Amenore Sekunder [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN INDIVIDU KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN MASALAH AMENORE SEKUNDER DI SMP N 05 KOTA BENGKULU



Disusun Oleh : Wahyuni Kaila Wulandari P05140120041



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU DIPLOMA TIGA KEBIDANAN TAHUN AJARAN 2022/2023



LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPORAN KELOMPOK KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN MASALAH AMENORE SEKUNDER DI SMP N 05 KOTA BENGKULU Yang di susun oleh : Wahyuni Kaila Wulandari P05140120041 Laporan kelompok ini telah di periksa dan setujui untuk di presentasikan dihadapkan Tim Penguji Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Kebidananpada tanggal 18 September 2022



Oleh Pembimbing



Pembimbing Akademik



Pembimbing Lahan



Yuniarti ,SST,M.Kes



Letri Novrianti,S.Pd



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayahnya akhirnya saya dapat menyelesaikan laporan dengan judul kesehatan reproduksi remaja dengan amenore sekunder dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah konseling kesehatan reproduksi remaja. Dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas bantuan banyak pihak, saya menyampaikam banyak terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Saya menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan mengingat kemampuan dan keterbatasan saya oleh sebab itu saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi saya. Akhir kata saya berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umunya dan saya sebagai penulis pada khususnya atas segala perhatiannya saya mengucapkan banyak terimakasih.



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah upaya kesehatan pada umumnya tercapai. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental social yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Yanti, 2011). Wanita rentan terhadap penyakit yang menyerang organ reproduksinya. Kebanyakan wanita, sangat malu dan tertutup untuk berkonsultasi secara langsung mengenai kesehatan pribadinya. Faktor lain pun di karenakan biaya untuk pmeriksaan kedokter spesialis cenderung mahal. Ada juga yang tidak mempedulikan gejala yang muncul, dan ketika kondisi sudah memburuk dan memerlukan penanganan yang ekstra, dokter spesialis menjadi tujuan akhir (Revina dan Susanti, 2014). Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari siklus menstruasi normal yang terjadi secara periodik. Wanita akan merasa terganggu bila menstruasi menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak menstruasi sama sekali, bahkan bisa di sertai oleh nyeri. Di harapkan semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami gangguan menstrruasi selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja, reproduksi dan klimakterium (Sari, 2014). Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 18-50 tahun mengalami gangguan pada siklus



menstruasinya. Menurut hasil penelitian, pelajar lebih sering mengalami gangguan siklus menstruasi (Oktavia, 2010). Menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari selama 2-7 hari. Terdapat gangguan menstruasi yang sering muncul, yaitu amenore (tidak menstruasi) dan dismenore (nyeri menstruasi) dan sindrom pra menstruasi (Syafrudin, dkk, 2011). Angka kejadian amenore sekunder berkisar antara 1-5% (Proverawati dan Misaroh, 2009). Penyebab amenore dapat di kategorikan sebagai berikut yaitu cacat fungsional atau anatomi hipotamalus atau hipofisis, cacat anatomis atau fungsional dari uterus atau ovarium atau cacat genetic (Merin dkk, 2012). Amenore sekunder adalah ketiadaan menstruasi selama > 6 bulan atau selama ≥ 3 siklus menstruasi pada wanita yang sebelumnya memiliki siklus menstruasi teratur (Norwitz, 208). Peran bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu melakukan penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut pada remaja, dengan berprilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan seperti perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, mengurangi berat badan pada wanita dengan obesitas, olah raga, dan konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu khususnya sebagai remaja juga harus dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk menjaga kesehatan reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan melahirkan generasi kehidupan (Syarifudin, dkk, 2011). Data yang penulis peroleh dari siswa-siswi SMP NEGERI 5 KOTA BENGKULU terdapat 1300 murid dan sebanyak 2,6% siswi yang mengalami amenore sekunder yaitu sebanyak 35 orang. Jika amenore tidak di tangani dengan baik dapat berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur menjadi pertanda bahwa sesorang kurang subur.



