6 0 2 MB
HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PULOLOR KABUPATEN JOMBANG
SKRIPSI
Disusun Oleh : ALIEP KHARISMA ANGGRAINI NIM : 171201006
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG 2020/2021
HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PULOLOR KABUPATEN JOMBANG
SKRIPSI Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Melanjutkan Penelitian
Disusun Oleh : ALIEP KHARISMA ANGGRAINI NIM : 171201006
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG 2020/2021
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM Judul Penelitian
: ALIEP KHARISMA ANGGRAINI 171201006 : Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Pulolor Kabupaten Jombang
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi penelitian tersebut diatas adalah benar-benar asli dari hasil pemikiran saya sendiri. Apabila nanti terbukti bahwa skripsi tersebut tidak asli atau tidak disusun oleh penulis sendiri maka kami bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku
Jombang,
Juli 2021
Yang membuat pernyataan
(ALIEP KHARISMA ANGGRAINI) NIM. 171201006
iii
LEMBAR PERSETUJUAN HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI POSYANDU PUSKESMAS PULOLOR KABUPATEN JOMBANG
Oleh : ALIEP KHARISMA NAGGRAINI NIM. 171201006
Telah disetujui untuk diseminarkan
Pembimbing I :
Monika Sawitri P.,S.kep.,Ns.,M.kep NIK. 021984130220081041
Tanggal :
Pembimbing II :
Pepin Nahariani.,S.kep.,Ns.,M.kep NIK.011982281120070724
iv
Tanggal :
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PULOLOR KABUPATEN JOMBANG Oleh : ALIEP KHARISMA ANGGRAINI NIM. 171201006 Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Susunan Tim Penguji Penguji I Dr. Ririn Probowati, S.Kp.,M.Kes NIK : 031965150720061214
(…....................................) Tanda tangan
Penguji II Monika Sawitri P.,S.Kep.,NS.,M.Kep NIK : 021984130220081041
(…...................................) Tanda tangan
Penguji III Pepin Nahariani.,S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK : 011982281120070724
(…..................................) Tanda tangan
Skripsi ini telah diterima dan dipertanggungjawabkan sebagai salah satu persyaratan untuk melanjutkan penelitian Jombang, Juli 2021 Mengetahui Ketua STIKES Pemkab Jombang
Dr. Ririn Probowati, S.Kp.,M.Kes NIK : 031965150720061214 v
HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI POSYANDU PUSKESMAS PULOLOR KABUPATEN JOMBANG Aliep Kharisma Anggraini ¹, Minika Sawitri P.², Pepin Nahariani³ ¹Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan STIKES Pemkab Jombang. ² ³Dosen STIKES Pemkab Jombang Email : [email protected] ABSTRAK Banyaknya balita yang terserang penyakit diare karena cara ibu dalam pemberian susu formula pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Pulolor Kabupaten Jombang. Desain penelitian menggunakan Analitik Kolerasional dengan pendekatan Retrospetif. Populasi penelitian ini sebanyak 62 ibu. Sampel yang digunakan sebanyak 54 anak yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Variabel terikat adalah kejadian diare sedangkan pemberian susu formula adalah variabel bebas. Uji statistik menggunakan uji Spearman Rank. Hasil penelitian yang di dapatkan adalah sebagian besar responden bersikap negatif terhadap cara pemberian susu formula pada balita yaitu sebanyak 29 responden (53,7%), dan sebagian kecil bersikap positif terhadap cara pemberian susu formula pada balita yaitu 25 responden (46,3%). Sebagian besar balita mengalami diare yaitu sebanyak 38 balita (70,4%), dan sebagian kecil tidak mengalami diare yaitu sebanyak 16 balita (29,6%). Hasil uji Spearman diperoleh nilai signifikan ρ 0,02 dan nilai α 0,05 jadi ρ 35
tahun diberi kode 3
2) Pendidikan ibu SD
1
SMP
2
SMA
3
32
Diploma/sarjana
4
3) Pekerjaan Tidak bekerja
1
Pegawai negeri
2
Petani
3
Swasta
4
3. Scoring 1)
Dalam Kuesioner Cara Pemberian Susu Formula a. Pernyataan positif Skor 4 diberikan bila menjawab sangat sering Skor 3 diberikan bila menjawab sering Skor 2 diberikan jika menjawab jarang Skor 1 diberikan jika menjawab tidak pernah b.Pernyataan negative Skor 1 diberikan bila menjawab sangat sering Skor 2 diberikan bil menjawab sering Skor 3 diberikan jika menjawab jarang Skor 4 diberikan jika menjawab tidak pernah Dengan skor 1=Positif jika skor T ≥ mean 0=Negatif jika skor T˂mean
2)
Dalam kuesioner Diare Untuk jawaban dari pertanyaan diare, dilihat dari data
33
sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Pulolor kemudian akan diklasifikasikan berdasarkan prosentase sebagai berikut: a. Kode 1 yaitu terjadi diare b. Kedo 2 yaitu tidak terjadi diare 4. Tabulating Tabulating adalah membuat tabel – tabel yang berisikan daftar yang telah diberi kode, sesuai dengan analisa yang dibutuhkan. Untuk melakukan tabulasi ini, diperlukan ketelitian dan kehati – hatian agar tidak terjadi kesalahan khususnya dalam tabulasi silang (Nursalam, 2017). Hasil pengolahan interpretasi dengan skala : a.
