Ambang Ekonomi Dan Aras Luka Ekonomi Arisa Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AMBANG EKONOMI DAN ARAS LUKA EKONOMI (Laporan Dasar-dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh Arisa Ayu Andita 1814181030



JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019



I. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Tumbuhan tidak selalu hidup tanpa gangguan. Terkadang tumbuhan mengalami gangguan dari binatang ataupun organisme seperti bakteri, virus maupun jamur. Organisme atau hewan dapat di sebut hama jika poulasinya cukup banyak sehingga menyebabkan kerusakan tanaman, mengurangi kualitas, kuantitas hingga menyebabkan hasil panen mengalami penurunan dan menimbulkan penyakit bagi manusia dan tumbuhan. Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung. Hama adalah hewan yang mengganggu atau merusak tanaman dan menyebabkan kerugian secara ekonomi. Kebanyakan hama yang penyebab kerusakan pada tanaman adalah serangga. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena menimbulkan kerusakan, serangan hama bisa menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas panen. Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung (Endah, 2005). Selain berdasarkan pada nilai ALE pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan pengendalian adalah menggunakan ambang ekonomi (AE). Ambang ekonomi adalah suatu tingkat/level kerusakan penyakit (keparahan penyakit) yang mengharuskan dilakukan pengendalian sehingga penyakit tidak berkembang mencapai ALE. Dengan kata lain AE adalah ambang tindakan (action threshold). Nilai AE lebih rendah dari ALE, sehingga petani mempunyai kesempatan melakukan tindakan pengendalian untuk mencegah berkembangnya penyakit mencapai/melebihi ALE. Dengan demikian diharapkan tindakan pengendalian



yang dilakukan selain menekan penyakit (keparahan penyakit) mencapai level yang dapat menimbulkan kerusakan ekonomi, juga diharapkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian lebih rendah (setidaknya sama dengan) nilai kehilangan hasil yang dapat diselamatkan oleh tindakan pengendalian tersebut (Oka, Ida Nyoman. 1995).



Model perkembangan penyakit, baik monosiklik dan polisiklik r (R) adalah laju perkembangan penyakit, dimana nilainya bervariasi bergantung pada virulensi patogen, ketahanan tanaman inang, dan lingkungan yang mendukung. Jika xo, r dan ambang kerusakan telah diketahui, maka dapat diprediksikan kapan penyakit akan mencapai/melebihi nilai ambang kerusakan, sehingga petani harus tahu kapan harus melukan tindakan pengendalian (pada waktu yang tepat). Nilai AE ini bukanlah nilai yang konstan (statik) tetapi bervariasi bergantung pada ALE (ketahan tanaman), fase pertumbuhan tanaman pada saat patogen menginfeksi tanaman, keadaan iklim, geografi daerah, dan system budidaya (Astuti Isti, 2006)



Sebelum melakukan pengendalian hama, yang harus di ketahui adalah pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan, mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman sangat penting agar tidak terjadi kesalahan dalam mengambil tindakan pengendalian. Serangan hama pada suatu tanaman akan menimbulkan gejala yang khas, hal ini terkait dengan alat mulut serta perilaku yang dimiliki oleh masing-masing serangga yang juga memiliki ciri tersendiri.



1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari cara perhitungan nilai aras luka ekonomi suatu hama.



II. TINJAUAN PUSTAKA



Hama merupakan tiap hewan yang mengganggu atau merusak tanaman dan menyebabkan kerugian secara ekonomis. Kebanyakan hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman adalah dari kelompok serangga. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas panen pada suatu pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung (Endah, 2005). Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua rangsangan. Yang menyebabkan perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari (Mugnisjah dan Setiawan, 1995). Peramalan OPT adalah kegiatan yang diarahkan untuk mendeteksi dan memprediksi populasi/serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang ditimbulkan dalam ruang dan waktu tertentu. Peramalan OPT merupakan bagian penting dalam program dan kegiatan penerapan PHT dalam kegiatan perencanaan ekosistem yang tahan terhadap gangguan.Peramalah hama sasarannya adalah untuk menduga kemungkinan timbulnya OPT, mendeteksi dan memprediksi populasi/serangan dan kerusakan yang ditimbulkan OPT



