Analisis Kebutuhan TI Dalam BK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi merupakan kebutuhan yang sangat urgen/sangat penting dalam upaya mendukung layanan BK yang lebih inovatif. Perkembangan TI yang semakin canggih ini secara langsung dapat mendukung proses pemberian layanan BK yang lebih kreatif, menarik dan inovatif. Layanan BK yang sifatnya inovatif sudah tentunya dapat membangkitkan motivasi konseli untuk mengikuti layanan dengan baik dan tujuan layanan dapat tercapai dengan baik. Misalnya penggunaan video/film, gambar animasi dan sejensinya yang dapat dipergunakan sebagai sarana penunjang pemecahan masalah konseling. Dengan demikian, keberadaan TI sangat dibutuhkan dalam mendukung kinerja guru bimbingan dan konseling. B. Rumusan Masalah 1. Analisis KebutuhanTeknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling berbasis Program Pribadi- sosial 2. Analisis KebutuhanTeknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling berbasis bidang belajar 3. Analisis KebutuhanTeknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling berbasis bidang karier



1



BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling berbasis Program Pribadi- sosial Standar Kompetensi Konselor



Indonesia



telah



mengamanatkan kepada konselor untuk menguasai teknologi komputer dan internet untuk kepentingan pemberian layanan bimbingan



dan



konseling



di



sekolah.



Identitas



layanan



bimbingan dan konseling Menurut Handarini , menyatakan bahwa teknologi dan internet



dapat



diterapkan



dalam



layanan



bimbingan



konseling, yaitu : 1) layanan appraisal, 2) layanan informasi, 3) layanan Konseling, 4) layanan konsultasi, 5) layanan perencanaan, penempatan dan tindak lanjut dan 6) layanan evaluasi. Pada layanan appraisal yang merupakan kegiatan BK yang berupa pengumpulan, analisa, dan pengumpulan data personal,



psikologis,



sosial



siswa;



yang



berguna



untuk



memahami siswa dan membantu siswa memahami dirinya sendiri. Teknologi yang dapat diterapkan pada teknik testing dan non testing menggunakan computer dan internet. Layanan informasi yang merupakan kegiatan BK yngg bertujuan untuk memberikan informasi kepada siswa, dan mengembangkan keterampilan siswa bagaimana mencari informasi (personal-sosial, karier, pendidikan). Teknologi yang dapat diterakan yaitu self-initiated information searching dengan menggunakan internet. Layanan konseling yang merupakan kegiatan layanan yang bertujuan untuk memfasilitasi self-understanding dan self-development,



yang



dilakukan



dengan



cara



“dyadic



relationship” atau small group relationship. Fokus kegiatan ini



2



adalah personal development dan decision making. Teknologi yang dapat diterapkan adalah cybercounseling. Layanan konsultasi yaitu layanan bantuan



yang



diberikan kepada guru, administrator sekolah, dan orang tua untuk memahami siswa atau anak. Teknologi yang dapat diterapkan yaitu cyber consultation. Layanan perencanaan, penempatan dan tindak lanjut yaitu layanan BK yan bertujuan untuk membantu siswa memilih dan menggunakan kesempatan pendidikan dan pekerjaan yang ada. Teknologi yang dapat diterapkan yaitu computerized self information dan internet. Adapun potensi penggunaan teknologi komputer dan internet untuk bimbingan dan konseling menurut Cabanis yaitu, terdapat 8 potensi teknologi komputer berbasis internet dan



3



potensi



komputer



berbasis



non



internet



untuk



bimbingan dan konseling. Potensi teknologi komputer berbasis internet



yang



dapat



digunakan



untuk



bimbingan



dan



konseling yaitu : a. Email / Surat elektronik Potensi penggunakaan oleh konselor antara lain untuk terapi, marketing, screening, client / therapist, surat menyurat



untuk



sessions,



dan



rekaman



klien,



penjadwalan



tindak



lanjut



referal,



janji,



monitoring



post-therapeutic,



masukan,



pekerjaan



inter-



transfer rumah,



penelitian dan colegial profesional. b. Website / Homepages Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk pemasaran,



periklanan,



diseminasi



informasi,



dan



publikasi. c. Komputer konfrensi video Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk terapi, pekerjaan rumah, refeal, dan konsultasi.