B. TUJUAN 1. Tujuan umum Untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. A umur 14 tahun dengan amenore sekunder di SMP NEGERI 5 KOTA BENGKULU secara komprehensif. 2. Tujuan khusus Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data yang terdiri dari data subjektif dan objektif secara lengkap yang berkaitan dengan gangguan reproduksi dengan amenore sekunder. C. MANFAAT Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder menggunakan manajemen varney, memberi wawasan pengetahuan serta menjadi referensi dan sumber bacaan yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.



BAB II TINJAUAN TEORI A. Amenore Sekunder 1. Pengertian Amenore sekunder adalah ketiadaan menstruasi selama > 6 bulan atau selama ≥ 3 siklus menstruasi pada wanita yang sebelumnya memiliki siklus menstruasi teratur (Norwitz, 208). Amenore sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007). Amenore sekunder (SA) secara klinis didefenisikan sebagai tidak adanya menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan berturut-turut pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi (Merin dkk, 2012). 2. Tanda dan gejala Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala amenore bervariasi tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan di temukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan akan di temukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah kadar hormone tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab. Sindroma cushing menyebabkan wajah bulat (moon face), perut buncit dan lengan serta tungkai yang kurus. Gejala lain yang mungkin ditemukan, yaitu: a. Sakit kepala b. Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang menyusui. c. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisia) d. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti



e. Vagina yang kering f. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara. 3. Penyebab Benson (2009) menyebutkan ada 3 penyebab amenore sekunder yaitu : a. Disfungsi ovarium Penyebab disfungsi ovarium yang paling sering menyebabkan amenore sekunder adalah sindrom ovarium polikistik (policistic ovary syndrome, PCOS). Kelainan ini akibat dari peningkatan androgen (baik dari ovarium maupun kelenjar adrenal) di ikuti perubahan menjadi estrogen dalam jaringan lemak. Peningkatan estrogen memacu hipofisis untuk meningkatkan LH dan menekan FSH yang menyebabkan penyimpangan perkembangan folikel, anovulasi, dan peningkatan produksi androgen ovarium. Menurut Norwitz E. (2008) kelainan ini merupakan kerusakan yang di sebabkan pengiriman sinyal yang “tidak seharusnya” ke hipotalamus dan hipofisis. b. Gagal ovarium Gagal ovarium primer ditandai dengan adanya peningkatan gonadotropin



dan



rendahnya



estradiol



(hipogonadisme



hipergonadotropik), gagal ovarium sekunder ditandai dengan kadar gonadotropin



normal



atau



rendah



dan



rendahnya



estradiol



(hipogonadisme hipergonadotropik). Akibat yang ditimbulkan dari penyebab ini adalah kegagalan ovarium premature (premature ovarium failure, POF), yaitu hilangnya semua folikel ovarium disertai berhentinya menstruasi sebelum usia 40 tahun. Penyebab tersering dari kasus ini adalah proses autoimun, kemotrapi, radiasi, infeksi (Norwitz, 2008).



c. Penyebab sistemik Selain penyebab yang disebutkan diatas, ada beberapa penyebab lain yang sudah terbukti menyebabkan terjadinya amenore sekunder, antara lain ketidakseimbangan hormone yang disebabkan stress hingga mengganggu fungsi dari hipotalamus. Sedangkan menurut Baziad (2008) penyebab amenore sekunder dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : a. Penyebab umum (keadaan umum pasien) Malnutrisi, obesitas, stress, dan aktifitas berlebihan dapat mengganggu kerja hipotalamus dalam sistem reproduksi. Keadaankeadaan tersebut menyebabkan penurunan frekuensi dan amplitude denyut GnRH secara berkesinambungan. b. Penyebab pada uterus Kerusakan uterus yang paling sering menyebabkan amenore sekunder adalah sinekia atau perlekatan intrauterine menutup rongga uterus dan pembentukan jaringan perut yang dapat menutupi seluruh rongga uterus. Keadaan ini juga disebut sebagai sindrom asherman. Penyebab dari kasus ini adalah tindakan kuretase yang berlebihan yang dapat mengangkat lapisan dalam endometrium dan merusak kriptus dan kelenjar basal yang penting untuk regenerasi endometrium. Selain itu infeksi tuberculosis endometrium juga dapat menyebabkan kerusakan endometrium yang dapat menyebabkan amenore sekunder. c. Penyebab hipofisis 1) Sindrom Sheehan Suatu keadaan yang di temukan sesudah persalinan dan yang disertai dengan banyak perdarahan dan/atau syok. Hal ini menyebabkan nekrosis karena spasme atau thrombosis arteriola pada hipofisis. Dengan adanya nekrosis fungsi dari hipofisis terganggu dan menyebabkan menurunnya pembuatan hormone-