berdasarkan hasil pengamatan terhadap komponen-komponen yang berpengaruh di lapang, dan menduga kerugian atau kehilangan hasil akibat gangguan OPT. Menurut Marwoto (1992), peramalan hama bertujuan untuk memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang. Informasi tersebut sebagai dasar untuk menyusun perencanaan, saran tindak pengelolaan atau penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip, strategi dan teknik PHT. Dengan demikian diharapkan dapat memperkecil resiko berusaha tani, populasi/serangan OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi, menguntungkan dan aman terhadap lingkungan. Analisis daerah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dilakukan berdasarkan data sekunder atau historis luas tambah serangan (LTS) selama kurun waktu tiga tahun, untuk analisis indeks serangan, ratio luas serangan, dan periode kritis serangan OPT dilakukan dengan menganalisis data luas keadaan serangan selama kurun waktu satu tahun atau tiga musim tanam padi secara berturut – turut (Bappenas, 1991). Luas tambah serangan (LTS) merupakan hasil pengamatan dari wilayah pengamatan (biasanya di tingkat Kecamatan) dari Petugas Pengamat Hama dan Penyakit (PHP) yang dilaporkan setiap periode setengah bulan ke Dinas Pertanian Kebupaten/Kota Madya dan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP), secara berjenjang dilaporkan juga ke Dinas Pertanian Propinsi, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura (BPTPH) dan Direktorat Perlindungan Holtikultura, Direktorat Jenderal Bina Produksi Holtikultura (Dirjen Bina Produksi Tanaman, 2002). Penentuan daerah sebaran suatu OPT dapat dilakukan pada tingkat kabupaten/Kodya berdasarkan data hasil pengamatan di tingkat kecamatan berupa data luas terkena serangan (LTS) yang menyatakan seluruh serangan dengan intensitas ringan hingga puso dan luasan tanaman puso dengan intensitas puso saja, dan frekuensi serangan pada setiap masa panen (MP) setiap tahun biasanya digunakan data lima sampai enam tahun secara berurutan (Dirjen Bina Produksi Tanaman, 2002).



III. METODOLOGI PRAKTIKUM



3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan praktikum Ambang Ekonomi dan Aras Luka Ekonomi ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 27 September 2019 Pukul 15.30- 17.30 WIB dan bertempat di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.



3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah laptop dan alat tulis.



3.2 Prosedur Kerja Prosedur kerja praktikum ini sebagai berikut: 1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. 2. Dijelaskan pengertian dan rumus mencari AE dan AE oleh asisten dosen. 3. Dilakukan penghitungan terhadap AE dan ALE dari kasus yang diberikan.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Tabel 1. Kasus 1 sampel ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 15



X populasi hama (ekor/tanaman) 0 14,6 27,3 0 54,8 92,7 116,9 121,3 137,4 0 160,5 142,6 167,1 182,7 198,6 1416,5 94,43333333



c=



2300000



v=



Rp.9000



b=



-25,44355952



ALE= 10,04401744 a=



7001,400137



Y Produksi (Kg/Ha) 7544,2 7869,2 5874,9 6125,4 4598,6 4356,8 3947,5 6248,3 5653,4 6158,3 2162,4 3462,8 2367,4 1432,5 1178,5 68980,2 4598,68



XY



X2



0 114890,3 160384,8 0 252003,3 403875,4 461462,8 757918,8 776777,2 0 347065,2 493795,3 395592,5 261717,8 234050,1



0 213,16 745,29 0 3003,04 8593,29 13665,61 14713,69 18878,76 0 25760,25 20334,76 27922,41 33379,29 39441,96



4659533



206651,51



Tabel 2. Kasus 2 Data populasi hama walang sangit dan produksi tanaman padi Sampel ke-



X Populasi hama (ekor/tanaman)



Y Produksi (kg/ha)



XY







0 2,4 10,8 37,3 62,3 94,7 126,3 121,3 124,4 30,2 171,5 151,6 162,1 190,7 208,1 1493,7 99,58



7425,8 8141,5 7269,4 6874,2 4598,6 5456,8 3947,5 6178,3 6253,4 6169,3 2179,4 3382,8 2167,4 1232,4 978,5 72255,3



0 19539,6 78509,52 256407,7 286492,8 516759 498569,3 749427,8 777923 186312,9 373767,1 512832,5 351335,5 235018,7 203625,9



0 5,76 116,64 1391,29 3881,29 8968,09 15951,69 14713,69 15475,36 912,04 29412,25 22982,56 26276,41 36366,49 43305,61



5046521



219759,2



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Rata-rata



c=



2300000



v=



Rp.9000



b=



-30,25579996



4817,02



ALE=8,446498056 a=



7829,89



4.2 Pembahasan



Mengitung ALE dilakukan terhadap dua kasus. Kasus pertama adalah serangan hama terhadap wereng batang cokelat pada lahan pertanian dengan menggunakan 15 sampel pengamatan. Data X (populasi hama) secara berturut- turut adalah 0; 14,6; 27,3; 0; 54,8; 92,7; 116,9; 121,3; 137,4; 0; 160,5; 142,6; 167,1; 182,7; dan 198,6 ekor/tanaman. Dan memiliki jumlah 1416,5 serta rata-rata nya adalah



94,43333333. Sedangkan Y (Produksi) secara berturut-turut adalah 7544,2; 7869,2; 5874,9; 6125,4; 4598,6; 4356,8; 3947,5; 6248,3; 5653,4; 6158,3; 2162,4; 3462,8; 2367,4;1432,5; dan 1178,5 Kg/Ha. Dan memiliki jumlah 68980,2 serta rata-ratanya adalah 4598,68. Hasil populasi hama dikalikan dengan produksi tanaman adalah 0; 114890,32; 160384,77; 0; 252003,28; 403875,36; 461462,75; 757918,79; 776777,16; 0; 347065,2; 493795,28; 395592,54; 261717,75; dan 234050,1. Jumlah XY adalah 4659533,3. X2 adalah 0; 213,16; 745,29; 0; 3003,04; 8593,29; 13665,61; 14713,69; 18878,76; 0; 25760,25; 20334,76; 27922,41; 33379,29; dan 39441,96. Jumlah X2 adalah 206651,51. Biaya pengendalian hama per hektare adalah 2300000 dan harga jual produksi tanaman adalah Rp.9000. berdasarkan data tersebut diperoleh b adalah -25,44355952, ALE adalah 10,044 dan b adalah 7001,4.



