Laporan Ekonomi Basis Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Teori Ekonomi Basis



OLEH : 1. AMALIA MADINA (3614100012) 2. ANNISA DENAR O. (3614100022) 3. ALUH SHIBA (3614100041) 4. M. AMIR FAIZ (3614100075)



JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA INSTITUT SEPULUH NOPEMBER



BAB PENDAHULUAN



I



1.1 Latar Belakang Menurut Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 menuntut pemerintah daerah untuk melaksanakan desentralisasi dan memacu pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dimana pembangunan ekonomi daerah tidak akan berjalan jika masyarakat dan pemerintah daerah mengelola sumber daya yang ada tidak bekerjasama. Hal ini ini dilakukan untuk menciptakan peluang lapangan kerja yang baru serta merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Tujuan utama pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. (Arsyad, 1999) selain meningkatkan jumlah dan jenis pekerjaan, pembangunan ekonomi daerah juga sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan daerah tersebut dan hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan penduduk antar daerah dan antar sektor. Setiap daerah memiliki potensi unggulannya masing-masing. Pengembangan ekonomi wilayah di Indonesia bisa dilakukan dengan konsep Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL). Konsep ini dibuat unuk mengembangkan dan meningkatkan elemen-elemen pertumbuhan baru daam kehidupan sosial ekonomi lokal dengan melihat keterkaitan dan integrase dari berbagai aspek secara fungsional dan special. PEL sendiri didasari oleh pengembangan wirausaha local, dengan menekankan pada pengembangan kewirausahaan local dan juga menganggap bahwa pengembangan wilayah ditentukan oleh tumbuh kembangnya wiraswasta local. PEL juga dapat dicari melalui teori ekonomi basis dan non basis dan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai arah pembangunan ekonomi daerah dalam menunjang pertumbuhan ekonomi daerah. Maka dari itu teori ini sangat penting untuk mendapatkan sektor lapangan usaha apa yang unggul di daerah tersebut sehingga bisa dijadikan acuan untuk terus mengelola lapangan usaha / sektor tersebut. Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai Teori Ekonomi Basis.



1.2 Tujuan Berdasarkan pada latar belakang diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari disusunnya laporan ini adalah sebagai berikut : 1. Memahami konsep dari teori ekonomi basis dan penerapannya dalam pembangunan ekonomi wilayah. 2. Mampu mengindentifikasikan sektor ekonomi basis dan non basis dalam studi kasus perencanaan wilayah dan kota.



BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Teori Ekonomi Basis Teori basis ekonomi ini ditemukan oleh Harry W. Richardson (1973) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146). Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan perubahanperubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan populer adalah teori basis ekonomi (economic base theory). Menurut Glasson (1990:63-64), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu: 1. Sektor Basis Sektor basis adalah sektor-sektor yang berorientasi mengekspor barang-barang dan jasa ke luar daerah masyarakat yang bersangkutan. Bersifat Exogenous (luar lingkup produksi dan pemasaran untuk diluar daerah) 2. Sektor Non-Basis Sektor bukan basis adalah sektor-sektor yang berorientasi barang-barang yang dibutuhkan hanya untuk orang yang bertempat tinggal dalam daerah tersebut, masyarakat local yang bersangkutan yang membutuhkannya. Bersifat Endoganesu (luas lingkup produksi dan pemasaran hanya untuk di dalam/ local) Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa semua kegiatan yang tidak termasuk dalam kegiatan basis merupakan kegiatan atau sektor pelayanan, dimana dalam pembahasan ini dikenal dengan sebutan sektor non basis. Peran dari sektor non basis ini adalah untuk memenuhi kebutuhan lokal sehingga jumlah permintaan untuk sektor ini sangat bergantung pada tingkat pendapatan masyarakat. Karena itu, sektor ini terikat oleh kondisi ekonomi wilayah terkait sehingga tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhanekonomi



