5 0 179 KB
LAPORAN PENDAHULUAN PADA TN.K DENGAN CKD DI RUANG DAHLIA 2 RSUD RA KARTINI JEPARA (Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Dasar Perawat)
DISUSUN OLEH: AFIYANTI RIYANA DEWI NIM. 82021040006
PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS 2021
TINJAUAN TEORI A. DEFINISI Penyakit
ginjal
kronik
(PGK)
merupakan
suatu
kegagalan
fungsiginjal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif yang ditandai dengan penumpukan sisa metabolisme (toksik uremik) di dalam tubuh (Muttaqin & Sari, 2011). Penyakit ginjal kronik adalah keadaan dimana terjadi kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah, serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal (Nursalam & Batticaca, 2011). Penyakit ginjal kronik merupakan akibat terminal destruksi jaringan dan kehilangan fungsi ginjal yang berlangsung secara berangsur – angsur yang ditandai dengan fungsi filtrasi glomerulus
yang tersisa kurang dari 25%
(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011). Kesimpulan definisi penyakit ginjal kronik (PGK) berdasarkan beberapa sumber diatas adalah suatu keadaan dimana terjadi kegagalan atau kerusakan fungsi kedua ginjal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit serta lingkungan dalam yang cocok untuk bertahan hidup sebagai akibat terminal dari destruksi atau kerusakan struktur ginjal yang berangsur – angsur, progresif, ireversibel dan ditandai dengan penumpukan sisa metabolisme (toksik uremik), limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah dan fungsi filtrasi glomerulus yang tersisa kurang
dari 25%
serta
komplikasi
dan
berakibat
fatal
jika
tidak
dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal. B. Etiologi CKD bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit komplikasi yang
bisa
menyebabkan
penurunan
fungsi
pada
ginjal
(Muttaqin & Sari 2011). Menurut Robinson (2013) dalam Prabowo dan Pranata (2014) penyebab CKD, yaitu: a. Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis) b.
Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
c. Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis) d. Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis) e.
Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)
f.
Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
C. Manifestasi Klinis Anda dan gejala penyakit ginjal kronis berkembang seiring waktu jika kerusakan ginjal berlangsung lambat. Tanda dan gejala penyakit ginjal menurut (Kardiyudiani & Brigitta 2019) mungkin termasuk : a). Mual b). Muntah c). Kehilangan nafsu makan d). Kelelahan dan kelemahan e). Masalah tidur f). Perubahan volume dan frekuensi buang air kecil g). Otot berkedut dan kram h). Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki i). Gatal terus menerus j). Nyeri dada jika cairan menumpuk di dalam selaput jantung k). Sesak napas jika cairan menumpuk di paru-paru l). Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan D. Patofisiologi Menurut Suzanne & Bare dalam Milnawati (2019) menyatakan patofisiologi dari CKD adalah sebagai berikut Pada waktu glomerulus
terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
dan tubulus) diduga
utuh sedangkan
yang lain
rusak
(hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat. 1. Gangguan klirens ginjal Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah penurunan
glomeruli
yang
berfungsi,
yang
menyebabkan
klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh
ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin
24-jam
untuk
pemeriksaan
klirens
kreatinin.
Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain
itu,
kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat.
Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC) dan medikasi seperti steroid.
2. Retensi cairan dan ureum Ginjal
juga
tidak
mampu
untuk
mengkonsentrasi
atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan
resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan
untuk
kehilangan
garam,
mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare
menyebabkan
penipisan
air dan natrium, yang semakin
memperburuk status uremik. 3. Asidosis Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia (NH3 ̅) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi. 4. Anemia Anemia timbul sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas. 5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan
fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun 6. Penyakit tulang uremik Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon.
