Analisis Cerpen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS SEBUAH CERPEN “DILEMA” Cerita yang berjudul “Dilema” ini adalah salah satu cerita pendek karya Kaefzet. Cerita pendek atau cerpen ini saya ambil dari Majalah Gadis, No. 18, Edisi 30 Juni 2009 – 9 Juli 2009. Dalam cerpen ini menceritakan tentang kehidupan keluarga Fee dan kehidupan Fee bersama teman-temannya. Untuk lebih memahami dan mempelajari isi cerpen serta nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen ini, saya akan mencoba untuk menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan cerpen ini. SINOPSIS CERPEN “DILEMA” Siang itu Fee terburu-buru menuju resto pizza untuk menghadiri acara kumpul-kumpul bersama teman-temannya. Dia datang pas pukul 15.00, sampai di sana dia disambut oleh teman-temannya. Sebenarnya dia bimbang akan ikut acara itu atau tidak, karena kondisi keuangan keluarganya sedang tidak baik itu semua disebabkan oleh papanya yang ter-PHK dari perusahaan beliau. Fee ingin meminta uang kepada mamanya, tapi dengan kondisi seperti itu Fee tidak tega, akhirnya tanpa berfikir panjang Fee menjual handphonenya dan menggunakan uang itu untuk acara kumpul bersama teman-temannya. Fee merasa senang bisa berkumpul dengan teman-temannya. Mereka berfoto-foto untuk kenang-kenangan, karena mereka sebentar lagi akan berpisah melanjutkan pendidikan di sekolah yang sudah mereka inginkan. Setelah acara itu selesei, Fee pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, mama Fee sudah menunggunya di depan rumah. Raut wajah mama Fee pun tidak seperti biasanya yang murung dan sedih, tapi kali ini raut wajahnya menampakkan kalau dia sedang gembira. Mama Fee pun mengatakan kabar yang baik kepada Fee, yaitu ternyata papa Fee telah mendapatkan pekerjaan baru. Fee pun sangat senang, lalu Fee pun menceritakan bahwa dia menjual handphonenya untuk acara kumpul bersama teman-temannya. PERWATAKAN PARA TOKOH Tokoh cerpen yang berjudul ‘Dilema’ ini mempunyai watak sebagai berikut : 1. Fee : baik hati, bertanggung jawab, dan dewasa. 2. La : baik dan suka memaksa. 3. Sis : baik hati dan suka menolong. 4. Mama Fee : tidak tegar dalam menghadapi masalah. KONFLIK YANG TERJADI Konflik yang terjadi dalam cerpen ‘Dilema’ ini adalah ketika Fee harus memilih menjual handphonenya untuk datang ke acara kumpul bersama teman-temannya atau tidak menghadiri acara tersebut. Tidak mungkin dia meminta uang kepada mamanya, karena kondisi keuangan keluarga mereka sedang tidak baik. Dan akhirnya Fee menjual handphonenya dan dia bisa hadir dalam acara tersebut. KECOCOKAN TEMA DENGAN JUDUL Antara tema dengan judul cerpen ini memiliki kecocokan karena mengisahkan tentang kehidupan seseorang. Kisah yang menceritakan tentang kehidupan keluarga Fee dan kehidupa Fee bersama teman-temannya. KECOCOKAN JUDUL DENGAN ISI Antara judul dengan isi cerpen ini memiliki kecocokan karena menggambarkan tentang sebuah kebimbangan Fee ketika dihadapkan dengan 2 pilihan yang harus dia pilih yaitu antara menjual handphonenya untuk ikut acara kumpul bersama teman-temannya atau tidak ikut acara tersebut karena



tidak memiliki uang dan tidak tega untuk meminta uang kepada mamanya karena kondisi keuangan keluarganya sedang tidak baik. POINT OF VIEW (SUDUT PANDANG) Dalam cerpen ini pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena pengarang adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.