100% :Seluruhnya
b.
76-99% : Hampir seluruhnya
c.
51-75% :Sebagian besar
d.
50% : Setengah
e.
26-49% :Hampir setengah
f.
1-25% : Sebagian kecil
g.
0% : Tidak satupun
3.8.2 Analisa Data Analisa data merupakan sutau proses atau analisa yang dilakukan secara sistematik terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya bisa di deteksi (Nursalam, 2017). Analisa data dalam penelitian ini adalah analisis bivariat yaitu
34
analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel. Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara variabel. Analisa yang digunakan adalah uji statistik Spearman Rank untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka ρ- value yang dibandingkan dengan tingkat kemaknaan (α) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05. Jika ρ- value< 0,05 maka H0 ditolah dan Ha diterima, yang berarti ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Sedangkan bila ρ- value > 0,05 maka H0 di terima dan tidak ada hubungan.
Rumus Spearman Rank :
Keterangan :
p : Koefisien Spearman b : Selisih Rangking n : Jumlah responden Jika p < 0,05 maka H0 ditolak, ada hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita.
3.9 Etika Penelitian Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia,maka segi etika penelitian harus di perhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikanantara lain adalah sebagai berikut (Nursalam, 2017).
35
3.9.1 Nonmaleficience (Meminimalkan Resiko) Responden berhak mendapatkan resiko yang minimal dari penelitian yang dilakukan. Hal ini berkaitan dengan prinsip kemanfaatan yaitu setaip peneliti berkewajiban meyakinkan bahwa kegiatan peneliti yang dilakukan tidak menimbulkan bahaya.
Tidak
mengeksploitasi
dan
tidak
menggangu
kenyamanan responden sekecil apapun baik bahaya secara fisik maupun psikologis. 3.9.2 Anonymity (Kerahasian identitas partisipan) Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan dalam penggunakan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkannama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode atau inisial nama pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan 3.9.3 Beneficience (Kerahasiaan) Penelitian harus mempertimbangakn dan memberikan kemanfaatan yang lebih besar daripada resiko atau bahaya yang dapat ditimbulkan dari penelitian yang dilakukan. Peneliti harus meyakinkan bahwa penelitian yang dilakukan tidak hanya untuk kepentingan peneliti, akan tetapi memastikan juga tidak menimbulkan resiko bahaya apapun terhadap responden penelitian.
36
3.9.4 Autonomy (otonomi) Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkaninformasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memilikimkebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. 3.9.5 Informed Consent (Lembar Pengesahan) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum pen elitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harusmenghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain. 3.9.6 Veracity (Kejujuran) Keujuran
merupakan
hal
yang
mendasar
dalam
penelitian khususnya di dunia akademis pada umumnya.