Kasus kedua adalah serangan hama walang sangit pada lahan pertanian dengan 15 sampel pengamatan. Populasi hama (X) secara berturut-turut adalah 0; 2,4; 10,8; 37,3; 62,3; 94,7; 126,3; 121,3; 124,4; 30,2; 171,5; 151,6; 162,1; 190,7; dan 208,1ekor/tanaman. Jumlah populasi hama pada 15 sampel pengamatan adalah 198,6dan rata-rata nya adalah 94,43333333. Produksi tanaman (XY) secara



berturut-turut adalah 7544,2; 7869,2; 5874,9; 6125,4; 4598,6; 4356,8; 3947,5; 6248,3; 5653,4; 6158,3; 2162,4; 3462,8; 2367,4;1432,5; dan 1178,5 Kg/Ha. Jumlah produksi tanaman adalah 68980,2 dan rata-ratanya adalah 4598,68. Hasil populasi hama dikalikan dengan produksi tanaman adalah 0; 114890,32; 160384,77; 0; 252003,28; 403875,36; 461462,75; 757918,79; 776777,16; 0; 347065,2; 493795,28; 395592,54; 261717,75; dan 234050,1. Jumlah XY adalah 4659533,3. X2 adalah 0; 213,16; 745,29; 0; 3003,04; 8593,29; 13665,61; 14713,69; 18878,76; 0; 25760,25; 20334,76; 27922,41; 33379,29; dan 39441,96. Jumlah X2 adalah 206651,51. Biaya pengendalian hama per hektare adalah 2300000 dan harga jual produksi tanaman adalah Rp.9000. berdasarkan data tersebut diperoleh b adalah -25,44355952, ALE adalah 10,044 dan b adalah 7001,4.



Banyak faktor yang mempengaruhi nilai ALE dan AE termasuk jenis varietas tanaman, fase tumbuh tanaman, instar hama, lokasi pertanaman, dll. Dari sekian banyak faktor, 4 faktor yang paling penting yaitu: 1. Harga produk 2. Biaya pengendalian 3. Derajat luka yang diakibatkan oleh individu hama 4. Kepekaan tanaman terhadap serangan hama Kita harus mengetahui bahwa semakin tinggi ALE/AE penggunaan pestisida menjadi semakin jarang atau semakin sedikit, semakin rendah ALE/AE semakin sering/banyak penyemprotan pestisida dilakukan. Bagan alir sistem keputusan pengelolaan hama yang menunjukkan letak pendugaan populasi hama atau infestasi serangan hama dan pendugaan kehilangan hasil serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Dari ketetapan-ketetapan pada gambar dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan pendugaan kehilangan hasil serta menetapkan dan menerapkan AE/AK/AT diperlukan kerjasama lintas disiplin ilmu (misal ilmu-ilmu perlintan, ekonomi, sosiologi, agronomi, statistis, dll) dan lintas sektor. Tidak dapat dilakukan oleh orang-orang/pakar perlintan.



V.



KESIMPULAN



Kesimpulan dari praktikum ini adalah: 1. Faktor yang mempengaruhi ALE adalah biaya pengendalian dan biaya produksi. 2. Jika terjadi penurunan biaya pengendalian maka ALE akan turun, begitu juga sebaliknya jika terjadi kenaikan biaya pengendalian maka ALE akan naik. 3. Jika biaya produksi turun maka ALE akan naik, sebaliknya jika biaya produksi naik maka ALE akan turun. 4. Hama dapat di kendalikan pada batas AE sehingga tidak menimbulkan kerugian.



DAFTAR PUSTAKA



Astuti, Isti. 2006. Petunjuk Praktikum Perlindungan Tanaman. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) jurusan penyuluhan pertanian Magelang, Yogyakarta Bappenas. 1991. Petunjuk lapang latihan PHT palawija. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Proyek Prasarana fisik bappenas. Jakarta. Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Peta Daerah Endemis OPT Hortikultura Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta. Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah Endemis OPT penting pada tanaman Pangan. Pangan Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta. Endah, Joisi, Nopisan. 2005. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Agromedia Pustaka Marwoto. 1992. Masalah pengendalian hama Blimbing di tingkat petani. hlm. 37−43. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Blimbing. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Malang. Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Penerbit Bumi Aksara Jakarta. Bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.



LAMPIRAN