Acara 1 Nekropsi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI HALMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum 1.3 Manfaat Praktikum BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.2 Pembahasan BAB IV KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA



DAFTAR TABEL Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Nekropsi Pada Ayam



DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Ternak yang Terkena CRD Gambar 2. Ternak yang Terkena Colibacillosis



ACARA PRAKTIKUM 1 BEDAH BANGKAI (NEKROPSI) TERNAK NON RUMINANSIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas merupakan salah satu makhluk hidup yang dapat dikonsumsi baik dagingnya ataupun telurnya oleh manusia (Purwanto I dan Qomar A.S, 2021). Jumlah terbayak dari jenis unggas yang dapat dikonsumsi oleh manusia adalah ayam, yang konsumennya setiap hari meningkat. Oleh karena itu, usaha ini merupakan peluang yang sangat bagus untuk berbisnis. Namun, dalam usaha ini penyakit merupakan salah satu risiko yang tinggi dan harus selalu dihadapi. Antisipasi untuk mencegah dan mengenali gejala penyakit yang berbahaya sangatlah penting. Proses untuk mengenali dengan cepat dan tepat dari serangan jenis penyakit sangatlah sulit karena gejala yang ditimbulkan umumnya mirip dan sama. Akan tetapi, biasanya ada beberapa gejala yang khas untuk setiap jenis penyakit pada ternak unggas, misalnya pada ayam. Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh serangan virus ataupun bakteri. Berikut akan diuraikan penerapan aplikasi sistem pakar yang dapat melakukan diagnosis terhadap penyakit unggas (ayam) dengan menggunakan metode nekropsi. Begitupula dengan organisasi yang melakukan bisnis peternakan, yang sangat menjanjikan, namun perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap adanya serangan penyakit, seperti halnya unggas (ayam) yang sangat rentan terhadap berbagai jenis penyakit yang disebabkan virus ataupun bakteri. Nekropsi merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk melakukan identifikasi penyakit dan kelainan sekaligus sampling dalam sebuah peternakan untuk memperhatikan kondisi kesehatan ayam dalam keadaan sehat dalam suatu waktu, seperti pelaksanaan nekropsi ayam yang berumur 7 hari (Farid A, 2020).



Nekropsi dilakukan untuk melihat perubahan organ yang terjadi pada objek. Hal ini akan memperkuat data dalam menegakkan diagnosis suatu penyakit dari ayam. Nekropsi merupakan suatu metode yang cepat, murah, mudah, dan tepat untuk melihat perubahan organ-organ pasca mati di lapangan yang memberikan gambaran lebih mendalam dari pathogenesis suatu penyakit (Awaludin A et al., 2019). 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum bedah bangkai/nekropsi pada ternak non ruminansia adalah: 1. Mengetahui perubahan patalogi anatomi pada organ yang terserang penyakit 2. Mendiagnosa secara cepat dan tepat penyakit yang menyerang 3. Mengetahui kelainan dan endoparasit yang terdapat di dalam organ 4. Untuk mengidentifikasi tanda-tanda penyakit yang menginfeksi 1.3 Manfaat Praktikum Adapun manfaat dilaksanakannya praktikum bedah bangkai/nekropsi pada ternak non ruminansia adalah: 1. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan patalogi anatomi pada organ yang terserang penyakit 2. Mahasiswa mampu mendiagnosa secara cepat dan tepat penyakit yang menyerang 3. Mahasiswa mampu mengetahui kelainan dan endoparasit yang terdapat di dalam organ 4. Mahasiswa mampu untuk mengidentifikasi tanda-tanda penyakit yang menginfeksi



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Nekropsi atau bedah bangkai merupakan langkah lanjutan untuk diagnosis dalam rangka memperoleh gambaran lebih jelas terhadap kasus yang diperoleh dengan pengamatan perubahan organ-organ tubuh hewan (Saptian Toni A, 2021). Nekropsi harus dilakukan secepat mungkin sebelum bangkai mengalami autolisis, jadi sekurang-kurang 6-8 jam setelah kematian (Amijaya, 2013). Unggas yang telah mati lebih dari