hormon gonadotropin sehingga dapat menyebabkan amenore sekunder. 2) Tumor hipofisis Diantara sebab-sebab amenore sekunder, tumor hipofisis merupakan sebab yang jarang ditemui. Gejala yang mungkin timbul pada wanita amenore dengan tumor hipofisis adalah sakit kepala dan gangguan penglihatan. Potret roentgen dari sella turiska dan virus perifer akan memperkuat diagnosis. d. Obat-obatan Pengguanaan steroid seks dan obat yang meningkatkan kadar prolactin dapat menyebabkan amenore sekunder. 4. Faktor resiko a. Aktivitas fisik yang terlalu berat. b. Terlalu kurus (lemak tubuh kurang dari 15-17%). Keadaan ini mempengaruhi proses pembentukan hormone. Jika seorang perempuan mengalami kelainan makan, seperti anoreksia atau bulimia, dapat menyebabkan perubahan hormonal yang berujung pada berhentinya menstruasi. c. Obesitas. Adanya jaringan lemak yang berlebih pada seorang yang mengalami obesitas juga mempengaruhi proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). d. Stress psikis. Stress dapat mempengaruhi fungsi hipotalamus sehingga menstruasi berhenti. Karena itu jika stress berkurang, menstruasi muncul kembali. e. Pengguanaan obat-obatan tertentu seperti antidepresan, antipsikotik, obat kemotrapi, dan kortikosteroid oral (Baziad, 2008).



5. Komplikasi Kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat amenore sekunder tergantung dari penyebabnya. Misalnya : penyebab dari amenore sekunder adalah kelainan pada Rahim, maka kemungkinan dapat menyebabkan kanker Rahim. 6. Pencegahan 7. Penatalaksanaan Untuk pengobatan, jika diperkirakan penyebabnya karena neoplasma, gangguan pembekuan darah, atau penyakit kronis, klien perlu dirujuk ke spesialis. Selain menggunakan terapi obat, tindakan pembedahan juga merupakan suatu kemungkinan bergantung pada masalah dan keberhasilan penanganan medis. Jika penyebab metroragia diperkirakan bersifat hormonal, kontrasepsi hormonal kombinasi yang mengandung estrogen dan progesterone bisa menjadi pilihan. Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesterone, dapat menurunkan kehilangan



darah



menstruasi dengan menimbulkan pelepasan regular lapisan endometrium. Kontrasepsi hormonal kombinasi untuk remaja yang lazim digunakan adalah



dalam



bentuk



kontrasepsi



oral



kombinasi/combined



oral



contraceptive (COC) (9). B. Konsep Dasar Teori Konseling 1. Pengertian Secara etimologis istilah konseling berasal dari kata counsed yang diambil dari bahasa latin yaitu counsellum artinya “bersama” atau “bicara bersama-sama”yang di rangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Counseling dalam kamus bahasa inggris berkaitan dengan kata counsel, yang mempunyai arti sebagai berikut : nasihat (to obtion counsel); anjuran (to give counsel); pembicaraan (to aks counsel). Dengan demikian,



counseling diartikan sebagai pemberian nasihat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran. Menurut ASCA (American school counselor association) konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien mengatasi masalah-masalahnya. 2. Tujuan Tujuan konseling menurut Willis (2014: 36-37) adalah untuk memudahkan perkembangan individu. Sementara itu, Menurut Byrne dalam (Syamsu Yusuf : 2016: 52) tujuan konseling individual terdapat tiga kategori, yaitu : a. Tujuan ultimate, tujuan konseling yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal dan hakikat kehidupan. Hal ini merupakan tujuan filosofis konseling. b. Tujuan intermediate, tujuan konseling yang berhubungan dengan tujuan utama individu datang melakukan konseling. Dalam hal ini, proses konseling harus sesuai dengan tujuan konseli melakukan konseling. Seperti, membantu konseli agar berkembang menjadi individu yang kostruktif, dan sehat mentalnya, serta konseli dapat memahami dan mengembangkan potensi dirinya. c. Tujuan immediate, adalah tujuan dari setiap sesi atau peristiwa dalam konseling. 3. Langkah-langkah Prosedur konseling No 1.