wilayah. Sehingga hanya kegiatan sektor basis saja yang dapat meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah secara alami. Kondisi tersebut, memicu adanya fenomena multiplier effect atau pengganda basis, dimana pertumbuhan kegiatan sektor basis, memicu pertumbuhan kegiatan sektor non basis. Tingkat perbandingan pertumbuhan antara sektor basis dan non basis dapat diperoleh dengan mengetahui rasio basis. Rasio basis adalah perbandingan antara banyaknya lapangan pekerjaan non basis yang tersedia untuk setiap satu lapangan kerja basis. Misalnya dalam suatu wilayah terdapat 400 lapangan perkerjaan yang terdiri atas 100 lapangan pekerjaan basis dan 300 lapangan pekerjaan non basis. Hal ini menunjukkan bahwa rasio basisnya adalah 1:3 , yang artinya setiap penambahan satu lapangan pekerjaan basis maka akan muncul tiga lapangan pekerjaan sektor non basis. Penggadaan lapangan pekerjaan ini yang disebut dengan multiplier effect, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hanya sektor basis yang mampu berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah sehingga peran sektor basis disini sangat penting bagi perkembangan sektor non basis. B. Metode Dalam Memilah Kegiatan Ekonomi Basis dan Non Basis Dalam analisis ekonomi dapat menggunakan beberapa variabel, namun yang paling umum dipakai adalah pendapatan dan lapangan kerja. Secara logika penggunaan variabel pendapatan lebih mengenai sasaran, karena peningkatan pendapatan di sektor basis akan mendorong kenaikan pendapatan sektor non basis dalam bentuk korelasi yang lebih ketat dibandingkan dengan menggunakan variabel tenaga kerja. Dalam memialh kegiatan basis dengan non basis terdapat empat cara yang dapat digunakan. Keempat metode tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. METODE LANGSUNG Metode ini dilakukan dengan melakukan survei secara langsung kepada pelaku usaha di lokasi, ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi. Sehingga mendapatkan jawaban untuk menentukan nilai prosentase produk yang di jual ke luar wilayah (basis) dan mana produk yang hanya di jual di dalam wilayah (non basis).Apabila menggunakan variabel pendapatan maka sulit untuk diketahui karena didalamnya terdapat perhitungan laba yang biasanya menjadi rahasia pelaku usaha. Dengan demikian cukup sullit mendapatkan data yang akurat dengan menggunakan variabel pendapatan dalam survei langsung. Namun dengan variabel lapangan kerja atau pemasaran juga belum tentu kebenarannya, karena dalam suatu kegiatan usaha sering kali tercampur kegiatan basis dan non basis. Misalnya, ada kemungkinan sepatu yang dipasarkan secara lokal oleh produsennya, oleh pedagang dijual ke luar wilayah atau dibeli oleh orang yang datang dari luar wilayah. Sehingga hal – hal tersebut memerlukan pendugaan yang mendekati kebenaran.



2. METODE TIDAK LANGSUNG Melihat rumitnya melakukan survei langsung ditinjau dari waktu dan biaya, maka dilakukan pula metode tidak langsung. Metode ini dilakukan dengan melakukan asumsi atau disebut metode asumsi. Dalam metode ini didasarkan pada kondisi wilayah tersebut (data sekunder), terdapat kegiatan tertentu yang diasumsikan sebagai kegiatan basis seperti kegiatan pertambangan karena umumnya hasilnya dibawa ke luar wilayah. Selain itu kegiatan pariwisata juga dianggap mendatangkan uang dari luar wilayah.Kegiatan yang mayoritas produknya dipasarkan keluar negeri langsung dianggap basis dan kegiatan lainnya yang produksinya di pasarkan secara lokal di asumsikan sebagai non basis. 3. METODE CAMPURAN Metode ini merupakan campuran dari kedua metode yaitu langsung dan tidak langsung dikarenakan kondisi wilayah yang berkembang pesat sulit untuk menciptakan asumsi yang tepat sedangkan menggunakan metode langsung secara murni juga dianggap berat. Sehingga dilakukan penggabungan dua metode yaitu dengan survei pendahuluan, yaitu pengumpulan data sekunder biasanya dari instansi pemerintahan atau lembaga pengumpul data seperti BPS lalu menganalisa proporsi hasil produk yang akan dipasarkan di luar atau di dalam negeri. Namun ada juga kemungkinan data sekunder tesebut tidak ada atau kurang lengkap sehingga perlu dilakukan survei langsung untuk memperoleh data, melengkapi maupun crosscheck data yang sudah ada dengan yang terjadi dilapangan. Sehingga di suatu wilayah yang kegiatan ekonominya cukup beragam seperti saat ini, tidak mungkin hanya menggunakan metode asumsi saja tetapi haruslah gabungan antara metode langsung dan tidak langsung untuk mampu memperoleh data – data yang kegiatan perekonomian yang kompleks. Salah satu metode lainnya untuk memilah kegiatan ekonomi basis dan non basis adalah dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Dimana teknik analisis LQ terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Statis LQ Dengan rumus:



Keterangan Hasil SLQ:



Apabila LQ ≥ 1 = maka sektor tersebut merupakan sektor basis Apabila LQ ≤ 1 = maka sektor tersebut adalah sektor non basis 2. Dinamis LQ Dengan rumus:



Keterangan: IPPSij = Indeks potensi perkembangan sektor i di daerah j IPPSi = Indeks potensi perkembangan sektor i di wilayah referensi Gij = Laju pertumbuhan sektor i di daerah j Gi= laju pertumbuhan sektor i diwilayah referensi Gj= rata – rata laju pertumbuhan di daerah j G= Rata – rata laju pertumbuhan di wilayah referensi



 



Keterangan Hasil DLQ: Jika DLQ > 1, maka potensi perkembangan i di suatu regional lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di nasional Jika DLQ < 1, maka potensi perkembangan sektor i di suatu regional lebih rendah dibandingkan nasional secara keseluruhan



Arsyad (1999:315) menjelaskan bahwa teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu: 1. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi potensial (basis) 2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah tersebut dinamakan sektor tidak potensial (non basis) atau local industry.  Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) (Arsyad, 1999). C. Model Basis Ekonomi Tiebout



Gharle M. tiebout dalam makalahnya yang berjudul The community Economic basestudy (1962) untuk Committee For Economic Development, New York (dalam Avron Bendavid : Regional Economic Analisys, 1974) menggunkan perbandingan dalam bentuk  pendapatan (income) dan membuat rincian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor terkait dalam pengganda basis. Dalam uraian berikutnya Tiebout menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol dasar dari Tiebout adalah : Yt= Pendapatan Total (total Income) Yb= Pendapatan Basis (basic Income) Yn = Pendapatan Nonbasis (serrvice) K= Pengganda Basis (base multiplier) ∆= Perubahan Pada Variabel tertentu Pada bentuk pendapatan, hubungan antara perubahan pendapatan basis dengan perubahan total pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut : Perubahan pendapatan total = Pengganda basis x Perubahan pendapatan basis ∆Yt= K. ∆ Yb..........(1) Pengganda basis dalam satuan pendapatan dapat dirumuskan sebagai pendapatan total dibagi pendapatan basis. Karena pendapatan total adalah jumlah dari pendapatan basis dan pendapatan non basis maka rumus pengganda basis disimbolkan sebagai berikut.



..........(2)



Apabila persamaan kedua dimasukkan dalam rumus persamaan pertama, maka didapatkan rumus Perubahan Pendapatan Total Wilayah sebagai berikut



..........(3) Selanjutnya menurut Tiebout perekonomian terdiri dari atas tiga sektor, yaitu sektor ekspor, sektor investasi dan sektor konsumsi. Total pendapatan wilayah adalah penjumlahan dari ketiga sektor tersebut dengan catatan seluruh kegiatan menggunakan bahan baku lokal, secara simbolik rumus tersebut ditulis sebagai berikut. Yt = X + I + C..........(4) Namun dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk konsumsi dan pengeluaran untuk investasi tidak seluruhnya menggunkan bahan baku lokal. pendapatan daerah didapatkan dari total pengeluaran dikurangi pengeluaran untuk impor kedua kegiatan tersebut. ∆Yt = ∆X + ∆Ir + ∆Cr..........(5) Pendapatan dari konsumsi (Cr) adalah pendapatan non basis karena besarnya ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. Pendapatan dari ekspor adalah pendapatan basis karena bersifat exogenous. Begitu juga pendapatan dari kegiatan investasi (Ir). Besarnya investasi bukan ditentukan oleh pendapatan masyarakat melainkan dana investasi yang datang dari luar wilayah sehingga dianggap exogenous. Jadi pendapatan basis terdiri atas penjumlahan dari pendapatan kegiatan ekspor dan kegiatan investasi tetapi dari bagian yang menjadi pendapatan lokal. Secara simbolik dituliskan sebagai berikut: ∆Yb = (∆X + ∆ Ir) = ∆ (X + Ir)..........(6) Dalam rangka penyerdehanaan rumus, digunakan konsep prosperity yaitu hasrat untuk membelanjakan pendapat. Misalnya, propensity to consume adalah hasrat untuk membelanjakan pendapatan untuk mebeli barang – barang konsumsi. Simbol – simbol yang digunakan adalah : c



= Propensity to consume



cr



= Proporsi konsumsi yang menggunakan produk lokal



kemudian dituliskan rumus sebagai berikut : Yn = Cr = Yt . (c) . (cr)..........(7)