PESAN PENGARANG Dari cerpen ini pengarang ingin menyampaikan beberapa pesan, yaitu : 1. Kita harus tegar dalam menghadapi suatu masalah dan harus cepat mencari jalan keluarnya. 2. Kita harus berfikir panjang untuk mengambil sebuah keputusan, agar kita tidak menyesal nantinya. 3. Kita tidak boleh terlalu lama terpuruk dengan sebuah halangan yang mengganggu hidup kita. NILAI KEHIDUPAN YANG DAPAT DIAMBIL Cerpen ini mempunyai nilai kehidupan yang sangat baik untuk kita, bahwa jika kita ingin melakukan sesuatu atau mengambil sebuah keputusan, kita harus berfikir panjang dulu jangan terburuburu untuk mengambil keputusan, agar kita tidak menyesal dengan keputusan yang sudah kita ambil.



Analisis Cerpen "Dodolitdodolitdodolitbret" Sinopsis Cerita Dalam cerpen ini menceritakan tentang seorang tokoh yang bernama Kiplik, yang meragukan tentang kebenaran cerita dari dongeng yang mengatakan bahwa, kalau seseorang doanya benar akan dapat berjalan diatas air. Padahal Kiplik melihat, banyak orang yang berdoanya masih salah, lawong kata-katanya saja salah apalagi nanti maknanya pasti berubah dan juga berbeda serta malah bisa bertentangan. Saking ambisinya, Kiplik menginginkan agar seluruh manusia dan ingin mengajarkan bagaimana berdoa dengan benar, sehingga dia mengingatkan hal itu kepada banyak orang, yang lama kelamaan mereka memanggilnya dengan Guru Kiplik. Dan semakin banyak yang menjadi pengikut setia Guru Kiplik dan mengikutinya kemanapun Guru Kiplik pergi. Suatu ketika dalam perjalanannya, Guru Kiplik sampai di sebuah danau sangat luas yang di tengahnya ada sebuah pulau terisolir. Guru Kiplik pun mendatangi pulau itu. Ternyata ada satu kesalahan fatal para penduduk pulau yang jumlahnya hanya 9 orang, yakni ”mereka berdoa dengan cara yang salah”. Maka Guru Kiplik pun tergerak untuk mengajari cara berdoa yang benar. Tetapi penduduk pulau itu selalu melakukan kesalahan berulang kali dalam menghapal doa yang ia ajarkan, sehingga Guru Kiplik berpikir, ”Jangan-jangan setan sendirilah yang selalu menyesatkan mereka dengan cara berdoa yang salah itu.” Namun berkat kesabaran Guru Kiplik, akhirnya bisa juga para penduduk itu berdoa dengan cara yang benar, sehingga Guru Kiplik memutuskan sudah waktunya meninggalkan pulau itu dan pergi ke tempat lain bersama para pengikutnya. Belum jauh perahu yang membawa Guru Kiplik pergi, awak perahu dengan terkejut memanggil Guru Kiplik dan menunjuk ke arah pulau. Kesembilan warga yang susah menghapal doa itu yang sedang mendekati perahu dengan berlari di atas air sambil berteriak-teriak. ”Guru! Guru! Tolonglah kembali Guru! Kami lupa lagi bagaimana cara berdoa yang benar!” Guru Kiplik terpana, matanya terkejap-kejap dan mulutnya menganga. Mungkinkah sembilan penghuni pulau terpencil, yang baru saja diajarinya cara berdoa yang benar itu, telah begitu benar doanya, begitu benar dan sangat benar bagaikan tiada lagi yang bisa lebih benar, sehingga mampu bukan hanya berjalan, tetapi bahkan berlari-lari di atas air?. Tema : Keagamaan Contoh kalimat dalam cerita : “Namun, ia memang berpendapat bahwa jika seseorang ingin membaca doa, maka ia harus belajar membaca doa secara benar”. Tokoh dan Penokohan: Guru Kiplik Tiba-tiba pada paragraf pertama beliau mengalami konflik batin yaitu tentang doa orang yang baik dan benar akan bisa berjalan diatas air, namun beliau menampik hal itu dan tidak mempercayai mitos ataupun gagasan itu yang membuatnya resah dan gelisah dalam hati. -Contoh kalimat dalam cerita : Sembilan orang penduduk  sembilan orang yang sangat lugu, jauh dari peradaban dan juga termasuk jauh dari agama yang baik dan benar agamanya. -Contoh kalimat dalam cerita : “Tiadalah usah diceritakan betapa lama dan susah payah perjalanan yang ditempuh Guru Kiplik. Namun, akhirnya ia pun sampai juga ke pulau tersebut. Ternyatalah bahwa pulau sebesar noktah itu subur makmur begitu rupa, sehingga penghuninya tiada perlu berlayar ke mana pun jua agar dapat hidup. Bahkan, para penghuninya itu juga tidak ingin pergi ke mana pun meski sekadar hanya untuk melihat dunia. Tidak terdapat satu perahu pun di pulau itu. -Dan begitu juga kalimat ini : menunjukkan keluguan mereka ”Guru! Guru! Tolonglah kembali Guru! Kami lupa lagi bagaimana cara berdoa yang benar!”



