Alfian Firdaus (G1a009040) - Laporan Tetap Biokimia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA



ALFIAN FIRDAUS G1A009040



BIOLGI FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS MATARAM



ACARA I ISOLASI DAN HIDROLISIS KARBOHIDRAT



ACARA I ISOLASI DAN HIDROLISIS KARBOHIDRAT A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM a. Tujuan Acara  Mengetahui cara melakukan isolasi amilum dari umbi/biji-bijian  Mengetahui cara uji kualitatif karbohidrat  Melakukan identifikasi karbohidrat (monosakarida, disakarida dan polisakarida) berdasarkan reaksi-reaksi dan perubahan warnanya b. Hari, tanggal : Senin, 14 November 2011 c. Tempat : Laboraturium Kimia Fakultas MIPA Universitas Mataram. B.



LANDASAN TEORI Dalam



kehidupan



sehari-hari



kita



melakukan



aktivitas,



baik



yang



merupakankebiasaan misalnya berdiri, berjalan, mandi, makan, dan sebagainya, atau yang hanyakadang-kadang saja kita lakukan. Untuk melakukan aktivitas itu kita memerlukanenergi, energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang kita makan.Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimiayaitu, karbohidrat, protein, dan lemak atau lipid. Karbohidrat merupakan senyawak a r b o n , h i d r o g e n d a n o k s i g e n y a n g t e r d a p a t d a l a m a l a m . B a n y a k k a r b o h i d r a t mempunyai rumus empiris CH2O, misalnya glukosa (C6H12O6). Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. Salah satu perbedaan utama antara pelbagai tipe karbohidratialah ukuran molekulnya, diantaranya



monosakarida,



disakarida,



oligosakarida



dan polisakarida.



(Fessenden : 1986) Karbohidrat merupakan golongan utama bahan organik dan dapat di temukan pada semua sel terutama pada sel tumbuhan. Karbohidrat juga merupakan komponeng i z i utama



bahan



makanan



yang



berenergi



lebih



tinggi



dari



biomolekul



lain.Biomolekul



makromolekul



senyawa



karbohidrat



organik.



adalah



S a t u makromolekul



suatu



karbohidrat



adalah satu polimer alam yang dibangun oleh monomer polisakarida. Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewantingkat tinggi



lainnya,



yaitu



sebagai



sumber



kalori.



Karbohidrat



juga



mempunyaifungsi biologi lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkatr e n d a h , r a g i m i s a l n y a , m e n g u b a h k a r b o h i d r a t ( g l u k o s a ) m e n j a d i a l k o h o l d a n karbondioksida untuk menghasilkan energi. (Hawab, HM : 2004) Karbohidrat adalah senyawa‐ senyawa aldehid atau keton dengan banyak gugus hidroksil.Senyawa‐senyawa ini menyusun sebagian besar bahan organik di dunia karena peran multipelnya pada semua bentuk kehidupan. Peran karbohidrat antara lain sebagai sumber energi,bahan bakar, dan zat antara metabolisme. Pati pada tumbuh - tumbuhan dan glikogen pada binatang adalah polisakarida yang dapat dengan cepat di mobilisasi untuk menghasilkan glukosa, bahan bakar utama untuk pembentukan energi. ATP,alat tukar energi bebas yang universal,adalah derivat gula terfosforilasi sebagaimana layaknya koenzim. Gula ribosa dan deoksiribosa membentuk sebagian besar kerangka struktur RNA dan DNA. Fleksibelitas cincin kedua gula ini penting pada penyimpanan dan ekspresi informasi ganetik. Karbohidrat berikatan dengan banyak proten dan lipid, misalnya unit‐unit gula glikoforin,yaitu suatu protein integral membran yang memberi sel‐sel darah merah satu lapisan anion yang sangat polar. Selain itu juga polisakarida merupakan elemen struktur dinding sel bakteri dan tumbuhan, dan rangka luar artropoda (Stryer,2000:463). Karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O,misalnya rumus molekul glukosa adalah C6H12O6. Karbohidrat sangat beranekaragam sifatnya, misalnya Sukrosa dan Fruktosa, keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Monosakarida (sering disebut gula sederhana) adalah satuan karbohidrat yang tersederhana,mereka tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil.Monosakarida dapat diikat secara bersama‐sama



membentuk dimer trimer dan sebagainya dan akhiirnya polimer. Dimer‐dimer disebut disakarida. Sukrosa adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satu satuan glukosa dan satu satuan fruktosa. Monosakarida dan disakarida larut dalam air dan umumnya terasa manis (Fessenden,1982:319). Biji‐bijian serta umbi‐umbian pada umumnya mengandung bayak karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber energi.Karbohidrat disimpan dalam bentuk polisakarida seperti pati dan inulin. Hidrolisis polisakarida dapat menggunakan katalis asam atau enzim. Pada hidrolisis asam terjadi pemotongan ikatan glikosida secara acak,dengan membentuk



oligosakarida



macam‐macam



dan



akhirnya



dikonversi



menjadi



glukosa,sedangkan dengan katalis enzim terjadi pemotongan ikatan glikosida secara teratur sesuai dengan enzim yand di gunakan. Misalnya Amilo pektin dan amilosa keduanya dihidrolisis oleh enzim amilase yang disekresi oleh kelenjar liur dan pancreas. (Anonim,2009:1). Karbohidrat



berfungsi



sebagai



pembangun



struktur



maupun



yang



berperanfungsional dalam proses metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara laing l u k o s a y a n g t e r d a p a t d a l a m d a r a h s e d a n g k a n g l i k o g e n a d a l a h k a r b o h i d r a t ya n g disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi. Sifat kimia karbohidrat berhubungan erat dengan gugus fungsi yang terdapat pada molekulnya yaitu gugus –OH, gugus aldehida dan gugus keton. Berbagai ujitelah dikembangkan untuk analisis kualitatif maupun



kuantitatif



terhadap



keberadaank a r b o h i d r a t ,



mulai



dari



ya n g



m e m b e d a k a n j e n i s - j e n i s k a r b o h i d r a t d a r i ya n g l a i n sampai pada yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik. Uji reaksi tersebut meliputi uji Molisch, saliwanoff, Benedict dan ionine. (Poedjiyadi,A : 2006)



C. Alat Dan Bahan  Alat - Tabung reaksi - Gelas ukur - Penangas air - Penjepit - corong pisah - Gelas beker - Rak tabung reaksi - Blender - Pisau - timbangan analitik  Bahan - Ubi kayu - kertas saring - Aquadest - Alkohol 95% - Larutan HCl encer - Larutan glukosa - Larutan 10% alfa naftol - H2SO4 pekat - Larutan fruktosa - Reagen Benedict - Larutan iodin - Reagen saliwanoff, dan Tissue



D. Cara Kerja 1. Isolasi Amilum dari Umbi-umbian Ubi kayu



-



Dikupas



-



Ditimbang 100 gr



-



ditambah aquadest 200 mL



-



diblender



Ubi kayu yang telah halus



-



residu disaring dengan kertas saring



Larutan keruh I



-



ditampung dalam gelas ukur 500 mL



-



ditambah Aquadest 200 mL



-



dikocok



-



dibiarkan mengendap hingga jenuh



-



disaring dengan kertas saring



Endapan I



-



ditambah 200 mL Aquadest



-



dikocok



-



dibiarkan mengendap hingga jenuh



-



disaring larutan jernih di bagian atas



-



ditambah 50 mL alkohol



-



disaring dengan kertasa saring



Endapan I I



Pati basah



-



dikeringkan



-



ditimbang



Pati kering



2. Uji Kualitatif Karbohidrat a. Reaksi Mollisch Tabung reaksi



- 2 mL larutan glukosa - 2 tetes larutan 10% alfa naftol - dialirkan 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung hasil



Tabung reaksi



- 2 mL larutan fruktosa



- 2 tetes larutan 10% alfa naftol -



dialirkan



2



mL



H2SO4



melalui



dindingtabung b. Reaksi Benedict



hasil Tabung reaksi



- 5 mL reagen Benedict - 8 tetes larutan glukosa c. Reaksi Iodine



hasil Tabung reaksi



- 1 ml larutan karbohidrat - HCl encer beberapa tetes - 2 tetes larutan iodine hasil



d. Reaksi Saliwanoff



Tabung reaksi



- 2 ml



reagen saliwanoff - 2 tetes larutan glukosa - di panaskan hasil



Dilakukan cara yang



sama untuk larutan fruktosa



E. Hasil Percobaan 1.Isolasi Amilum Dari Umbi  Berat ubi kayu = 100 gr  Setelah diblender akan terjadi penggumpalan  Amilum dalam suspensi alcohol 95 % berwarna putih keruh  Setelah kering berwarna putih jernih  Berat amilum kering = 15,43 gr  Berat kertas saring = 1,07 gr  Berat kertas saring + pati = 16,50 gr  Kadar amilum = 15,43 gr/100 gr × 100 % = 15,43 %  Kesimpulan : Diperoleh amilum kering 15,43 gr dengan kadar amilum 15,43 % dengan warna putih jernih.



Pada uji Molisch, semua zat uji adalah termasuk karbohidrat. hal tersebut dapat dilihat pada terbentuknya cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut : H



O



│ CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 →



─C—H + │ OH



Pentosa



Furfural H



│ CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 Heksosa



α-naftol



O



→ H2C─



─C—H



+











OH



OH



5-hidroksimetil furfural



α-naftol



Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut: O



__SO3H H2C─



─────C───── ─OH



Cincin ungu senyawa kompleks Pada uji Benedict, indikator terkandungnya Gula Reduksi adalah dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata. hal teresebut dikarenakan terbentuknya hasil reaksi berupa Cu2O. berikut reaksinya. O



O



R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O Gula Pereduksi



Endapan Merah Bata



2 .Uji Kualitatif Karbohidrat No 1.



Langkah kerja



Hasil Pengamatan



.Reaksi Molissch  glukosa



Terdapat 2 lapisan yaitu bagian



2 ml glukosa + 2 tetes larutan 10



bawah kuning keemasan dan



% alfa naftol yang masih baru



bagian atas putih keruh serta



dan dicampur,dialirkan perlahan-



terdapat bagian pemisah yang



lahan 2 ml H2SO4.



berupa cincin yang berwarna ungu yang menandakan adanya kandungan karbohidrat.Larutan ini lama-kelamaan akan terasa panas akibat reaksi dengan asam kuat. -Terdapat seperti kotoran yang melayang di atas larutan dan setelah ditambah dengan 2 ml H2SO4. - Terdapat 2 lapisan,bagian atas



 Fruktosa 2 ml fruktosa + 2 tetes larutan 10 % alfa naftol yang masih baru dan dicampur,dialirkan perlahan-lahan 2 ml H2SO4.



keruh kehitaman dan bagian bawah bening. - Terdapat cincin berwarna ungu pekat sehingga dapat dilihat pada percobaan ini mengandung karbohidrat.



3.



Reaksi Benedict  2 ml reagen Benedict + 8 tetes (0,5



Warna bennedict biru,glukosa warna orange



ml) larutan glukosa dan glukosa



Benedict + Glukosa = Biru



diletakkan pada tabung reaksi dan



Setelah dipanaskan menjadi



dimasukkan dalam penangas selama



berwarna hijau



5 menit



lumut.Menunjukkan terjadi reaksi positif. Warna bennedict biru,fruktosa



 Perlakuan terhadap fruktosa (sama seperti glukosa)



warna orange Benedict + Glukosa = Biru Benedict + fruktosa dipanaskan warnanya orange dan terdapat endapan merah bata.



4.



5.



Reaksi Iodine



Larutan karbohidrat (amilum)



1 ml larutan karbohidrat + HCl encer + 2



berwarna putih bening + HCl +



tetes larutan iodine



iodine= biru keunguan



Reaksi Saliwanoff



Saliwanoff (bening)



2 ml reagen saliwanoff + 2 tetes larutan karbohidrat (Glukosa dan Fruktosa) dipanaskan 1 menit



 Saliwanoff+glukosa= menjadi merah  Saliwanoff + fruktosa = menjadi agak merah Ini menandakan bahwa



mengandung karbohidrat



F. ANALISIS DATA 1. Isolasi Amilum dari umbi Diketahui : Berat amilum =15,43 gr Berat kertas saring = 1,07 gr Berat kertas saring + pati = 16,50 gr Dit : kadar amilum.....? Kadar amilum = 15,43 / 100 gram X 100% = 15,43 % G. BEMBAHASAN Praktikum kali ini adalah mengenai Isolasi dan Hidrolisis Karbohidrat. Adapun percobaan yang dilakukan adalah isolasi amilum dari ubi kayu, reaksi peragian, reaksi Molisch, dan reaksi Benedict. Pati (starch) atau amilum merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman, terbagi menjadi dua fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. Pati sebagai komponen utama karbohidrat pada suhu tinggi dapat mengalami hidrolisis. Meningkatnya suhu akan meningkatkan kecepatan hidolisis pati. Pada



suhu



tinggi



pati



dapat



mengalami



pemecahan–pemecahan



menjadi



senyawa‐senyawa sederhana seperti glukosa, maltosa dan dekstrin. Selain pada suhu tinggi, hidrolisis juga dapat dilakukan dengan asam (H2SO4) maupun dengan basa (NaOH). Komponen karbohidrat lainnya yaitu sukrosa juga mengalami hidrolisis pada kadar air rendah. Hidrolisis pati dapat juga dipengaruhi oleh pH, konfigurasi anomerik dan ukuran cincin glukosil. Glikosidis lebih mudah terhidrolisis pada kondisi asam daripada kondisi basa dan cenderung stabil. Karbohidrat cenderung tidak stabil pada suasana asam, khususnya pada suhu tinggi. Perbedaan nilai anomerik hidrolisis β‐D‐glikosidis adalah lebih kecil dari pada α‐D‐anomer, perbedaan ini disebabkan variasi struktural dan perbedaan pada derajat gabungan antara oligo dan polisakarida. Cincin



furanosa jauh lebih mudah dihidrolisis daripada cincin firanosa, walaupun hidrolisa firanosa adalah gabungan molekul, hidrolisis furanosa dianggap sebagai bimolekuler karena entropi negatifnya diaktifkan. Uji kualitatif karbohidrat dengan reaksi peragian yaitu terlihat adanya gelembung CO2. adanya gelembung tersebut menunjukkan adanya reaksi peragian. Hasil akhir dari reaksi ini adalah CO2 dan etanol. Percobaaan peragian dilakukan untuk menentukan gula yang dapat difermentasikan. Pada percobaaan, yang di uji adalah pati. Dimana telah diketahui sebelumnya pati mengandung sejumlah gula salah satunya glukosa. Ragi pada reaksi peragian ini memiliki enzim zymase, enzim inilah yang mampu mengubah atau menghidrolisis pati. Selain enzim pada ragi, enzim yang dapat menghidrolisis pati adalah enzim amylase yang terdapat dalam kelenjar air liur. Waktu makanan yang mengandung pati dikunyah di dalam mulut, dihasilkan bulatan siap ditelan, α‐amilase saliva bekerja terhadap terhadap zat pati secara acak. Ikatan (1‐4) α‐Dglikosidik terpecah menghasilkan maltosa, beberapa glukosa dan unit‐unit molekul zat pati yang lebih kecil, disebut dekstrin.



Degradasi



amilum



membutuhkan



enzim



amilase



yang



akan



memecah/menghidrolisis menjadi polisakarida yang lebih pendek (dextrin), dan selanjutnya menjadi maltosa. Dalam karbohidrat dikenal beberapa pengujian untuk menentukan kandungan yang terdapat dalam karbohidrat tersebut. Salah satu reaksi yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya karbohidrat adalah raeksi Molisch. Larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direaksikan dengan α‐naftol dan asam sulfat pekat. konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan α‐naftol untuk membentuk produk berwarna, dimana terlihat pada pengamatan terbentuk lapisan warna yaitu bening keemasan dan putih keruh serta terdapat cincin ungu diantara lapisan warna bening keemasan dan putih keruh. Hal tersebut ditunjukkan untuk perlakuan terhadap glukosa, sedangkan perlakuan terhadap fruktosa terjadi hal yang sama yaitu terdapat lapisan warna yaitu keruh kehitaman dan



lapisan yang bening. Dimana seperti perlakuan terhadap glukosa tadi, di tengah lapisan warna tersebut terdapat cincin berwarna ungu pekat. Cincin ungu inilah yang menunjukkan adanya karbohidrat di dalam pati. Selain reaksi Molisch, untuk uji karbohidrat dilakukan juga reaksi Benedict. Benedict terdiri dari campuran Na2Co3 + CuSO4 + Natrium sitrat. Reaksi Benedict akan menyebabkan larutan yang berwarna biru akan berubah menjadi orange atau kuning. Didalam pati terdapat glukosa, beberapa glukosa memiliki gugus gula pereduksi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengujian Benedict yang akan memberikan warna kehijauan jika hasil reaksi tersebut positif. Larutan glukosa yang dipanaskan setelah diteteskan pada reagen benedict akan memberi warna kehijauan. Warna hijau ini menandakan pati mengandung karbohidrat. Sedangkan fruktosa yang ditambahkan dengan benedict dan dipanaskan warnanya menjadi merah bata, hal tersebut juga menandakan pati mengandung karbohidrat. H. PENUTUP 1. Kesimpulan 1. Karbohidrat merupakan kelompok besar senyawa polihidroksialdehida dan polihidroksiketon 2. Atau senyawa‐senyawa yang dapat dihidrolisis menjadi polihidroksialdehida atau polihidroksiketon. Karbohidrat dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. 3. Pengujian pada karbohidrat yang dilakukan yaitu uji molisch, uji benedict, dan uji peragian. 4. Pada reaksi peragian pati merupakan karbohidrat ditunjukkan oleh adanya gelembung co2. 5. Reaksi molisch dilakukan untuk mendeteksi kandungan karbohidrat pada pati, dengan adanya cincin ungu ketika direaksikan dengan α‐naftol dan asam sulfat pekat.



