Makalah Analisis Cerpen Banun [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS CERPEN BANUN KARYA DAMHURI MUHAMMAD



Oleh Astrid Dyah Retno Saputri NIS : 14474



SMA NEGERI 33 JAKARTA JANUARI 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempuraan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi para siswa sebgai sarana pembelajaran.



Jakarta, 21 Januari 2019



Penulis



DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN……………………………....………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………… 1 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………………………………… 1 BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………… 2 A. Unsur Intrinsik …………………………………………………………………………………. 2 1. Tema ………………………………………………………………………………………. 2 2. Amanat …………………………………………………………………………………… 2 3. Alur …………………………………………………………………………………….. 3 4. Tokoh …………………………………………………………………………………….. 3 5. Penokohan ……………………………………………………………………………… 3 6. Sudut Pandang ………………………………………………………………………… 4 7. Latar …………………………………………………………………………………….. 4 8. Gaya Bahasa ……………………………………………………………………………… 5 B. Unsur Ekstrinsik ……………………………………………………………………………… 6 1. Latar Belakang Pengarang ……………………………………………………………………. 6 2. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Cerpen ………………………………………………… 6 BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………… 7 A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………….. 7 B. Saran …………………………………………………………………………………………. 7 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………….. 8



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra berbentuk prosa dengan kisah yang pendek dengan kesan tunggal dan terpusat pada satu tokoh dalam suatu situasi. Cerpen terbangun dari dua unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik cerpen meliputi, tema, amanat, latar (setting). Sudut pandang (point of view), tokoh dan penokohan, diksi / pilihan kata / gaya bahasa, dsb. Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen meliputi nilai sosial, politik, biografi pengarang dsb. Banyak hal yang terkandung dalam cerpen, di dalam cerpen terdapat watak tokoh cerpen, amanat, serta sejumlah permasalahan yang dihadapi tokoh cerpen merupakan potret kehidupan nyata disajikan oleh pengarang melalui cerita. Itu berarti, dengan mengapresiasi cerpen, kita akan mendapat banyak pengalaman hidup, termasuk nilai positif watak di dalamnya. Mengapresiasikan cerpern ada banyak sekali macamnya, salah satunya yaitu dengan cara menganalisis unsur pembangunnya, baik itu unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Berdasarkan uraian diatas, pemulis akan menyusun makalah yang berjudul “Menganalisis Cerpen Yang Berjudul Banun Karya Damhuri Muhammad“. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana unsur intrinsik cerpen Banun? 2. Bagaimana unsur ekstrinsik cerpen Banun? 3. Bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen Banun? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan unsur intrinsik dalam cerpen Banun 2. Untuk mendeskripsikan unsur ekstrinsik dalam cerpen Banun 3. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen Banun