Alur : Maju dari awal sampai akhir runtut dan tidak ada pengulangan cerita atau kembali ke masa lalu (Flash Back). Setting atau latar Setting Tempat : “Dari kampung ke kampung, dari kota ke kota, dari lembah ke gunung, dari sungai ke laut, sampai ke negeri-negeri yang jauh, dan di setiap tempat setiap orang bersyukur betapa Guru Kiplik pernah lewat dan memperkenalkan cara berdoa yang benar”. Setting Waktu: “Tiadalah usah diceritakan betapa lama dan susah payah perjalanan yang ditempuh Guru Kiplik. Namun, akhirnya ia pun sampai juga Ternyatalah bahwa pulau sebesar noktah itu subur makmur begitu rupa,,,” -Tentunya dalam perjalanan yang menaiki sebuah perahu layar akan dilaksanakan ketika matahari sudah muncul. Dan bisa menyebutkan pulau itu subur makmur, jadi masuk pada waktu siang. Setting Alat: “Maka disewanya sebuah perahu layar bersama awaknya agar bisa mencapai pulau itu, yang konon terletak tepat di tengah danau, benar-benar tepat di tengah,,,, Point Of View (sudut pandang) Orang Ketiga Serba Tahu Amanat: -Janganlah menilai orang dari wujud luarnya saja karena penampakan dari luar itu kadang tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam yang masuk wilyah batin yakni didalam hati. -Ada indikasi dari cerita diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwasanya : cerita dalam judul ini kalau kita mengambil konteks dua ormas islam yang kita ketahui secara nyata di Indonesia khususnya terdapat amanat yang dikhususkan kepada kedua ormas islam, yang dewasa ini masih memiliki perbedaan paham. Perbedaan jalan yang ditempuh ketika mengalami suatu benturan yang mengharuskan membicarakan masalah sumber ajaran maupun sumber yang diajarkan kepada umat islam yaitu antara Ormas Islam Muhamadiyyah yang dalam cerita diatas digambarkan sebagai guru Bisa dikatakan Guru Kiplik dengan keteguhan dan cara berdoa yang baik dan benar, yang seperti itu bisa dikatakan agama dalam wilayah syariat yang sama dengan prinsip ajaran ormas Muhamadiyyah kekeh dengan ajaran islam yang lebih mengutamakan syariat yang bersumber pada Al-Quran dan Hadits. Berbeda dengan Nahdhatul Ulama yang dalam cerita diatas digambarkan kesembilan penghuni yang bertempat tinggal ditengah danau yang bisa berjalan diatas air ialah orang-orang yang tidak hanya mengkaji syariat saja, namun juga mengkaji atau belajar jalan yang lain, seperti tarikat, ma’rifat, hakikat. Dan sumber yang digunakan ulama Nahdatul Ulama tidak hanya Al-Quran dan Hadits tetapi juga Ijma’ Sahabat/ulama, qiyas dll. Namun Walaupun mereka berbeda tetapi tetap ISLAM. Islam Cinta Damai.