37
Dengan kejujuran maka kemajuan ilmu pengetahuan dapat diterima dengan baik dan tidak diragukan 3.9.7 Inducement (Bujukan) Bujukan merupakan penjelasan tentang intensif bagi subjek penelitian, dapat berupa material seperti uang, hadiah, layanan gratis jika diperlukan, atau lainnya berupa non material : uraian mengenai kompensasi atau penggantian yang akan diberikan (dalam hal waktu, perjalanan, hari-hari yang hilang dari pekerjaan dll). Insentif pada penelitian yang beresiko luka fisik, atau lebih berat, ternasuk pemberian pengobatan bebas biaya termasuk asuransi, bahkan kompensasi jika terjadi disabilitas bahkan kematian. 3.9.8 Confidentiality Semua informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2014). Pada penelitian ini, semua informasi yang didapatkan dari responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya peneliti yang mengetahui tentang informasi-informasi selama kegiatan penelitian. 3.9.9 Justice Prinsip ini dilakukan dengan menjunjung tinggi keadilan manusia dengan hak menjaga privasi manusia dan memberikan
38
perlakuan yang sama terhadap manusia (Hidayat, 2014). Pada penelitian
ini,
peneliti
memberikan
penjelasan
kepada
responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Peneliti menghargai dan menghormati semua responden tanpa membedakan latar belakang responden tersebut. 3.10Keterbatasan Penelitian. Keterbatasan penelitian adalah suatu kelemahan dan hambatan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini beberapa keterbatasan
penelitian tersebut adalah : a. Kelemahan instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang tidak baku sehingga peneliti perlu melakukan uji validitas dan uji reliabilitas. b. Dalam mengambilan data responden peneliti mengalami kesulitan. Dikarenakan adanya responden yang tidak hadir saat penelitian dil akukan, sehingga peneliti harus melakukan penelitian secara door to door ke rumah responden yang tidak hadir. c. Saat melaksanakan penelitian, peneliti menyebarkan kuesioner ke responden tetapi beberapa orang tua balita ada yang kurang paham dalam pengisian sehingga peneliti harus membantu dalam pengisian kuisioner.
39
3.11Jadwal Penelitian. NO
KEGIATAN Sept
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 9. 10. 11.
Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pelaksanaan Uji Etik Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisa Data Penyusunan Hasil Data Evaluasi Hasil Data Bimbingan Hasil Penelitian Pelaksanaan Sidang Akhir
Okt
Nov
BULAN Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam bab ini akan menguraikan hasil penelitian Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang Yang telah dilaksanakan pada tanggal 12 Juni-18 Juni 2021. Dari hasil penelitian yang terkumpul meliputi gambaran umum tempat penelitian, data umum responden yang meliputi umur dan jenis kelamin, data khusus responden yang meliputi pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita. 4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian. Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang berada di Jl.Brigjen Katamso, Pulo Lor, Kec.Jombang, Kabupaten. Jombang, Jawa Timur. Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia adalah rawat jalan meliputi balai pengobatan umum, balai pengobatan gigi, kesehatan ibu dan anak, KB, laboratorium, klinik sanitasi, klinik remaja. Puskesmas Pulo Lor juga memiliki beberapa desa wilayah kerja meliputi: Denanyar, Pulolor, Plosogeneng, Banjardowo, Sumberejo. 4.1.2 Data Umum. 1. Karakteristik berdasarkan umur orang tua. Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur orang tua balita di Puskesmas Pulo lor.
No 1
Usia < 20 Tahun
Frekuensi 11
40
Presentase (%) 20.4
41
2 3 Total
20-35 Tahun > 35 Tahun
29 14 54 Sumber : Data primer 2021
53.7 25.9 100.0
Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar responden berusia 20-35 tahun berjumlah 29 responden (53.7%), dan sebagian kecil yaitu berumur < 20 tahun berjumlah 11 responden (20.4%). 2. Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan responden di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang.
No 1 2 3 4
Pendidikan SD SMP SMA S1,D3,S2 Total Sumber : Data primer 2021
Frekuensi 2 11 31 10 54
Presentase (%) 3.7 20.4 57.4 18.5 100.0
Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar pendidikan terahir responden adalah SMA sebanyak 31 responden (57,4), dan sebagian kecil berpendidikan terahir perguruan tinggi sebanyak 2 responden (3,7%). 3. Karakteristik menurut pekerjaan. Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan responden di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang. No 1 2 3 4
Pekerjaan Tidak bekerja Pegawai negeri Petani Swata Total
Sumber: Data Primer 2021
Frekuensi 4 9 14 27 54
Presentase (%) 7.4 16.7 25.9 50 100
42
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar swasta sebanyak 27 responden (50%), dan sebagian kecil lainnya tidak bekerja yaitu sebanyak 4 responden (7.4 %). 4.1.3 Data Khusus. a. Distribusi frekuensi responden berdasarakan pemberian susu formula. Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemberian susu formula pada balita di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang.