3



d. Sistem bulletin board/ listservs / newsgroup Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk konsultasi, referal / alih tangan kasus, sumberdaya untuk informasi, dan kegiatan asosiasi profesional. e. Simulasi terkomputerisasi Potensi penggunaan oleh konselor antara lain untuk supervisi dan pelatihan kompetensi. f. Pangkalan data / FTP Sites Potensi penggunaan oleh konselor antara lain untuk penelitian,



sumber



informasi



bagi



therapis,



sumber



informasi perpustakaan, transfer rekaman klien, penilaian dan analisis. g. Chat Rooms / Electronic Discussion Groups Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk terapi kelompok,



membantu



diri



sendiri



dan



asesment



/



pengukuran. h. Software berbasis internet i. Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk pelatihan ketrampilan dan keahlian, bantuan diri sendiri dan pelatihan ketrampilan dan pekerjaan rumah.



B. Analisis



Kebutuhan



Teknologi



Informasi



Bimbingan dan Konseling berbasis bidang belajar



4



dalam



Dalam proses belajar mengajar ada dua unsur yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, yakni metode mengajar dan media pembelajaran. Metode mengajar yang dipilih akan menentukan jenis media pembelajaran yang akan digunakan. Hal ini sama dengan apa yang disampaikan Arsyad bahwa “Jenis media pembelajaran selain ditentukan oleh metode pengajaran juga dipengaruhi oleh



tujuan



pengajaran,



jenis



tugas



dan



respon



yang



diharapkan dari siswa”.Dalam dunia pendidikan yang semakin berkembang saat ini kita telah dikenalkan dengan banyak tentang aplikasi-aplikasi media pembelajaran berbasis TIK, mulai dari penggunaan media internet (website), aplikasi belajar, kamus elektronik, media flash, film/video dan lain sebagainya hinga yang paling sering dijumpai yaitu power point. Berbicara



tentang



penggunaan



TIK



sebagai



media



layanan dalam bimbingan dan konseling tidak jauh beda dengan TIK sebagai media pembelajaran pada umumnya yaitu tentang



bagaimana



memanfaatkan



seorang



media



TIK



tanaga



pendidik



dalam



sebagai



fasilitas



dalam



pengoptimalan tujuan dan program layanan yang ada. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Wahidin (2009:5) tentang fungsi TIK dalam pembelajaran yaitu :“agar siswa dapat



dan



terbiasa



menggunakan



perangkat



Teknologi



Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi,



mengembangkan



sikap



imaginatif,



mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi



dengan



perkembangan



5



baru



di



lingkungannya”Perkembangan



teknologi



informasi



dan



komunikasi telah menghadirkan tantangan baru bagi praktisi bimbingan dan konseling. Seperti halnya yang telah kita ketahui bahwa model pendekatan baru cybercounceling mulai sering diminati oleh para praktisi bimbingan dan konseling baik disekolah atau di luar sekolah. Berdasarkan hal diatas maka TIK bagi dunia bimbingan dan konseling adalah tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program-progam pendidikan dan layanan yang ada. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Susanto bahwa “Dalam bimbingan dan konseling, teknologi informasi dan komunikasi merupakan media dalam pelaksanaan program layanan bukan tujuan layanan, maka pemanfaatannya hanya sebagai media untuk melakukan promosi,



pendekatan-pendekatan,



konsultasi



dan



masih



pemberian



banyak



lagi”.



informasi, Teknologi



interaktif ini memberikan katalis bagi perubahan mendasar terhadap peran guru dari informasi ke tranformasi. Penerapan TIK menjadi fasilitator yang utama sebagai pemerata dunia pendidikan, dan tentunya memperkaya wawasan siswa secara lebih kompleks. Dalam dunia bimbingan dan konseling penggunaan media dalam pemberian layanan dirasa lebih efektif dan menarik bagi siswa sehingga ketercapaian layanan dirasakan lebih optimal, karena dengan berbasis TIK berbagai tampilan layanan dapat diperoleh dan dibermanfaatkan dengan lebih baik seperti media flash, ebook, artikel internet dan tentunya masih banyak aplikasi TIK lainnya. Dengan begitu baik guru pembimbing maupun siswa nantinya dapat memperoleh dan



6



memanfaatkan segala media yang ada dalam mencapai tujuan layanan yang diinginkan. Fungsi



dari



penggunaan



teknologi



informasi



dan



komunikasi atau TIK dalam dunia pembelajaran atau layanan bimbingan



dan



konseling



akan



melihat



dari



dibermaanfaatkannya untuk apakah perkembangan dari TIK itu sendiri. Seperti halnya apa yang disampaikan Koesnandar bahwa fungsi dari TIK dapat dibagi menjadi 3 hal yaitu : (1)TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan, dapat berupa referensi berbagai ilmu pengetahuan yang tersedia dan dapat



diakses



melalui



fasilitas



TIK,



pengelolaan



pengetahuan, jaringan pakar, jaringan antara institusi pendidikan, dll. (2) TIK sebagai alat bantu pembelajaran dapat berupa alat bantu mengajar bagi guru, alat bantu belajar bagi siswa, serta alat bantu interkasi antara guru dengan siswa. (3) TIK sebagai fasilitas pendidikan, TIK di sekolah dapat berupa pojok internet, perpustakaan digital, kelas virtual, lab multimedia, papan elektronik, dll. Pendapat yang lain disampaikan oleh Siahaan. Secara sederhana dapatlah dikemukakan bahwa pada umumnya fasilitas/peralatan