E. Pathway Glomerulonefritis, Infeksi Kronis, Kelainan Kongenital, penyakit vaskuler, Nephrolithiasis, SLE, Obat Nefrotik
Gagal Ginjal
Proses
hemodialisa
Gangguan Reabsorbsi
kontinyu Hipernatremis Tindakan Invasif beruang Retensi Cairan Informasi in adekuat
Volume Vaskuler meningkat
Stres
Edema Pulmonal
HCL MENINGKAT
Mual dan Muntah
Ekspansi paru Turun
Retensi CO2
Dipsnea
Asidosis
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
Respiratorik
Ketidakefektifan Pola Nafas
Gangguan Pertukaran Gas
F. Pemeriksaan Penunjang Berikut adalah pemeriksaan penunjang pada pasien dengan CKD menurut (Nahas, 2010) 1. Urin
Volume : biasanya kurang dari 400cc/24 jam atau tak ada (anuria)
Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
Bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan
Adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
Berat jenis; kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
Osmoalitas; kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal
Tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
Klirens kreatinin; menurun
Natrium; lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
Mereabsorbsi natrium
Protein; derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
2. Darah
BUN/kreatinine meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
Hb menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/db
SDM; menurun, defisiensi eritropoitin
GDA; asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
Natrium serum; rendah
Kalium; meningkat
Magnesium; meningkat
Kalsium; menurun
Protein (albumin); menurun
3. Osmolalitas serum; lebih dari 285 mOsm/kg
4. Pelogram retrograd; abnormalitas pelvis ginjal dan ureter 5. Ultrasono ginjal; menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas 6. Endoskopi ginjal, nefroskopi; untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif 7. Arteriogram ginjal; mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa 8. EKG; ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. 9. Foto polos abdomen; menunjukkan ukuran ginjal/ureter /kandung kemih dan adanya obstruksi (batu). GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault : Laki - Laki GFR=( 140−UMUR ) X BB( KG )¿
¿ 72 X KREATININ SERUM ( MG/ DL)
Wanita GFR=
(140−UMUR ) X BB(KG) X5 72 X KREATINI SERUM (MG/ DL)
Perhitungan terbaik LFG adalah dengan menentukan bersihan kreatinin yaitu: kreatinin urin bersi h an kreatinin=
( mgdl ) Volurin ( ml24 jam )
¿ ¿ mg Kreatinin Serum x 1440 menit dl
( )
Nilai Normal
Laki – Laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau 0,93 - 1,32 mL/detik/m2 Wanita
: 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85 - 1,23 mL/detik/m2
G. Penatalaksanaan Medis Berikut adalah penatalaksanaan Medis menurut Nahas (2010): 1. Konservatif a. Melakukan pemeriksaan lab darah dan urine b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam. Biasanya diusahakan agar tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat edema betis ringan. Pengawasan dilakukan melalui pemantauan berat badan, urine serta pencatatan keseimbangan cairan. c. Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein). Diet rendah protein (20-240 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia serta menurunkan kadar ereum. Hindari pemasukan berlebih dari kalium dan garam. d. Kontrol hipertensi. Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung pada tekanan darah. Sering diperlukan diuretik loop selain obat anti hipertensi. e. Kontrol ketidak seimbangan elektrolit. Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk mencegah hiperkalemia hindari pemasukan kalium yang banyak (batasi hingga 60 mmol/hr), diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan dengan ekskresi kalium (penghambat ACE dan obat anti inflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kalium plasma dan EKG. 2. Dialysis a. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis). b. Hemodialisis Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan: 1) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri 2) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung) Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh fungsi eksresi yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain. 3. Operasi a. Pengambilan batu b. Transplantasi ginjal H. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan Menurut Prabowo (2014), Pengkajian Keperawatan pada Pasien dengan CKD: a. Identitas Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-laki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut. b. Keluhan utama : sangat bervariasi, keluhan berupa urine output menurun (oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual
dan
Kondisi
ini
muntah, dipicu
fatigue, napas berbau urea, dan pruritus. oleh
karena
penumpukan
zat
sisa
metabolisme/toksik
dalam
tubuh
karena
ginjal
mengalami
kegagalan filtrasi. c. Riwayat penyakit sekarang : Pada klien dengan gagal ginjal kronisbiasanya kesadaran,
terjadi
penurunanurine
penurunan pola
nafas
output,
karena
penurunan
komplikasi
dari
gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain itu, karena berdampak pada metabolisme, maka
akan
terjadi
anoreksia,
nausea,
dan vomit sehingga
beresiko untuk terjadi gangguan nutrisi. d. Riwayat penyakit dahulu: informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis, infeksi kuman; pyelonefritis, ureteritis, nefrolitiasis, kista di ginjal: polcystis kidney, trauma langsung pada ginjal, keganasan pada ginjal, batu, tumor, penyempitan/striktur, diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis, preeklamsi. e. Riwayat Kesehatan keluarga. Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular atau menurun, sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun
pencetus sekunder
seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap penyakit gagal ginjal kronik, karena penyakit tersebut bersifat herediter. f. Pola Pengkajian Fungsional (Virginia Hunderson) 1) Pola Pernafasan Gejala : Napas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa Sputum Tanda : Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul; Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru) 2) Pola Nutrisi Gejala : Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi); Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernafasan amonia). Tanda : Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir); Perubahan turgor kuit/kelembaban; Edema (umum,
tergantung); Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah; Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga. 3) Kebutuhan Eliminasi Gejala : Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut); Abdomen kembung, diare, atau konstipasi. Tanda : Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat berawan; Oliguria, dapat menjadi anuria.