ANALISIS CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK a. Unsur Intrinsik 1. Tema : Seorang kepala keluarga yang lalai menghidupi keluarganya. 2. Amanat pokok yang terdapat dalam cerpen ini adalah "Pelihara, dan jagalah apa yang kau miliki, bertanggungjawablah dengan kewajibanmu di dunia ini." Amanat lain yang dapat diambil dari cerpen, antara lain: 1) jangan cepat marah kalau diejek orang, 2) jangan cepat bangga kalau berbuat baik, 3) jangan terpesona oleh gelar dan nama besar, 4) jangan menyia-nyiakan yang kamu miliki, dan 5) jangan egois. 3. Latar Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga macam, yaitu: latar tempat; latar waktu; dan latar sosial. a. Latar Tempat Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas disebutkan oleh pengarangnya, seperti kota, dekat pasar, di surau, dan sebagainya, seperti yang sudah dipaparkan di atas contoh seperti berikut :



b.



c.



4.



5.



6.



Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil kekanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itu nanti akan tuan temui sebuah surau tua Latar Waktu Latar jenis ini, yang terdapat dalam cerpen ini ada yang bersamaan dengan latar tempat, seperti yang sudah dipaparkan di atas pada latar tempat atau contoh yang lainnya seperti berikut : “Pada suatu waktu,” kata Ajo Sidi memulai, “..di Akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang ….” Latar Sosial Di dalam cerpen ini latar sosial digambarkan sebagai berikut : Dan di pelataran surau kiri itu akan tuan temui seorang tua yang biasanya duduk disana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun Ia sebagai Garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya kakek. Dari contoh ini tampak latar sosial berdasarkan usia, pekerjaan, dan kebisaan atau cara hidupnya. Alur Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal, tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir. Penokohan Tokoh dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Saleh. 1) Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain. 2) Ajo Sidi adalah orang yang suka membual,dan cinta kerja. 3) Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain pendek akal dan pikirannya, serta terlalu lemah imannya. 4) Haji Saleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri (egois). Titik Pengisahan Titik pengisahan cerpen ini yaitu pengarang berperan sebagai tokoh utama (akuan sertaan) sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita. Selain itu pengarang pun berperan sebagai tokoh bawahan ketika si kakek bercerita tentang Haji Saleh di depan tokoh aku.



7. Gaya Bahasa / Majas Majas yang digunakan dalam cerpen ini di antaranya majas alegori karena di dalam cerita ini cara berceritanya menggunakan lambang, yakni tokoh Haji Saleh dan kehidupan di akhirat, atau lebih tepatnya menggunakan majas parabel (majas ini merupakan bagian dari majas alegori) karena majas ini berisi ajaran agama, moral atau suatu kebenaran umum dengan mengunakan ibarat. Majas ini sangat dominan dalam cerpen ini Selain majas alegori atau parabol, pengarang pun menggunakan majas Sinisme seperti yang diucapkan tokoh aku: ”…Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi….” Inilah sebuah kritik untuk masyarakat kita sekarang ini. Dengan demikian penggunaan majas-majas itu untuk mengingatkan atau menasehati sekaligus mengejek pembaca atau masyarakat. Nasehat dan ejekannya itu ternyata berhasil. Buktinya, ketika cerpen ini diterbitkan tidak lama kemudian cerpen ini mendapat tempat di hati pembacanya dan masih terus dibicarakan hingga kini. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM CERPEN  Nilai Sosial : Kita harus saling membantu jika orang lain dalam kesusahan seperti dalam cerpen tersebut karena pada hakikatnya kita adalah mahluk sosial.  Nilai Moral Kita sebagai sesama manusia hendaknya jangan saling mengejek atau menghina orang lain tetapi harus saling menghormati.  Nilai Agama Kita harus selalu melakukan kehendak Allah, jangan melakukan hal yang dilarang oleh-Nya seperti bunuh diri, mencemooh dan berbohong.  Nilai Pendidikan Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha dengan sekuat tenaga.  Nilai Adat Kita harus memegang teguh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.