Langkah-langkah konseling pendekatan realita Prakonseling a. Kesiapan konselor (fisik, psikis)



b. Penyiapan instrument c. Data awal tentang konseli 2.



Opening a. Penyambutan konseli (salam, menyambut dengan senyuman) b. Penciptaan hubungan baik (seperti menanyakan kabar, kesibukan yang sedang di lakukan) c. Transisi pembicaraan



3.



Inti 1. Tahap pertama : konselor menunjukkan keterlibatan dengan konseli (be friend) pada tahap ini, konselor mengawali pertemuan dengan bersikap otentik, hangat, dan menaruh perhatian pada hubungan yang sedang di bangun]], konselor harus



dapat



melibatkan



dari



pada



konseli



dengan



memperlibatkan sikap hangat dan ramah, menunjukkan keterlibatan dengan konseli dapat di tunjukan dengan perilaku attending serta menunjukkan sikap bersahabat. 2. Tahap kedua : fokus pada perilaku sekarang Setelah konseli dapat melibatkan diri kepada konselor, maka konselor menanyakan pada konseli apa yang akan dilakukannya sekarang. Tahap kedua ini merupakan eksplorasi diri bagi konseli. Konseli mengungkapkan ketidaknyamanan yang ia rasakan dalam menghadapi permasalahannya. Lalu konselor meminta konseli mendeskripsikan hal-hal apa saja yang telah dilakukan dalam menghadapi kondisi tersebut, dalam tahap ini adanya



keinginan



(Want)



yang



disampaikan



konseli.



Sedangkan konselor melalukan konfrontasi atas kesenjangan antara keinginan dan tindakan konseli. 3. Tahap ketiga : Mengeksplorasi Total Behavior Konseli



Menanyakan apa yang dilakukan konseli (doing), yaitu konselor menanyakan secara spesifik apa saja yang dilakukan konseli; cara pandang dalam Konseling Realita; akar permasalahan konseli bersumber pada perilakunya (doing), bukan pada perasaannya. Konselor dapat menolak dalih tindakan maladatif konseli 4. Tahap keempat: Konseli Menilai Diri Sendiri atau Melakukan Evaluasi Memasuki tahap keempat, konselor menanyakan kepada konseli apakah pilihan perilakunya tidak untuk menilai benar atau salah perilaku konseli, tetapi membimbing konseli untuk menilai perilakunya saat ini. Beri kesempatan kepada konseli untuk mengevaluasi (Evaluating), apakah ia cukup terbantu



dengan



pilihannya



tersebut.



Konseling



dapat



mendorong konseli membayangkan hal yang buruk jika berhenti dan memilih bekerja, dan di ajak melihat jauh ke depan. 5. Tahap kelima: Merencanakan Tindakan yang Bertanggung jawab Tahap ketika



konseli



mulai



menyadari



bahwa



perilakunya tidak meyelesaikan masalah, dan tidak cukup menolong keadaan dirinya, dilanjutkan dengan membuat perencanaan (Planning) tindakan yang lebih bertanggung jawab. Rencana yang disusun sifatnya spesifik dan konkret. 6. Tahap keenam: Membuat komitmen (kontrak perilaku) Konselor mendorong konseli untuk merealisasikan rencana yang telah disusunnya bersama konselor sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. (leaflet) 7. Tahap ketujuh: Tidak Menerima Permintaan Maaf atau Alasan Konseli Konseli akan bertemu kembali dengan konselor pada



batas waktu yang telah disepakati bersama. Pada tahap ini konselor menanyakan perkembangan perubahan perilaku konseli. Apabila konseli tidak atau belum berhasil melakukan apa yang telah direncanaknnya, permintaan maaf konseli atas kegagalannya tidak untuk dipenuhi konselor. Sebaliknya, konselor mengajak konseli untuk melihat kembali rencana tersebut dan mengevaluasinya mengapa konseli tidak berhasil. Konselor



selanjutnya



membantu



konseli



merencanakan



kembali hal-hal yang belum berhasil ia lakukan. 8. Tahap kedelapan: Tindak lanjut Merupakan tahap terakhir dalam



konseling.