6-8 jam tidak dianjurkan untuk diambil spesimen



dikarenakan proses dekomposisi alamiah yang sedang berlangsung dapat memberikan perubahan hasil yang membingungkan dengan lesi patologis sebenarnya, bisa juga unggas tersebut sudah tercemar mikrobakteri lain. Nekropsi dilakukan untuk mengetahui atau melakukan diagnosis terhadap jenis agen penyakit yang menyebabkan ternak mati sehingga kita



lebih



dimungkinkan untuk mengetahui penyebab ternak tersebut mati. Syaratnya ternak tersebut baru mati dan pada ternak hidup dimatikan terlebih dahulu. Kita mengambil sampel pada bagian tertentu yang memang bisa dimungkinkan sebagai tempat berkembangnya bibit penyakit. Setelah diambil kemudian dilakukan isolasi dan dikembangkan ke laboratorium untuk mengidentifikasi bakteri atau mikroba yang tumbuh di sana, lalu kita bisa mengetahui jenis penyakitnya. Sehingga kita bisa mengetahui langkah-langkah yang tepat atau sesuai untuk diterapkan terhadap peternakan yang kita miliki. Nekropsi dilakukan dengan cara menggunakan pisau untuk bedah bangkai. Pada prinsipnya nekropsi adalah mengeluarkan organ organ yang dihinggapi oleh bakteri maupun virus tertentu, pemeriksaan nekropsi sangat penting dilakukan untuk mengetahui penyakit dalam yang diderita oleh ternak tersebut sehingga kita bisa menyimpulkan penyakit apa yang telah menjangkit ternak tersebut. Nekropsi atau bedah bangkai adalah teknik lanjutan dari diagnosa klinik untuk mengukuhkan atau meyakinkan hasil diagnosa klinik. Sifat pemeriksaan hasil nekropsi adalah berdasarkan pada perubahan patologi anatomi (Setyawan A et al.,



2021). Proses nekropsi umumnya dilakukan untuk mengamati dan mengambil organ target pada sampel.



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil No



Gambar



1.



Perubahan Anatomi  Peradangan saluran pernafasan bagian atas  Kantung udara keruh dan menebal



Dugaan Penyakit CRD (Chronic Respiratory Disease)



Gambar 1. Ternak yang Terkena CRD 2.



 Penyakit coli Colibacillosis parah akan terlihat pada bagian intra kulit dalam yaitu berwarna agak kekuningan.  Terdapat sedikit perkejuan yang melapisi kapsula hati dan jantung.



Gambar 2. Ternak yang Terkena Colibacillosis Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Nekropsi Pada Ayam 3.2 Pembahasan



CRD (Chronic Respiratory Disease) merupakan salah satu penyakit pemafasan pada ayam yang disebabkan Mycoplasma gallisepticum. Infeksi terjadi jika bakteri Mycoplasma gallisepticum masuk ke saluran pernafasan bersamaan dengan aliran udara yang telah terkontaminasi, dan menempel pada mukosa saluran pernafasan dan merusak sel-selnya (Wiedosari E dan Wahyuwardani S, 2015). Ayam yang terserang CRD maka tubuhnya akan menjadi lebih rentan terhadap berbagai serangan penyakit lain, hal ini karena



serangan CRD dapat menyebabkan kerusakan silia saluran pernapasan (Efendi B, 2016). Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan penyakit CRD teridentifikasi hanya pada satu kasus, dijumpai pada peternakan yang dipelihara pada situasi kandang yang terlalu padat dengan kualitas udara yang buruk. Ayam menunjukkan gejala khas yaitu ngorok. Ayam yang terkena CRD menunjukkan adanya peradangan saluran pernafasan bagian atas, kantung udara keruh dan menebal, serta pembentukan jaringan fibrin pada selaput hati dan jantung. Infeksi terjadi jika bakteri Mycoplasma gallisepticum masuk ke saluran pernafasan bersamaan dengan aliran udara yang telah terkontaminasi, dan menempel pada mukosa saluran pernafasan dan merusak sel-selnya. Sedangkan colibacillosis adalah penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh bakteri Escherichia Coli yang merupakan bakteri yang memiliki sifat oportunistik yitu secara normal terdapat pada saluran pencernaan dalam jumlah yang terkendali, tetapi saat kondisi ayam menurun akibat stres bisa berkembang menjadi pathogen (Lestari M, 2020). Colibacillosis dapt terjadi pada ayam pedaging dan petelur dari semua kelompok umur, serta unggas lainnya seperti itik dan kalkun. Ayam terinfeksi colibacillosis menunjukkan gejala lemah, merunduk, dan nafas terdengar mengorok. Akibatnya, apabila disekresikan bersama feses dapat mencemari lingkungannya (Wiedosari E dan Wahyuwardani S, 2015). Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan ayam yang terjangkit penyakit colibacillosis disebabkan oleh air minum dan perubahan tubuhnya terlihat pada bagian intra kulit dalam yaitu berwarna agak kekuningan. Serta terdapat sedikit perkejuan yang melapisi kapsula hati dan jantung.