ANALISIS CERPEN Judul Cerpen Pengarang



: “ ORANG – ORANG SEBERANG KALI “ : Ahmad Tohari



1. Sinopsis Cerita Disuatu perkampungan ada desa yang terpisah dengan desa lain, yaitu perkampungan seberang kali, kami menyebutnya “ Orang – orang seberang kali “. Sebenarnya kali itu hanya sebuah parit alam yang dalam, kalau orang ingin menyeberanginya hanya dengan titian batang pinang. Ada perbedaan yang sangat menonjol dari desa kami. Orang – orang seberang kali menganggap ada jago adalah bagian terpenting dalam hidup mereka. Disana ada pemimpin yang disebut butoh, yang bernama Madrakum. Setiap fajar, muadzin surau kami selalu dibangunkan oleh ayam jago orang seberang kali. Setelah disana ayam jantan berkokok, maka didesa kami seruan takbir subuh. Didesa kami orang – orang pulang dari surau, disana orang – orang jongkok sambil mengelus – elus ayam jago. Tetapi rabu kemarin ada orang seberang kali yang sudah berdiri didepan rumahku saat masih fajar, ternyata Kang Samin. Kang Samin memberitahuku kalau Madrakum sedang sekarat, tetapi penyakitnya sangat aneh. Dan ternyata dia sudah lama sekarat. Setiap hari bukannya bertambah baik malah bertambah buruk keadaannya, badannya melemah, daun telinganya terkulai, bau mayat yang khas, dan raut mukanya yang sudah lain sama sekali. Tetapi dia tidak mati juga, seakan dia lah yang sedang menunggunya. Ternyata memang benar semua yang dikatakan Kang Samin, Madrakum memang sekarat menunggu mati yang seakan enggan menjemputnya. Lalu aku duduk diatas kursi dekat kepala Madrakum, lalu aku mulai membacakan Surah Yassin yang sudah ku hafal diluar kepala, orang – orang seberang ternyata bias menciptakan keheningan saat aku membacakan ayat – ayat suci. Setelah selesai, kemudian aku berpamitan untuk pulang kerumah dan memberitukan keadaan Madrakum kepada tetangga desaku. Setelah sampai dirumah, aku memberitahu istriku dulu, dan keluar untuk memberitahukan keadaan Madrakum kepada tetanggaku, tetapi sebelum keluar halaman tiba – tiba dengan wajah yang sangat senang Kang Samin muncul dan mengucapkan terima kasih serta memberitahukan bahwa ternyata Madrakum telah mati. Yang tidak aku mengerti adalah sikap aneh yang dilakukan Mardakum sebelum Sakaratul Maut. Kata Kang Samin, tidak lama setelah aku pulang, Madrakum berdiri gagah, lalu membuat gerakan – gerakan persisi ayam jago yang sedang menggombal betinanya. Tidak hanya itu, dia kemudian keluar, berdiri megah, matanya liar, kedua tangannya mengepak. Tetangganya terpana melihat Madrakum berkokok berkali – kali seperti ayam jago miliknya sehingga ayam – ayam jago disebelahnya menyangkulnya bergantian. Tapi semuanya berakhir ketika Madrakum jatuh melingkar ditanah dan ternyata dia telah mati. 2. Tema dan Amanat  Tema : Keagamaan Kalimat yang menunjukkan tema:  “ Begitu, disana kokok ayam jantan, disini seruan takbir. Disini orang – orang pulang dari surau, disana orang – orang jongkok sambil mengelus – elus ayam jago. “  “ Orang – orang seberang kali ternyata bisa menciptakan hening ketika aku membacakan ayat – ayat suci. “  “ Aku mengerti maksudmu. Membacakan Surah Yassin, kan ? Tapi jangan keliru. Ajal di tangan Tuhan. “  Amanat Amanat yang terkandung dalam cerpen yang berjudul “ Orang – orang Seberang Kali “ adalah bahwa kita jangan suka mengadu ayam – ayam jago, karena perbuatan tersebut dilarang oleh agama. Perbuatan mengadu ayam jago sama juga menyiksa ayam – ayam tersebut apalagi kalau perbuatan itu disertai judi. Ayam jago juga makhluk hidup mereka juga punya perasaan. Allah mungkin menegur mereka melalui kematian Madrakum, yang mati secara tidak wajar, tingkah lakunya persis seperti ayam ketika akan diadu. Allah mengutuknya karena menjadi butoh – nya. Allahumma min dzalikh … 3. Tokoh Utama dan Penokohannya  Tokoh Utama : Aku Alasan : Karena tokoh “ Aku “ yang menceritakan/ menggambarkan kisah tentang kehidupan orang – orang seberang desanya dan juga kematian Madrakum yang sangat tidak wajar. Tokoh “ Aku “ juga sering muncul didalam cerita tersebut.  Penokohan a. Tokoh “ Aku “  Sholeh  Baik  Berbudi Luhur  Suka Menolong  Perduli