Konselor



dan



konseli



mengevaluasi



perkembangan yang dicapai, konseling dapat berakhir atau dilanjutkan jika tujuan yang telah ditetapkan belum tercapai. 4. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan konseling Keberhasilan proses konseling terkait erat dengan dua hal utama yaitu karakteristik konselor dan karakteristik klien. Karakteristik konselor yang dimaksudkan adalah konselor memiliki pengetahuan dan praktik konseling. Gelard D., (2011) menjelaskan bahwa konselor yang berkualitas memiliki ciri umum seperti bersikap tulus (kongruen); berempati: bersikap hangat; dan menunjukkan kepekaan dalam hubungan harmonis yang dilandasi saling pengertian; tidak menghakimi dengan penerimaan positif tanpa syarat; menunjukkan perhatian, pengertian dan dukungan;



bersikap



kolaboratif



di



samping



juga



menunjukkan



penghargaan terhadap kompetensi klien; dan menunjukkan kemampuan dalam menggunakan keterampilan-keterampilan konseling sesuai dengan maksud dan tujuannya. C. Konsep Dasar Teori Media Leafleat



1. Pengertian Leafleat Leaflet adalah selebaran kertas cetak yang berlipat 2-3 halaman. Leaflet



merupakan



media



penyampai



informasi



dan



himbauan.



Penggunaan gambar, warna, layout, dan informasi yang di sampaikan merupakan hal-hal yang perlu di perhatikan dalam leaflet (Fitriah, 2018). Leaflet merupakan bentuk media komunikasi yang termasuk salah satu publikasi singkat berupa selebaran. Leaflet berisi keterangan atau informasi tentang perusahaan, produk, organisasi dan jasa yang bertujuan untuk informasi umum. Leaflet juga merupakan suatu informasi yang dapat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang (Kawuriansari, Fajarsari, & Mulidah, 2010). Leaflet juga dapat menjadi sebuah media pembelaajaran di dalam dunia pendidikan. 2. Manfaat leaflet Penggunaan leaflet sebagai media pembelajaran di harapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Leaflet di susun dari berbagai sumber belajar, dengan bahasa yang sederhana dan mudah di mengerti siswa, serta di tambahkan ilustrasi yang mendukung materi pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat tertarik untuk membacanya. Siswa diharapkan akan termotivasi untuk belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (Futriyah, Achmad, & Marpaung, 2013). 3. Kelebihan leaflet Kelebihan leaflet menurut Notoatmojo yaitu tahan lama, menjangkau banyak orang, dalam segi biaya terbilang rendah, mudah di bawa kemanamana, menampilkan estetika keindahan, mempermudah pemahaman dengan bahasa yang singkat, dan juga dapat meningkatkan minat (Kawuriansari et al., 2010). 4. Sayarat pembuatan leaflet



a. Leaflet harus di buat menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti pembaca b. Pemberian judul harus di buat semenarik mungkin untuk menarik minat pembaca c. Tidak banyak tulisan yang nantinya akan membuat bosan pembaca d. Mengkombinasikan antara tulisan, gambar, dan tampilan agar menimbulkan kesan menarik bagi pembaca e. Materi harus sesuai target sasaran yang di tuju (Kawuriansari et al., 2010)