6. Reaksi benedict membuktikan adanya karbohidrat ditunjukkan oleh adanya beberapa perubahan warna, yaitu dari biru menjadi hijau ketika dipanaskan pada glukosa dan menjadi merah bata ketika dipanaskan pada fruktosa. 7. Pati sebagai komponen utama karbohidrat pada suhu tinggi dapat mengalami hidrolisis. Meningkatnya suhu akan meningkatkan kecepatan hidolisis pati. 8. Hidrolisis pati dapat juga dipengaruhi oleh ph, konfigurasi anomerik dan ukurancincin glukosil. 2. Saran  Diharapkan kepada co.Ass untuk lebih membimbing praktikan dalam melakukan praktikum agar tidak terjadi kesalahan.  Diharapkan juga kepada praktikan agar lebih teliti lagi dalam melakukan praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar.



DAFTAR PUSTAKA Anonim,2009.karbohidrat.www.wikipedia.com/19/11/2010.diakses pada 19 november 2011 Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Fessenden dan Fessendan.1982.Kimia Organik Edisi Ketiga.Erlangga.Jakarta Hawab, HM. 2004.Pengantar Biokimia. Jakarta : Bayu Media Publishing. Poedjiyadi, Anna dkk. 2006. Dasar-DasarBiokimia. Jakarta : UI-Press. Stryer,Lubert.2000.Biokimia Edisi keempat.Penerbit buku Kedokteran EGC.Jakarta Tim Penyusun.2009.Petunjuk Praktikum Biokimia.FMIPA Universitas Mataram.Mataram



ACARA II KIMIA LIPIDA



ACARA 2 KIMIA LIPID



A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan



: Mengidentifikasi kualitas minyak dengan uji sifat fisik dan kimia (bilangan penyabunan, bilangan asam, bilangan peroksida dan grease spot test ).



2. Hari, tanggal : Minggu, 11 Desember 2011. 3. Tempat



: Laboratorium Kimia Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.



B. LANDASAN TEORI Lipid merupakan senyawa yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut non polar atau semi polar. Senyawa-senyawa termasuk lipid ini dibagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan besar, yakni Lipid sederhana (ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak/gliserida dan lilin), lipid gabungan (yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid serebrosida), dan desivat lipid (yaitu senyawa yang sihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol dan sterol). Berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dibagi dalam 2 golongan besar yakni lipid yang dapat disabunkan/dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (Poedjadi, 1994). Secara kimia lemak dan minyak merupakan senyawa yang sangat mirip. Walaupun secara fisik, lemak berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk cair pada suhu kamar. Baik lemak maupun minyak terbentuk dari 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak, oleh sebab itu lemak dan minyak sering disebut sebagai trigliserida ( Lakitan, 2008 ). Lipid biasanya diklasifikasikan berdasarkan jenis dan jumlah atom C yang dikandungnya, tetapi dapat juga diklasifikasikan dengan kriteria lain atau terikatnya senyawa lain misalnya lipid yang mengikat gugus pospor disebut phospilipid. Beberapa golongan lipid: Gliserida dan asam



lemak (termasuk didalamnya minyak dan lemak) Phospolipid, Spingolipid, Glikolipid, dan Terpenoid, termasuk didalamnya getah steroid. Salah satu jenis lipid adalah lemak yang terdiri dari asam-asam lemak. Asam lemak adalah salah satu bahan baku untuk semua lipid pada makhluk hidup. Asam lemak dapat ditemukan dalam bentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun dalam bentuk gliserida. Asam lemak memiliki rantai panjang atom C, yang biasanya jumlahnya berkisar antara 14 – 24 atom karbon. Semakin panjang rantai atom C, lipid akan semakin mudah membeku dan semakin sukar larut dalam air. Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asam lemak terbagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. (Dody,2001:55 ). Minyak goreng sangat mudah untuk mengalami oksidasi. Maka, minyak goreng berulang kali atau yang disebut minyak jelantah telah mengalami penguraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun drastis, dan bila disimpan dapat menyebabkan minyak menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida menjadi gliserol dan FFA (free fatty acid) atau asam lemak jenuh. Selain itu, minyak goreng ini juga sangat disukai oleh jamur aflatoksin. Jamur ini dapat menghasilkan racun aflatoksin yang dapat menyebabkan penyakit pada hati (Endo, 1997). Uji kuntitatif melalui penghitungan bilangan peroksida, bilangan asam, dan bilangan penyabunan, dilakukan juga uji secara kuantitatif untuk mengidentifikasi kandungan lipid dari suatu bahan. Berdasarkan sifat-sifat lipid secara umum misalnya menimbulkan bercak pada kertas, dilakukan melalui uji bercak minyak (Grease spot test). Sampel yang mengandung lipid bila dilarutkan pada eter jika diusapkan dengan kertas saring akan menimbulkan bercak minyak pada kertas saring (Herlina, 2004). Analisa lemak dan minyak yang umum dilakukan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuan analisa, yaitu: Penentuan kuantitatif, yaitu penentuan kadar lemak dan minyak yang terdapat dalam bahan mkanan atau bahan pertanian. Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan, yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau ada pemurnian lanjutan, misalnya penjernihan (refining), penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna (bleaching). Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat erat kaitannya dengan daya tahannya selama penyimpanan, sifat gorengnya, baunya maupun rasanya. Tolak ukur kualitas ini adalah angka asam lemak bebasnya (free fatty acid atau FFA), angka peroksida ,tingkat



ketengikan dan kadar air. Penentuan sifat fisika maupun kimia yang khas ataupun mencirikan sifat minyak tertentu. Data ini dapat diperoleh dari angka iodinnya, angka Reichert-Meissel, angka polenske, angka krischner, angka penyabunan, indeks refraksi titik cair, angka kekentalan, titik percik, komposisi asam-asam lemak dan sebagainya (Brahmana, 1998). Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menggunakan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlah mol basa yang digunakan untuk proses penyabunan ini tergantung pada jumlah mol asam lemak. Jumlah mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gr lemak disebut bilangan penyabunan. Jadi, besar dan kecilnya bilangan penyabunan ini tergantung dari panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak (Poedjadi, 2007: 60-61). Lemak atau minyak nabati dan hewani merupakan contoh dari gliserol dan lemak jenuh atau minyak dapat dihidrolisa oleh larutan oleh larutan alkali menjadi garam dari asam lemak yang sehari-hari dikenali sebagai sabun. Reaksi hidrolisa ini disebut penyabunan/safonifikasi ( Matsjeh, 1996 ).



C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat a. Pipet volume. b. Pipet tetes. c. Gelas arloji. d. Erlenmeyer 100 ml. e. Erlenmeyer 250 ml. f. Erlenmeyer 200 ml. g. Labu takar. h. Statif. i. Klem.



j. Timbangan Analitik. k. Hot Plate (penangas uap). l. Alat refluks. m.Alat titrasi. 2. Bahan a. Minyak goreng bekas. b. Minyak goreng baru. c. Kertas Saring. d. Larutan KOH 0,5 N. e. Etanol. f. Indikator PP. g. Larutan HCl 0,5 N. h. Larutan KOH 0,1 N. i. Aquades. j. Campuran kloroform-asam asetat glasial (2:3 V/V). k. Larutan KI jenuh. l. Larutan Na2S2O3 (tiosulfat) 0,1N. m. Larutan indikator amilum. n. D. SKEMA KERJA 1. Grease Spot Test



Senyawa yang diidenitifiksi (minyak lama dan minyak baru)



-



+ sedikit eter, dikocok



-



Dituang dalam gelas arloji



-



diuapkan eternya



-



diusap larutan dengan kertas saring



Hasil (ada/tidak noda minyak)



2. Penentuan Bilangan Penyabunan



4 gram (minyak lama dan minyak baru)



- Ditimbang dalam erlenmeyer 20 ml - + 50 ml KOH dalam etanol - Labu dihubungkan dengan pendinginm tegak - Minyak



dididihkan



sampai



semua



tersabunkan - Didinginkan Gliserol & garam asam lemak



- + indikator fenoftalin - Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,5 N



Hasil (volume HCl untuk titrasi)



minyak



3. Penentuan Bilangan Asam



20 gr minyak (minyak lama dan minyak baru)



-



Dimasukan dalam erlenmeyer



-



+ 25 ml alkohol 95 %



-



Erlenmeyer ditutup dengan pendingin balik



-



Dipanaskan sampai mendidih



-



Digojog kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak



Larutan



-



Didinginkan



-



Dititrasi dengan KOH 0,1 N menggunakan indikator fenoftalin



Hasil



4. Penentuan Bilangan Peroksida



0,5 gr minyak (minyak lama dan minyak baru)



- Dimasukkan dalam erlnmeyer 250 ml - + 30 ml asam asetat glasial: klorofom (2:3) -



Digoyangkan sampai bahan terlarut



-



+ 0,5 larutan KI jenuh



-



Dikocok



-



+ 30 ml aquadest



Larutan



Larutan



- dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat 0,1 N dengan indikator amilum Hasil (dicatat volume yang dipakai)



E. HASIL PENGAMATAN



a.Minyak Baru Langkah kerja



Hasil



1. Grease Spot test (tes noda lemak)  Lemak/minyak dikocok dengan - Terbentuk warna transparan eter,tuang



dalam



kaca



arloji



uapkan eternya. Usap kaca arloji



kertas



saring,



menandakan



positif (adanya noda minyak).



pada uji



dengan



kertas



saring



kertas - Minyak yang awalnya berwarna kuning menjadi bening.



lakmus.



2. Penentuan bilangan penyabunan  4 gr minyak dalam erlemeyer 50 ml + 50 ml KOH 0,5 N dalam etanol.  Erlemeyer dihubungkan dengan pendingin



tegak



dan



minyak



- Larutan menjadi putih keruh/putih susu. - Saat dititrasi larutan terbentuk 2 lapisan: atas putih keruh dan bawah putih susu. - Larutan berwarna pink.



didihkan dengan penangas air - V titrasi HCL = 41,2 mL, larutan sampai minyak tersabunkan. kembali ke warna semula pada saat  Larutan didinginkan + 5 tetes dititrasi. indikator PP.  Dititrasi dengan larutan HCL standar 0,5 N.



1.



- Uji Blanko  50



ml



KOH



dalam



etanol



ditambahkan 5 tetes indicator PP - Larutan bening menjadi pink dan  lalu dititrasi dengan HCL 0,5 N sampai larutan bening.



lama



kelamaan



menjadi



ungu



bening.



2. 3. Penentuan bilangan asam. - Larutan bening, HCL yang dipakai  20 gr minyak dalam erlemeyer 250 ml + 50 ml alkohol 95 %



45,4 mL.



dipanaskan.  Erlemeyer pendingin



ditutup balik



dengan dipanaskan



sampai mendidih dan digosok kuat.  Didinginkan,larutan



dititrasi



dengan larutan standar KOH 0,1



- Tebentuk 2 lapisan yaitu atas: bening dan bawah: kuning. - Terbentuk 2 lapisan yaitu, bawah: kuning (merupakan minyak), dan atas: keruh (air).



N dengan indikator PP. - setelah penambahan indikator tidak terjadi



perubahan



warna



tetapi



setelah dititrasi terbentuk 2 lapisan 4. Penentuan bilangan peroksida  0,5 gr minyak + 30 ml pelarut



yaitu atas: pink dan bawah: kuning. - V KOH yang terpakai = 9,5 mL.



kloroform : asam asetat glasial (2:3 v/v) dikocok.  Ditambahkan 0,5 ml KI jenuh 7 tetes sambil dikocok + 30 ml aquadest.  Iodium yang dibebaskan oleh



- Larutan berwarna bening.



peroksida dititrasi dengan larutan standar Na-tiosulfat 0,1 N dengan indikator amilum 7 tetes (sampai jernih).



- Warna menjadi agak kuning.



- Terbentuk 2 lapisan yaitu atas: kuning dan bawah: pink muda - V Na2S2O3 yang dipakai = 1,5 mL.



b.Minyak Bekas Langkah kerja



Hasil



1.Grease Spot test (tes noda lemak)  Lemak/minyak dikocok dengan - Minyak kotor eter,tuang



dalam



kaca



arloji



uapkan eternya.Usap kaca arloji dengan



kertas



saring



berwarna



yang awalnya



merah



teh



menjadi



bening/kuning.



kertas - Terbentuk warna transparan



lakmus.



kertas



saring,



menandakan



pada uji



positif (adanya noda minyak).



2. Penentuan bilangan penyabunan  4 gr minyak dalam erlemeyer 50 - Larutan berwarna putih kekuningan. ml + 50 ml KOH 0,5 N dalam etanol.



 Erlemeyer dihubungkan dengan - Terbentuk 2 lapisan yaitu atas: putih pendingin



tegak



dan



minyak



didihkan dengan penangas. Sampai minyak tersabunkan.  Larutan didinginkan + 5 tetes



kekuningan dan bawah: keruh.



indikator PP.



- Menjadi pink.



 Dititrasi dengan larutan HCL standar 0,5 N. - Menjadi warna bening - Volume HCL yang dipakai = 41,9 mL.



3. Penentuan bilangan asam.  10 gr minyak dalam erlemeyer 250 ml + 25 ml alkohol 95 %.



 Erlemeyer pendingin



ditutup balik



dengan dipanaskan



sampai mendidih dan digosok kuat.



- Terbentuk 2 lapisan, atas kuning bening



dan



bawah



kuning



kecoklatan. - Terbentuk 2 lapisan: diatas berwarna kuning keruh dan bawah kuning



 Didinginkan,larutan



dititrasi



pekat.



dengan larutan standar KOH 0,1 N dengan indikator PP. - Setelah ditambah inikator PP tidak ada perubahan tetapi setelah titrasi tebentuk 2 lapisan, atas: pink dan bawah: kecoklatan. 4.Penentuan Bilangan Peroksida



- V KOH yang dipakai = 10 mL.



 0,5 gr minyak + 30 ml pelarut kloroform : asam asetat glasial (2:3 v/v) dikocok. - Larutan berwarna kuning bening.  Ditambahkan 0,5 ml KI jenuh 7



tetes sambil dikocok + 30 mL aquadest.  Iodium yang dibebaskan oleh peroksida dititrasi dengan larutan standar Na-tiosulfat 0,1 N dengan indikator amilum 7 tetes sampai jernih.



- Berwarna kuning. - terbentuk 2 lapisan, atas: kuning keruh dan bawah: keruh. - V Na2S2O3 yang dipakai = 23,5 mL.



F. ANALISIS DATA



1. Persamaan Reaksi 



KOH + HCl → KCl + H2O







Asam lemak + etanol → Larut







Minyak + kloroform + asam asetat glacial → Larut







I3- + amilum → kompleks I3- amilum







I3 + 2S2O32- → 2I- + 3S4O62-



2. Perhitungan a) Bilangan Penyabunan Reaksi : CH2OH



CH2COOR1 CHCOOR2



+



CHOH



3KOH



CH2COOR3 Trigliserida



HCl(aq) +



KOH(aq)



R1COOK



→ KCl(aq)



R2COOK



+



CH2OH



R3COOK



gliserol



garam asam lemak



+



H2O(l)



Perhitungan : 



Minyak Goreng Baru Diket : Berat minyak = 4 gram V1 untuk titrasi blanko = 45,4 ml V2 untuk titrasi minyak = 41,2 ml Penyelesaian : Bilangan penyabunan =







( 1 - V2) X 28,5 (



)



=



(



,



, )



,



= 29,92 ml/gr



Minyak Goreng Bekas Diket : Berat minyak = 4 gram V1 untuk titrasi blanko = 45,4 ml V2 untuk titrasi minyak = 41,9 ml Penyelesaian : Bilangan penyabunan =



b) Bilangan Asam Reaksi:



( 1 - V2) X 28,5 (



)



=



(



,



, )



= 24, 93 ml/gr



,



H2C



HC



H2C



O



O ║ C



O



O ║ C



O



O ║ C



R1



R2 + 3CH2CH2OH



R3



+3RCOOCH2CH3



Perhitungan : 



Minyak Goreng Baru Diket : Berat minyak = 20 gram VKOH = 9,5 ml NKOH = 0,1 N Penyelesaian : Bilangan asam =







(



,



)



=



,



,



,



= 2,66 ml/gr



Minyak Goreng Bekas Diket : Berat minyak = 10 gram VKOH = 10 ml NKOH = 0,1 N Penyelesaian : Bilangan asam =



(



,



)



=



,



,



= 5,61 ml/gr



H2C



OH



HC



OH



H2C



OH



c) Bilangan Peroksida Reaksi : CH3CH2CHCOOH + O2 → CH3CH2COOCH2COOH As.lemak tak jenuh



Peroksida



Perhitungan : 



Minyak Goreng Baru Diket : Berat minyak = 0,5 gram VNa2S2O3 = 1,5 ml NNa2S2O3 = 0,1 N Penyelesaian : Bilangan peroksida = = 300







(



)



(



)



=



,



,



,



Minyak Goreng Bekas Diket : Berat minyak = 0,5 gram VNa2S2O3 = 23,5 ml NNa2S2O3 = 0,1 N Penyelesaian : Bilangan peroksida = = 4700



d) Bilangan ester Minnyak goreng baru Diket: Bilangan penyabunan = 29,92 ml/gr Bilangan asam = 2,66 ml/gr Penylesaian :



=



,



,



,



Bilangan ester = Bilangan penyabunan – bilangan asam 29,92 ml/gr – 2,66 ml/gr = 27,26 ml/gr Bilangan ester Minnyak goreng bekas Diket: Bilangan penyabunan = 24,93 ml/gr Bilangan asam = 5,61 ml/gr Penylesaian : Bilangan ester = Bilangan penyabunan – bilangan asam 24,93 ml/gr – 5,61ml/gr = 19,32 ml/gr



G. PEMBAHASAN Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Salah satu contoh lemak yang sering kita jumpai adalah minyak kelapa atau minyak goreng. Minyak kelapa atau minyak goreng merupakan trigliserida yang pada kondisi segar (belum digunakan untuk menggoreng) mempunyai kadar asam lemak tertentu. Dimana proses penggorengan akan terjadi dekomposisi pada batas tertentu yang akan mengakibatkan minyak Pada percobaan ini dilakukan 4 jenis percobaan yaitu grease spot test, penentuan bilangan penyabunan, penentuan bilangan asam dan penentuan bilangan peroksida. Pada percobaan ini digunakan 2 jenis minyak goreng yaitu minyak goreng bekas dan minyak goreng baru. Tujuan dari digunakanya 2 jenis minyak goreng ini adalah sebagai pembanding untuk membedakan tingkat kualitas dari kedua minyak goreng tersebut melalui perhitungan yang ada.



