7.2.1 EP 3 SOP Gastroenteritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GASTROENTERITIS (KOLERA DAN GIARDIASIS) (ICD X: A09) : No. Dokumen



SOP



No. Revisi



: 00



Tanggal Terbit Halaman



: 13 Februari 2019 :1/5 dr. SARJONO B. SINURAT



PUSKESMAS GONTING MAHE 1. Pengertian



/ SOP / PUSK.GM / II / 2019



NIP. 198503042011011005



Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Apabila diare > 30 hari disebut kronis. WHO (World Health Organization) mendefinisikan diare akut sebagai diare yang biasanya berlangsung selama 3 – 7 hari tetapi dapat pula berlangsung sampai 14 hari. Diare persisten adalah episode diare yang diperkirakan penyebabnya adalah infeksi dan mulainya sebagai diare akut tetapi berakhir lebih dari 14 hari, serta kondisi ini menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi menyebabkan kematian. Infeksi yang menyebabkan GE akibat Entamoeba histolytica disebut disentri, bila disebabkan oleh Giardia lamblia disebut giardiasis, sedangkan bila disebabkan oleh Vibrio cholera disebut kolera.



2. Tujuan



Sebagai acuan bagi petugas dalam melakukan penatalaksanaan terhadap penyakit gastroenteritis.



3. Kebijakan



SK Pimpinan Puskesmas No. 498/SK/PUSK.GM/II/2019 tentang Pelayanan Klinis Puskesmas Gonting Mahe.



4. Referensi



KMK No. HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.



5. Alat dan Bahan



1. 2. 3. 4. 5. 1. 2.



6. Langkah – langkah



Alat tulis Stetoskop Termometer Infus set, cairan intravena Dokter memperkenalkan diri dan memberi salam, Dokter melakukan anamnesis kepada bayi dengan keluhan buang air besar (BAB) lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Dapat disertai rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan muntah serta tenesmus, dan riwayat demam. a. Pada pasien anak ditanyakan secara jelas gejala diare: i. Perjalanan penyakit diare yaitu lamanya diare berlangsung, kapan diare muncul (saat neonatus, bayi, atau anak-anak) untuk mengetahui, apakah termasuk diare kongenital atau didapat, frekuensi BAB, konsistensi dari feses, ada tidaknya darah dalam tinja; ii. Mencari faktor-faktor risiko penyebab diare; iii. Gejala penyerta: sakit perut, kembung, banyak gas, gagal tumbuh;



iv.



3. 4.



5. 6.



Riwayat bepergian, tinggal di tempat penitipan anak merupakan risiko untukdiare infeksi; b. Faktor Risiko: i. Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang; ii. Riwayat intoleransi laktosa, riwayat alergi obat; iii. Infeksi HIV atau infeksi menular seksual; Dokter mencuci tangan, Dokter melakukan pemeriksaan fisik: a. Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah; b. Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah; c. Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik; d. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia; e. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi; f. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan kriteria. Pada anak menggunakan kriteria WHO 1995; Dokter menegakkan diagnosa berdasarkan hasil anamnesis, dan pemeriksaan fisik, Dokter memberikan penatalaksanaan: Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa a. Memberikan cairan dan diet adekuat i. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk rehidrasi; ii. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase transien; iii. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau kafein, karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus; iv. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas, dan mudah dicerna; b. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat antidiare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif; Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik atau antiparasit, atau antijamur tergantung penyebabnya. Obat antidiare, antara lain: i. Turunan opioid: Loperamid atau Tinktur opium. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan apabila diare semakin berat walaupun diberikan terapi; ii. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunokompromais, seperti HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya bismuth encephalopathy; iii. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite 3x1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop; iv. Obat antisekretorik atau anti enkefalinase: Racecadotril 3x1 Antimikroba, antara lain: i. Golongan kuinolonyaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 5- 7 hari; atau ii. Trimetroprim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1 tablet/hari; iii. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, Metronidazol dapat digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari;



Page 2 of 5



iv. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan etiologi. Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya, pasien ditangani dengan langkah sebagai berikut: i. Menentukan jenis cairan yang akan digunakan Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr Natrium bikarbonat dan 1,5 KCl setiap liter. Cairan ini diberikan secara oral atau lewat selang nasogastrik. Cairan lain adalah cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan secara intravena; ii. Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan Prinsip dalam menentukan jumlah cairan inisial yang dibutuhkan adalah: BJ plasma dengan rumus: BJ plasma – 1,025 Defisit cairan : ----------------------------- X Berat badan X 4 ml 0,001 Skor Kebutuhan cairan = ---------- X 10% X kgBB X 1 liter 15 iii. Menentukan jadwal pemberian cairan: a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin; b. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atauskor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral; c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan insensible water loss; Kondisi yang memerlukan evaluasi lebih lanjut pada diare akut apabila ditemukan: i. Diare memburuk atau menetap setelah 7 hari, feses harus dianalisa lebih lanjut; ii. Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, disentri, demam ≥ 38,5oC, nyeri abdomen yang berat pada pasien usia di atas 50 tahun; iii. Pasien usia lanjut; iv. Muntah yang persisten; v. Perubahan status mental seperti lethargi, apatis, irritable; vi. Terjadinya outbreak pada komunitas; vii. Pada pasien yang immunokompromais; 7. Dokter mencuci tangan, 8. Dokter memberikan konseling dan edukasi: a. Pada kondisi yang ringan, diberikan edukasi kepada keluarga untuk membantu asupan cairan. Edukasi juga diberikan untuk mencegah terjadinya GE dan mencegah penularannya; 9. Dokter mencatat dalam rekam medis.



Page 3 of 5



7. Diagram Alir Dokter memperkenalkan diri dan memberi salam



Dokter melakukan anamnesis kepada pasien



Dokter mencuci tangan Dokter melakukan pemeriksaan fisik pada pasien Dokter menegakkan diagnosis Dokter memberikan penatalaksanaan



Dokter mencuci tangan



Dokter memberikan edukasi



Dokter mencatat rekam medik



8. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan



Kriteria rujukan: 1. Tanda dehidrasi berat; 2. Terjadi penurunan kesadaran 3. Nyeri perut yang signifikan; 4. Pasien tidak dapat minum oralit; 5. Tidak ada infus set serta cairan infus di fasilitas pelayanan Diagnosis Banding: 1. Kolesistitis, 2. Kolelitiasis, 3. Chron disease, 4. Kanker lambung, 5. Gastroenteritis, 6. Limfoma, 7. Ulkus peptikum, 8. Sarkoidosis, 9. GERD. Prognosis: Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya, sehingga umumnya prognosis adalah dubia ad bonam. Bila kondisi saat datang dengan dehidrasi berat, prognosis dapat menjadi dubia ad malam.



9. Unit Terkait



1. Unit Pemeriksaan Umum 2. Unit Farmasi



Page 4 of 5



10. Dokumen Terkait 11. Rekaman historis perubahan



Rekam Medis No



Yang diubah



Page 5 of 5



Isi Perubahan



Tanggal Mulai diberlakukan