Analisis Arus Kas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MEMAHAMI KINERJA PERUSAHAAN: PENDAHULUAN DAN ANALISIS ARUS KAS



PAPER UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Analisis Laporan Keuangan yang dibina oleh Bapak Yuli Soesetio, S.E., M.M



Oleh Kelompok : Sembilan 1. 2. 3.



Muhammad Samsul Zaeni Nimas Zahrotul Fauziah Nindy Avilia



(150413600069) (150413602060) (150413600578)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN MARET 2018



1. Pendahuluan Laporan arus kas melengkapi dua laporan keuangan lainnya yaitu neraca dan laporan laba rugi. Akhir-akhir ini, laporan arus memiliki perhatian yang semakin tinggi baik dalam analisis laporan keuangan maupun untuk bahan evaluasi perusahaan. Adanya perhatian ini menimbulkan munculnya pengukuran rasio yang berbasis arus kas. Pembahasan pengukuran rasio pada arus kas ini, cukup ddominan dalam mengukur kebangkrutan dan financial distress. 2. Arus Kas Untuk pengukuran rasio berbasis kas, terlebih dahulu perlu pemahaman tentang laporan arus kas standart, yang mengacu pada US GAAP SFAS No. 95 di Indonesia laporan arus kas standart di atur dalam PSAK no. 10 revisi 2007. Kedua format arus kas diatas dibagi menjadi tiga aktivitas: a. Arus kas operasi (operating activities) b. Arus kas investasi (investing activities) c. Arus kas pendanaan (financing activities) Dalam pembagian standart di atas, di dalam aktivitas operasi mengandung: a. Pendapatan bunga b. Beban bunga Klasifikasi tersebut tidak berubah dan tidak kaku sampai sekarang. Apabila perusahaan melaporkan beban bunga sebagai kegiatan pendanaan, maka hal itu merupakan pemikiran orang keuangan yang menganggap bahwa bunga sebagai akibat kegiatan pendanaan. Demikian juga dengan pendapatan bunga yang diklasifikasikan sebagai arus kas investasi. Secara umum, pola arus kas dalam laporan arus kas dapat dikenali dengan beberapa pola, antara lain: a. Arus kas operasi secara normatif adalah positif. Perusahaan yang tidak mengalami masalah operasional, yaitu laba dan modal kerja, arus kas operasinya positif.



b. Arus kas investasi secara normatif adalah negatif. Pengerian negatif adalah perusahaan secara normal melakukan belanja modal dengan membeli aktiva tetap. c. Arus kas pendanaan tidak berpola. Data arus kas dapat diperoleh dari laporan arus kas atau dapat juga didekati dengan cara lain misalnya EBITDA. Rasio yang berbasis EBITDA semakin banyak dipergunakan tetapi memerlukan beberapa pertimbangan, seperti: a. Analis tidak ingin dipengaruhi oleh manajemen perusahaan dalam menentukan umur asset. Berapapun umurnya EBITDA nya sama saja b. EBITDA merupakan pendekatan arus kas kasar (crude cash flow), karena pada dasarnya EBIT adalah earning based (berbasis laba) yang dengan sendirinya adalah akrual. Para analis kredit sangat menyukai EBITDA. Beberapa rasio yang pernah di bahas adalah: a. EBITDA margin b. EBITDA interest coverage 3. Rasio Arus Kas Dalam literature umum jarang dibahas mengenai arus kas secara khusus. Akan tetapi, pada analisis kredit yang digunkana oleh bank banyak rasio arus kas yang sudah digunakan. Publikasi awal yang dikutip oleh para penulis biasanya mengacu pada Giacomino dan Mielke tentang pembagian arus kas menjadi dua kelompok utama, yaitu: a. Efficiency ratio yaitu rasio yang menjelaskan seberapa baik perusahaan menghasilkan arus kas b. Sufficiency ratio yaitu rasio yang menjelaskan kecakupan dari arus kas untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Perhatian utama pada rasio kas adalah pada arus kas operasi, karena akan dilihat kaitannya dengan berbagai macam pos kas lainnya, bisa berupa arus kas atau pos laba-rugi atau neraca