Pada percobaan pertama yaitu grease spot test (tes noda lemak), bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa yang ada pada minyak goreng yang digunakan. Dalam percobaan grease spot test ( tes noda lemak ), minyak ditambahkan dengan eter. Minyak baru yang awalnya kuning setelah ditambahkan eter menimbulkan larutan



bening. Sedangkan minyak bekas



(jelantah) yang telah ditambahkan dengan eter juga menghasilkan larutan



bening.



Digunakannya eter pada percobaan ini dikarenakan eter merupakan pelarut organik nonpolar yang dapat melarutkan lemak atau minyak yang merupakan senyawa nonpolar, dimana tingkat kepolaran antara eter dengan minyak goreng hampir sama. Jika digunakan air sebagai pelarutnya maka minyak goreng tidak dapat larut karena antara minyak goreng dengan air memiliki tingkat kepolaritasan yang jauh berbeda. Selain itu digunakanya eter sebagai pelarut dan bukan pelarut organik yang lain, karena dengan sifat eter yang mudah menguap, sehingga yang tersisa pada gelas arloji adalah minyak goreng saja. Percobaan Grease spot test merupakan tes sederhana untuk lipid. Dimana akan diberikan hasil positif dengan adanya gliserol (Millio, 2009). Dari tes ini baik minyak baru maupun minyak bekas memberikan uji positif yang ditandai oleh terjadinya perubahan pada kertas saring yang menjadi transparan setelah diiusapkan pada minyak goreng yang ditambahkan dengan eter. Hal ini berarti dalam kedua jenis minyak tersebut, terdapat gliserol yang merupakan hasil hidrolisa dari minyak. Pada minyak goreng bekas terjadi hidrolisa akibat proses penggorengan (pemanasan) sehingga trigliseridanya akan berkurang dimana kadar gliserol dan asam lemaknya akan bertambah. Hal ini dapat menurunkan kualitas minyak. Pada minyak goreng baru juga terdapat gliserol yang disebabkan oleh masih adanya kandungan air dalam minyak yang walaupun dalam jumlah yang sedikit dapat menghidolisis minyak menjadi gliserol dan asam lemak. Sehingga kandungan air juga dapat menurunkan kualitas minyak. Air yang ada dalam minyak dapat dijadikan media pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghidrolisis minyak (Suasti, 2009). Pada percobaan yang kedua yaitu penentuan bilangan penyabunan, menunjukan banyaknya basa (mg KOH) yang dibutuhkan untuk menyabunkan1 gram minyak. Penentuan bilangan penyabunan berperan dalam proses identifikasi kualitas dari minyak goreng yang digunakan. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari massa molekul minyak, semakin besar molekul minyak maka semakin rendah bilangan penyabunannya, hal ini dapat dijelaskan



dengan semakin panjang rantai karbon suatu minyak maka akan semakin kecil proporsi gugus karboksilat yang akan bereaksi dengan basa. Dari hasil pengamatan diperoleh bilangan penyabunan untuk minyak baru dan minyak bekas masing-masing yaitu 29,92mg KOH/gram dan 24,93 mg KOH/gram. Nilai bilangan penyabunan lebih kecil pada minyak bekas dibandingkan dengan minyak baru. Hal ini tidak sesuai dengan yang seharusnya karena nilai untuk bilangan penyabunan pada minyak goreng baru seharusnya lebih kecil dibandingkan dengan minyak goreng bekas, yang disebabkan oleh penguraian atau pengoksidasiannya molekulnyapada pemanasan. Kesalahan ini terjadi mungkin karena kurang hati-hatinya praktikan dalam melakukan titrasi dan dalam mencampurkan bahan-bahan kimia yang digunakan. Percobaan selanjutnya yaitu penentuan bilangan asam, dilakukan dengan cara titrasi dengan menggunakan larutan basa KOH. Bilangan asam menunjukan banyaknya asam lemak bebas yang dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat hidrolisis, pemanasan, proses fisika atau kimia dan reaksi enzimatis (Suastuti,2009). Pada percobaan ke dalam minyak baru maupun minyak bekas ditambahkan dengan etanol. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk minyak baru, terbentuk 2 lapisan yaitu pada lapisan bawah berwarna kuning (merupakan minyak), sedangkan pada lapisan atas warnanya keruh yang merupakan fase air. Terbentuknya 2 lapisan yang mana lapisan atas yang bening merupakan etanol sedangkan lapisan bawah merupakan minyak goreng. Lapisan minyak goreng yang berada di bawah menunjukkan bahwa minyak goreng memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan etanol, hal ini dikarenakan berat molekul lebih besar dibandingkan dengan etanol. Digunakannya etanol untuk melarutkan minyak dan bukan pelarut yang lain karena etanol merupakan salah satu pelarut organik yang dapat memberikan suasa asam ke dalam minyak goreng, selain itu dibandingkan dengan air, etanol merupakan pelarut yang memiliki polaritas yang hampir sama dengan minyak sehingga akan dapat bereaksi dengan minyak dalam suasana asam (Herlina, 2002).Sedangkan untuk minyak bekas terbentuk Terbentuk 2 lapisan yaitu pada bagian atas berwarna kuning keruh dan bagian bawah berwarna kuning pekat.Pada percobaan tersebut lapisan atas berwarna kuning keruh yang merupakan fase air dan lapisan bawah berwarna kuning pekat merupakan fase minyak.



Pada percobaan penentuan bilangan asam ini, campuran antara etanol dengan minyak ditutup dengan pendingin balik, sambil dipanaskan dengan penangas air dan digojok dengan kuat. Tujuan dari ditutupnya campuran dengan pendingin balik adalah agar campuran yang menguap akibat panas tidak hilang dan jatuh kembali ke campuran larutan akibat adanya pendinginan uap oleh pendingin balik yang ada. Dilakuknanya proses pemanasan sambil penggojogan bertujuan agar semua larutan dapat tercampurkan secara optimal. Setelah dipanaskan campuran didinginkan dan kemudian baru dititrasi dengan KOH. Tujuan dari pendinginan adalah agar produk yang telah terbentuk tidak terurai lagi menjadi reaktannya serta proses titrasi berjalan dengan optimal. Berdasarkan hasil perhitungan bilangan asam diperoleh nilai untuk minyak baru dan minyak bekas masing-masing sebesar: 2,66 ml KOH/gram minyak dan 5,61 ml KOH/gram minyak. Dari hasil perhitungan ini dapat dilihat bahwa untuk minyak bekas memiliki bilangan asam yang lebih besar dibandingkan dengan minyak baru, dimana hal ini menunjukkan bahwa minyak baru memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan minyak bekas. Semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak pula minyak yang terhidrolisis. Minyak bekas memiliki bilangan asam yang lebih besar dari pada minyak baru, dikarena minyak goreng bekas dipakai berulang-ulang dan akan mengalami perubahan kimia akibat hidrolisis dan oksidasi, sehingga menyebabkan kerusakan pada minyak tersebut dan kandungan asam lemak bebasnya banyak yang di sebabkan terurainya trigliserida menjadi senyawa lain yaitu diantaranya asam lemak bebas (Ketaren, 1986). Pada percobaan yang terakhir yaitu penentuan bilangan peroksida, menunjukan tingkat kerusakan pada minyak. Minyak goreng yang sering dipakai untuk menggoreng secara berulang, bahkan warnanya sampai coklat tua atau hitam akan menyebabkan oksidasi asam lemak tidak jenuh yang kemudian membentuk gugus peroksida dan monomer siklik (Suirta, 2009). Bilangan peroksida merupakan jumlah peroksida dalam setiap 1000 gr (1Kg) minyak dimana bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan minyak (Saifudin, 2002). Berdasarkan pada perhitungan diperoleh hasil yaitu bilangan peroksida untuk minyak bekas memberikan nilai yang lebih besar yaitu sebesar 4700, sedangkan minyak goreng baru sebesar 300. Hal ini disebabkan karena penggunaan minyak goreng (proses pemanasan) akan menyebabkan oksidasi asam lemak tak jenuh yang kemudian membentuk gugus peroksida monosiklik (Suirta, 2009). Pada percobaan ini baik larutan minyak baru maupun minyak bekas menunjukkan pembentukan warna yang lebih muda yaitu kuning jernih/ bening pada larutan setelah ditambahkan dengan KI akan



tetapi setelah ditambahkan dengan aquades, larutan berubah menjadi keruh. Terbentuknya warna keruh pada larutan menujukkan bahwa dalam larutan telah terjadi penguraian pada larutan KI menjadi ion I3-, dimana ion ini akan meembentuk kompleks dengan larutan indikator amilum (yang tersusun dari air dan amilum) menjadi kompleks iodin-amilum. Setelah dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 terdapat 2 fase baik pada minyak baru maupun minyak bekas. Dimana, pada fase bawah merupakan fase minyak dan berwarna kuning, dan fase atas merupakan fase air yang berwarna bening. Untuk menentukan besarnya bilangan peroksida ini, titrasi yang dilakukan dengan menambahkan KI jenuh dengan amilum sebagai indikator. Iodine-amilum bertindak sebagai suatu tes yang sensitif untuk iodine.



H. PENUTUP 1. Kesimpulan a.



Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya.



b.



Test noda lemak menunjukan uji positif untuk sampel minyak baru dan minyak bekas yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada kertas saring menjadi transparan yang menandakan dalam minyak terdapat adanya minyak (gliserol).



c.



Minyak bekas memiliki bilangan asam yang lebih besar dibandingkan dengan minyak baru, dimana hal ini menunjukkan bahwa minyak baru memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan minyak bekas dimana semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak pula minyak yang terhidrolisis.



d.



Nilai bilangan peroksida pada minyak goreng bekas lebih besar dibandingkan dengan nilai bilangan peroksida pada minyak goreng baru, hal ini disebabkannya karena penggunaan minyak goreng (proses pemanasan) akan menyebabkan oksidasi asam lemak tak jenuh yang kemudian membentuk gugus peroksida monosiklik



2. Saran 



Prosedur kerja sebaiknya dipelajari dan dipahami dengan sebaikbaiknya agr tidak terjadi keesalahan pada proses praktikum. Dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian pada proses titrasi sehingga diperoleh data yang cukup akurat.







Kepada praktikan diharapkan lebih serius dan berhati – hati dalam melakukan percobaan agar diperoleh hasil yang maksimal.



DAFTAR PUSTAKA



Brahmana, H.R., R. Dalimunthe dan M. Ginting. 1998. Pemanfaatan Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa Sawit dan Inti Sawit Dalam Pembuatan Nilon 9,9 dan Ester Sorbitol Asam Lemak. Laporan RUT III – Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Dewan Riset Nasional, Jakarta. 335. Endo, Y., H. Sanae dan F. Kenshiro. 1997. Autooxidation of Synthetic Isomers of Triacylglycerol Containing Eicosapentaenoic Acid. J.Am.Oil Chem.Soc. 74. 5. 543 – 548. Herlina,Netti dan Ginting.2002. Lemak dan Minyak. Sumatera Utara: Jurusan Tehnik Kimia, Universitas Sumatera-Press. Ketaren,S.1986. Pengantar Tehnologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press. Lakitan, Benyamin.2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Matsjeh. 1996. Kimia Organik II. Yogyakarta : UGM Press. Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press Saifudin,



Umar.



2008.



Analisa



Lemak



dan



Minyak.



Didownload



dari



http://food4healthy.wordpress.com/2008/10/18/analisa-lemak-dan-minyak.html, tangal 2 Desember 2010, pukul 15.30 WITA.



situs: pada



ACARA III UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH (AIR LIUR & EMPEDU)



UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH ( AIR LIUR DAN EMPEDU) A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM a. Tujuan Praktikum : Untuk menguji sifat fisik dan kimia air liur dan empedu. b. Hari, tanggal : Minggu, 11 Desember 2011. c. Tempat : Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.



B. LANDASAN TEORI Cairan yang terdapat dalam tubuh pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu cairan yang terdapat di dalam sel (intra sel) dan di luar sel (ekstra sel). Cairan intra sel berfungsi sebagai medium bagi reaksi-reaksi metabolism yang berlangsung dalam sel ; sedangkan cairan ekstra sel berfungsi memberikan zat-zat yang diperlukan oleh sel, baik cairan dalam sel maupun cairan luar sel harus selaalu dalam kondisi konstan, artinya masing-masing mempunyai zat-zat yang diperlukan dan dalam konsentrasi yang tepat. Fungsi tubuh yang utama ialah menjaga kondisi cairan tubuh agar dalam kondisi yang wajar dan konstan atau disebut homeostatis. Air liur dan empedu adalah salah satu cairan tubuh yang berguna dalam proses pengubahan makanan dari awal hingga menjadi berbentuk molekuler yang siap untuk diserap melalui dinding usus, disebut pencernaan makanan dan proses ini berlangsung dalam system pencernaan makanan yang terdiri atas beberapa organ tubuh, yaitu mulut, lambung, dan usus dengan bantuan pangkreas dan empedu (Poedjiadi : 1994). Air liur dalam bahasa kedokteran disebut saliva. Tidak hanya berfungsi untuk membantu dalam pengunyahan dan pencernaan, saliva juga melindungi gigi dengan membantu mencegah karies, mengatur keasaman rongga mulut, dan mencegah mikroorganisme berkembang tak terkendali. Saliva diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva, dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran. Setiap harinya, saliva diekskresi hingga 0.5 – 1.5 liter oleh tiga kelenjar liur mayor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan. Kelenjar tersebut yaitu,kelenjar paratoid,kelenjar submandibular,dan kelenjar sublingual (Mayes : 1985). Kantung empedu atau kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. (Vogel,1985).



Cairan empedu dibuat dalam hati dan disimpan dalam kantong empedu apabila tidak digunakan. Kantong empedu ini dapat melekat dalam hati. Pada waktu ada proses pencernaan makanan kantung empedu berkontraksi, dan mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum, melalui saluran yang menyatu dengan saluran cairan pangkreas pada bagian akhir. Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental dan berasa pahit. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik yaitu, HCO3-, Cl-, Na+ dan K +, serta zat-zat organic yaitu asam-asam empedu, bilirubin, kolesterol ( Poedjiadi,1994). Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu (Mayes, 1985). Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu. Batu kandung empedu bisa menyumbat aliran empedu dari kandung empedu, dan menyebabkan nyeri (kolik bilier) atau peradangan kandung empedu (kolesistitis). Batu juga bisa berpindah dari kandung empedu ke dalam saluran empedu, sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) karena menyumbat aliran empedu yang normal ke usus. Penyumbatan aliran empedu juga bisa terjadi karena adanya tumor(Murray, 2003) . C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat - Erlenmeyer 50 ml - Gelas kimia 500 ml - Tabung reaksi - Rak tabung reaksi - Penjepit - Pipet volume 5 ml 2. Bahan - Empedu ayam - Minyak - Larutan HNO3 pekat - Larutan sukrosa 5 % - Larutan H2SO4 pekat - Aquades - Air liur - Indikator universal - Larutan NaOH 10 % - Larutan CuSO4 - Pereaksi molish



- Larutan asam asetat encer - Larutan HCl - Larutan BaCl2 2 %



D. CARA KERJA Air Liur 1. Penetapan pH air liur ( saliva ) Air Liur -



Celupkan indicator universal Cocokkan warna pada indicator dengan standar warna pH



pH air liur



2. Uji Biuret Tabung Reaksi -



Masukkan 2mL air liur yang tidak disaring + 2mL NaOH 10%, dicampur + tetes demi tetes CuSO4, maksimal 10 tetes.