4) Kebutuhan bergerak dan mempertahankan postur tubuh Tanda; kelemahan otot; kehilangan tonus; penurunan rentang gerak 5) Kebutuhan tidur dan istirahat Gejala : Kelelahan ekstrem; kelemahan malaise; Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen) 6) Kebutuhan rasa Aman dan Nyaman Gejala : Nyei panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah 7) Kebutuhan berpakaian Kebutuhan Berpakaian dibantu oleh perawat dan Keluarga 8) Kebutuhan mempertahankan Suhu Tubuh dan sirkulasi 9) Pola Personal Hygiene Personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan tinggi kalsium, purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minumsuplemen, kontrol tekanan darah dan gula darah tidak teratur pada penderita tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus. 10) Kebutuhan Komunikasi dengan orang lain Gejala : Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga. 11) Kebutuhan Spiritual Gejala : Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang
lain; Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekakuan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian. 12) Kebutuhan Bekerja Tidak mampu bekerja. 13) Kebutuhan Bermain dan rekreasi Tidak Mampu untuk meninggalkan ruangan 14) Kebutuhan Belajar Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria; Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan; Penggunaan antibiotik retroteksik saat ini berulang. 2. Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan
pola
nafas
berhubungan
dengan
Oedema
Pulmonal ditandai dengan Dipsnea. (NANDA 2018-2020, Domain 4 Aktivitas / Istirahat, Kelas 4 Responden Kardiovaskuler/ Pulmonal, Kode 00032). b. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan Retensi CO 2 ditandai dengan asydosis respiratorik. (NANDA 2018-2020, Domain 3 Eliminasi / Pertukaran, Kelas 4 Fungsi Respirasi, Kode 00030). c. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan asupan diet kurang ditandai dengan kehilangan nafsu makan. (NANDA 2018-2020, Domain 2 Nutrisi, Kelas 1 makan, Kode 00002).
3. Intervensi Keperawatan NO 1.
DIAGNOSA Ketidakefektifan berhubungan Pulmonal
pola
dengan ditandai
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL nafas a. Tujuan: Setelah dilakukan Tindakan Oedema
Keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
dengan
status pernafasan klien dipertahankan
Dipsnea.
INTERVENSI Monitor Pernafasan
dan kedalaman pernafasan.
pada skala 3 (deviasi sedang dari
Monitor tanda tanda vital
kisaran normal) ditingkatan pada
Monitor status pernafasan
skala 4 (deviasi ringan dari kisaran
Auskultasi suara nafas
normal) - Domain II Kesehatan
Catat Perubahan saturasi
Fisiologis, Kelas E jantung Paru, Kode 0403.
okseigen.
Krieria Hasil:
2
Hambatan
pertukaran
Monitor Kecepatan, irama,
Edukasi
pasien
dalam
fisioterapi dada.
040301 status pernafasan
040302 Irama Pernfasan
tenaga
040318 suara perkusi nafas
mengenai
0403026 Hasil Rongen dada
pasien.
Kolaborasikan
dengan
kesehatan
lain
pernafasan
gas a. Tujuan: Setelah dilakukan Tindakan Terapi Oksigen
berhubungan dengan Retensi CO2
Keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
Monitor
status
pernafasan
ditandai
dengan
asydosis
respiratorik.
status pernafasan klien dipertahankan
pasien
pada skala 3 (deviasi sedang dari
Siapkan perlatan oksigen
kisaran normal) ditingkatan pada
Monitor aliran oksigen
skala 4 (deviasi ringan dari kisaran
Sediakan oksigen ketika pasien
normal) - Domain II Kesehatan
dipindahkan
Fisiologis, Kelas E jantung Paru,
Anjurkan pasien dan keluarga
Kode 0402.
mengenai penggunaan oksigen
Kriteria Hasil:
tambahan
040210 Saturasi Oksigen
040213 Hasil Rontgen dada
selama
kegiatan
dan . atau tempat tidur.
Konsultasi
dengan
tenaga
kesehatan lain 3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang b. Tujuan: Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nutrisi dari
kebutuhan
Keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
Tentukan status gizi pasien
berhubungan dengan asupan diet
status
Identifikasi adanya alergi
kurang
dipertahankan pada skala 3 (cukup
Tentukan jumlah kalori dan
menyimpang
nutrisi yang dibutuhkan klien
ditandai
kehilangan nafsu makan.
tubuh dengan
nutrisi
biokimia
klien
dari kisaran normal)
ditingkatan pada skala 4 (sedikit
Atur diet yang diperlukan.
menyimpang dari kisaran normal) -
Anjurkan
Domain
kebutuhan diet untuk kondisi
II
Kesehatan
Fisiologis,
pasien
terkait
Kelas K pencernaan & Nutrisi, Kode 1005 Kriteria Hasil:
100514 serum kreatinin
100503 Hematokrit
100504 Hemoglobin
100507 Gula darah
100508 kolesterol darah
100509 Trigliserida darah
100511 urin kreatinin
100512 urea nitrogen perkemihan
sakit.
Kolaborasi dengan ahli gizi
I. Reverensi Kardiyudiani & Susanti,Brigitta A.D. (2019). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Baru Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Edisi: 10. EGC: Jakarta Prabowo, Eko & Pranata, A.E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta : Naha Medika Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas), (2018) Prevalensi kasus CKD di Indonesia dan NTT WHO (2015) Angka kejadian penderita CKD di dunia