No 1 2
Cara Positif Negatif
Total Sumber : Data primer 2021
Frekuensi 25 29 54
Persentase 46,3 53,7 100
Berdasarkan tabel 4.5.diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersikap negatif terhadap cara pemberian susu formula pada balita yaitu sebanyak 29 responden (53,7%), dan hampir setengah bersikap positif terhadap cara pemberian susu formula pada balita yaitu 25 responden (46,3%). b. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian diare pada balita. Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian diare pada balita di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang. No 1 2
Kejadian Diare Terjadi Diare Tidak Terjadi Diare Total
Frekuensi
Persentase
38 16
70,4 29,6
54
100
Sumber: Data primer 2021 Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan sebagian besar balita mengalami diare yaitu sebanyak 38 balita (70,4%), dan hampir
43
setengah tidak mengalami diare yaitu sebanyak 16 balita (29,6%). 4.1.4 Tabulasi Silang hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di puskemas pulolor kabupaten jombang
No
Pemberian susu formula
Kejadian diare Terjadi diare
Total
1
Positif
F 12
2
Negatif
26
48,1
3
5,6
29
29,6
38
70,4
16
29,6
54
100
Total
% 22,2
Tidak terjadi diare F % 13 24,1
F 25
% 70,4
Sumber : Data primer 2021 Berdasarkan tabel 4.7 diketahui sebagian besar responden memiliki sikap negatif sejumlah 26 responden (48,1%). Untuk tingkat kejadian diare responden yang tidak mengalami diare sebanyak 3 responden. 4.1.5 Uji Spearman Rank Berdasarkan uji spearman rank didapatkan p value 0.00 dimana nilai p value < (0.05) maka H1 diterima terdapat hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang. Hasil uji tersebut didapatkan nilai signifikan p 0.02 dan nilai α 0,05
44
jadi p < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Pemberian Susu Formula Berdasarkan tabel 4.5.diatas menunjukkan bahwa sebagian besar (53,7%) responden
memiliki sikap negatif dan hampir setengah
(46,3%) memiliki sikap positif terhadap pemberian susu formula pada balita. Menurut hasil penelitian berdasarkan tabel tersebut lebih banyak responden yang memiliki sikap negatif terhadap pemberian susu formula pada balita, sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor terjadinya gangguan pencernaan pada balita.Susu formula adalah cairan yang berisi zat-zat didalamnya mengandung antibodi, sel darah putih, zat pembunuh bakteri, enzim, hormon dan faktor pertumbuhan. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian oleh Ningsih didapatkan adanya beberapa faktor yang menyebabkan gangguan pencernaan pada balita salah satunya adalah cara pemberian susu formula yang tidak benar. Susu formula merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, sehingga kontaminasi mudah terjadi terutama jika persiapan dan pemberian kurang diperhatikan secara benar sehingga menimbulkan gangguan pencernaan pada balita (Ningsih, 2017). Menurut peneliti hal ini dapat memberikan gambaran bahwa masih kurangnya sikap positif dalam pemberian susu formula pada balita dengan benar sehingga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya gangguan pencernaan pada balita. Peneliti sebelumnya juga mendukung hasil penelitian ini bahwa pemberian susu formula dapat menyebabkan
45
gangguan pencernaan pada balita jika pemberiannya tidak dilakukan secara benar. 4.2.2 Kejadian Diare Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan sebagian besar (70,4%) mengalami diare dan hampir setengah (29,6%) tidak mengalami diare. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair, dengan atau tanpa darah. Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Menurut Suharyono (2008) diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare pada bayi adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (empat kali atau lebih) dalam satu hari (Ningsih, 2017). Menurut hasil penelitian hidayat 2018 penyebab diare pada balita disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor karakteristik individu, faktor lingkungan,faktor ekonomi,faktor pengetahuan dan faktor pemberian susu formula. Secara klinis penyebab diare terbagi menjadi enam kelompok, yaitu infeksi, malbsorbsi, alergi, keracunan makanan, imunodefisiensi dan penyebab lainnya ,misal: gangguan fungsional dan malnutrisi (Hidayat, 2018).