Larutan berwarna lembayung



3. Uji Molisch Tabung reaksi



-



Masukkan 2 mL air liur yang tidak disaring + 2 tetes pereaksi Molisch. Campur + 2 mL asam sulfat pekat dengan memiringkan tabung reaksi dengan menggunakan buret.



Cincin berwarna ungu pada batas antar 2 lapisan



4. Uji Prepitasi Tabung reaksi



-



Masukkan 2mL air liur yang sudah disaring + 1 tetes asam asetat encer



Ada/tidak endapan amorf



5. Uji Sulfat Tabung reaksi



-



Masukkan 1 mL air liur yang tidak disaring + 3-5 tetes HCl + 5-10 tetes BaCl2 2%. Campur dengan baik Perhatikan dan catat



Endapan putih



Empedu 1. Sifat Empedu Empedu



-



Perhatikan dan catat sifat fisik empedu



Warna hijau, bentuk oval dan lembek



2. Uji Gmelin Tabung reaksi



-



Masukkan 3 mL HNO3 pekat Miringkan tabung, + 3mL larutan empedu encer sehingga larutan tak bercampur Perhatikan warna pada perbatasan kedua larutan.



Terbentuk warna merah kekuningan



3. Uji Pettenkofer Tabung reaksi



-



Masukkan 5mL larutan empedu encer + 5 tetes larutan sukrosa 5% Miringkan tabung reaksi + 3mL asam sulfat pekat hingga terbentuk 2 lapisan Pehatikan cincin yang terbentuk pada perbatasan antara kedua lapisan.



3 lapisan. Atas: keruh mengental berwarna hijau; Tengah : hijau kehitaman tidak terlalu kental; Bawah : cair berwarna hijau muda.



4. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator Tabung I Tabung reaksi



-



Masukkan 3mL air suling + 1 tetes minyak Kocok tabung Catat dan perhatikan



Hasil emulsi tidak stabil/warna tidak bercampur rata



Tabung II Tabung reaksi



-



Masukkan 3mL air suling + 1 tetes minyak + 3mL larutan empedu encer Kocok tabung Catat dan perhatikan



Emulsi stabil/ warna bercampur rata = hijau tua



E. HASIL PENGAMATAN 1. Air Liur No



Langkah kerja



1



Penetapan pH air liur (saliva):



2



- Sepotong indikator universal ke dalam air liur yang tidak disaring. - Warna pada indikator dicocokkan dengan standar warna pH. Uji Biuret: - 2 ml air liur yang tidak disaring dimasukkan ke dalam tabung reaksi - Ditambahkan 2 ml NaOH 10 % dan dicampur dengan baik - Ditambahkan setetes larutan CuSO4. Dicampur dengan baik. Bila belum terbentuk warna lembayung, ditambahkan lagi setetes CuSO4 hingga maksimum 10 tetes



3



pH = 7 (netral)



-



Air liur berwarna bening dan berbuih - + 2 ml NaOH : larutan menjadi keruh di bagian atas dan bening di bagian bawah - + CuSO4 : terbentuk warna bercak biru. Semakin banyak ditetesi CuSO4, warnanya menjadi semakin ungu. Hasil (+) : larutan berwarna ungu karena mengandung protein.



Uji Molisch -



4



Hasil Pengamatan



Masukkan 2 ml air liur yang tidak disaring dalam tabung reaksi Tambahkan 2 tetes pereaksi Molisch Miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati. Tambahkan 2 ml As.sulfat pekat. Reaksi positif ditandai dengan pembentukan cincin ungu antara 2 lapisan cairan.



-



-



Air liur berwarna bening dan berbuih + molish : terbentuk bercak hitam + asam sulfat : terbentuk 3 lapisan yaitu putih keruh (atas), cokelat tua (tengah), dan bening kecoklatan (bawah) Setelah dikocok, warna larutan menjadi putih keruh sedikit crem dan terdapat cincin ungu di bagian atas. Seharusnya cincin berada di tengah, tapi kemungkinan hal ini dikarenakan larutan yang buruk.



Uji Presipitasi -



Masukkan 2 ml air liur yang



-



Berwarna bening



-



5



disaring dalam tabung reaksi Ditambahkan 1 tetes asam asetat encer. Dicampur dengan baik. Diperhatikan dan dicatat, apa ada presispitasi amorf terbentuk?



Dimasukkan 1 ml air liur yang disaring ke dalam tabung reaksi - Ditambahkan 3-5 tetes HCl - Ditambahkan 5-10 tetes BaCl2 2%. Dicampur dengan baik - Diperhatikan dan dicatat, apakah ada endapan putih yang menyatakan adanya sulfat 2. Empedu No Sifat empedu Diperhatikan dan dicatat sifat fisik empedu Uji Gmelin - Dimasukkan 3 ml HNO3 pekat ke dalam tabung reaksi - Dimiringkan tabung reaksi, dialirkan dengan pipet 3 ml larutan empedu encer melalui dinding tabung sehingga kedua larutan tidak bercampur. - Diperhatikan warna yang terbentuk pada perbatasan antara kedua cairan



3



-



Berwarna bening + HCl : tidak terjadi perubahan + BaCl2 : terbentuk 2 lapisan yaitu bening (bawah), dan keruh (atas). Terdapat adanya endapan putih



-



Langkah kerja



-



2



Terbentuk endapan amorf



Uji Sulfat -



1



-



Hasil Pengamatan - Warna : hijau tua - Bentuk : lonjong - Tekstur : lembek



-



Berwarna bening



-



Terbentuk 3 lapisan yaitu hijau (atas), merah kekuningan (tengah), dan bening (bawah)



-



Setelah dikocok, terbentuk 2 lapisan yaitu orange (atas) dan kuning bening (bawah). Terasa panas pada tabung



-



Berwarna hijau



-



Terbentuk 2 lapisan yaitu hijau muda (atas) dan hijau tua (bawah) + asam sulfat pekat : terbentuk 3



Uji Pettenkofer -



Dimasukkan 5 ml larutan empedu encer dalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes larutan sukrosa 5% Dimiringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati 3 ml Asam



-



sulfat pekat melalui dinding tabung lapisan yaitu yaitu hijau muda sehingga terbentuk 2 lapisan cairan. (atas), hijau kehitaman (tengah) Diperhatikan cincin yang terbentuk dan hijau tua (bawah) pada perbatasan antara kedua lapisan. Tabung I (aquades + minyak) : Fungsi empedu sebagai emulgator



4



-



Disediakan 2 tabung reaksi pada masing-masing tabung masukkan 3 ml air suling. Pada kedua tabung dimasukkan 1 tetes minyak Pada tabung kedua ditambahkan 3 ml larutan empedu encer Dikocok kedua tabung. Dicatat dan diperhatikan, apakah terbentuk emulsi yang stabil.



-



Tidak dapat bercampur (emulsi tidak stabil).



Tabung II : -



aquades + minyak, tidak dapat bercampur + empedu, larutan menjadi tercampur (emulsi stabil) dan berwarna hijau tua.



F. ANALSIS DATA Persamaan Reaksi : Reaksi biuret



H



O



NH2



||



|



H2N



C



C



| C | NH2



O



OH + CuSO4 | C + CuOH2



Reaksi Mollisch H



O











CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH— HCOH—C=O + H2SO4 ─ C —H + │ OH



Glukosa



Furfural



α-naftol



Rumus cincin yang terbentuk O ║



║ H2C─



__SO3H



─────C─────



─OH



Cincin ungu senyawa kompleks







Uji Buret







HO



O Na C



R



O



C +



CH NH2



NaOH



R



CH NH3



O



O C R



O +



CH



CaSO4



Larutan Lembayung



NH2







Uji Molis O H



OH



HO H H



H OH OH



O H2SO4



O



OH



Hidroksi Metil Furpural



OH O H



OH



HO



H



H



OH



H



OH



O H2SO4



O



Furpural



OH



CH3



O CH3



O



OH



O



OH



+



OH



O



OH CH3



O



OH



CH3



OH



O







Presipitasi C R



O



+ Asam



Denaherasi



Presipitasi



C NH2







Uji Sulfat SO42+



(as)







Ba2+



+







(as)



(s)



Cairan empedu Uji Gmelin Bilirubun + HNO3 pekat







BaSO4



 larutan merah muda



Uji Petenkofa O H



OH



HO



H



H



OH



H



OH



Garam empedu OH



O H2SO4



H2S04



OH



O



AS. empedu



O OH



O



Empedu



Empedu sebagai emeilgator



Tabung I 



Air suling + minyak  emulsi tidak stabil



Cincin merah antara dua lapisan



Tabung II 



Garam empedu + Minyak  micelles Micelles + air  emulsi stabil (larut)



G. PEMBAHASAN Praktikum kali ini dilakukan percobaan yang bertujuan untuk menguji sifat fisik dan kimia cairan tubuh. Dalam praktikum kali ini, cairan tubuh yang digunakan adalah air liur dan empedu. Cairan liur adalah campuran hasil sekresi berasal dari kelenjar submaksilaris, sublingualis, parotis serta kelenjar pipi. Kelenjar kadar zat lendirnya sedikit akan tetapi kaya akan enzim amilase yang dikenal dengan nama ptialin. Enzim dapat mengekskresi obat-obatan tertentu seperti alkohol dan morfin. Empedu manusia memililki warna kuning keemasan tapi kalau dibiarkan pada udara terbuka akan berubah menjadi hijau,biru,dan coklat karena pigmen empedu teroksidasi.Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai preaksi akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna. Pada saliva dilakukkan beberapa pengujian yaitu penetapan pH,uji Biuret, uji Molisch, uji Presipitasi, dan uji Sulfat. Pada percobaan yang pertama yaitu uji air liur,dilakukan penetapan PH air liur dimana indikator universal dicelupkan ke dalam air liur yang tidak disaring dan didapatkan PH air liur =7. Pada umumnya PH air liur manusia adalah 6,6 jika masih segar. Pada percobaan tersebut didapatkan PH 7 karena pada saat air liur sudah didapatkan air liur tersebut tidak langsung di ukur namun di kumpulkan hingga banyak, inilah yang menyebabkan PH air liur bertambah. Karena air lir jika dibiarkan agak lama Phnya dapat meningkat karena kehilangan CO2 (Poejadi,1999). Pada uji Biuret dan Uji Molisch,air liur tidak disaring supaya semua bahan atau kandungan yang ada didalamya utuh atau alami. Air liur berwarna bening dan berbuih kemudian di tambah dengan + 2 ml NaOH, larutan menjadi keruh di bagian atas dan bening di bagian bawah. Dimana pada pereaksi biuret dalam



suasan basa akan bereaksi dengan polipeptida dan merupakan



metode yang digunakan untuk menentukan jumlah protein terlarut dalam larutan. Stelah itu di tambahkan + CuSO4, terbentuk warna bercak biru. Semakin banyak ditetesi CuSO4, warnanya



menjadi semakin ungu. Hasil : larutan berwarna ungu karena mengandung protein. Pereaksi biuret terdiri dari CuSO4 dalam basa kuat. Pereaksi ini mengikat ikatan peptida pada sampel. Sampel harus mengandung minimal dua ikatan peptida. Jika terdapat peptida maka warna larutan akan berubah. Perubahan warna sesuai dengan kadar protein dalam larutan sampel. Semakin tinggi kadar protein sampel warna larutan semakin gelap. Uji Molisch digunakan untuk menguji sifat kimia dan fisik dari air liur. Air liur berwarna bening dan berbuih ditambah molish, terbentuk bercak hitam, kemudian di tambah + asam sulfat, terbentuk 3 lapisan yaitu putih keruh (atas), cokelat tua (tengah), dan bening kecoklatan (bawah). Setelah dikocok, warna larutan menjadi putih keruh sedikit crem dan terdapat cincin ungu di bagian atas. Seharusnya cincin berada di tengah, tapi kemungkinan hal ini dikarenakan larutan yang buruk. Reaksi Molisch menunjukkan reaksi positif dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada saat penambahan asam sulfat 20 tetes terbentuk cokelat kemasan, ini menujukan terdapat kandungan karbohidrat didalam air liur. Berdasarkan uji presipitasi, dalam air liur terbentuk presipitasi amorf yang ditandai dengan adanya warna keruh pada kertas saring,setelah ditambahkan 1 tetes CH3COOH warnanya tetap yaitu keruh tapi agak encer. Untuk Uji presipitasi adalah uji pengendapan yang tak terbentuk. Uji presipitasi Adalah proses pengendapan, dimana proses pengendapan sendiri adalah cara untuk mempermudah proses pemisahan. Pada temperatur tertentu, kelarutan zat pada pelarut tertentu didefinisikan sebagai jumlahnya jika dilarutkan pada pelarut yang diketahui beratnya dan zat tersebut mencapai kesetimbangan dengan pelarut itu. Sedangkan yang disebut sebagai preipitasi amorf adalah pengendapan pelarut dalam bentuk yang amorphous atau tidak berbentuk. Uji sulfat, air liur berwarna bening



di tmbah HCl,



tidak terjadi perubahan. Kemudian di tambah + BaCl2,



terbentuk 2 lapisan yaitu bening (bawah), dan keruh (atas). Terdapat adanya endapan putih. Empedu yang dipakai memiliki warna hijau tua, berbentuk lonjong, lembek, dan berselaput. Pada uji Gmelin, Berwarna bening Terbentuk 3 lapisan yaitu hijau (atas), merah kekuningan (tengah), dan bening (bawah). Setelah dikocok, terbentuk 2 lapisan yaitu orange (atas) dan kuning bening (bawah), dan terasa panas pada tabung. Lapisan ini menandakan bahwa pada empedu terdapat Gmelin. Uji gmelin adalah sebuah tes empedu dalam cairan tubuh. Uji gmelin juga merupakan tes keberadaan konjugat bilirubin dalam cairan tubuh berdasarkan konversi bilirubin untuk warna – warni senyawa dengan penambahan asam nitrat.



Sementara itu untuk uji pettenkofer,dia positif apabila terbentuk cincin pada perbatasan antara kedua lapisan ditengah ada cincin warana ungu kehijauan ini yang menandakan reaksi ini. Eairan empedu berwarna hijau, kemudian di tam bah larutan sukrosa terbentuk 2 lapisan yaitu hijau muda (atas) dan hijau tua (bawah), + asam sulfat pekat, terbentuk 3 lapisan yaitu yaitu hijau muda (atas), hijau kehitaman (tengah) dan hijau tua (bawah). Fungsi empedu sebagai emulgator, Tabung I (aquades + minyak) haqsilnya Tidak dapat bercampur (emulsi tidak stabil). Tabung II aquades + minyak, tidak dapat bercampur, kemudian + empedu, larutan menjadi tercampur (emulsi stabil) dan berwarna hijau tua. Fungsi empedu sebagai emulgator hal ini dikaitkan dengan sifat empesu yang memiliki dua bagian yang jelas, satu bagian mempunyai sifat polar atau sifat hidrofil, bagian lainnya bersifat non polar atau hidrofob sehingga empedu dapat digunakan sebagai pengemulsi pada lemak. Dan juga menjadi penstabilnya dalam tubuh. Empedu dapat berfungsi sebagai emulgator apabila ditambahkan dengan minyak. Ini terbukti dengan terjadinya emulsi saat empedu ditambahkan dengnan minyak. H. PENUTUP a. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Empedu berfungsi sebagai emulgator yaitu zat pencampur 2. Uji molisch ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu diantara larutan tersebut yang menandakan adanya karbohidrat dalam saliva 3. Pada penentuan PH air liur didapatkan PH air liur adalah 7 yang berarti bersifat nnetral padahal PH air liur yang sebenarnya adalah 6,6 4. Presipitasi ditandai dengan terdapatnya gumpalan berwarna putih pada larutan tersebut 5. Adapun sifat fisik dari empedu adalah berwarna hijau,terdapat selaput dan kenjal. b. Saran Diharapkan praktikan bersungguh-sungguh pada saat melaksanakan praktikum agar diperoleh hasil yang baik.



DAFTAR PUSTAKA



Mayes, A. Peter, dkk. 1985. Biokimia Harper (Harper’s Review of Biochemistry). Dr. Iyan Darmawan. Edisi ke 20. EGC. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Murray, Robert. Dkk. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI. Vogel, A.I. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Anorganik Makro dan Semimikro, Penerjemah L. Setiono dan A.H Pudjaatmaka, Jakarta : Kalman Media Pustaka.



ACARA 1V BAHAN MAKANAN



BAHAN MAKANAN



A.



PELAKSANAAN PRAKTIKUM Tujuan



:1) Menentukan dan membandingkan berat jenis air susu (air susu murni, air susu yang diencerkan 1 kali dengan aquades, dan fitrat air susu dari percobaan pengendapan kasein (B3). 1) Menguji reaksi air susu. 2) Menguji air susu secara kualitatif dengan pengendapan kasein. 3) Menguji reaksi warna protein dengan menggunakan beberapa pereaksi. 4) Menguji kadar P-organik dari kasein dengan menggunakan pereaksi Neumann. 5) Menguji endapan kasein dengan menggunakan Grease Spot Test (Tes Noda Lemak). 6) Menunjukkan adanya laktalbumin dari pengendapan kasein. 7) Menunjukkan adanya laktosa dari fitrat pengendapan kasein. 8) Menunjukkan



adanya



ion



Ca



dan



P-anorganik



dari



fitrat



pengendapan kasein. Hari, tanggal



: Senin, 28 November 2011.