1



BAB II PEMBAHASAN Sinopsis : Menceritakan tentang seorang perempuan ringkih dengan usia sudah berkepala tujuh bernama Banun, ia terkenal sebagai wanita yang kikir di desanya, maka ia dijukuki Banun Kikir. Di sepanjang usianya ia tidak pernah membeli bahan-bahan untuk kebutuhan sehari-hari jika bisa ia tanam sendiri, misalnya sayur mayur maupun buah buahan. Dengan sifat kikirnya orang-orang menjuluki kikir padanya, nyatanya sekarang ia menjadi petani sukses sekaligus menjadi juragan tanah. Ia bisa membantu orang-orang di desa yang kehabisan uang, juga Keempat anak Banun sudah disarjanakan dengan kucuran peluhnya. Suatu hari seorang laki-laki bernama Palar dengan sifat berbanding terbalik sengan dirinya, sekaligus menjadi orang pertama yang dulu mengatainya kikir, ia ingin menikahkan anaknya yang bernama Rustam seorang calon insinyur Pertanian dengan anak Banun yang bernama Rimah. Namun Banun menolak lamaran Palar dengan alasan bahwa Rimah telah mempunyai calon suami. Bukan karena Palar sekarang terbelit hutang, tidak pula karena ia sudah menjadi tuan tanah, tapi karena perangai buruk Palar yang dianggapnya sebagai penghinaan jalan hidup orang tani atau petani. A. Unsur Intrinsik 1. Tema Tema pada cerpen “Banun” adalah keberanian seseorang yang tidak memperdulikan omongan orang lain tentang dirinya demi masa depan dia dan keluarganya. Tokoh Banun terkenal dengan sifat kikirnya, namum sebenarnya Banun adalah seorang pekerja keras yang dengan gigih berjuang untuk kehidupan dirinya dan anak-anaknya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut “Tak usah hiraukan gunjingan orang! Kalau benar apa yang mereka tuduhkan, kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, seumur-umur akan jadi orang tani,” bentak Banun. Dan juga dapat kita lihat dari kutipan berikut “Maka, selepas kesibukannya menanam, menyiangi, menuai padi di sawah milik sendiri, dengan segenap teanga yang tersisa, Banun menghijaukan pekarangan dengan bermacam-ragam sayuran, cabai, seledri, bawang, seledri, kunyit, lengkuas, jahe” 2. Amanat Amanat pada cerpen “Banun” adalah jangan pernah menilai orang hanya dari kebiasaan yang orang itu biasa lakukan tanpa pernah tahu apa maksud dan tujuan orang itu melakukannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut, “Bagi Banun, segala sesuatu yang dapat tumbuh di atas tanahnya, lagi pula apa yang tak bisa tumbuh di tanah kampung itu akan ditanamnya, agar ia selalu terhindar dari keharusan membeli. Dengan begitu, penghasilan dari panen padi, kelak bakal terkumpul, guna membeli lahan sawah yang lebih luas lagi. Dan, setelah bertahun-tahun menjadi orang tani, tengoklah keluarga Banun kini. Hampir separuh dari lahan sawah yang terbentang di wilayah kampung tempat ia lahir dan dibesarkan, telah jatuh ke tangannya. Orangorang menyebutnya tuan tanah, yang seolah tidak pernah kehabisan uang guna meladeni mereka yang terdesak keperluan biaya sekolah anak-anak. Tak jarang pula untuk biaya keberangkatan anak-anak gadis mereka ke luar negeri, untuk menjadi TKW, lalu menggadai, bahkan menjual lahan sawah. Empat orang anak Banun telah disarjanakan dengan kucuran peluhnya selama menjadi orang tani.



2



3. Alur Cerpen “Banun” ini menggunakan alur campuran karena menceritakan asal-muasal tokoh Banun dijuluki Banun Kikir. Pada paragraf ketiga, yaitu pada kutipan “Tapi, hanya ada satu Banun Kikir yang karena riwayat kekikirannya begitu menakjubkan, tanpa mengurangi rasa hormat pada Banun-banun yang lain, sepatutnyalah ia menjadi lakon dalam cerita ini.” Alur ini menunjukan alur mundur karena menceritakan asal muasal Banun dijuluki Banun Kikir. Dan kemudian pada paragraph kesembilan, yaitu pada kutipan “Sesungguhnya Banun tidak lupa pada orang yang pertama kali menjulukinya Banun Kikir hingga nama buruk itu melekat sampai umurnya hampir berkepala tujuh. Orang itu tidak lain adalah Palar, laki-laki ahli waris tunggal kekayaan ibubapaknya. Namun, karena tak terbiasa berkubang lumpur sawah…” alur ni menunjukan alur maju yang dimana Palar ingin Banun membantunya untuk melunasi hutang-hutangnya. 4. Tokoh Tokoh yang terdapat pada cerpen “Banun” adalah :  Banun (Protagonis) Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut “ Orang-orang menyebutnya tuan tanah, yang seolah tidak pernah kehabisan uang guna meladeni mereka yang terdesak keperluan biaya sekolah anak-anak. Tak jarang pula untuk biaya keberangkatan anak-anak gadis mereka ke luar negeri, untuk menjadi TKW, lalu menggadai, bahkan menjual lahan sawah. Empat orang anak Banun telah disarjanakan dengan kucuran peluhnya selama menjadi orang tani.”  Rimah (tokoh pembantu) Karena tokoh yang dilibatkan atau yang dimunculkan untuk mendukung jalan cerita dan memiliki kaitan dangan tokoh utama.  Palar (Antagonis) Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut “Sesungguhnya Banun tidak lupa pada orang yang pertama kali menjulukinya Banun Kikir hingga nama buruk itu melekat sampai umurnya hampir berkepala tujuh. Orang itu tidak lain adalah Palar, lakilaki ahli waris tunggal kekayaan ibu-bapaknya. Namun, karena tak terbiasa berkubang lumpur sawah, Palar tak pernah sanggup menjalankan perilaku orang tani”  Zubaedah (tokoh figuran) Karena tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita tetapi tidak memiliki kaitan dengan tokoh utama. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut “Untuk sekebat sayur Kangkung pun, Zubaidah (istri Palar), harus berbelanja ke pasar.” 5. Penokohan Penokohan adalah cara penulis menggambarkan karakter tokoh-tokohnya. Berikut merupakan penokohan yang terdapat pada cerpen “Banun”.  Banun : Tangguh, keras kepala, hemat, dan pekerja keras. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut “Maka, selepas kesibukannya menanam, menyiangi, dan menuai padi di sawah milik sendiri, dengan segenap tenaga yang tersisa, Banun menghijaukan pekarangan...” Dan “. Bagi Banun, segala sesuatu yang dapat tumbuh di atas tanahnya, lagi pula apa yang tak bisa tumbuh di tanah kampung itu akan ditanamnya, agar ia selalu terhindar dari keharusan membeli”  Rimah : Pembantah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ”Kalau Mak menerima pinangan Rustam, tentu julukan buruk itu tak pernah ada,” sesal Rimah suatu hari.”



