Analisi Jurnal Fitofarmaka [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Menganalisis Jurnal Jurnal



Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Fitofarmaka



Penulis



Hedi R. Dewoto



Publikasi



Maj Kedokt Indon



Volume / No / Halaman



57/7/205



Tanggal Publikasi



juli 2007



Tanggal Download



21 November 2018



Oleh :



Cep Pu’ad Hasyim ( D1A161324 )



A. Latar Belakang Di Indonesia memiliki iklim tropis basah sehingga memiliki tanaman sekitar 25.000-30.000 spesies tanaman yang merupakan 80% dari jenis tanaman di dunia dan 90 % dari jenis tanaman di Asia. Bagian yang biasa di gunakan berupa akar, batang, daun, umbi atau seluruh bagian tanaman. Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya bangsa. Tetapi masih banyak profesi kesehatan/dokter umumnya masih enggan untuk meresepkan ataupun menggunakannya.Alasan utama yaitu bukti ilmiah mengenai khasiat dan keamanan obat tradisional pada manusia masih kurang. Berbeda dengan di negara Cina, Korea, dan India yang mengintegrasikan cara pengobatan tradisional di dalam sistem pelayanan kesehatan. Menurut data yang di peroleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1986 mendokumentasi 940 tanaman obat dan jumlah tersebut tidak termasuk tanaman obat yang telah punah atau langka dan mungkin ada pula tanaman obat yang belum dicantumkan. Contoh beberapa contoh tanaman obat tradisional :



Nama Obat



Nama sumber Tanaman



Tanaman Kegunaan



Kolkisin



Colchicum autumnale



Gout



Opium



Papaver somniferum



Analgesik



Digitalis



Digitalis purpurea



Gagal jantung



Kina



Cinchona ledgeriana



Antimalaria



Artemisinin



Artemisin annua



Antimalaria



Vinkristin



Vinca rosea



Antikanker



Vinblastin



Vinca rosea



Antikanker



Berdasarkan tingkat pembuktian khasiat, persaratan bahan baku yang digunakan, dan pemanfaatannya, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: - Penggunaannya empiris



1.JAMU



secara



turun



menurun,



- Bahan baku tidak distandarisasi - Untuk pengobatan sendiri



2.OHT



- Pembuktian khasiat dan keamanan berdasarkan uji preklinik - Bahan baku distandarisasi - Untuk pengobatan sendiri



Pembuktian khasiat dan keamanan berdasarkan uji preklinik & uji klinik -



3.FITOFARM AKA



- Bahan baku, produk jadi distandarisasi - Untuk pelayanan kesehatan formal



B. Tujuan  Mengetahui efek toksik obat tradisional pada pemberian jangka lama. (Uji Toksisitas).  Mengetaghui farmakodinamik dan menelusuri mekanisme kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut. (Uji Farmakodinamik).  Mengetahui



khasiat



dan



keamanan



suatu



obat



tradisional



fitofarrmaka.(Uji Preklinik).



C. Prosedur Adapun Tahapan pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka adalah sebagai berikut. 1. Tahap Seleksi Sebelum memulai penelitian, perlu dilakukan pemilihan jenis obat tradisional/obat herbal yang akan diteliti dan dikembangkan. 2. Tahap Uji Preklinik Uji preklinik dilaksanakan setelah dilakukan seleksi jenis obat tradisional yang akan dikembangkan menjadi fitofarmaka. Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas dan efek farmakodinamiknya. a. Uji Toksisitas Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut, subkronik, kronik, dan uji toksisitas b. Uji Farmakodinamik Penelitian dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba. Cara pemberian obat tradisional yang diuji dan bentuk sediaan disesuaikan dengan cara pemberiannya pada manusia. 3. Standardisasi Sederhana, Penentuan Identitas dan Pembuatan Sediaan Terstandar Pada tahap ini dilakukan standarisasi simplisia, penentuan identitas, dan menentukan bentuk sediaan yang sesuai. Bentuk sediaan obat herbal sangat mempengaruhi efek yang ditimbulkan.



4. Uji klinik Obat tradisional Uji klinik pada manusia hanya dapat dilakukan apabila obat tradisional/obat herbal tersebut telah terbukti aman dan berkhasiat pada uji preklinik. Uji klinik dibagi empat fase yaitu: Fase I : dilakukan pada sukarelawan sehat, untuk menguji keamanan dan tolerabilitas obat tradisional Fase II awal: dilakukan pada pasien dalam jumlah terbatas, tanpa pembanding Fase II akhir: dilakukan pada pasien jumlah terbatas, dengan pembanding Fase III: uji klinik definitif Fase IV: pasca pemasaran,untuk mengamati efek samping yang jarang atau yang lambat timbulnya



D. Kesimpulan  Kurangnya perhatian dari masyarakat terhadap penanganan obat tradisional sehingga masih banyak yang memakai dengan obat sintetik / kimia.  Tingkatan obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: jamu, obat herbal terstandar, dan fitofamaka  Adapun tahapan untuk Pengembangan Obat Tradisional Indonesia, diantaranya yaitu : a) Tahap seleksi b) Uji preklinik. Terdiri atas uji toksisitas dan uji farmakodinamik c) Standarisasi sederhana, penentuan identitas dan pembuatan sediaan terstandar d) Uji klinik  Di sarankan terhadap semua pelayanan di dalam bidang kesehatan penanganan suatu penyakit dengan jamu, obat tradisional, dan fitofarmaka.