Tempat



: Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.



B.



LANDASAN TEORI



Bahan makanan disebut juga komoditas pangan dalam perdagangan, ialah apa yang kita beli, kita masak, dan kita susun menjadi hidangan. Contoh dari bahan makanan adalah beras, jagung, daging. Telur dan sebagainya. Ada kelompok ahli gizi yang menambahkan air dan oksigen sebagai makanan pula. Bahan makanan itu terdiri dari karbohidrat, protein,



lemak dan vitamin. Karbohidrat misalnya, adalah nama kelompok bagi ikatan-ikatan organik yang mempunyai fungsi menghasilkan energi dan mempunyai karakteristik sejenis. Karbohidrat terdiri dari unsur C, H, O dan merupakan polyalcohol. Lemak juga merupakan kumpulan ikatan-ikatan organik dengan berbagai struktur molekul, tapi mempunyai karakteristik yang sama yaitu larut dalam zat-zat pelarut tertentu. Bahan makanan sering juga disebut bahan pangan dan dalam perdagangan disebut komoditi pangan adalah apa yang kita produksi atau perdagangkan, seperti daging, sayur, buah dan juga termasuk susu (Soediaoetama,2004:17).



Ada tiga komponen penting penghasil energi yang sangat dibutuhkan bagi setiap manusia yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Dimana ketiga komponen tersebut merupakan bahan makanan yang dibutuhkan oelh tubuh, karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain, protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Di dalam sel, protein terdapat sebagai protein struktural maupun sebagai protein metabolik. Protein dibagi menjadi dua yaitu protein fibrous yang banyak bergantung pada struktur skunder dimana bentuk protein ini boleh diulang, bentuk yang kedua yaitu protein globular (enzim dan antibodi) yang banyak bergantung pada struktur bebas yang terdapat 20 jenis asam amino yang digunakan untuk membentuk rantaian polipeptida (protein) fungsi, bentuk, ukuran dan jenis protein akan ditentukan oleh jenis, bilangan dan taburan asam amino yang terdapat di dalam struktur tersebut. Suber protein diantaranya yaitu salah satunya adalah susu yang lebih dikenal dengan protein hewani (Hartono, 2006: 556).



Susu merupakan makanan yang hampir sempurna karena kandungan gizinya yang lengkap. Selain air, susu juga mengandung lemak, protein, karbohidrat, enzim-enzim serta vitamin A dan D dalam jumlah yang memadai. Manfaat susu merupakan interaksi molekulmolekul yang terkandung didalamnya. Umumnya susu yang dikandung masyarakat adalah susu olahan baik dalm bentuk cair (UHT) maupun dalam bentuk bubuk. Susu UHT (ultra



high temperature) merupakan susu yang diolah dengan pemanasan suhu yang tinggi dan dalam waktu yang singkat selama 2-5 detik dengan suhu 135-145 0C. Keadaan multilapus susu UHT ini juga kedap cahaya sehingga cahaya ultraviolet tidak akan mampu menembusnya. Dengan terlindungnya dari sinar ultraviolet maka kesegaran susu UHT dapat terjaga. Susu UHT merupakan susu yang sangat higienis karena bebas dari seluruh mikroba serta spora, sehingga potensi kerusakan mikrobioliogis sangat minimal bahkan hampir tidak ada (Astawan, 2007: 154).



Susu adalah minuman bergizi yang mengandung protein 3,2% dan kaya mineral kalsium (143 mg 1100 gr susu) dengan konsumsi relatif rendah, susu selama ini juga dikenal dengan bahan makanan yang diperkirakan mempunyai kemampuan untuk meningkat polutan. Di lingkungan udara pulutan dapat kita hindari jika kita meminum susu (Agroteksos, 2001).



Susu sapi mempunyai komposisi molekul-molekul yang mengandung lemak 3,8%, protein 3,2% laktosa 4,8% dan mineral 0,7%. Susu merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan mikroba. Hal ini karena komposisi nutrisinya sangat ideal untuk pertumbuhan mikroba. Apabila sapi dalam keadaan sehat, maka susu yang dihasilkannya juga dalam keadaan steril. Mikroba mulai terdapat pada saluran puting susu untuk mengurangi jumlah mikroba awal pada susu, maka pada pemerahan susu sebanyak 3-4 pancaran pertama harus dibuang (Djalip, 1997: 53).



Jika mengandung protein total 3,3% protein susu mengandung kesembilan asam amino esensial yang dibutukan manusia ada dua kategori utama protein susu yang dibedakan dari sisi komposisi kimia dan sifat fisiknya. Keluarga kasein mengandung faktor yang akan terkoagulasi atau teredapkan pada pH 4,66. protein serum tidak mengandung fosfor dan protein tetap dalam larutan pH 4,6. dalam susu sapi 82% protein susu adalah kasein dan 18% adalah serum atau protein Whey. Kasein tersuspensi dalam susu dalam kompleks yang disebut mise. Kandungan fosfat yang tinggi pada kasein terkait dengan garam kalsium fosfat



sehingga susu menjadi sumber kalsium dalam diet. Protein serum terdiri dari laktoglobulin 50%, laktoglobumin 20% albumin momunaglobumin, laktoferin, transferin dan sebagian kecil protein dan enzim. Protein whey tidak mengandung fosfor tetapi mengandung asam amino sulfur yang membentuk ikatan disulfida, jika ikatan ini rusak maka protein mengalami denatrasi, fungsi protein whey tidak begitu jelas, laktoglobulin diketahui sebagai pembawa Vitamin A, laktoglobulin tidak terdapat dalam susu. Immunoglobulin berperan dalam sistem imun ternak sedangkan pada manusia belum diketahui secara pasti. Laktoferin dan transferin berperan penting dalam adsorpsi (Wiranadi Kusumah, 1997: 85). Susu digunakan sebagai sumber kasein komersil. Biasanya kedalam skin milk atau susu dengan kandungan lemak yang rendah. Ditambahkan asam untuk mengendapkan kasein, susudah dipanaskan dari whey



“tahu” dari kasein dicuci dengan air, ditiris, diperes,



dipotong-potong, dan dikeringkan. Kasein digunakan sebagai garam kalsium untuk memperbaiki sifat adukan dari krim yang terbuat dari lemak tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai pelapis atas untuk memperbaiki keseluruhan asam krim dan yogurt, kasein dapat dirubah menjadi lem dibuat bersifat basa dengan penambahan kapur. Sodium karbonat, borak, atau thithano lamina. Atau diubah menjadi satu lapidan dalam pembuatan kertas. Lemak atau lapid dalamsusu terdapat dalam bentuk jutaan bola kecil, biasanya terdapat kirakira 1000 x 106 butiran lemak dalam setiap mili liter susu. Butiran-butiranini mempunyai daerah permukaan yang luas dan hal tersebut yang menyebabkan susu mudah dan cepat menyerap flavor asing. Butiran-butiran ini mempertahankan keutuhannya karena tegangan permukaan yang disebabkan oleh ukuran yang kecil, dan kedua karena adanya suatu lapisan tipis (membran) yang membungkus butiran tersebut yang terdiri dari protein dan fospalipid (Djaeni, 2004: 15).



Susu kedelai adalah produk seperti susu sapi tetapi dibuat dari ekstrack dari kedelai. Protein susu kedelai mempunyai susunan asam amino yang mirip seperti susu sapi, sehingga sangat baik sebagai pengganti susu sapi terutama bagi meraka yang alergi laktointolerance atau bagi mereka yang tidak menyukai susu sapi atau daya belinya kurang. Selain kualitas protein yang baik kedelai juga mudah diperoleh mengandung asam lemak tak jenuh esensial (linoleat) yang cukup tinggi dan tidak mengandung kolestrol sehingga dengan mengkonsumsi



kedelai secara rutin dapat mengurangi penyakit degeneratif, disamping mempunyai kelebihan susu kedelai juga mempunyai kekurangan yaitu aromanya kurang sedap yang disebakan oleh aktivitas enzim lipoksigenase yang secara alami terdapat di dalam kedelai, dan kacangkacangan lainnya. Untuk mengetahui tingkat penerimaan masyarakat terhadap formulasi terhadap susu kedelai dilakukan uji organoleptif dengan 8 (delapan) karakter penilaian, juga dilakukan uji kadar protein dan kalsium dengan mengugnakan metode makro Kjeldahl dan spectrofotometer. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan pendekatan cross sectional populasi penelitian ini adalah 3 (tiga) sampel formulasi. Susu kedelai diketahui kadar protein yang tertinggi adalah formulasi susu kedelai ditambah kacang hijau (3,16%) dan kadar kalsium tertinggi adalah formulasi susu kedelai murni (10,09%) (Hamidah, 2003).



Pada protein terdapat beberapa reaksi khas, yaitu reaksi Xantoprotein, Hopkins-Cole, reaksi Millon, dan sebagainya. Reaksi Xntoprotein dimana larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat diubah menjadi kuning apabila dipananskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi Hopkins-Cole digunkan untuk mengdentifikasi triptofan, dimana larutan protein yang mengandung triptofan dapat di reaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat, setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan seingga membentuk lapisan di bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut. Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat erubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna (Poedjiadi, 2009: 121-122).



C.ALAT DAN BAHAN 1.Alat-alat praktikum -



Tabung reaksi



-



Rak tabung reaksi



-



Penjepit



-



Gelas kimia



-



Gelas erlenmayer



-



Gelas ukur



-



Penangas air



-



Neraca analitik



-



Corong biasa



-



Pipet tetes



2.Bahan-bahan praktikum -



Susu sapi



-



Susu kedelai



-



CH3COOH glassial 2%



-



HNO3 pekat



-



H2SO4 pekat



-



Eter



-



Aquades



-



Fehling A



-



Fehling B



-



Benedict



-



NAOH 4%



-



CuSO4 0,5%



-



Alpa naftol



-



Kertas saring



-



Amonium Hidroksida



D.



SKEMA KERJA 1. Penetapan Berat Jenis Ditentukan berat jenis air susu piknometer atau labu takar 5ml yang meliputi: b. Air susu murni - Dimasukan ke dalam tabung - Ditentukan berat jenisnya Hasil



c. Air susu yang diencerkan 1 kali - Dimasukan ke dalam labu takar - Diencerkan satu kali dengan aquades - Ditentukan berat jenis dari air susu Hasil



d. Filtrat air susu (dari endapan kasein) - Ditimbang - ditentukan berat jenis filtratnya



Hasil



2. Reaksi Air Susu e.



Susu murni Dicek dengan lakmus merah



Hasil



f.



Susu didiamkan 2 jam Dicek dengan lakmus merah Hasil



2. Pengendapan Kasein 20 ml air susu



- Diencerkan dengan 20 ml air + asam Asetat glasial 2% tetes demi tetes sampai terjadi endapan kasein dan filtrat bening



Hasil - disaring



Endapan (untuk percobaan 4-6)



3. Reaksi-reaksi warna protein a. Reaksi Biuret (untuk ikatan peptida)



Filtrat (untuk percobaan 7-9)



3 ml larutan protein



- Dimasukan ke dalam tabung reaksi Hasil



- + 1 ml larutan NaOH 10% + 1 tetes larutan CuSO4 0.5% hingga terjadi warna



-



merah muda atau ungu



Hasil



b. Reaksi Hopkins-Cole (untuk Triptofan) 1 ml larutan protein - Dimasukan ke dalam tabung reaksi - + 1 tetes larutan formaldehid encer (diencerkan 500 kali) -



+ 1 tetes reagen merkuri sulfat



-



Hasil



- Digojog dan ditambah 1 mL H2SO4 pekat perlahanlahan Hasil: terjadi lapisan dengan lingkaran ungu di bagian atas



c. Reaksi Xantoprotein (untuk asam amino deengan inti benzena) 3 ml larutan protein - Dimasukan ke dalam tabung reaksi - + 1 ml Asam Nitrat (HNO3) pekat Hasil



-



Dipanaskan dengan pemanas air mendidih hingga larutan menjadi kuning



-



Didinginkan dan dibagi menjadi dua tabung



Tabung I



Tabung II + Amonia (NH3)



Hasil



Hasil



d. Reaksi Molish 1 ml larutan protein



- Dimasukan ke dalam tabung reaksi - + 2 ml larutan Alpha Neftol dan dikocok



Hasil. - Dialirkan 1 ml H2SO4 pekat perlahan-lahan melalui dinding tabung hingga membentuk lapisan di bawah campuran



Hasil



4. Reaksi Neumann untuk Kasein (P-organik dari Kasein) Sisa endapan - Dikeringkan di kertas saring dengan memijatnya Hasil -



Dimasukkan dalam tabung reaksi



-



+ 2 tetes nitrat pekat



Campuran



+ 10 tetes asam sulfat pekat



- Dipanaskan(dalam lemari asam) sampai keluar asap sulfat putih. - Jika isi tabung berwarna coklat atau hitam maka ditambah 1 tetes aam nitrat pekat.



Campuran



- Dipanaskan hingga keluar asam putih dan larutan tidak berwarna



Campuran - Didinginkan - + 2 mL ammonium molibdat, digojog, panaskan



Hasil: berupa endapan kuning jeruk bila mengadung sedikit P



5. Grease Spot Test (Test noda lemak) Endapan kering - Sebagian dikocok dengan sedikit ester - Dituang ke dalam gelas arloji dan diuapkan esternya - Di asup gelas arloji dengan kertas saring - Diamati



Hasil



7. Menunjukan adanya laktobumin Filtrat pengendapan kasein



Dibuat pH 5,4 kemudian dipanaskan



Hasil adanya koagulan menunjukkan adanya laktalbumin: Disaring dengan kertas saring



Filtrat untuk percobaan 7



8. Menunjukan adanya laktosa a. Percobaan Benedict Filtrat dari percobaan 7 - Dimasukan ke dalam tabung reaksi 1 ml benedict ditambah delapan tetes larutan glukosa - Masukan ke dalam pemanas air selama 5 menit - Reaksi positif jika terjadi warna hijau, merah, oranye, dan endapan merah bata. - dicoba juga untuk fruktosa



Hasil



b. Uji Fehling Filtrat dari percobaan 7 - Dimasukan ke dalam tabung reaksi - + campuran pereaksi fehlin A dan B. - dipanaskan (penangas air) - Reaksi positif jika terbentuk endapan merah bata/coklat



Hasil



9. Menunjukan adanya ion Ca dan P-anorganik Filtrat dari percobaan 7 Ditambah beberapa tetes amonium hidroksida kemudian dipanaskan. Terdapat endapan yang kemudian disaring dengan kertas saring



Hasil Endapan dilarutkan dengan menuangi asam cuka encer di atas kertas saring



Hasil



Filtrat dikumpulkan dalam tabung sebagian Filtrat ditambah K-Oksalat



Hasil



Hasil berupa fitltrat (untuk menunjukkan fosfat anorganik) - Didinginkan - + 2 mL ammonium molibdat, digojog, panaskan



Hasil: berupa endapan kuning jeruk bila mengadung sedikit P



A. HASIL PENGAMATAN







Susu Ultra



Langkah Kerja



Hasil Pengamatan



1. Penetapan berat jenis a. Air susu murni b. Air susu diencerkan satu kali dengan aquades c. Fitrat air susu dari percobaan pengendapan kasein



a. Berat erlenmeyer = 46 gr Berat susu + erlenmeyer = 50,34 pH = 7 b. Berat susu = 53,35 gr pH= 7 c. Berat susu = 53,35 gr



pH basa 2. Pengendapan Kasein 20 ml air susu + 20 ml air Terbentuk endapan keruh berwarna putih ditambahkan



bertetes-tetes



asam pada bagian dasar tabung.



asetat glacial 2 % sampai terjadi endapan 3. Reaksi Warna Protein a. Reaksi Biuret



a. Susu ultra + NaOH 10 % terbentuk 2



Susu ultra ditambahkan 2 ml



lapisan keruh pada bagian bawah dan



larutan NAOH 40 % dan CuSO4



berwarna



b. Reaksi Hopkins-cole



atas.Ketika



kuning



pada



bagian



ditambahkan



CuSO4



Susu ultra ditambahkan larutan



terbentuk warna ungu kebiruan pada



formaldehid encer dan 1 tetes



bagian atas yang menandakan ia



reagent merkuri sulfat kemudian



positif mengandung protein.



dikocok dengan H2SO4 secara perlahan.



b. Susu ultra + formaldehid encer dan reagent merkuri sulfat menjadi lebih



c. Reaksi Xantoprotein



kental. Ketika ditambahkan H2SO4



Susu ultra ditambahkan dengan



terbentuk wrana coklat muda pada



HNO3



bagian dasar tabung reaksi, yang



pekat



lalu



dipanaskan



dengan penangas air.



menandakan ia positif mengandung



d. Reaksi Molish



protein.