46
Menurut peneliti diare pada balita dapat terjadi karena adanya gangguan pencernaan pada balita. Gangguan pencernaan pada balita lebih sering terjadi karena faktor makanan dan pemberian susu formula. Imunitas tubuh balita juga berpengaruh dalam menjaga kesehatan balita dari bakteri dan kuman yang dapat menyebabkan diare. 4.2.3 Hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita. Hasil uji statistik Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa pemberian susu formula secara negatif dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Pulolor menunjukkan sebagian besar sebanyak 26 responden (48,1%), dan yang tidak terjadi diare sebanyak 3 responden (5,6%). Adapun pemberian susu formula secara positif dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Pulolor menunjukkan sebanyak 12 responden (22,2%), dan yang tidak terjadi diare sebanyak 13 responden (24,1%). Berdasarkan uji spearman rank didapatkan p value 0.00 dimana nilai p value < (0.05) maka H1 diterima terdapat hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang. Hasil uji tersebut didapatkan nilai signifikan p 0.02 dan nilai α 0,05 jadi p < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada
47
balita di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang. Pemberian susu formula adalah pemberian susu pengganti ASI tanpa memberikan makanan padat lainnya kecuali vitamin, mineral, obat dalam bentuk tetes dan sirup maupun bersama air putih pada bayi usia 0-6 bulan. Hasil penelitian menurut Soetjiningsih (2005). menunjukkan bahwa
diperlukan
suatu
program
peningkatan
penggunaan susu formula sebagai prioritas
pengetahuan dan program
pengendalian penyakit diare karena dampaknya yang sangat besar terhadap kesehatan bayi dan balita. Berdasarkan hasil penelitian angka kejadian diare pada bayi yang tidak mendapatkan pemberian susu formula yang benar lebih besar apabila dibandingkan dengan balita yang mendapatkan pemberian susu formula yang benar. Hal ini sesuai dengan penelitian Ibrahim pada tahun 2017 yang menyebutkan bahwa angka kejadian infeksi pada bayi lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan pemberian susu formula yang benar. Hal itu dikarenakan susu formula adalah asupan yang aman jika pemberiannya dilakukan secara benar sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh balita (Hidayat, 2018) Menurut peneliti balita dengan pemberian susu formula dan tidak menderita diare dapat disebabkan oleh perilaku ibu yang selalu memberikan susu formula kepada anak dengan benar. Pengetahuan
48
tentang cara pemberian susu formula kepada balita secara benar sangatlah penting untuk dipahami oleh ibu, karena hal tersebut akan sangat mempengaruhi sikap ibu terhadap cara pemberian susu formula kepada anak .
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang dapat disimpulkan bahwa: 1.
Sebagian besar responden di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang memiliki sikap negatif terhadap pemberian susu formula pada balita
2.
Sebagian besar responden di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang mengalami diare.
3.
Ada hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Pulo Lor Kabupaten Jombang.
5.2 Saran 1.
Bagi institusi pelayanan kesehatan Disarankan untuk institusi pelayanan kesehatan agar pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan dengan cara mengadakan edukasi terhadap ibu yang mempunyai balita mengenai pemberian susu formula dengan kejadian diare
2.
Bagi responden Disarakan untuk memberikan susu formula kepada bayi pada umur 6 bulan keatas karena sistem pencernaan bayi di umur 6 bulan mulai sempurna.
49
50
3.
Bagi peneliti selanjutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian dengan desain penelitian yang lebih baik, sehingga kelengkapan, kecermatan dan ketelitian dalam memperoleh informasi juga akan lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA Braja, D. (2012). Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas wilayah Desa Sampang Madura. 66, 37–39. Damaris, Y. (2018). Politeknik kesehatan kemenkes ri medan prodi d-iv jurusan kebidanan medan tahun 2018. Diarrhea. (2019). Diare Akut pada Balita di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya. 1(2), 96–101. Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2019. Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2019, 53(9), 1689– 1699. Fitriati, D., & Fahrudin, M. (2019). Perangkingan Jenis Susu Untuk Balita NonAsi Dengan Metode Simple Additive Weighting ( Saw ). Jurnal Teknologi Terpadu, 5(1 ISSN 2477-0043), e-ISSN 2460-7908.
Hidayat, A. A. (2014). Metode penelitian kebidanan dan teknik analisa data. Salemba Medika. Kurniawan, F. (2019). Faktor risiko kejadian diare pada balita. 21–31. Mayanti, S. (2017). Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Jurusan Kebidanan Diploma IV Bidan Klinik Politeknik Kesehatan Kendari OLEH : Skripsi Sendri Mayanti.