Apabila persamaan 7 dimasukkan ke persamaan 2, didapatkan bentuk lain rumus pengganda basis sebagai berikut :



..........(8) Kemudian didapatkan pula rumus baru dari persamaan perubahan pendapatan total dengan memasukkan persamaan 6 dan persamaan 8 ke persamaan 1, sebagai berikut :



..........(9) Seandainya berdasarkan suatu survei sosial ekonomi diketahui bahwa rata-rata rumah tangga menggunkana 0,7 (70%) dari pendapatannya untuk kebutuhan konsumsi. Kemudian dari barang yang dikonsumsi tersebut diketahui bahwa 0,6 (60%) merupakan produk lokal dan sisanya adalah barang impor, maka nilai pengganda basis adalah :



Pengganda basis sebesar 1,724 berarti untuk setiap tambahan pendapatan wilayah yang berasal dari peningkatan ekspor dan atau pertambahan investasi akan menaikkan penapatan wilayah sebesar 1,724 kali, yaitu satu unit berasal dari sektor basis itu sendiri dan 0,724 unit berasal dari sektor nonbasis. Dalam bentuk persamaan, hal itu dapat dituliskan :



Tiebout kemudian memerinci sektor-sektornya secara lebih detail. Sektor ekspor dibagi menjadi 2 dan sektor investasi dibagi menjadi 4. Perinciannya dengan menggunkan simbol yang lebih sederhana adalah sebagai berikut : Sektor Ekspor : Xp Xg



= Penerimaan dari ekspor kepada pihak swasta/luar negeri = Penerimaan dari ekspor kepada pemerintah pusat, yaitu barang/jasa yang dibeli pemerintah pusat diwilayah analisis



Sektor Investasi : Irb



= Penerimaan dari investasi di bidang usaha (business)



Irh



= Penerimaan investasi dari bidang perumahan (housing)



Irg



= Penerimaan investasi pemerintah diwilayah analisis



Org



= Penerimaan dari kegiatan rutin pemerintahan diwilayah analsis



Kemudian didapatkan rumus pengganda jangka pendek (Short Run Multiplier) yang merupakan perincian dari model sebelumnya hanya terdiri dari tiga sektor. Secara simbolik didapatkan rumus sebagai berikut: ΔYt = [ 1 / 1- (c) . (cr)] . Δ(Xp + Xg + Irb + Irh +Irg + Org Menurut Tiebout dalam jangka panjang, hanya sektor ekspor yang dapat mendorong pertumbuhan, sedangkan sektor investasi sebetulnya tumbuh karena ada pertumbuhan ekonomi. Apabila ekonomi menjadi statis (tidak ada pertumbuhan)maka investasi baru akan sama dengan nol. Hal ini dikarenakan jika pertumbuhan ekonomi statis, maka tidak ada kelebihan pendapatan ekonomi yang dapat diinvestasikan. Dalam menggunakan pengganda basis jangka panjang (Long Run Multiplier), setiap komponen dari sektor non basis harus diperlakukan prinsip prosperity. Sehingga secara simbolik pengganda basis jangka panjang ditulis sebagai berikut :



ΔYt = 1



. Δ(Xp+Xg)



[(c).(cr)+(ib).(ibr)+(ih).(ihr)+(ig).(igr)+(og).(ogr)]



D. Kelebihan dan Kekurangan Model Basis Ekonomi Tiebout Sebuah teori tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan teori sektor basis menurut Tiebout. Kelebihan dari teori Tiebout yaitu dapat membantu seorang regional analyst untuk melihat faktor – faktor apa saja yang dapat mendorong pertumbuhan wilayah. Berdasarkan pandangan para analisis lain mengenai model basis ekonomi Tiebout, terdapat dua pendapat yaitu ada yang beranggapan bahwa sektor – sektor yang diguanakan terlalu rinci, namun ada pula yang beranggapan bahwa sektor – sektor tersebut perlu diperinci lebih lengkap. Hal tersebut dikarenakan Tiebout tidak menyinggung mengenai investasi yang tidak masuk dalam kategori bisnis murni seperti sekolah, rumah sakit, dan gelanggang olah raga serta investasi di bidang sosial seperti pembangunan rumah ibadah, panti asuhan/jompo, dan bidang kesenian. Sehingga hal tersebut dapat dianggap sebagai salah satu kekurangan model basis ekonomi Tiebout. Hal lain yang juga menjadi kekurangan dari teori Tiebout ini yaitu hanya bisa diterapkan di wilayah kecil dengan kegiatan ekonomi yang belum terlalu bervariasi dan agak terisolasi. Karena jika wilayah yang sempit memungkinkan untuk mendapatkan data – data kegiatan ekonomi secara mendetil. Data yang bisa didapatkan seperti asal usul barang atau bahan