Susu ditambahkan dengan larutan



c. Terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas



alpha naftol dan H2SO4 melalui



berwarna putih dan lapisan bawah



dinding



berwarna kuning.



tabung



perlahan. e. Uji Fehling



lalu



dikocok



d. Warnanya berubah menjadi coklat dan terdapat endapan berwarna coklat pekat



pada



bagian



dasar,



yang



menandakan ia positif mengandung protein e. Susu ultra berubah warna dari warna biru



menjadi



coklat



setelah



ditambhakan fehling dengan endapan warna



merah



menandakan



kecoklatan adanya



yang



kandungan



protein. 4. Grease Spot test -kasein kering + sedikit eter kocok Diusap dengan kertas saring = kertas dalam tabung reaksi



berwarna bening yang menandakan ia positif



-tuangkan dalam kaca arloji dan mengandung lemak. uapkan eternya. - usap dengan kertas saring 5. Menunjukan Laktalbumin Filtrat dari pengendapan kasein dibuat Didapatkan pH sampai 4. pH 5,4 % kemudian dipanaskan 6. Menunjukan adanya ion Ca dan P- Susu ultra dari berwarna putih berubah anorganik







menjadi keruh, menandakan adanya ion Ca.



Susu Kedelai Langkah Kerja



Hasil Pengamatan



1. Penetapan berat jenis a. Air susu murni b. Air susu diencerkan satu kali dengan aquades c. Fitrat air susu dari percobaan pengendapan kasein



a. Berat erlenmeyer = 46 gr Berat susu + erlenmeyer = 50,34 pH = 7 b. Berat susu = 49,04 gr pH= 7 c. Berat susu = 53,35 gr pH basa



2. Pengendapan Kasein 20 ml air susu + 20 ml air Terbentuk endapan keruh berwarna putih



ditambahkan



bertetes-tetes



asam pada bagian dasar tabung.



asetat glacial 2 % sampai terjadi endapan pada bagian dasar tabung. 3. Reaksi Warna Protein a. Reaksi Biuret



a. Susu kedelai + NaOH 10 % terbentuk



Susu ultra ditambahkan 2 ml



2 lapisan keruh pada bagian bawah



larutan NAOH 40 % dan CuSO4



dan berwarna kuning pada bagian



b. Reaksi Hopkins-cole



atas.Ketika



ditambahkan



CuSO4



Susu ultra ditambahkan larutan



terbentuk warna ungu pada bagian



formaldehid encer dan 1 tetes



atas yang menandakan ia positif



reagent merkuri sulfat kemudian



mengandung protein.



dikocok dengan H2SO4 secara



b. Susu kedelai + formaldehid encer dan



perlahan.



reagent merkuri sulfat menjadi lebih



c. Reaksi Xantoprotein



kental. Ketika ditambahkan H2SO4



Susu ultra ditambahkan dengan



terbentuk wrana coklat pekat dan



HNO3



gumpalan pada bagian dasar tabung



pekat



lalu



dipanaskan



dengan penangas air.



reaksi, yang menandakan ia positif



d. Reaksi Molish



mengandung protein.



Susu ditambahkan dengan larutan



c. Susu



yang



ditambhakan



amonia



alpha naftol dan H2SO4 melalui



terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas



dinding



berwarna orange dan lapisan bawah



perlahan. e. Uji Fehling



tabung



lalu



dikocok



berwarna kuning. Susu kedelai tanpa amonia tetap berwarna kuning. d. Warnanya berubah menjadi coklat dan terdapat endapan berwarna coklat pekat



pada



bagian



dasar,



yang



menandakan ia positif mengandung protein e. Warna susu kedelai biru menjadi hijau



setelah



ditambah



fehling



endapan warna biru kehijauan. f. Grease Spot test -kasein kering + sedikit eter kocok Diusap dengan kertas saring = kertas dalam tabung reaksi



berwarna bening yang menandakan ia positif



-tuangkan dalam kaca arloji dan mengandung lemak. uapkan eternya. - usap dengan kertas saring g. Menunjukan Laktalbumin Filtrat dari pengendapan kasein dibuat Didapatkan pH sampai 4. pH 5,4 % kemudian dipanaskan h. Menunjukan adanya ion Ca dan P- Susu anorganik



kedelai



perubahan,



warnanya



yang



menandakan



mengandung ion Ca.



E.



ANALISIS DATA 1.



Berat Jenis 



susu sapi



Susu murni



Susu diencerkan 1 kali



Fitrat air susu



tetap



(susu + labu takar)



: 50,34 gram



(labu takar kosong)



: 46 gram



Susu murni



: 4,34 gram



Volume



: 5 mL



(susu + labu takar)



: 53,35gram



(labu takar kosong)



: 46 gram



Susu encer



: 7,35 gram



Volume



: 10mL



(susu + gelas kimia)



: 53,35 gram



(gelas kimia kosong)



: 46 gram



Fitrat air susu



:7, 35 gram



ia



tanpa tidak







Volume



: 40 mL



(susu + labu takar)



: 50,34 gram



(labu takar kosong)



: 46 gram



Susu murni



: 4,34 gram



Volume



: 5 mL



(susu + labu takar)



: 53,35gram



(labu takar kosong)



: 46 gram



Susu encer



: 7,35 gram



Volume



: 10mL



(susu + gelas kimia)



: 53,35 gram



(gelas kimia kosong)



: 46 gram



Fitrat air susu



:7, 35 gram



Volume



: 40 mL



susu kedelai



Susu murni



Susu diencerkan 1 kali



Fitrat air susu







Perhitungan berat jenis:



Susu Sapi  Untuk susu murni







=



m V 4,34 gram 5 mL



= 0,868 gram/mL



 Untuk susu encer







=



m V 7,35 gram 10 mL



= 0,735 gram/mL



 Untuk fitrat air susu







=



m V 7,35 gram 40 mL



= 0,18375 gram/mL



Susu Kedelai  Untuk susu murni







=



m V 4,34 gram 5 mL



= 0,868 gram/mL



 Untuk susu encer







m V



=



7,35 gram 10 mL



= 0,735 gram/mL



 Untuk fitrat air susu







=



m V 7,35 gram 40 mL



= 0,18375 gram/mL



2. Reaksi Air Susu 



Susu Sapi Susu yang didiamkan :



Lakmus Merah  Biru (bersifat basa)



Susu yang didiamkan :



Lakmus Merah  Sedikit Biru (bersifat sedikit asam)







Susu Kedelai Susu yang didiamkan :



Lakmus Merah  Biru (bersifat basa)



Susu yang didiamkan :



Lakmus Merah  warna tetap (bersifat asam)



3. Pengendapan Kasein Filtrat bening Endapan putih kekuningan pada dasar tabung menunjukan adanya kasein



4. Reaksi Warna Protein







Reaksi Buret



 Reaksi Hopkins-Cole COOH



serbuk



Mg



CHO



COOH



COOH asam oksalat



asam glioksilat



 Reaksi Xantoprotein



Reaksi Molish



5. Grease Spot Test (Tes Noda Lemak) 1. Endapan kasein + eter 



tidak larut dalam eter



2. Terdapat tetesan bening, kertas menjadi transparan yang mandakan ada lemak



6. Menunjukkan Adanya Laktalbumin  Susu sapi Filtrat kasein (pH 5,4)



(+) terdapat 2 lapisan (di atas bening, di bawah keruh)







 Susu kedelai Filtrat kasein (pH 5,4)



(+) terdapat koagulan + endapan putih







7. Menunjukkan Adanya Laktosa



 Reksi Beneddict O R C



OH



+



R



2+



Cu



HO CH2



Cu2O



merah bata



Cu2O



merah bata



 Reaksi Fehling A/B O R C



OH



+



2+



2 Cu



+



4OH-(aq)



8. Menunjukkan Adanya Ion Ca Dan P-Anorganik



Fitrat (nomor 7) + NH4OH



endapan gelartinous dari Ca dan Mg fosfat (endapan putih) ∆



Endapan + CH3COOH → tidak terjadi perubahan



F.



PEMBAHASAN Pada praktikum acara IV, yaitu bahan makanan terdiri dari 8 percobaan dimana dalam



prosesnya menggunakan bahan dasar susu yang berasal dari susu sapi (susu ultra) dan susu kedelai. Untuk percobaan pertama yaitu penetapan berat jenis air susu, digunakan 3 jenis air susu yaitu air susu murni yang tidak diberikan perlakuan, air susu yang telah diencerkan 1 kali serta fitrat air susu dari reaksi pengendapan kasein. Dari percobaan ini, untuk kedua jenis air susu diperoleh nilai dari berat jenis yang kebetulan sama. Untuk air susu sapi diperoleh masingmasing berat jenis sebesar: 0,868 gram/mL; 0,735 gram/mL dan 0,18375 gram/mL. Sedangkan untuk susu kedelai diperoleh berat jenis masing-masing sampel sebesar: 0,868gram/mL; 0,735 gram/mL dan 0,18375 gram/mL. Jika terjadi perbedaan berat jenis dari masing-masing sampel susu dikarenakan pengaruh dari volume total dan volume tanpa protein (kasein). Untuk ketiga jenis sampel ini menggunakan besar volume yang berbeda-beda. seharusnya jika ingin memastikan perbedaan berat jenis secara akurat digunakan volume total yang sama. Dengan adanya besar volume total yang digunakan pada masing-masing sampel, maka akan mempengaruhi pula berat jenis yang ada. Berdasarkan analisis data, besarnya berat jenis juga dpengaruhi oleh volume tanpa protein (kasein). Dengan adanya pengaruh dari kasein yang memiliki berat molekul yang cukup besar, menyebabkan terjadinya perbedaan pada berat jenis sampel. Untuk berat jenis yang mengandung kasein cenderung memiliki berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan berat jenis pada sampel yang tidak mengandung kasein. Sampel yang tidak mengadung kasein ini adalah filtrat air susu dimana endapanya berupa kasein yang merupakan salah satu jenis protein penyusun susu yang memiliki berat molekul cukup besar karena tersusun dari rantai panjang protein (Buckle, 1985). Dengan menghilangnya kasein dalam air susu akan menyebabkan beratnya berkurang sehingga berat jenisnya (pada volume 40 mL) manjadi lebih kecil dibandingkan dengan susu murni maupun susu yang telah diencerkan. Untuk susu yang telah diencerkan memiliki berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan berat jenis susu murni. Hal ini dikarenakan pada susu encer, berat molekul protein bertambah akibat adanya pengikatan molekul air oleh senyawa protein dan senyawa penyusun susu lainnya, sehingga menyebabkan berat jenisnya menjadi lebih besar. Sedangkan pada susu murni tidak terjadi penambahan air yang berikatan dengan molekul penyusun susu (seperti protein) sehingga berat molekul atau massanya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan susu encer meskipun volume total pada susu murni yang digunakan lebih kecil. Dari analisis data yang diperoleh,



berat jenis pada susu kedelai jauh lebih rendah dibandingkan dengan air susu sapi. Hal ini dikarenakan senyawa penyusun susu kedelai jauh lebih sederhana dibandingkan dengan susu sapi. Dimana senyawa penyusun susu kedelai terdiri dari protein nabati dengan stuktur yang sederhana yang memiliki berat molekul kecil, sehingga menghasilkan massa jenis yang kecil pula. Untuk percobaan kedua yaitu reaksi air susu, digunakan 2 sampel air susu yaitu air susu murni dan air susu yang didiamkan selama 2 jam. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk pengujian air susu sapi dengan menggunakan kertas lakmus merah, diperoleh hasil dimana pada susu sapi murni terjadi perubahan kertas lakmus yang semula merah menjadi berwarna biru, sedangkan untuk air susu yang didiamkan selama 2 jam terjadi perubahan sedikit pada lakmus merah menjadi sedikit berwarna biru. terjadinya perubahan pada kertas lakmus disebabkan oleh pengaruh pH dan sifat larutan. Dimana untuk lakmus merah yang berubah menjadi biru menunjukkan adanya sifat basa dalam larutan air susu sedangkan tidak terjadinya perubahan pada lakmus merah menunjukkan bahwa larutan tersebut (air susu) bersifat asam. Namun, karena pada percobaan terjadi perubahan sedikit pada kertas lakmus menjadi berwarna biru, maka dalam larutan sifat asamnya hanya sedikit. Susu yang didiamkan dapat menyebabkan pembentukan asam dalam susu yang diistilahkan dengan “masam” yang disebabkan karena adanya asam laktat, pengasaman susu ini disebabkan karena aktivitas bakteri yang memecah laktosa membentuk asam laktat. Kemudian untuk susu kedelai sama seperti susu sapi yaitu pada susu murni yang diuji dengan menggunakan lakmus merah menunujukkan perubahan warna menjadi biru, sedangkan untuk susu yang didiamkan selama 2 jam tidak menunjukkan adanya perubahan pada lakmus merah, dimana nilai atau sifat asam dari susu kedelai menujukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Hal ini dikarenakan pada susu kedelai mengandung laktosa dengan komponen penyusun yang sederhana serta daya ikat antarmolekul yang lemah (mudah terputus). Dengan struktur penyusun yang mudah terurai (terputus), akan memudahkan kerja bakteri dalam proses penguraian menjadi asam laktat. Dengan makin mudahnya struktur untuk terurai, maka asam laktat yang dihasilkan akan semakin banyak sehingga susu tersebut akan semakin asam. Untuk Percobaan ketiga yaitu pengendapan kasein pada susu, digunakan susu yang telah diencerkan dan ditambahkan asam asetat glasial 2%, asam asetat yang ditambahkan



dimaksudkan agar protein susu yang telah terderatulasi parsial dengan ikatan antarmolekulnya agak membuka. Asam asetat glasial 2% ditambahkan sedikit atau setetes demi tetes



agar



nantinya terbentuk endapan secara maksimal, dimana dengan penambahan asam asetat sedikit demi sedikit akan menyebabkan penguaraian atau pemisahan senyawa penyusun protein dapat terjadi secara teratur, sehingga terjadi pemisahan komponen secara optimal. Jika dilakukan penambahan asam asetat sekaligus maka proses pemisahan komponen dikhawatirkan kurang optimal dikarenakan terdapat komponen lain yang seharusnya tidak ikut mengendap menjadi ikut mengendap akibat adanya reaksi pengikatan yang kuat oleh asam asetat yang dituangkan sekaligus. Dari hasil pengamtan susu kedelai dan susu sapi, diperoleh filtrat bening dan endapan putih kekuningan yang berupa kasein. Kasein merupakan jenis protein terpenting dalam susu dan terdapat dalam bentuk kalsium kaselnak. Kasein merupakan partikel-partikel yang berdiamer sekitar 80 mm dan membentuk suspensi kaloid dalam susu. Kasein dapat diendapkan dengan asam, alkohol, renek, dan logam berat, borat. Dan dalam praktikum ini digunakan asam untuk mengendapkan protein. Asam dapat memindahkan kasein dari sari kalsium. Pada suhu yang tinggi jumlah asam yang diperlukan untuk koagulasi kasein lebih sedikit dibandingkan jika koagulasi dilakukan pada suhu rendah. Untuk percobaan yang keempat yaitu reaksi warna protein terdiri dari 4 pengujian. Untuk uji pertama yaitu reaksi Biuret, ke dalam endapan susu sapi dan kedelai yang telah diencerkan ditambahkan dengan NaOH yang mengahasilkan warna larutan bening, yang kemudian setelah ditambahkan dengan CuSO4 0,5% terjadi perubahan warna larutan menjadi ungu. Terjadinya perubaan warna ini menujukkan bahwa dalam endapan air susu tersebut terdapat adanya ikatan peptida antarmolekul asam amino penyusunnya. Untuk uji kedua , reaksi Hopkins-Cole, pada susu sapi menunjukkan adanya 2 lapisan (di bagian bawah bening dan di bagian atas ungu) setelah ditambahkan dengan asam sulfat pekat. Sedangkan pada susu kedelai tidak terbentuk dua lapisan. Hal ini menunjukkan bahwa pada susu sapi diperoleh hasil pengujian yang positif terhadap adanya kandungan triptofan dalam endapan. Sedangkan pada susu kedelai dengan tidak terbentuknya 2 lapisan menunjukkan bahwa dalam endapan susu kedelai tidak engandung triptofan. Untuk uji ketiga yaitu reaksi Xantoprotein, susu kedelai dan susu sapi masing-masing ditambahkan asam nitrat, terdapat endapan dan larutannya berwarna kuning, dan kemudian utuk tabung 1 ditambahkan amoniak, dimana larutan menjadi kuning (dengan warna yang sedikit berbeda dari awal). Reaksi yang terjadi pada uji ini ialah mitrasi pada inti benzena yang terdapat



