baik. Pengalaman-pengalaman petani pengguna benih udang dari suatu panti benih merupakan informasi yang sangat berguna, apalagi jika benih yang dihasilkan oleh suatu unit panti benih telah teruji, yaitu digunakan oleh berbagai petambak, dari petambak kecil hingga besar, petambak tradisional hingga intensif. Informasi dan pengujian dari lembaga-lembaga ilmiah juga sangat membantu. B. Proses seleksi benih 1. Seleksi benih nener (SNI 6148.2:2013) Benih yang digunakan untuk budi daya bandeng diperoleh dari hatchery karena mempunyai beberapa keunggulan. Meskipun demikian, nener hatchery perlu diseleksi sebelum memasuki masa pendederan. Berikut ini akan dibahas seleksi nener hatchery dan juga nener alam sebagai pembanding. Pada umunya mutu nener alam sangat bervariasi tergantung pada lokasi, musim, dan cara penangkapan. Mutu nener biasanya diuji dari kecepatan bergerak akibat rangsangan fisik, misalnya berupa tepukan pada dinding tangki. Nener yang baik akan berenang melawan arus bila air medianya diaduk memutar. Nener alam diperdagangkan dalam satuan rean (4.500 – 5.500 nener) dan tidak pernah dipersoalkan kemurnianya. Nener alam yang tidak murni biasanya tercampur dengan spesies lain seperti payus atau bandeng lelaki, sedangkan nener hatchery kemurniannya dapat dijamin 100% dan percampuran dengan spesies lain tidak mjungkin terjadi kecuali disengaja dan umurnya dapat diketahui sehingga penentuan umur bandeng yang dijual dapat diketahui secara tepat (Ahmad et al., 2007). Seleksi nener hatchery selain sama dengan seleksi nener alam juga dengan cara perhitungan jumlah ruas tulang belakang. Nener berkualitas prima memiliki jumlah ruas tulang belakang antara 44 - 55. Jumlah ruas tulang belakang dapat dihitung menggunakan mikriskop sederhana pada pembesaran 10 kali atau bila nener ditempatkan pada sumber cahaya seperti lampu nener. Bila dari satu rean sampel yang diambil diperoleh persentase nener dengan jumlah ruas tulang belakang lebih dari 44 atau lebih dari 80% maka nener yang dibeli termasuk baik. Untuk perbandingan secara jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



155



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



MATERI PEMBELAJARAN Tabel 7.1 Penentuan Kualitas Nener Berdasarkan Persentase Jumlah Ruas Tulang Belakang Yang Teramati Dengan Acuan 45 Dibagi Jumlah Ruas Tulang Belakang Normal Umur Nener (hari)



Kisaran Jumlah Ruas



Kualitas



5 mg/L C. < 2 mg/L D. > 20 mg/L 32 Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kelarutan oksigen dalam air kolam pembenihan yaitu ... A. Refraktometer C. Termometer



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



B. Secchi disk D. DO meter



189



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP 33 Pemberian pakan untuk menunjang pertumbuhan benih ikan yaitu 3% dari total biomassa. Jika Padat tebar benih 200.000 ekor/kolam dan berat rata-rata benih 10 gr, maka berapakah jumlah pakan yang diberikan per hari .... A. 60.000 gr C. 5000 gr



B. 3000 gr D. 20.000 gr



34 Pemberian pakan untuk menunjang pertumbuhan ikan yaitu 3% dari total biomassa. Jika Padat tebar benih 20.000 ekor/kolam dan berat rata-rata benih ikan 30 gr, maka berapakah jumlah pakan yang diberikan per hari .... A. 2000 kg C. 180 gr



C. 180 kg D. 2200 gr



35 Pemberian pakan untuk menunjang pertumbuhan benih ikan yaitu 5% dari total biomassa. Jika Padat tebar 50.000 ekor/kolam dan berat rata-rata benih ikan 20 gr, maka berapakah jumlah pakan yang diberikan per hari .... A. 100 kg C. 500 kg