BAB III HASIL KEGIATAN SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Pokok Bahasan           : Perawatan Kesehatan Maternitas Sub pokok bahasan     : Amenorea Sasaran                        : Siswi SMP N 12 Tangerang Waktu                          : 09.00 s/d selesai Tempat                        : Aula SMP N 12 Tangerang Hari/tanggal                 : Senin, 04 November 2013 Penyuluh                      : Nurul Fatimah A.    Tujuan instruksional umum Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit, siswi diharapkan dapat mengetahui mengenai Amenorea. B.     Tujuan instruksional khusus Setelah dilakukan penyuluhan tentang amenorea, siswi dapat : 1.      Menjelaskan pengertian amenorea dengan benar. 2.      Menyebutkan penyebab amenorea dengan benar. 3.      Menjelaskan tanda dan gejala amenorea dengan benar. 4.      Menjelaskan  pemeriksaan penunjang amenorea dengan benar. 5.      Menjelaskan terapi amenorea dengan benar. C.    Materi Pembelajaran 1.      Pengertian  amenorea. 2.      Penyebab amenorea. 3.       Tanda dan gejala amenorea. 4.      Pemeriksaan penunjang amenorea 5.       Terapi amenorea. D.    Metode          Ceramah          Tanya Jawab E.     Media          Laptop/LCD          PPT          Leaflet



F.     Kegiatan Penyuluhan No. Waktu Kegiatan penyuluh 1.



Kegiatan peserta



3 menit



Pembukaan : Membuka kegiatan dengan       Menjawab salam mengucapkan salam.       Mendengarkan       Memperkenalkan diri      Memperhatikan       Menjelaskan tujuan dari       Bertanya penyuluhan       Menyebutkan materi yang akan diberikan       Memberikan pertanyaan apersepsi 15 menit Inti :  Menjelaskan tentang pengertian       Memperhatikan amenorea.       Menyimak       Menyebutkan penyebab       Mendengarkan amenorea.       Bertanya       Menjelaskan tanda dan gejala       Menjawab amenorea.       Menjelaskan pemeriksaan penunjang amenorea.                  Menjelaskan terapi amenorea.       Penyuluh memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya       Penyuluh menjawab pertanyaan dari peserta       Penyuluh memberi pertanyaan kepada peserta 2  menit Penutup : Menyimpulkan isi materi       Membalas ucapan       Mengucapkan terimakasih atas terimakasih. peran serta peserta.       Menjawab salam       Mengucapkan salam penutup. penutup.       



2.



3.



G.    Sumber bacaan http://www.klikdokter.com/kesehatankewanitaan/read/2010/07/05/4/amenorea Ayu Candranita, Ida. 2006. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita edisi 2. Jakarta : EGC H.    Evaluasi



         Cara           : Lisan          Jenis          : Pertanyaan terbuka          Waktu       : Setelah penyuluhan          Soal           : 1.      Jelaskan pengertian amenorea? 2.      Sebutkan penyebab amenorea ( min 3 )? 3.      Jelaskan tanda dan gejala amenorea? 4.      Jelaskan pemeriksaan penunjang amenorea? 5.      Jelaskan terapi amenorea?



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan



Amenore adalah kondisi di mana seorang wanita tidak mengalami menstruasi, meskipun berdasarkan periode menstruasi seharusnya wanita tersebut mengalami menstruasi. Amenore dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : amenore sekunder ; ketika wanita yang pernah mendapatkan menstruasi, namun setelah itu mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi sampai dengan ≥ 6 bulan. Sedangkan amenore primer ; katika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan seksual sekunder normal atau 14 tahun tanpa adanya pertumbuhan seksual sekunder. B. Saran Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas diharapkan pembaca dapat memahami benar apa itu amenore, mengenali tanda dan gejala, serta penatalaksanaan medis supaya angka kejadian yang disebabkan amenore dapat di tekan/cegah.



DAFTAR PUSTAKA Kawuriansari R, Fajarsari D, Dan Mulidah S. (2010). Studi Efektivitas Leaflet Terhadap Skor Pengetahuan Remaja Putri Tentang Amenorea Di SMP



Kristen 01 Purwokerto Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmih Kebidanan, Vol. 1 No. 1 Edisi Desember 2010 Yusuf, Syamsu. 2016. Konseling Individual Konsep Dasar Dan Pendekatan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Benson, Ralp C & Martin L Pernol. 2009. Buku Saku Obstetric & Ginekologi. Edisi 9. Jakarta : EGC Baziad A., 2008b. Endokrinologi Ginekologi. Edisi Ketiga. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Hal 163-71 Norwitz. 2008. At a Glance Obstetric Dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Erlangga.



L



A M P I R A N LEAFLET



DOKUMENTASI