pada molekul protein dalam susu. Reksi ini positif untuk protein yang mengandung trosin, fenilanin dan triftofan. Pada uji ini Untuk susu sapi menunjukkan warna kuning yang lebih pekat pada tabung 2 (tanpa penambahan ammonia), sedangkan pada susu kedelai warna yang lebih pekat terdapat pada tabung 1 (penambahan ammonia). Terjadinya perbedaan ini menunjukkan bahwa kedua jenis susu ini mengandung tirosin, fenilalanin dan triftofan, hanya saja jumlahnya yang berbeda. Dimana pada susu kedelai yang tidak mengandung triptofan, jumlah fenilalanin dan tirosin lebih mendominasi dibandingkan pada susu sapi sehingga warna menjadi lebih pekat ketika ditambahkan dengan ammonia. Pengujian Keempat yaitu reaksi Molish (larutan susu ditambah 2 ml molish + H2SO4 pekat ml) terbentuk 2 lapisan yaitu kuning keruh (atas) dan larutan kuning bening (bawah). Dengan terbentuknya 2 lapisan ini pada kedua sampel susu menunjukkan adanya hasil yang positif pada pengujian ini terhadap adanya protein tertentu yang tersusun di dalam kasein. Untuk percobaan kelima yaitu uji noda lemak pada susu sapi dan susu kedelai, digunakan endapan yang proleh pada pengendapan kasein, yang kemudian diendapkan oleh eter, yang menunjukan bahwa pada susu terdapat lemak. Hal ini dibuktikan dari adanya noda yang tertinggal pada kertas saring yang digunakan. Pada susu sapi proses pelarutan dengan eter tidak erjalan dengan sempurna, hal ini dikarenakan endapan (kasein) dari susu sapi terlalu kering dan keras sehingga proses pemutusan atau penguraian ikatannya makin sulit terjadi dan hal ini akan mempengaruhi tingkat kelarutannya dalam eter. Untuk uji adanya laktobumin, fitrat dari pengendapan kasein yang memiliki pH 5,4 pada susu kedelai membentuk koagulan dimana terdapat adanya endapan berwarna putih. Sedangkan pada susu sapi pada penambahan asam asetat yang bertujuan untuk menambah tingkat keasaman (agar pHnya menjadi tepat 5,4), pembentukan koagulannya jauh lebih lama dibandingkan dengan yang tidak ditambahkan asam asetat. Koagulan yang terbentuk pada susu sapi berupa 2 lapisan dengan bagian fitrat bening (yang cenderung berada di bagian atas) dan bagian bawahnya keruh. Bagian bawah yang keruh ini merupakan koagulan yang menujukkan adanya laklatbuumin dalam fitrat. Percobaan ketujuh yaitu percobaan untuk menunjukan adanya laktosa, dilakukan 2 percobaan yaitu dengan uji Benedict dan uji Fehling. Pada uji benedict menunjukkan hasil yang positif pada susu sapi, sedangkan pada susu kedelai menujukkan hasil yang negatif. Pada susu



sapi, fitrat yang ditambahkan reagen benedict dan glukosa yang kemudian dipanaskan menunjukkan adanya endapan berwarna kuning, namun pada fruktosa endapan kuning tidak terbentuk dikarenakan reagen benedict belum ditambahkan. Sedangkan untuk susu kedelai, sampel yang dipanaskan membentuk partikel yang melayang-layang dan tidak membentuk endapan, yang menujukan bahwa uji benedict ini negatif pada susu kedelai. Untuk memastikan kebenaran hasil (kandungan laktosa) yang diperoleh, maka dilakukan pengujian selanjutnya yaitu uji fehling. Fehling A+ B yang berwarna biru tua, setelah dimasukkan ke dalam fitrat menunjukkan perubahan warna mejadi biru muda. Setelah sampel ini dipanaskan, terbentuk koloid dan endapam berwarna merah bata atau kecoklatan. Uji fehling ini positif juga untuk susu sapi karena membentuk endapan merah ata atau kecoklatan. Sedangkan pada susu kedelai, setelah fitrat dipanaskan terbentuk endapan putih agak kekuningan yang menujukkan uji ini negatif pula untuk susu kedelai yang mana ini berarti bahwa dalam fitrat susu kedelai tidak terdapat adanya laktosa. Seharusnya untuk uji laktosa pada susu kedelai menunjukkan hasil yang positif. Namun dikarenakan laktosa dalam susu kedelai telah bereaksi semua membentuk asam laktat akibat penguraian oleh bakteri menyebabkan pada uji laktosa ini menunjukkan hasil yang negatif. Untuk percobaan terakhir, yaitu untuk menunjukkan adanya ion Ca dan P-anorganik, tidak dilakukan sampai selesai, dikarenakan faktor kekurangan bahan uji. Untuk percobaan ini diperoleh hasil yang sama antara susu sapi dengan susu kedelai. Pada prosesnya fitrat yang ditambahakan ammonium hidroksida menunjukkan adanya endapan putih dan fitrat jernih. Terbentuknya endapan ini menunjukan bahwa endapan gelartinous dari Ca dan Mg fosfat telah terbentuk. Setelah endapan yang diperoleh ditambahkan dengan asam cuka encer tidak menujukkan adanya perubahan apapun, yang menujukkan bahwa dalam proses ini tidak terjadi adanya reaksi pembentukan produk baru dalam endapan. Untuk fitrat yang ditambahkan dengan K-oksalat yang jernih, menunjukkan perubahan larutan menjadi keruh yang disebabkan oleh adanya Ca-oksalat yang terbentuk dari reaksi penguaraian antara fitrat yang masih mengandung Ca dengan K-oksalat. Ini berarti bahwa dengan adanya penambahan K-oksalat bertujuan untuk membuktikan masih adanya Ca dalam air susu yang masih terdapat pada fitrat sisa tersebut.



G.



KESIMPULAN



a. Kesimpulan  Untuk berat jenis dari masing-masing sampel air susu diperoleh nilai sebesar: 0,984gram/mL; 1,112 gram/mL dan 0,84025 gram/mL untuk susu sapi dan 0,938gram/mL; 1,715 gram/mL dan 0,618 gram/mL untuk susu kedelai. Adanya perbedaan berat jenis dari masing-masing sampel susu dikarenakan pengaruh dari volume total dan volume tanpa protein (kasein).  Pada susu murni terjadi perubahan warna lakmus merah menjadi biru yang menujukkan sifat basa dalam larutan, sedangkan pada air susu yang didiamkan selama 2 jam tidak menunjukkan adanya perubahan warna pada kertas lakmus (untuk susu kedelai) dan perubahan sedikit warna biru (untuk susu sapi) yang menjukkan bahwa air susu tersebut bersifat asam atau sedikit asam akibat adanya pebentukan asam laktat.  Dengan adanya penambahan asam asetat glasial dapat memindahkan kasein dari sari kalsium yang ditandai oleh terbentuknya endapan kasein dan fitrat bening.  Pada susu sapi maupun susu kedelai menunjukkan hasil yang positif pada uji warna protein baik dalam reaksi biuret, Hopkins-Cole, Xantoprotein maupun Molish.  Terbentuknya larutan berwarna coklat hitam menujukkan adanya P yang terdapat dalam endapan yang tidak berubah seluruhnya mmenjadi asam fosfat.  Terbentuknya bagian transparan pada kertas saring pada grease spot test menunjukkan adanya lemak yang terdapat pada endapan pada percobaan pengendapan kasein.  Terbentuknya 2 lapisan yang berwarna bening dan keruh yang merupakan koagulan dalam fitrat air susu tersebut menunjukkan adanya laktalbumin atau protein yang terlarut.  Pada susu sapi menunjukkan hasil positif untuk uji Benedict dan Fehling yang menunjukkan adanya kandungan laktosa dalam fitrat, sedangkan pada susu kedelai menunjukkan hasil yang negatif pada uji Fehling dan Benedict yang berarti tidak terdapat adanya laktosa dalam sampel.  Terbentuknya larutan yang keruh menujukkan adanya ion Ca yang terdapat dalam fitrat. Sedangkan terbentuknya endapan putih merupakan endapan gelartinous dari Ca dan Mg fosfat.



b. Saran  Prosedur kerja sebaiknya dibaca dan dipahami dengan baik, agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum  Diharapkan peralatan dan bahan praktikum dilengkapi agar tidak menggangu kelancaran praktikum  Diharapkan kepada Co.asst agar meningkatkan bimbingan.



DAFTAR PUSTAKA Agroteksos. Pemanfaatan Susu dalam Menjamin Kesehatan Masayakat di Indonesia. Medan. USU Press. 2001. 121. Astawan, I Made. Upaya Penyelamatan Gizi pada Susu. Pusat Jurnal Indonesia. 2007. Vol 63. 73. Buckle,



K.A.



1985.



Ilmu



Pangan.



Jakarta



:



Universitas



Indonesia



Press



(UI-Press). Djaeni, Achmad. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid IA. Jakarta: Penerbit Dion Rakyat. Djalip, Ahmad. 2007. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid A. Jakarta :Penerbit Dian Rakyat. Hamidah, Atik Nehru. Tingkat Penerimaan Konsumen terhadap Formulasi Susu Kedelai di Kalimantan dan Uji Kadar Protein serta Kalsium. Pusat Data Jurnal dan skrisi. http//www:fkm.undip.ac.id/data indeks. 2003. 78. Hartono, Andry-2006. Terapi Gizi, Diet dan Rumah Sakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Kusuma Wirahadi, Muhammad. 1997. Biokimia. Bandung : ITB Press. Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press. Sulaiman, Muhammad.2005. Biokimia untuk Mahasiswa Kedokteran. Bandung: PT. Gramedia. Soediaoetama, Djaeni Achmad. 2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi jilid IA. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.



ACARA V MENETAPKAN KADAR KOLESTEROL



.



ACARA V



MENETAPKAN KADAR KOLESTROL



A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM a.Tujuan



: Untuk menetapkan kadar kolestrol dengan mengukur absorbansi dan % transmitan larutan.



b.Hari,tanggal



: Minggu,11 Desember 2011.



c.Tempat



: Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Mataram.



B.LANDASAN TEORI Kolestrol merupakan sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolestrol ialah jenis kusus lipid yang disebut steroid. Steroid ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin atom karbon. Steroid lain termasuk steroid hormon seperti kortisol, estrogen dan testosteron. Nyatanya,semua hormon steroid terbuat dari perubahan struktur dasar kimia kolestrol (Achmad, 1986 :121 ). Kolestrol memiliki molekul yang terdiri atas tiga lingkar enam tersusun seperti dalam fenantren dan terlebur dalam suatu lingkar limahidrokarbon tetrasiklik jenuh yang mempunyai sistem lingkar lima, hidroikarbon tetrasiklik jenuh,yang mempunyai sistem lingkar demikian dan terdiri atas 17 atom karbon, disebut 1,2 siklopentenoperhidrofenantren, kerangka ini sekaligus merupakan ciri ksus yang membedakan steroid dengan senyawa organik bahan alam ( Tony, 1993 : 79 ). Kolestrol merupakan senyawa yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam minyak dan alkohol, sehingga dimasukkan dalam golongan lipid (lemak). Kolestrol dalam tubuh manusia berasal dari diet makanan asal hewan yang mengandung kolestrol dan juga disintesis oleh liver dari Asetil CoA (Asetil CoA berasal dari penguraian karbohidrat dan lemak) (Vogel , 1985 :56).



Kolestrol dapat larut dalam pelarut lemak ,misalnya: eter, chloroform, benzene dan alcohol panas. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolestrol mengkristal dalam bentuk ristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau dan mempunyai titik lebur 150-151°C. Kolestrol atau komponen lemak ini merupakan sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi dan sangat dibutuhkan tubuh,terutama untuk membentuk dinding-dinding sel dalam tubuh. Selain itu,kolestrol juga berguna untuk pembentukan asam empedu, hormon-hormon steroid, dan vitamin D (Poedjadi , 1994 :98). Kalibrasi merupakan prose verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi ,pada umumnya merupakn proses untuk menyesuaikan keluaran ataau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya; termometer,sehingga termometer tersebut menunjukkan temperatur yang sebenarnya dalam celcius pada titik-titik tertentu di skala ( Astuti, 2007 :127 ). Absorptivitas (a) merupakan tetapan dalam hukum Bouguer-Beer bila konsentrasi dinyatakan dalam % b/v dan tebal kuvet dalam cm. Dengan satuan liter per gram per sentimeter. Absorptivitas molar (ε) merupakan tetapan dalam Hukum Bouguer-Beer bila konsentrasi dinyatakan dalam molar dan tebal kuvet dalam cm dengan stuan liter per mol per sentimeter. Transmitan (T) merupakan fraksi dari daya radiasi yang diteruskan oleh satuan sampel T = P/Po. Sering dinyatakan sebagai suatu persentase : %T = (P/Po) x 100% (Montgomery , 1993: 77). Spektrometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer dapat mengidentifikasi logam yang ada dalam sampel bila sampel itu berwarna,namun sulit diidentifikasi pada sampel yang tidak menghasilkan perubahan warna atau kadar logam dalam sampel sangat kecil sekali (Murray, 2003 : 112 ).



A. ALAT DAN BAHAN -



Alat-alat: -



Tabung reaksi bertutup



-



-



Pipet ukur



-



Penangas air



-



Vortex mixer



-



Rak tabung reaksi



-



Pipet tetes



-



Gelas ukur 10 ml



-



Penjepit tabung



-



Spektrofotometer UV Vis



-



Kuvet



-



Gelas ukur 25 ml



Bahan-bahan: -



Etanol



-



Colour reagen (1,0 mgr FeCl3 6H2O/ml asam asetat glacial)



-



Asam asetat glacial



-



Larutan kolesterol dengan kadar 125 mg %, 250 mg%, 500 mg %



-



Alcohol 96%



-



Serum



-



Petroleum benzene



-



Asam sulfat pekat



-



Larutan kolestrol standar 0,05 mg/ml petroleum eter



B. SKEMA KERJA  UJI SAMPEL



Tabung reaksi tertutup (sampel) - Ditambah 2,5 ml etanol -



Ditambah 0,1 ml serum



-



Dikocok



-



Ditambah 5 ml petroleum eter, ditutup tabung rapat-rapat



-



Dicampur dengan vortex mixer 30 detik



Campuran



-



Ditambah 3 ml aquades (dikocok selama 10-15 detik)



-



Diamkan sampai terdapat 2 lapisan, diambil lapisan atas, dimasukkan dalam tabung reaksi



-



Diuapkan dalam penangas air dengan T = 800 celcius samapi cairab tinggal sedikit



-



Dikeringkan pada udara terbuka



Larutan kering -



Ditambah 4 ml reagen colour yang telah diencerkan (diencerkan 1 ml colour reagen 50 mgr/ml dengan asam asetat glacial sampai 50)



-



Dimasukkan dalam penangas air beberapa menit



-



Didinginkan



Larutan dingin -



Ditambah 3 ml larutan H2SO4 pekat dengan mengalirkan melalui dinding tabung yang dimiringkan



-



Dikocok dengan vortex mixer



-



Diamkan dalam ruang gelap selame 30 menit



-



Diukur A dan % T larutan dengan spektrofotometer pada λ = 560 nm



Hasil Perbandingan Blangko Tabung blangko



-



Ditambah 4 ml colour reagen (0,000gr FeCl3- 6H2O/ml asam asetat glacial)



-



Ditambah 3 ml H2SO4 pekat dengan mengalirkan melalui dinding tabung yang dimiringkan



-



Divortex mixer



-



Diamkan dalam tabung, dimasukkan dalam ruang gelap selama 30 menit



-



Diukur A dan % T larutan dengan spektrofotometer pada λ = 560 nm



Hasil pengukuran A dan %T



KURVA KALIBRASI Tabung I



Tabung II



Tabung III



- Diuapkan hingga kering dalam penangas air T = 800 C - Sisa diuapkan pada temperature kamar Tabung I kadar kolesterol 125 mg %



Tabung II kadar kolesterol 250 mg%



Tabung III kadar kolesterol 500 mg %



- Ditambah 4,0 reagen colour yang telah diencerkan - Dimasukkan dalam penangas air beberapa menit - Didinginkan Larutan dingin



- Ditambah 3,0 ml H2SO4 pekat, dengan mengalirkan melalui dinding tabung yang dimiringkan - Dikocok dengan vortex mixer - Diamkan dalam ruangan gelap selama 30 menit - Diukur A dan T % larutan dengan spektrofotometer pada λ = 560 nm Hasil pengukuran A dan %T



BLANGKO Tabung blangko



Tabung blangko



Tabung blangko



- Ditambah 4,0 ml colour reagen (0,000gr FeCl36H2O/ml asam asetat glacial) - Ditambah 3,0 ml H2SO4 pekat, dengan mengalirkan melalui dinding tabung yang dimiringkan - Divortex mixer - Diamkan dalam ruang gelap selama 30 menit - Diukur A dan T % larutan dengan spektrofotometer pada λ = 560 nm Hasil pengukuran A dan %T



E. HASIL PENGAMATAN



Langkah Kerja



Hasil



UJI SAMPEL Serum kadar tinggi  Serum konsentrasi Tinggi (Kolesterol tinggi Sediakan tabung reaksi tertutup (tabung S)  2,5 ml alkohol absolut dimasukkan dalam tabung reaksi  Tambahkan 0,1 ml serum dikocok



Berwarna putih keruh dan



Langkah Kerja



Hasil terdapat gumpalan-gumpalan kecil.



 Tambahkan 5 ml petroleum benzin dan tutup tabung rapat-rapat.  Campur dengan vortex mixer slama 30 dtk.



Terbentuk 2 fase, atas bening dan bawah keruh (ada endapan). Terbentuk 3 lapisan, lapisan paling bawah terdapat endapan



 Tambahkan 3 ml aquades kocok lagi selama



putih.



10-15 dtk, kemudian didiamkan terjadi 2 lapisan.



 Ambil lapisan atas masukkan dalam tabung reaksi.  Uapkan dalam penangas air dengan (80o) sampai cairan tinggal sedikit. Ambil tabung reaksi dan biarkan mengering.  Tambahkan 4 ml Reagent (Colour Reagent)



Larutan berwarna bening kekuningan. Terbentuk 2 lapisan, atas bening dan bawah orange kekuningan, yang dipisahkan cincin bening.