BAB IV KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan jika penyakit Colibacillus berkomplikasi dengan CRD (Chronic Respiratory Disease). Hal itu terjadi karena penyakit tersebut bersifat menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresif), terjadi perubahan keseimbangan antara E. coli dengan sistem pertahanan tubuh yang menyebabkan bakteri tersebut menjadi patogen dan menginfeksi ayam. Perubahan anatomi pada penyakit colibacillosis adalah adanya peradangan saluran pernafasan bagian atas serta kantung udara keruh dan menebal. Sedangkan pada penyakit CRD adalah pada bagian intra kulit dalam yaitu berwarna agak kekuningan dan terdapat sedikit perkejuan yang melapisi kapsula hati dan jantung.



DAFTAR PUSTAKA Awaludin, A., Nugraheni, Y. R., Syahniar, T. M., & Laksito, D. (2019). Studi Lapang: Penegakan Diagnosis Infectious Bursal Disease (IBD) Pada Ayam Broiler. Jurnal Ilmu Peternakan Terapan, 3(1), 25-30. EFENDI,



B.



(2016).



PENGARUH



KANDANG



MINIMUM



VENTILASI



TERHADAP PENYAKIT CHRONIC RESPIRATORY DISEASE (CRD) PADA AYAM BROILER DI PT CIOMAS ADISATWA II UNIT KEDIRI (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga). Farid, A. (2020). Tata Laksana Nekropsi Ayam Broiler Umur 7 Hari di Andalan Tangguh Gemilang Grup Jasinga. Lestari, M. (2020). Tingkat Kematian Kasus Colibacillosis Pada Ayam Broiler Di Tunas Muda Farm Desa Tasikmadu Kecamatan Palang Kabupaten Tuban (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA). Purwanto, I., & Qomar, A. S. (2021). Regresi Linier Pada Forcasting Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Jenis Penyakit Pada Hewan Ternak Unggas. Explore: Jurnal Sistem informasi dan telematika (Telekomunikasi, Multimedia dan Informatika), 12(1), 84-89. Rohajawati, S., & Supriyati, R. (2010). Sistem Pakar: Diagnosis Penyakit Unggas Dengan



Metode



Certainty



Factor.



CommIT



(Communication



and



Information Technology) Journal, 4(1), 41-46. Saptian Toni, A. (2021). IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN SAPI BELGIAN BLUE DENGAN METODE NEKROPSI DI BPTU-HPT SEMBAWA (Doctoral dissertation, Universitas Jambi). Setyawan, A., Hudaidah, S., & Fidyandini, H. P. (2021). Evaluasi suplementasi alginat Sargassum dari Perairan Lampung dalam menanggulangi penyakit white disease pada udang vannamei Litopenaues vannamei.



Wiedosari, E., & Wahyuwardani, S. (2015). Studi kasus penyakit ayam pedaging di Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan-Indonesian Journal of Veterinary Sciences, 9(1).



Wibisono, F. J., Sumiarto, B., Untari, T., Effendi, M. H., Permatasari, D. A., & Witaningrum, A. M. (2020). Prevalensi dan analisis faktor risiko multidrug resistance bakteri Escherichia coli pada ayam komersial di Kabupaten Blitar. Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science), 10(1), 15-22.