Cash Flow Ratio Effieciency Ratio



Sufficiency Ratio



Additions



- Cash flow adequacy



- Cash Flow to Sales



- Debt Service



- Long-term debt payment



- Operations index



- Coverage Ratio Cash



- Dividend payout



- Cash flow return on



- Reinvestment Ratio



- Reinvestment



assets



- Debt coverage



- Fixed Assets Spending / Depreciation



- Depreciationamortization impact



4. Efficiency Ratio Efficiency ratio terdiri atas: a. Cash Flow Adequacy Jenis rasio cash flow adequacy adalah rasio coverage. Cash flow adequacy mengukur secara agregat kemampuan arus kas operasi dalam memenuhi kebutuhan utama arus kas di luar operasi, yaitu: 1) Pembelian aktiva tetap – investasi 2) Pembayaran deviden – pendanaan 3) Pembayaran utang (jangka panjang) – pendanaan Cash Flow Adequacy = b. Long-Term Debt Payment Utang jangka panjang biasanya timbul untuk mendanai investasi, dan biasanya utang tersebut berbunga. Pada akhirnya utang jangka panjang akan menjadi utang jangka pendek, bisa juga utang jangka panjang diterbitkan lagi (obligasi) untuk menutupi hutang jangka panjang lainnya yang jatuh tempo. Long-term payment menunjukkan sampai berapa besar arus kas operasi terserap untuk melunasi utang jangka panjang. Long-Term Debt Payment =



c. Dividend Payout Pada dasarnya kebijakan deviden antar perusahaan sangat bervariasi, dimana pembayaran deviden tersebut secara langsung akan mempengaruhi arus kas pendanaan. Besarnya rasio ini menujukkan berapa besar pengaruh deviden terhadap arus kas operasi. Dividend Payout = d. Reinvestment Investasi berhubungan erat dengan pertumbuhan perusahaan-perusahaan karena bagi perusahaan nilai investasi memerlukan arus kas yang cukup besar. Reinvestment adalah bagaimana seandainya arus kas operasi dugunakan untuk membeli asset tetap dimana pembelian tersebut dapat dihitung secara gross (total pembeliannya saja). Apabila pembelian aktiva tetap dikurangi dengan penjualan aktiva tetap maka menjadi net. Reinvestment = Perhitungan rasio ditunjukkan untuk mengukur investasi dalam bentuk aktiva tetap. Tekananya lebih kepada aktiva tetap yang digunakan sebagai sarana untuk menghasilkan arus kas operasi. Rasio ini dapat dimodifikasi menjadi pengukuan total investasi dimana pengertian asset yang dibeli adalah investasi (investment) dan aktiva tetap (fixed assets). Akan tetapi hal ini tidak disarankan. Investasi pada perusahaan lain memerlukan perhitungan dengan teknik yang berbeda dalam perhitungan return-nya, mengingat akuntansinya lebih kompleks. e. Debt Coverage Kebijakan tentang hutang, berbeda antara perusahaan satu dengan lainnya. Besarnya utang sangat mempengaruhi solvency perusahaan. Debt coverage menunjukkan sampai seberapa besar arus kas operasi mampu untuk menutupi seluruh utang perusahaan. Walaupun utang perusahaan tidak jatuh tempo sekaligus, rasio bisa menunjukkan seberapa besar keberadaan utang diperusahaan mampu ditutupi oleh arus kas operasi.



Debt Coverage = f. Depreciation-Amortization Impact Setiap asset tetap dan asset tak berwujud yang mempunyai batas umur akan mengalami depresiasi dan amortisasi. Dalam menghitung arus kas operasi secara tidak langsung, laba bersih (akrual) dikonversi menjadi arus kas dengan menambahkan kembali penyusutan. Dalam laporan arus kas operasi secara langsung, depresiasi tidak muncul. Oleh karena itu, depresiations-amortization impact lebih mudah dipahami dalam konteks laporan arus kas model tidak langsung. Depreciation-Amortization Impact = Besarnya angka koreksi penyusutan menjukan tingkat biaya penyusutan di perusahaan 5. Sufficiency Ratio Sufficiency Ratio terdiri atas: a. Cash Flow to Sales Penjualan sangat penting bagi perusahaan. Bahkan aktivitas di arus kas operasi yang mendatangkn arus kas hanyalah kas dari pelanggan, yang berarti dari penjualan. Cash flow to sales mengukur sampai seberapa besar setiap penjualan akan menjadi arus kas operasi. Seperti diketahui penjualan terdiri dari: 1) Penjualan tunai 2) Penjualan kredit Cash Flow to Sales = Untuk menjadi arus kas operasi, penjualan masih harus dikurangi dengan beban pokok dan biaya operasi. Semakin besar angka ini semakin banyak kas yang dihasilkan dari penjualan. b. Operations Index Laba adalah ukuran akrual, sementara arus kas operasi adalah ukuran kas. Kedua ukuran tersebut dipertemukan pada rasio operations index.