Nursalam. (2011). Metodologi Penelitian. Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian. Profil Kesehatan Indonesia. (2019). No Title No Title. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9). Puspitasari, R. I. (2012). Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia 0 – 6 Bulan Di Bidan Praktek Swasta Hj. Renik Suprapti Kelurahan Bantarsoka Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas Tahun 2011. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 2(1), 21–34.
Triharini, M. (2014). Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Diare Pada Balita. 51
52
Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak. Majority, 5, 101–106.
Wulandari, A. (2013). Penanganan Diare Di Rumah Tangga Merupakan Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare Pada Anak Balita. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. Asi, M. P. (2016). HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN ( Relationship formula milk feeding with the incidence of diarrhea in infants 0-6 months ). 1(November), 73–77. Hidayat. (2018). Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Ningsih, A. N. (2017). Kejadian Diare Pada Bayi Di Puskesmas Umbulharjo 1 Kota Yogyakarta Tahun 2016. JURNAL KESEHATAN POLTEKES KEMENKES YOGYAKARTA, 2–4.
Lampiran 1 : SURAT KETERANGAN LOLOS KAJI ETIK
53
54
Lampiran 2 : SURAT PERMOHONAN IZIN PENGAMBILAN DATA DAN PENELITIAN
55
Lampiran 3 : SURAT IJIN PENGAMBILAN DATA SEKUNDER DAN PENELITIAN
56
Lampiran 4 : SURAT KETERANGAN PENGUMPULAN DATA
57
Lampiran 5 : LEMBAR KONSULTASI
58
59
60
61
Lampiran 6 : TABEL DAFTAR KISI – KISI Tabel Daftar Kisi-Kisi Kuesioner Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Variabel Susu Formula
No item
Indikator
+
Jumlah item
-
1. Cara pemilihan susu formula
1
2. Cara pembuatan susu formula
2,3,7,8
4,5,6,9
8
3. Penyimpanan susu formula
10,11
12
3
4. Pola Pemberian susu formula
13,14
15,16
4
Kejadian diare Kejadian diare pada balita
1
62
Lampiran 7 : LEMBAR PEGUMPULAN DATA LEMBAR PENGUMPULAN DATA HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGANKEJADIAN DIARE PADA BALITA
A.
Data Umum Petunjuk Pengisian : 1. Isilah sesuai dengan yang sebenarnya! 2. Berilah tanda centang ( √ ) pada kolom jawaban yang telah tersedia! 3. Kode responden akan diisi oleh peneliti! Identitas Responden 1. Nama responden
:
2. Umur o < 20 tahun diberi kode 1 o 20-35 tahun diberi kode 2 o 35 tahun diberi kode 3 3. Jenis Kelamin o Laki-Laki o Perempuan 4. Pendidikan o Pendidikan Dasar (SD, SMP) o Pendidikan Menengah (SMA) o Pendidikan Tinggi (D1, D3, S1, S2, S3) o Tidak Sekolah
63
5. Pekerjaan o PNS o POLISI o PETANI o WIRASWASTA o IRT ( IBU RUMAH TANGGA) B.
Kejadian Diare a. Diare dengan dehidrasi b. Diare tidak dengan dehidrasi :
: kode 1 kode 2
64
No
Pernyataan
1
Saya menggunakan susu formula yang cocok untuk anak saya Saya melihat petunjuk pembuatan susu ketika saya membuat susu untuk anak saya Saya mencuci tangan sebelum membuat susu untuk anak saya Saya tidak menggunakan sendok takar ketika membuat susu untuk anak saya Saya tidak menggunakan air bersih untuk membuat susu anak saya Saya selalu mencampurkan sisa susu yang lama dengan yang baru Saya selalu mengocok susu sebelum diberikan Saya selalu menggunakan air hangat untuk membuat susu untuk anak saya Saya tidak menggunakan air bersih untuk membuat susu anak saya Saya menyimpan susu di tempat yang bersih Saya menyimpan wadah susu anak saya dalam keadaan sudah bersih Saya meletakkan susu anak saya dalam keadaan terbuka Saya selalu memberikan susu kepada anak saya ketika lapar Saya selalu memberikan susu formula kepada anak saya secara teratur Saya selalu memaksa anak saya untuk menghabiskan susu Saya tidak memberikan susu setiap hari kepada anak saya
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Selalu sering jarang
Tidak pernah