3



 Palar : Pemalas, pendendam, dan pemarah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut “Sesungguhnya Banun tidak lupa pada orang yang pertama kali menjulukinya Banun Kikir hingga nama buruk itu melekat sampai umurnya hampir berkepala tujuh. Orang itu tidak lain adalah Palar, laki-laki ahli waris tunggal kekayaan ibu-bapaknya. Namun, karena tak terbiasa berkubang lumpur sawah, Palar tak pernah sanggup menjalankan lelaku orang tani.”  Zubaedah : Pemboros. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut “Untuk sekebat sayur Kangkung pun, Zubaidah (istri Palar), harus berbelanja ke pasar.” 6. Sudut Pandang Sudut Pandang pada cerpen “Banun” tersebut menggunakan sudut pandang orang ketiga yaitu penggunaan nama yang sering digunakan pengarang dalam menceritakan tokoh utamanya yaitu Banun. 7. Latar Latar meliputi tempat, waktu, dan suasana peristiwa yang terjadi atau yang diceritakan. Berikut merupakan latar-latar yang terdapat dalam cerpen “Banun”. Latar Tempat 1. Hutan = Di hutan mana para pemburu melepas anjing, di sana pasti tegak lapak lemangtapai milik Banun. 2. Pekarangan = Maka, selepas kesibukannya menanam, menyiangi, dan menuai padi di sawah milik sendiri, dengan segenap tenaga yang tersisa, Banun menghijaukan pekarangan dengan bermacam-ragam sayuran, cabai, seledri, bawang, lengkuas, jahe, kunyit, gardamunggu, jeruk nipis, hingga semua kebutuhannya untuk memasak tersedia hanya beberapa jengkal dari sudut dapurnya. 3. Sawah = Maka, selepas kesibukannya menanam, menyiangi, dan menuai padi di sawah milik sendiri, dengan segenap tenaga yang tersisa, Banun menghijaukan pekarangan dengan bermacam-ragam sayuran, cabai, seledri, bawang, lengkuas, jahe, kunyit, gardamunggu, jeruk nipis, hingga semua kebutuhannya untuk memasak tersedia hanya beberapa jengkal dari sudut dapurnya. 4. Rumah Banun = Keluargamu beruntung bila menerima Rustam. Ia akan menjadi satusatunya insinyur pertanian di kampung ini, dan hendak menerapkan cara bertani zaman kini, hingga orang-orang tani tidak lagi terpuruk dalam kesusahan,” ungkap Palar sebelum meninggalkan rumah Banun. Latar Suasana Menegangkan = Rupanya penolakan Banun telah menyinggung perasaan Palar. Lelaki itu merasa terhina. Mentang-mentang sudah kaya, Banun mentah-mentah menolak pinangannya. Latar Waktu 1. Selasa = Banun tukang lemang yang hanya akan tampak sibuk pada hari Selasa dan Sabtu, hari berburu yang nyaris tak sekali pun dilewatkan oleh para penggila buru babi dari berbagai pelosok. 2. Sabtu = Banun tukang lemang yang hanya akan tampak sibuk pada hari Selasa dan Sabtu, hari berburu yang nyaris tak sekali pun dilewatkan oleh para penggila buru babi dari berbagai pelosok. 3. Petang = Saban petang, selepas bergelimang lumpur sawah, daun-daun kelapa kering itu dipikulnya dari kebun yang sejak lama telah digarapnya. 4. Jum’at = Setiap Jum’at, Banun datang berkunjung, menjenguk cucu, secara bergiliran.