b. Madrakum  Tidak punya hati  Suka mengadu ayam  Tidak tahu agama c. Kang Samin  Tidak punya perasaan  Bicaranya kasar  Tidak tahu agama  Kasar  Suka mengadu ayam



4. Alur/ Plot cerita  Alur/ Plot sering juga disebut jalan suatu cerita  Alur/ Plot yang terdapat pada cerita “ Orang – orang Seberang Kali “ menggunakan alur Mundur, karena cerita ini memang menceritakan kehidupan masa lalu atau kehidupan yang telah terjadi. Terdapat potongan kalimat yang menunjukkan bahwa cerita ini menggunakan laur mundur adalah kata “ kemarin “, yaitu terdapat pada kalimat: “ Kecuali rabu kemarin. Kemarin kami pulang dari surau kala pagi masih remang oleh kabut, ada orang seberang kali sudah berdiri di halaman rumahku. “ Pada kalimat diatas terdapat kata “ kemarin “ , kata tersebut menunjukkan waktu yang telah terjadi atau kegiatan yang sudah berlalu. 5. Setting/ Latar cerita Setting/ Latar cerita adalah tempat atau waktu terjadinya cerita. Setting/ Latar dibagi menjadi 3: a. Setting Waktu  Fajar Tedapat pada kalimat “ Setiap fajar seakan menjadi milik orang seberang kali karena ayam jago mereka selalu berkokok lebih awal dari ayam jago siapapun, bahkan lebih awal dari suara kokok muadzin surau kami “  Pagi Terdapat pada kalimat “ Ketika aku melewati titian batang pinang itu hari sudah benar – benar terang. Pakis – pakisan di tebing parit hijau dan segar denagn tetes – tetes embun di puncak – puncaknya. “ b. Setting Tempat  Surau/ Masjid  Rumah Madrakum ( Desa seberang kali )  Rumah Tokoh “ Aku “ c. Setting Suasana  Hening Terdapat dalam kalimat “ Orang – orang seberang kali ternyata bisa menciptakan hening ketika aku membacakan ayat – ayat suci “ 6. Kesesuaian antara Setting, Plot, dan Cerita “ Orang – orang Seberang Kali “ Antara setting, plot, dan tema saling berhubungan, jadi antara ketiga hal tersebut yang tidak dapat diolah alih kedudukannya. Dari ketiga hal tersebut bersifat terpadu dan saling berkaitan. Seperti misalnya apabila Tema cerita tersebut Keagamaan, setting yang sesuai adalah Surau, pesantren, dll, karena tema keagamaan rata – rata mengacu pada dakwah dan dakwah tersebut biasanya dilaksanakan di Surau, pesantren, dll. Plot suatu cerita dapat disesuaikan menurut urutan waktu atau juga urutan tempat. 7. Penggunaan Bahasa Pengarang Penggunaan bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam cerita “ Orang – orang Seberang Kali “ menggunakan bahasa Komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Pembaca bisa menangkap isi dan maksud yang ditulis oleh pengarang karena bahasanya tidak sulit, sehingga pembaca tidak perlu mencari arti kalimat tersebut.