TIK



dimanfaatkan



untuk



kegiatan



pembelajaran karena potensinya antara lain: (1)membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah; (2) membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, seperti: binatang-binatang buas, atau penguin dari kutub selatan; (3) menampilkan obyek yang terlalu besar, seperti pasar, candi borobudur; (4) menampilkan obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, seperti: mikro organisme;



7



(5)



mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya



dengan slow motion atau time-lapse photograhy; (6) memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya; (7) memungkinkan



keseragaman



pengamatan



persepsi bagi pengalaman belajar siswa; (8) membangkitkan motivasi belajar siswa; (9) menyajikan informasi belajar secara



dan



konsisten,



akurat, berkualitas dan dapat diulang penggunaannya atau disimpan sesuai dengan kebutuhan; atau (10) menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak untuk lingkup sasaran yang sedikit/kecil atau banyak/luas,



mengatasi



batasan



waktu



(kapan



saja



maupun ruang di mana saja). Melihat kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan Teknologi informasi dan komunikasi atau TIK dalam dunia pendidikan baik itu pembelajaran kelas maupun layanan bimbingan dan konseling akan dapat membantu mempermudah dan memaksimalkan pembelajaran atau layanan yang ada. Kebermanfaat TIK tidak hanya akan dirasakan oleh murid malainkan oleh guru dan seluruh komponen di sekolah. C. Analisis



KebutuhanTeknologi



Informasi



dalam



Bimbingan dan Konseling berbasis bidang karier Komputer merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan oleh konselor dalam proses konseling. Pelling (2002) menyatakan bahwa penggunaan komputer (internet) dapat dipergunakan untuk membantu siswa dalam proses pilihan karir sampai pada tahap pengambilan keputusan pilihan karir. Hal ini sangat memungkinkan, karena dengan membuka internet, maka siswa akan dapat melihat banyak



8



informasi atau data yang dibutuhkan untuk menentukan pilihan studi lanjut atau pilihan karirnya. Manfaat penggunaan komputer (internet) adalah: 1. Pemanfaatan



internet



untuk



survei,



studi



eksplorasi,



mencari data, informasi atau dokumen elektronik yang berharga, dll. 2. Pemakaian email dan messaging dengan memperhatikan etika. 3. Publikasi pengumuman, makalah, materi ajar, program aplikasi gratis, data, dll. yang dinilai bermanfaat bagi masyarakat luas pada situs web (website). 4. Penyelenggaraan



kompetisi



ilmiah,



seni,



ketangkasan



secara on line yang bernilai positif bagi masyarakat luas. Data-data



yang



didapat



melalui



internet,



dapat



dianggap sebagai data yang dapat dipertanggungjawabkan dan masuk akal (Pearson, dalam Pelling 2002; Hohenshill, 2000). Data atau informasi yang didapat melalui internet adalah data-data yang sudah memiliki tingkat validitas tinggi. Hal ini sangat beralasan, karena data yang ada di internet dapat dibaca oleh semua orang di muka bumi. Sehingga kecil kemungkinan jika data yang dimasukkan berupa data-data sampah. Sebagai contoh, saat ini dapat kita lihat di internet tentang profil sebuah perguruan tinggi. Bahkan, informasi yang didapat tidak sebatas pada perguruan tinggi saja, tetapi bisa sampai masing-masing program studi dan bahkan sampai pada kurikulum yang dipergunakan oleh masing-masing



9



program studi. Data-data yang didapat oleh siswa pada akhirnya



menjadi



suatu



dasar



pilihan



yang



dapat



dipertanggungjawabkan. Tentu saja, pendampingan konselor sekolah dalam hal ini sangat diperlukan. Sampsons (2000) mengungkapkan bahwa fasilitas di internet dapat dapat dipergunakan untuk melakukan testing bagi siswa. Tentu saja hal ini harus didasari pada kebutuhan siswa.