yang dipakai dalam proses produksi, investasi apa yang telah terjadi dan di mana barang produksi tersebut dipasarkan. Akan tetapi di wilayah yang cukup luas dengan sistem ekonomi terbuka dan sudah berkembang dengan kegiatan yang bervariasi, hampir tidak mungkin untuk mendapatkan data – data kegiatan ekonomi secara mendetil. E. Evaluasi Atas Tingkat Kebasisan Suatu Produk Pada dasarnya untuk melihat tingkat kebasisan suatu produk, memperhatikan berapa luas pasar yang dapat dijangkau oleh produk tersebut. Tingkat kebasisan suatu produk misalnya dapat dijenjangkan sebagai berikut. 1. 2. 3. 4.



Jangkauan pemasarannya hanya pada beberapa wilayah Desa / Kelurahan Jangkauan pemasarannya hanya pada beberapa wilayah Kecamatan Jangkauan pemasarannya mencakup pada beberapa wilayah Kabupaten / Kota Jangkauan pemasarannya mencakup pada beberapa wilayah Provinsi 5. Jangkauan pemasarannya mencakup pada wilayah Ekonomi Nasional dan Ekspor



Namun penjenjangan diatas tidaklah mutlak. Hal ini dikarenakan terdapat komoditas yang di wilayahnya sendiri merupakan sektor non-basis, akan tetapi ketika dipasarkan ke luar wilayahnya komoditas ini dapat diterima. Apabila komoditas tersebut telah lama sebagai komoditas ekspor, volumenya juga cukup besar, dipasarkan ke berbagai wilayah di luar wilayahnya sendiri dan ekspor tersebut berkelanjutan maka komoditas tersebut dapat dikatakan sebagai sektor basis. Oleh karena itu komoditas dengan kemampuan seperti yang sudah dijelaskan tersebut juga perlu diperhatikan untuk diprioritaskan pengembangannya. Sehingga dapat terus memberikan dan meningkatkan pendapatan bagi wilayah komoditas tersebut.



BAB III STUDI KASUS Studi kasus yang digunakan adalah sebuah studi yang dilakukan pada wilayah Kabupaten Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banjarnegara yang mempunyai luas wilayah 106,971,01 Ha, terdiri dari 20 kecamatan 253 desa 12 kelurahan. Batas-batas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut: Sebelah Utara



: Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang



Sebelah Timur



: Kabupaten Wonosobo



Sebelah Selatan



: Kabupaten Kebumen



Sebelah Barat



: Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas



Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010



Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, sebagian besar masyarakatnya menyandarkan hidupnya dari sektor pertanian. Kondisi ini dapat dilihat dari tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan produk domestik regional bruto (PDRB). Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2013 sebesar 37,33 persen dari total PDRB Kabupaten Banjarnegara memberikan dasar yang kuat untuk menyatakan kondisi tersebut. Perkembangan perekonomian



Kabupaten Banjarnegara kurun waktu lima tahun terakhir menunjukan perbaikan dari waktu ke waktu, dimana pertumbuhan selama kurun waktu tersebut masih berada pada posisi positif dengan besaran angkanya antara 4 sampai dengan 5 persen. Perkembangan yang mendukung pertumbuhan tersebut adalah dari sektor jasa-jasa kemudian ditambah dengan dukungan sektor transportasi dan komunikasi. Kedua sektor ini memang bukan merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian Kabupaten Banjarnegara, akan tetapi petumbuhan sektor ini dinilai berperan kuat terhadap peningkatan pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara seperti yang dilihat pada tabel dibawah ini. NO



KABUPATEN (rupiah) PDRB 2009 1,016,343.12



PDRB 2010 1,035,558.72



PDRB 2011 1,060,086.56



PDRB 2012 1,092,737.31



PDRB 2013 1,119,288.35



14,669.27



15,294.96



15,920.99



16,633.35



17,579.78



374,321.85



379,955.75



394,671.82



409,083.88



434,528.67



12,715.20



13,789.94



14,848.29



15,825.12



17,056.26



185,754.77



192,240.54



205,326.13



218,512.05



235,383.94



349,819.18



366,334.84



383,513.40



404,269.40



433,087.86



118,822.74



130,362.23



139,930.92



152,445.43



161,397.23



8



Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi Keuangan



162,948.45



176,509.23



187,035.27



202,736.43



224,670.11



9



Jasa - Jasa



518,541.13



578,477.91



629,208.65



677,408.67



715,077.50



2,753,935.7 1



2,888,524.1 2



3,030,542.0 3



3,189,651.6 4



3,358,069.7 0



1



Pertanian



2



Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan



3 4 5 6 7



 