 Ambil tabung lain untuk blanko.  Masukkan 4 ml colour reagent (0,000 gr FeCl3-6H2O/ml asam asetat glasial).  Masukkan tabung s dalam penangas air beberapa menit kemudian didinginkan.



Cincin bening menghilang, kolesterol larut, dan larutan



Langkah Kerja



Hasil menjadi orange tua.



 Ditambahkan 3 ml H2SO4 pekat ke dalam tabung s dan b dengan mengalirkan melalui dinding tabung yang dimiringkan.



Larutan berubah menjadi coklat tua keruh.



 Kocok dengan vortex mixer. Larutan menjadi coklat tua dan  Diamkan tabung s dan b dalam ruang gelap selama 30 menit.



ada butiran-butiran kecil hitam di atasnya. Larutan berwarna nila / lebih tua.



 Ukur A dan % T larutan S terhadap B dengan spektrofotometer pada λ = 360 nm A = 0,512 A Serum kadar Rendah  Sediakan tabung reaksi tertutup (tabung S) 2,5 ml alkohol dimasukkan dalam tabung reaksi Tambahkan 0,1 ml serum dikocok



Warna menjadi putih keruh terdapat gumpalan-gumpalan  Tambahkan 5,0 ml petroleum benzen tutup



kecil



tabung rapat-rapat. Terbentuk 2 fase, atas bening dan bawah keruh dengan



Langkah Kerja  Campur dengan vortex mixer selama 30 dtk.



Hasil endapan bening Terbentuk 3 lapisan, atas bening tengah lebih keruh dan bawah



 Tambahkan 3 ml aquades kocok lagi selama



ada endapan putih



10-15 dtk, kemudian didiamkan terjadi 2 lapisan.  Ambil lapisan atas masukkan dalam tabung reaksi.  Uapkan dalam penangas air dengan (80o) sampai cairan tinggal sedikit. Ambil tabung reaksi dan biarkan mengering.



Bening



 Tambahkan 4,0 ml Reagent (Colour Reagent) Terbentuk 2 lapisan atas bening dan bawah orange muda yang di pisahkan cincin bening  Ambil tabung lain untuk blanko.  Masukkan 4,0 colour reagent (0,000 gr FeCl3-6H2O/ml asam asetat glasial).  Masukkan tabung s dalam penangas air beberapa menit kemudian didinginkan. Cincin bening menghilang, kolesterol larut dan warna orange muda  Ditambahkan 3,0 ml H2SO4 pekat ke dalam tabung s dan b dengan mengalirkan melalui dinding tabung yang dimiringkan.



Larutan menjadi berwarna coklat



Langkah Kerja



Hasil muda keruh



 Kocok dengan vortex mixer. Larutan berwarna coklat muda  Diamkan tabung s dan b dalam ruang gelap selama 30 menit.  Ukur A dan % T larutan S terhadap B dengan Larutan berwarna nila muda spektrofotometer pada λ = 360 nm



A= 0,418



Kurva Kalibrasi



 Sediakan 3 tabung reaksi, masing-masing tabung diisi 0,5 ml, 0,1 ml dan 2,0 ml larutan



Protelium benzin berwarna



kolestrol standar 0,05 mg/ml petroleum eter.



bening. Kolesterol berwarna bening. (warna larutan campuran kuning) setelah ditambahkan reagen.



 Uapkan sampai kering dalam perangas air (80 derajat celcius ) dan sisanya diuapkan pada temperatur kamar.  Kadar kolesterol masing- masing: Tabung 1 : 125 mg % Tabung 2 : 250 mg % Tabung 3 : 500 mg %  Tambahkan 4,0 ml Reagent (Colour Reagent)



Larutan campuran berkurang volumenya.



Langkah Kerja



Hasil



 Ambil tabung lain untuk blanko.  Masukkan 4,0 colour reagent (0,000 gr FeCl3-6H2O/ml asam asetat glasial).



Berwarna bening.



 Masukkan tabung s dalam penangas air beberapa menit kemudian didinginkan.  Ditambahkan 3,0 ml H2SO4 pekat ke dalam tabung s dan b dengan mengalirkan melalui dinding tabung yang dimiringkan.



Tb1, Larutan bening kehijauan Tb2, terbentuk 2 fase, atas hijau kekuningan dan bawah merah teh Tb3, terbentuk 2 fase, atas bening kehijauan bawah orange



 Kocok dengan vortex mixer.



Tb1, Tb2, Tb3 tidak terjadi perubahan warna larutan



 Diamkan tabung s dan b dalam ruang gelap selama 30 menit. Tb1, larutan berwarna kuning muda Tb2, terbentuk 2 fase, atas coklat bawah endapan hitam Tb3, terbentuk 2 fase. Atas kuning seperti minyak bawah



Langkah Kerja



Hasil kuning keemasan.







Ukur A dan % T larutan S terhadap B dengan spektrofotometer pada λ = 360 nm



Tb 1, A = 0,047 A Tb 2, A = 2,5 A (karna terlalu pekat) Tb 3, A = 0,227 A



TABUNG BLANGKO 



Masukan 4 ml colour reagen







Ditambah 3 ml H2SO4 pekat degan mengalirkan melalui tabung reaksi yang dimiringkan.



Larutan orange Terdapat 2 fase. Yang diatas kuning, dibawah bening.







Vortex atau kocok hingga bercampur Larutan berwarna kuning keemasan







Didiamkan selama 2 hari dalam ruang gelap Larutan berwarna kuning seperti







Ukur A dan % T larutan blangko dengan



minyak.



spektrofotometer λ = 560 nm A= 0,28 A



F. ANALISIS DATA a. Perhitungan



. Kolesterol volume 0,5ml Kadar kolesterol standar = 0,05mg/mL Massa = V X kadar = 0,5 mL x 0,05mg/mL = 0,025mg/mL



b. Kolesterol volume 1 ml Kadar kolesterol standar = 0,05mg/ml Massa = V X kadar = 1,0mL x 0,05mg/mL = 0,05mg/ml



c. Kolesterol volume 2ml Kadar kolesterol standar = 0,05,g/mL Massa = V X kadar = 2,0mL x 0,05mg/mL = 0,1mg/mL



Kurva kalibrasi



Chart Title Series1



0,1; 0,227



0,025; 0,047



0,05; 2,5



0, 0 0



0.02



0.04



0.06



0.08



Dari kurva diperoleh persamaan Y = 0,685X + 0,016 Penentuan kadar kolesterol dalam serum 1.Pada serum kolesterol tinggi Y



= 0,685X + 0,016



0 , 5 1 2 = 0,685x + 0 , 0 1 6 x



x



= 0,512 – 0,016 / 0,685



= 0,72mg



Jadi kadar kolesterol dalam serum kolesterol tinggi adalah = 0,72mg/0,1mL



0.1



0.12



=7,2mg/mL =72mg/100mL.



2. pada serum kolesterol rendah Y



= 0,685X + 0,016



0,418



= 0,685X + 0,016



x



= 0,418 - 0,016 / 0,685



x



= 0,58 mg



Jadi kadar kolesterol dalam serum kolesterol rendah adalah = 0,58mg/0,1mL = 5,8mg/mL = 58mg/100 mL. Struktur kolestrol



G. PEMBAHASAN Praktikum kali ini bertujuan unuk menetapkan kadar koleterol. Kolesterol sendiri merupakan turunan steroid yang banyak terdapat pada hewan dan manusia.Batu kantung empedu dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan senyawa yang berguna dalam biosintesis hormone steroid, namun senyawa ini tidak diperbolehkan dari luar tubuhh dari asetil koenzim A.. A.. Sintesis kolesterol sebagian besar terjadi di dalam hati. Kolesterol diangkut dalam lipoprotein plasma baik sebagai kolesterol maupun ester kolesterol. Kolesterol adalah komponen asam lemak yang terdapat dalam darah. Zat ini sangat sanga diperlukan oleh tubuh untuk proses-proses proses tertentu bagi kelangsungan hidup. Pada percobaan pertama yaitu uji sampel. Sampel yang digunakan pada percobaan ini ada 2 yaitu: kolesterol tinggi dan kolesterol rendah. Pengujian untuk kolesterol tinggi dan rendah sama, tahap pertama yaitu alcohol absolut ditambahkan serum menghasilkan larutan yang agak keruh, hal ini disebabkan karena alcohol absolut berfungsi sebagai pelarut yang mudah menguap dan besifat polar, sedangkan molekul kolesterol dibagian kepala pada posisi 3 memiliki struktur hidroksil yang bersifat polar. Dimana senyawa polar polar akan larut pada senyawa polar juga , sehingga dari hasil pengamatan menunujukkan larutan yang putih keruh. Setelah penambahan alcohol absolut, kemudian ditambahkan petroleum benzin, dan tutup tabung reaksi, hal ini



disebabkan karena petroleum benzene bersifat non polar dan mudah menguap sehingga tabung eraksi harus dalm keadaan tertutup. Dari hasil pengamatan dapat dilihat setelah penambahan petroleum benzene terdapat 2 lapisan bening bagian atas dan bagian bawah keruh(ada endapan). Molekul kolesterol yang bersifat polar akan bereaksi dengan alkokohol absolut, sedangkan molekul yang bersifat non polar akan bereaksi dengan petroleum benzene. Aquades bersifat polar akan bercampur dengan alcohol absolut dan molekul kolesterol yang bersifat polar juga. Hal ini dapat diketahui dari perbedaan massa jenis, massa jenis air lebih besar dari petrolim benzene sehingga molekul air berada di bawah, dan juga air akan menguap pada suhu 100ºC sehingga dapat dipastikan larutan yang terdapat diatas merupakan senyawa petroleum benzene. Larutan tersbut dipanaskan pada suhu 80ºC. Dari hasil pengamatan terjadi perubahan warna yaitu larutan menjadi bening kekuningan. Larutan kemudian ditambahkan colour reagent, untuk kolesterol rendah terdapat warna bening (atas) dan bawah warna muda dipisahkan oleh cincin bening, dan untuk kolesterol tinggi terdapat bagian atas bening dan bawah orange kekuningan yang dipisahkan oleh cincin. Selanjutnya larutan tersebut diatambahkan H2SO4, dari hasil pengamatan dapat dilihat terdapat coklat tua keruh, hal ini disebabkan karena H2SO4 berfungsi untuk mempercepat jalannya reaksi. Setelah itu larutan kemudian disimpan pada ruang gelap untuk diukur pada uv vis. Penyimpanan pada ruang gelap bertujuan untuk mencegah flouresensi, dimana larutan yang akan diukur tersebut tidak boleh terkena sinar, karena akan mempengaruhi hasil absorban pada saat pengukuran. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang pada serum tinggi dann rendah yaitu 360 nm serta panjang gelombang pada blanko yaitu 560 nm. Untuk mengetahui kadar atau kandungan kolesterol dalam darah maka dalam praktikum ini digunakan serum darah sebagai sampel yang terdiri dari 2 jenis sampel yaitu S. Kolesterol rendah dan S. Kolesterol tinggi dengan menggunakan alat spesifik yaitu UV-Vis. Berdasarkan hasil pengamatan yaitu uji sampel Endapannya lebih besar dan lebih banyak. Hal ini terjadi karena alkohol mampu bereaksi dengan kolesterol dan berfungsi sebagai pelarut yang hanya larut dalam pelarut non polar. Kedua, kurva kalibrasi. Pada penentuan kurva kalibrasi digunakan 3 buah tabung yang masing-masing di isi dengan larutan kolesterol yaitu 0,5 ml, 1 ml dan 2 ml. Saat ketiga tabung diuapkan tidak terjadi perubahan warna. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data;untuk uji sampel Pada nilai absorban untuk blangko = 0,28 A,untuk serum konsentrasi rendah nilai 58mg/100ml,serum konsentrasi tinggi nilainya yaitu 72mg/100ml .



H.PENUTUP Kesimpulan 



Kolestrol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid.







Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh yang disintesis oleh asetil koenzim A.







Alkohol berfungsi sebagai pelarut karena kolesterol tidakdapat larut dalam air hanya dapat larut dalam pelarut non polar.







Asam sulfat pekat berfungsi sebagai katalisator yaitu untuk mempercepat jalannya reaksi.







Kolesterol disimpan dalam ruang gelap yaitu agar 2 lapisan yang telah terbentuk pada larutan kolesterol terpisah dengan cepat dan supaya larutan kolesterol tidak menguap. Kolesterol adalah sterol utama yang banyak terdapat di alam. Untuk mengetahui adanya sterol dan kolesterol, dapat dilakukan uji kolesterol dengan mengggunakan reaksi warna. Salah satu diantaranya adalah reaksi Liebermen Burchard.







Fungsi penambahan alcohol absolut yaitu sebagai pelrut yang bersifat polar.







fungsi dari penambahan asam asetat glasial adalah untuk melarutkan kolestrol dan penambahan asam sulfat adalah untuk membentuk kompleks berwarna.







Kolesterol bersifat dapat menyerap cahaya dan absorbansinya dapat diukur denganUV-VIS.







Pada nilai absorban untuk blangko = 0,28 A,untuk serum konsentrasi rendah nilai absorban 0,418A,serum konsentrasi tinggi nilainya yaitu 0,512 A, untuk kurva kalibrasi absorban tabung 1 = 0,047 tabung 2 = 2,5 (karena terlalu pekat), tabung 3= 0,227A.



Saran Diharapkan kesediaan alat dan bahan lebih lengkap lagi agar praktikum berjalan lancar.



DAFTAR PUSTAKA



Achmad, Sjamsul Arifin. 1986. Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Karunika. Anapoedjiadi.2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. Anonim, 2010. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/farmasi-mtsim2.pdf Anonim.2011.Bahan Makanan. http://gitandriy.tumblr.com/post/3889634026 ;Diakses 13 Desember 2011. Astawan,I Made.2007.Upaya Penyelamatan Gizi pada Susu. http//.google.co.id//localhost/G:/ pusat jurnal indonesia.html ; Diakses : 13 Desember 2011. Astuti. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi. Yogyakarta : Jurdik Biologi FMIPA UNY. Bird, Tony. 1993. Biokimia. Jakarta : Erlangga. Cryonpedia. 2010. Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia. http://www.crayonpedia.org/ mw/2._Sistem_Pencernaan_Makanan_Pada_Manusia_11.2; diakses 13 Desember 2011. Djaeni, Achmad. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid IA. Jakarta: Dian Rakyat. Djalip, Ahmad. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid A. Jakarta :Penerbit Dian Rakyat. Djalip, Ahmad. 2007. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid A. Jakarta :Penerbit Dian Rakyat. Fessenden, Ralp J. dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga. Hamidah, Atik Nehru. 2003. Tingkat Penerimaan Konsumen terhadap Formulasi Susu Kedelai di Kalimantan dan Uji Kadar Protein serta Kalsium. http//www:fkm.undip.ac.id/data indeks/ pusat data jurnal dan skrisi; Diakses : 13 Desember 2011.



Harrow, Benjamin. 1946. Textbook of Biochemistry. London: W.B.Saunder Company. Hart, Harold. 1983. Kimia Organikk Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga. Jevuska. 2009. Proses Pembentukan dan Sekresi Empedu. http://www.jevuska.com/2009/ 10/08/proses-pembentukan-dan-sekresi-empedu; diakses 13 Desember 2011. Katritzky,A.1985. Chemistry Tojay. Chicago : Word Book inc. Kimball, John W. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta : Erlangga. Martoharsono, Soeharsono. 1985. Biokimia I. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Montgomery, Rex, dkk. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus (terjemahan prof. Dr. M. Ismadi) Jilid 2. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. M u r r a y, R o b e r t K . 2 0 0 3 . Sintesis Pengangkutan dan Ekskresi Kolesterol Dalam : Biokimia Harper. Jakarta : EGC. Pine, Stanley dkk. 1988. Kimia Organik 2. Bandung: ITB Press. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press. Poedjiadi ,Anna Dan Supriyanti,F.M. 2007.Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta:UI Press. Rifki. 2008. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press. Sastrohamidjojo, hardjono. 2005. Kimia Organik. Yogyakarta : UGM Press. Simanjuntak, M.T. dan J. silalahi. 2003. Penuntun Praktikum Biokimia. http://library.usu. ac.id/download/fmipa/farmasi-mtsim2.pdf ;diakses 13 Desember 2011. Sulaiman, Muhammad.2005. Biokimia untuk Mahasiswa Kedokteran. Bandung: PT. Gramedia. Syukri, S.1999. kimia Dasar Jilid II. Bandung: ITB Press.



Tutinaningsih. 2010. Biokimia Urine. http://treesnasmart.blogspot.com/2009/05/biokimiaurine.html ;diakses 13 Desember 2011. Vogel, A. I.1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Anorganik Makro dan Semimikro( Penerjemah L. Setiono dan A.H Pudjaatmaka. Jakarta : Kalman Media Pustaka. Wahjudi, dkk. 2003. Kimia Organik II. Malang : UM Press. Winarno,F.G. 1992.kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta:Grahamedia. Yuniarti, 2006. http//.google.co.id/komposisi susu). Diakses 13 Desember 2011. Y3n. 2009. Empedu Batu. http://masteryen.com/y3n/?p=110 ;diakses 13 Desember 2011.