C. 150 kg D. 125 kg



36 Padat tebar untuk pembesaran benih ikan gurame yaitu 30 ekor/m2, jika ukuran kolam 10m x 20 m, maka total padat tebarnya yaitu .... A. 1000 ekor C. 500 ekor



C. 6000 ekor D. 2000 ekor



37 Padat tebar untuk pemeliharaan benih ikan gurame yaitu 300 ekor/10m2, jika ukuran kolam 20m x 20m, maka total padat tebarnya yaitu .... A. 11000 ekor C. 1500 ekor



C. 13000 ekor D. 12000 ekor



38 Padat tebar untuk pemeliharaan benih ikan patin yaitu 40 ekor/m2, jika luas kolam 200 m2, maka total padat tebarnya yaitu .... A. 4000 ekor C. 5000 ekor



C. 8000 ekor D. 7000 ekor



39 Padat tebar untuk pemeliharaan benih ikan patin yaitu 400 ekor/10m2, jika ukuran kolam 12m x 20m, maka total padat tebarnya yaitu .... A. 4000 ekor B. 9600 ekor



C. 6000 ekor D. 7000 ekor



40 Padat tebar untuk pemeliharaan benih ikan patin yaitu 100 ekor/10m2, jika ukuran kolam 12m x 20m, maka total padat tebarnya yaitu .... A. 4000 ekor B. 9600 ekor



190



C. 2400 ekor D. 7000 ekor



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP B. Uraian Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar! 1. Jelaskan tentang pengamatan benih secara visual! 2. Jelaskan tentang pengamatan benih berdasarkan keseragaman! 3. Jelaskan tentang pengamatan benih berdasarkan warna tubuh! 4. Jelaskan tentang pengamatan benih berdasarkan ukuran! 5. Jelaskan tentang pengamatan benih berdasarkan respon!



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



191



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



DAFTAR PUSTAKA Ahmad, T., E. Ratnawati, M.J.R. Yakob. 2007. Budi Daya Bandeng Secara Intensif. Penebar Swadaya: Depok. BPPI. 2014. Petunjuk Teknis Budi daya Ikan Nila Srikandi. Balai Penelitian Pemuliaan Ikan: Sukamandi – Jawa Barat. BSN. 2013. SNI : 6148:2013. Ikan Bandeng Bagian 2 : Benih. BSN. 2014. SNI : 8036.2:2014. Ikan Kerapu Cantang Bagian 2 : Produksi Benih Hibrida. BSN. 2014. SNI : 6145.2:2014. Ikan Kakap Putih Bagian 2 : Benih. BSN. 2011. SNI : 6487.3:2011. Ikan Kerapu Bebek Bagian 3 : Produksi Benih. BSN. 2014. SNI: 8036.1:2014. Ikan Kerapu Cantang Bagian 1 : Benih Hibrida. BSN. 2011. SNI : 6488.3:2011. Ikan Kerapu Macan Bagian 3 : Produksi Benih. BSN. 2009. SNI : 6141:2009. Produksi Benih Ikan Nila Hitam Kelas Benih Sebar. BSN. 2009. SNI : 7311:2009. Produksi Benih Udang Vaname Kelas Benih Sebar. BSN. 2006. SNI :01-7252:2006. Produksi Benih Udang Vaname Kelas Benih Sebar. BSN. 2014. SNI : 8038.1:2014. Udang Windu Bagian 1: Produksi Induk di Tambak. Effendi, I. 2009. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Depok. Kordi, M.G.H. 2013. Budi daya Ikan Konsumsi di Air Tawar (Farm Big Book). Lily Publisher: Yogyakarta. Kordi, M.G.H. 2012. Jurus Jitu Pengelolaan Tambak untuk Budi Daya Perikanan Ekonomis. Lily Publisher: Yogyakarta. Kordi, M.G.H. 2005. Budi Daya IKan Laut Di Keramba Jaring Apung. Rineka Cipta:Jakarta. Kordi, M.G.H. 2010. Pintar Budi Daya Ikan di Tambak Secara Intensif (bandeng, beronang, kakap, kerapu, nila). Andi:Yogyakarta. Kordi, M.G.H. 2010. Buku Pintar Pemeliharaan 14 Ikan Air Tawar Ekonomis di Keramba Jaring Apung. Lily Publisher: Yogyakarta. Kordi, M.G.H. 2009. Sukses Memproduksi Bandeng Super Untuk Umpan, Ekspor dan Indukan. Lily Publisher: Yogyakarta. Kordi, M.G.H. 2010. Budi Daya Udang Laut Sistem Ekstensif, Semi Intensif, Intensif, Super Intensif, Monokultur, Polikultur, Organik, Tebar Gilir, Tertutup. Lily Publisher: Yogyakarta. Kordi, M.G.H. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis Secara Buatan. Lily Publisher: Yogyakarta. Murtidjo, B.A. 2002. Tuntunan Bagi Petambak dan Peminat Budi Daya Bandeng Intensif. Kanisius: Yogyakarta.