SEKTOR



Listrik, Gas & Air Minum Konstruksi/ Bangunan



Total



Atas dasar tersebut maka dilakukan penelitian, untuk mengetahui kegiatan dari sektor mana yang sungguh berperan signifikan terhadap perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten Banjarnegara. Perlu dilakukan identifikasi terhadap setiap sektor yang ada untuk mengetahuo kegiatan sektor mana saja yang termasuk sektor basis dan non basis. Sehingga dapat diketahui sektor mana yang berperan penting dan perlu diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya untuk meningkatkan ekonomi wilayah Kabupaten Banjarnegara. Dalam proses identifikasi maka digunakan analisa LQ, dengan data PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara dari tahun 20092013. Location Qoutient (LQ) digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor Interpretasi nilai LQ yang didapatkan dari haris perhitungan adalah berada pada kisaran lebih kecil atau sama dengan 1 sampai lebih besar dari 1 atau 1 ≥ LQ > 1. , semakin besar LQ maka semakin berpengaruh terhadap perekonomian wilayah tersebut. Tabel 1. Rata-Rata LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013



NO . 1 2 3 4 5 6 7 8 9



SEKTOR Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Listrik, Gas & Air Minum Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi Keuangan Jasa - Jasa



1,912 0,482



1,918 0,473



1,959 0,475



1,968 0,467



1,982 0,466



RATARATA LQ 1,948 0,473



0,418 0,548



0,401 0,553



0,395 0,568



0,392 0,575



0,395 0,574



0,400 0,563



NON-BASIS NON-BASIS



1,157 0,594



1,130 0,592



1,143 0,581



1,149 0,572



1,163 0,573



1,148 0,583



BASIS NON-BASIS



0,829



0,861



0,860



0,877



0,876



0,861



NON-BASIS



1,560 1,877



1,624 1,968



1,631 2,012



1,633 2,039



1,645 2,062



1,618 1,991



BASIS BASIS



2009



2010



2011



2012



2013



KETERANGAN BASIS NON-BASIS



Dari perhitungan LQ Kabupaten Banjarnegara, diketahui bahwa sektor basisnya adalah sektor pertanian; sektor konstruksi; sektor keuangan; dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor nonbasisnya adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri; sektor listrik, sektor gas dan air minum; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor transportasi dan komunikasi. Setelah diketahui, sektor basisnya dapat diutamakan pengembangan atau peningkatan produksi pada sektor basis tersebut agar dapat meningkat perkembangan ekonomi wilayah dan meningkatkan lapangan pekerjaan.



BAB IV KESIMPULAN Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan suatu ukuran dari tingkat pembangunan ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan dari seluruh lapisan masyarakat yang ada di dalamnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam prakteknya dapat diukur dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhannya. Sektor basis adalah yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Adventage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries Kegiatan basis merupakan kegiatan yang melakukan aktivitas yang berorientasi ekspor (barang dan jasa) ke luar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Kegiatan non-basis adalah kegiatan yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berada di dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan Luas lingkup produksi dan pemasaranya adalah bersifat lokal. Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda atau pengganda basis (multiplyer effect) dalam perekonomian wilayah. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang biasanya didigunakan adalah location quotient (LQ). LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis, sehingga dapat mengidentifikasikan manakah yang merupakan sektor basis dan mana yang termasuk sektor non basis. Analisis Location Quotient dapat menggunakan variabel Produk Domestik Bruto (PDRB) di suatu wilayah (Kabupaten) dibandingkan dengan PDRB sektor yang sama diprovinsi dimana kabupaten tersebut dalam lingkupnya. Sebelumnya juga dibahas mengenai metode Teori Tiebout yang mempunyai kelebihan yakni dapat membantu seorang regional analyst untuk melihat faktor – faktor apa saja yang dapat mendorong pertumbuhan wilayah. Namun sayangnya teori ini, kebutuhan datanya terlalu detail dan hanya dapat di terapkan dilokasi yang tidak luas. Selain itu teori ini tidak memasukkan sektor ekonomi lainnya yang sebenarnya di masa kini turut berperan dalam perkembangan perekonomian wilayah.