Penggunaan



komputer



di



kelas



sebagai



media



bimbingan dan konseling akan memiliki beberapa keuntungan seperti yang dinyatakan oleh Baggerly sebagai berikut: 1. Akan



meningkatkan



keingintahuan



dan



kreativitas,



memberikan



meningkatkan



variasi



pengajaran,



sehingga kelas akan menjadi lebih menarik; 2. Akan meningkatkan kunjungan ke web site, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan siswa; 3. Konselor akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap materi yang diberikan; 4. Akan



memunculkan



respon



yang



positif



terhadap



penggunaan email; 5. Tidak akan menimbulkan kebosanan; 6. Dapat ditemukan silabus, kurikulum dan lain sebagainya melalui website; dan 7. Terdapat pengaturan yang baik



10



Selain penggunaan internet seperti yang telah diuraikan di atas, dapat dipergunakan pula software seperti microsoft power point. Software ini dapat membantu konselor dalam menyambaikan bahan bimbingan secara lebih interaktif. Konselor dituntut untuk dapat menyajikan bahan layanan dengan mempergunakan imajinasinya agar bahan layanannya tidak membosankan. Program software power point memberikan kesempatan bagi konselor untuk memberikan sentuhan-sentuhan seni dalam bahan layanan informasi. Melalui program ini, yang ditayangkan tidak saja berupa tulisan-tulisan yang mungkin sangat membosankan, tetapi dapat juga ditampilkan gambargambar dan suara-suara yang menarik yang tersedia dalam program power point. Melalui fasilitas ini, konselor dapat pula memasukkan gambar-gambar di luar fasilitas power point, sehingga sasaran yang akan dicapai menjadi lebih optimal. Gambar-gambar yang disajikan melalui program power point tidak statis seperti yang terdapat pada Over Head Projector (OHP). Konselor dapat memasukkan gambar-gambar yang bergerak, bahkan konselor



bisa



melakukan insert



gambar-gambar yang ada di sebuah film. Media lain yang dapat dipergunakan dalam proses bimbingan dan konseling di kelas antara lain adalah VCD/DVD player. Peralatan ini seringkali dipergunakan oleh konselor untuk



menunjukkan



perilaku-perilaku



tertentu.



Perilaku-



perilaku yang tampak pada tayangan tersebut dipergunakan oleh konselor untuk merubah perilaku klien yang tidak diinginkan (Alssid & Hitchinson, 1977; Ivey, 1971, dalam



11



Baggerly 2002). Dalam proses pendidikan konselor pun, penggunaan video modeling ini juga dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan dan prinsip konseling yang akan dikembangkan bagi calon konselor (Koch & Dollarhide, 2000, dalam



Baggerly,



2002).



Sebelum VCD/DVD player ini ditayangkan, seorang konselor sebaiknya memberikan arahan terlebih dahulu kepada siswa tentang alasan ditayangkannya sebuah film. Hal ini sangat penting, sebab dengan memiliki gambaran dan tujuan film tersebut ditayangkan, maka siswa akan memiliki kerangka berpikir yang sama. Setelah film selesai ditayangkan, maka konselor



meminta



siswa



untuk



memberikan



tanggapan



terhadap apa yang telah mereka lihat. Tanggapan-tanggapan ini pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana klien berpikir dan bersikap, yang kemudian diharapkan akan dapat merubah perilaku klien atau siswa.



12



BAB III KESIMPULAN



Sistem teknologi informasi saat ini telah berkembang dengan sangat pesat sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi tersebut, manusia dengan mudah dapat mengakses informasi dari belahan dunia manapun dengan sangat cepat sehingga kebutuhan manusiapun menjadi semakin cepat



terpenuhi.



Kemajuan teknologi informasi tersebut juga sangat bermanfaat dalam bidang pendidikan. Bimbingan dan konseling sebagai salah satu aspek dalam pendidikan juga merasakan manfaat dari kemajuan teknologi informasi tersebut. Aplikasi yang sangat nyata adalah proses layanan bimbingan dan konseling sudah tidak harus dengan bertatap muka, melainkan bisa dengan menggunakan media informasi baik itu telepon maupun internet. tetapi semua itu bukan tanpa masalah. Banyak sekali hambatan yang



menjadi



duri



bagi



kemajuan



dunia



bimbingan



dan



konseling. Salah satunya adalah sumber daya manusianya yang belum bisa memanfaatkan dengan baik kemajuan teknologi informasi tersebut sehingga perlu sosialisasi kepada konselor maupun kepada konseli agar kedua belah pihak bisa sama-sama memanfaatkan media teknologi informasi yang sudah maju.



13



DAFTAR PUSTAKA



Asosiasi Bimbingan dan Konseling. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: ABKIN. Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. (2002). E-education: Konsep, Teknologi dan Aplikasi Internet Pendidikan. Jogyakarta: Andi. Setiawan, W. (2009). Pengantar Teknologi Komunikasi. Bandung: UPI PRESS.



14



Informasi



dan