192



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



DAFTAR PUSTAKA Sonatha, Y dan Puspita, R.M. 2016. Panen Maksimal Budi daya Nila Unggulan. Anugrah: Jakarta. Rusmiyati, S. 2012. Budi daya Bandeng Super Langkah jitu Menuju Kemapanan Finansial. Pustaka Baru Press:Yogyakarta.



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



193



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



GLOSARIUM Alkalinitas Biosecurity



: Gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam : Sesuatu konsep yang merupakan bagian integral dari suksesnya sistem produksi budi daya ikan dalam mengurangi risiko dan konsekuensi dari masuknya penyakit infeksi terhadap ikan maupun hewan lainnya Biota : Mahluk hidup Dekomposisi : Berkaitan dg zat yg berasal dr makhluk hidup Desain : Kreasi berupa rancangan Desinfektan : Bahan untuk membersihkan dan pembasmi hama dan penyakit Feeding Rate : Pemberian ratarata pakan yang diberikan Fekuinditas : Jumlah telur yang di kandung induk ikan Fitoplankton : Organisme yang memiliki klorofil Fluktuasi : Perubahan (naik dan turun ) sesuatu(suhu,harga) yang yang terjadi pada waktu/periode tertentu Folikel : Kantong kelenjar yg kecil dan sempit Fototaksis : Reaksi binatang thd cahaya Granulosa : sel yang melapisi folikel ovarium vesikuler yang menjadi sel luteal setelah ovulasi. Korpus luteum terdiri dari sel-sel granulosa dan selsel teka foliku Hatchery : Bangunan pembenihan atau panti benih instalasi air : Perencanaan pembangunan alur air bersih dari sumber air melalui komponen penyalur dan penyambungnya ke bak – bak penampungan air maupun kran-kran yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan Instalasi udara: pembangunan alur udara dari sumber sumber melalui komponen penyalur dan penyambungnya ke bak – bak maupun kran-kran yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan udara sehari-hari. Kekeruhan : Untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Konversi : Perubahan dari satu bentuk (rupa, dsb) ke bentuk (rupa, dsb) yang lain; perbandingan antara jumlah pakan ikan yang digunakan dengan produksi daging ikan yang dihasilkan Larva : Organisme yang berbentuk primitif dimana organnya belum lengkap seperti halnya organisme Limbah : Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic (rumah tangga) Media : tempat ( air ) Oogenesis : Penciptaan ovum (sel telur) merupakan proses dari bentuk betina gametogenesis yang setara dengan jantan yakni spermatogenesis Organik : Bahan yang mudah di uraikan Pakan alami : mahluk hidup baik tumbuhan maupun hewan yang berfungsi untuk pakan ikan Tektur tanah : Susunan campura tanah Pendederan : Tahap pelepasan/penyebaran benih (baik tumbuhan atau ikan/ udang) ke tempat pembesaran sementara pH : jumlah ion yang terdapat di perairan Predator : Hewan pemakan daging