Operations index adalah perbandingan antara arus kas operasi dengan income from countinuing operations. Faktor yang membedakan cash flow from operations dengan laba adalah koreksi model kerja dan koreksi penyusutan. Operations Index = Net income dan net income from continuing operations akan sama kecuali terdapat: 1) Pos luar biasa 2) Discounted operations 3) Pengaruh kumulatif atas perubahan akuntansi Dengan demikian, pada laporan keuangan yang terdapat pos-pos tersebut di atas yang muncul di neraca hanya net income saja. c. Cash Flow Return on Assets Rasio ini menghitung return dalam satuan arus kas. Seharusnya rasio ini lebih tinggi dari ROA biasa, karena perusahaan pada umumnya menghasilkan arus kas operasi lebih tinggi dari laba. Cash Flow Return on Assets = Cash flow return on assets (CFROA) mirip dengan return on assets. Hanya saja disini basisnya adalah kas. Secara normal, mestinya CFROA lebih tinggi dari ROA apabila perusahaan tidak mempunyai masalah modal kerja. Ilustrasi dibawah ini adalah data yang dapat digunakan sebagai pembanding dari tiga industri. Tabel tersebut diperoleh dari data perusahaan yang masuk kategori fortune 500 pada tahun tertentu.



6. Varian Ratio Arus Kas Beberapa rasio yang menggunakan arus kas sebagai dasar dan tidak termasuk Sembilan rasio sebelumnya, akan dibahas dibawah ini: a. Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Di buku ini diambilkan DSCR yang mudah untuk dihitung, yaitu dengan basis EBITDA rasio ini mengukur sampai seberapa cukup EBITDA menutup kewajiban terhadap kreditor berupa cicilan pokok dan bunganya. Debt Service Coverage Ratio = b. Cash Reinvestment Ratio Rasio ini mengukur investasi, baik untuk menggantikan aset lama maupun untuk investasi baru. Cash Reinvestment Ratio = Yang dimaksud gross plant adalah total aktiva tetap sebelum dikurangi akumulasi depresiasi. Investment adalah investasi dalam surat berharga



diluar aktiva lancar. Working capital adalah modal kerja bersih, yaitu selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Angkka 7% sampai dengan 11% dianggap memadai. Cara mudah mengingat komponen bagian bawah adalah total aset dikurangi dengan utang lancar. c. Fixed Asset Spending/Depreciation (FAS/D) Rasio ini mengukur sampai seberapa jauh pengeluaran untuk membeli aset tetap dibanding tingkat depresiasi. = Dalam depresiasi yang dihitung hanya depresiasi aktiva tetap saja. Depresiasi aset tidak berwujud tidak ikut dihitung. Akan lebih baik apabila rasio ini dalam kurun waktu tertentu, misalnya tiga sampai lima tahun. Pengamatan terhadap FAS/D bisa dilakukan bersamaan dengan pengamatan terhadapp ROA atau ROE. Peningkatan FAS/D yang tidak diikuti dengan kenaikan return, bisa berarti pengeluaran tanpa tambahan return. Rasio ini juga disebut dengan recapitalization index.



Analisis Berikut adalah contoh analisis dua buah perusahaan dengan format laporan arus kas berbeda. Hal ini untuk menunjukkan bahwa dalam analisis komparatif, perlu adanya standarisasi



Dalam contoh analisis diatas, kedua perusahaan menggunakan format pelaporan berbeda. Idealnya seorang analis mempunyai template untuk melakukan penyesuaian laporan keuangan perusahaan yang bervariasi menjadi format standar yang diinginkan oleh analis. Standarisasi ini akan memudahkan kerangka analisis yang akan dikembangkan. Dengan demikian, laporan keuangan yang bervariasi tidak perlu menimbulkan kesulitan dalam pengembangna analisis.



Daftar Rujukan



Murhadi, W. R. 2013. Analisis Laporan Keuangan: Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta: Salemba Empat Prastowo, D dan Juliaty, R. 2005. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi, edisi kedua. Yogyakarta: AMP YKPN



Prihadi, T. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PPM