4



8. Gaya Bahasa  Perangai lintah darat itu sudah merajalela. = (Majas Simbolik, yaitu majas perbandingan yang melukiskan suatu dengan memperbandingkan benda-benda lain sebagai simbol)  Si Banun Kikir… = (Majas Antomonasia, yaitu majas perbandingan dengan menyebutkan seseorang berdasarkan ciriatau sifat menonjol yang dimilikinya)  Hampir separuh dari lahan sawah… = (Majas Hiperbola, gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan)



5



B. Unsur Ekstrinsik 1. Latar Belakang Pengarang Damhuri Muhammad lahir pada tanggal 1 Juli 1974 di Taram, Payakumbuh, Sumatra Barat. Dia sangat mengenal budaya Minang karena dia dibesarkan dengan budaya Minang. Di dalam cerpen Banun Damhuri Muhammad menggambarkan tokoh Banun sebagai orang yang suka bekerja keras dan hemat. Latar belakang Damhuri Muhammad banyak memengaruhi hasil karyanya. Sebagai orang Minang yang terkenal dengan kerja kerasanya dalam mencapai sebuah cita-cita. Hal ini memberikan inspirasi bagi Damhuri dalam menciptakan tokoh Banun yang yang tidak memperdulikan omongan orang lain tentang dirinya demi masa depan dia dan keluarganya. Keterkaitan Pengarang dengan latar belakang daerahnya. Masakan : Lemang Perjodohan : Perjodohan Rimah dengan Rustam yang gagal, Perjodohan Rimah dengan lelaki lain. Merantau : Rustam yang sekolah di luar negeri. Pintar dagang : Penjual Minyak dan gas elpiji. Etos Kerja tinggi : Banun yang bekerja keras sebagai petani yang tidakmembeli bahan makanan tetapi menanamnya sendiri. Setelah membaca cerpen di atas secara perlahan dan hati-hati dapat kita tangkap bahwa dalam cerpen Banun menuai kritik sosial dan pendidikan. Pendidikan dalam cerpen Banun menjelaskan arti kata tani yang berasal dari kata "tahani" yang bermakna menahan diri untuk membeli sesuatu jika masih bisa kita hasilkan sendiri. Untuk kritik sosialnya Damhuri Muhammad meyindir secara halus pasca sarjana pertanian atau insinyur pertanian yang sebagian hanya banyak memahami teori pertanian namun tidak ada praktek di lapangan. Ia melukiskan bagaimana seorang insinyur pertanian tak bisa berbuat banyak, tidak mempunyai lahan sekaligus menyindir para lulusan pertanian yang sebenarnya tidak mempunyai niat sama sekali untuk mengembangkan kemampuan dan keilmuan mereka dalam bidang pertanian.



2. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Cerita Pendek 1. Nilai Moral Nilai moral yang terkandung dalam cerpen ini adalah mengenai keberanian Banun digambarkan sebagai orang yang berani dan tidak memperdulikan omongan orang lain tentang dirinya demi masa depan dia dan keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut “Tak usah hiraukan gunjingan orang! Kalau benar apa yang mereka tuduhkan, kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, dan seumur-umur akan jadi orang tani,” bentak Banun. 2. Nilai Budaya Nilai budaya yang terkandung dalam teks ini adalah budaya tani yang diterapkan oleh Banun. Menurutnya, di sepanjang riwayatnya dalam menyelenggarakan hidup, orang tani hanya akan membeli garam. . Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut “a menjelaskan kata ”tani” sebagai penyempitan dari ”tahani”, yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa orang kini berarti: ”menahan diri”. Menahan diri untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat diperoleh dengan cara bercocok tanam.’



6



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Tokoh Utama adalah Banun yang mempunyai penokohan tagguh, keras kepala, pekerja keras, dan hemat 2. Amanat yang terkandung dalam cerpen adalah jangan berprasangka buruk terlebih dahulu terhadap seseorang, jika belum ada buktinya. B. Saran Penulis sarankan kepada pembaca agar: 1. Tingkatkan terus kemauan untuk membaca, baik artikel, Koran, dsb 2. Lestarikan budaya-budaya lokal jika ingin membuat suatu karya sastra, agar budaya kita tidak akan hilang ditelan kebudayaan asing yang terus masuk ke dunia sastra kita.



7



DAFTAR PUSTAKA https://cerpenkompas.wordpress.com/2010/10/24/b-a-n-u-n/



8