194



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



GLOSARIUM Resirkuasi Air : Pengolahan air menggunakan filter selanjutnya di gunakan kembali Sanitas : Membersihkan sehingga bebas dari kotoran atau hal-hal yang merugik Seser : Alat menangkap benih ikan yang memiliki mata jaring < 1 mm Siklus : Daur Steril : Sesuatu yang bersih dan bebas dari kotoran dan penyakit Stripping : Pengeluaran telur dengan cara pengurutan Survival Rate : Kelulus hidupan Tata letak : Usaha untuk menyusun, menata, atau memadukan elemen elemen atau unsur-unsur menjadi hal yang bermanfaat Parameter : Unsur-unsur / elemen-elemen Waring : Alat untuk menampung ikan yang berbentuk segi empat Wadah : Tempat budi daya ikan Topografi : Kemiringan tanah



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



195



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



BIODATA PENULIS



BIODATA PENULIS 1 Nama Lengkap : Sunarto, S.Pi, M.Si Telepon /HP /WA : 081286657696 Email : [email protected] Akun Facebook : Alamat Kantor : SMKN 2 Indramayu Jl. Raya Pabean No.15 Indramayu 45219 Kompetensi Keahlian : Agribisnis Perikanan Air Payau dan Laut Riwayat Pekerjaan/ Profesi (10 Tahun Terakhir) 1. Guru SMK Hasanudin Eretan ( Tahun 2011 – 2013) 2. Guru SMKN 2 Indramayu ( Tahun 2013 s.d sekarang) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar 1. S1 Manajemen Sumberdaya Perairan – UNSOED Purwokerto (Lulus Tahun 2011) 2. Magister Pengelolaan Sumberdaya Perairan – IPB (Lulus Tahun 2015) Judul Buku/ Jurnal Ilmiah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir) 1. Marine Fisheries (Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut, Volume 6 No. 1 Mei 2015, Hlm. 59-68) Informasi Lain dari Penulis Tinggal di Desa Bugel Blok Talang Damai RT 01/ RW 01 Kec. Patrol Kab. Indramayu - Jawa Barat; lahir di Indramayu, 11 Maret 1988 dari pasangan H.Saren dan Hj. Kana’ah. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh yaitu sekolah di TK Al-Ikhlas Eretan, SDN Bugel 5, SLTPN 1 Sukra, SMAN 1 Sindang, S1 Manajemen Sumberdaya Perairan UNSOED dan S2 Pengelolaan Sumberdaya Perairan IPB. Penulis sudah berkeluarga dan memiliki pasangan yaitu Sri Hartati, S.Kom dan diberikan amanah dari Allah SWT seorang putra yang bernama Sulthan Addien Abyasa Sunarto.



196



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PAYAU DAN LAUT



BIODATA PENULIS



BIODATA PENULIS 2 Nama Lengkap : SUKANDI, S.Pt., M.A. Telepon /HP/WA : 081312236248 Email : [email protected] Akun Facebook : [email protected] Alamat Kantor : SMKN 2 Indramayu Jl. Raya Pabean No. 15 Indramayu 45219 Kompetensi Keahlian : Agribisnis Perikanan Air Payau dan Laut Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir) 1. Guru SMKN 2 Indramayu (Tahun 2006 s.d sekarang) Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar 1. S1 Teknologi Pengolahan Hasil Peternakan – UGM Yogyakarta (Lulus Tahun 2002) 2. Akta IV, STKIP Sebelas April, Sumedang (Lulus Tahun 2005) 3. Magister Ilmu Administrasi – FISIP UI (Lulus Tahun 2012) Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir) Informasi Lain dari Penulis Tinggal di Griya Patra Laksana Jl. Raya Sukaurip Kec. Balongan Kabupaten Indramayu; lahir di Indramayu, 23 September 1978. Sekolah Dasar dilalui di SD N Kasmaran I Kec. Widasari; melanjutkan ke SMP Negeri 1 Lelea dan SMA Negeri 1 Kandanghaur di daerah yang sama Kabupaten Indramayu. Tahun 1997 kuliah Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Peternakan, Fakultas Peternakan - UGM - Yogyakarta, lulus tahun 2002. Tahun 2010 melanjutkan Program Magister Ilmu Administrasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI). Pernah menjadi guru di SMA NU Widasari, dari tahun 2005 – 2006; dan sejak bulan Juli 2006 – sekarang mengajar di SMK Negeri 2 Indramayu



AGRIBISNIS PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT



197