Ananda Kep - Anak (Termoregulasi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN PATOLOGIS DARI SYSTEM TERMOREGULASI DAN IMUN



DOSEN PENGAMPU DIENA JULIANA,M.KES



Disusun Oleh : Ananda



(841191005)



PRODI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM(YARSI)PONTIANAK TAHUN AJARAN 2020/2021



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-nya penulis telah berhasil menyusun makalah tentang “KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN PATOLOGIS DARI SYSTEM TERMOREGULASI DAN IMUN “ Makalah ini dibuat untuk menunjang proses pembelajaran keperawatan. Sesuai dengan kurikulum terbaru program DIII keperawatan, yaitu pembelajaran berbasis kompetensi. Maka makalah ini sudah mengarahkan mahasiswa untuk belajar dengan kurikulum terbaru sehingga lebih memudahkan mahasiswa untuk mempelajari makalah ini. Pada penulisan makalah ini saya menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari dari materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Makalah ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa DIII keperawatan karena saya telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran yang di sempurnakan. Demikian saya sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang ilmu keperawatan anak.



Pontianak,10 Maret 2021



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah



C. Tujuan D. Manfaat



BAB II TINJAUAN TEORI Secara etimologi perkataan aman berasal dari bahasa Arab yang memiliki akar kata dan pengertian sama dengan iman dan amanah. Tidak terlalu sulit menemukan ketiga kata tersebut dalam al-Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan panjang lebar diberbagai ayat relasi antara iman dan aman. Maka, sebuah keharusan adanya hubungan aman dan iman. Implikasi dari beriman, seseorang akan memiliki rasa aman dan rasa nyaman, Akan tetapi, dalam realitas belum tentu benar. Banyak orang yang menunjukkan penampilan iman, menjadi orang yang beriman, namun dalam aktivitas memperlihatkan rasa takut, rasa khawatir, bahkan gelagat ketakutan. Pada dasarnya orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang kuat. Kuat batin dan kuat jiwanya, sehingga tidak akan takut menghadapi hidup dengan segala tantangan dan masalahnya. Kekuatan orang yang beriman karena adanya harapan kepada Allah, karena itu dia tidak akan putus asa. Kekuatan ini berpangkal kepada keyakinan bahwa Allah Sang Penyantun (al-rauf), Sang Penyayang (al-rahman), Sang Pelindung (alMuhaimin) dan Sang Pemberi Rasa Aman (al-mu’in) kepada para hamba-Nya. Maka rasa aman, sesungguhnya diperoleh dari keyakinan dan kesadaran orang yang beriman bahwa dia benar-benar bersandar (tawakkal) kepada Yang Maha Kuasa. Karena itu, banyak penjelasan dalam al-Qur’an yang mejelaskan bahwa beriman dan berbuat baik tidak akan merasa takut dan tidak pula akan merasa kuatir (QS.  Al-An’am: 48). Ditambahkan dalam ayat lain bahwa “Mereka berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah, kemudian bersikap teguh, maka para malaikat akan turun kepada mereka, dan berkata, ‘jangan kamu takut, dan jangan pula kamu kuatir, serta bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepadamu. Kami (para malaikat) adalah teman-temanmu dalam hidup di dunia dan di akherat…(QS. Fushshilat: 30).



1. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan nyaman Rasa aman didefinisikan oleh Maslow dalam Potter & Perry (2006) sebagai sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari keadaan lingkungannya yang mereka tempati. Abraham Maslow dalam Potter&Perry, 2006. juga mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok yang harus terpenuhi yang digambarkan ke dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid dan prioritas pemenuhan kebutuhan ini dimulai dari tingkatan yang paling bawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Kebutuhan biologis 2. Kebutuhan rasa aman. Kebutuhan rasa aman ini meliputi kebutuhan untuk dilindungi, jauh dari sumber bahaya, baik berupa ancaman fisik maupun psikologi. 3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki Kebutuhan akan rasa cinta, dicintai dan menyayangi dapat di miliki setiap orang karena setiap orang membutuhkan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain dan kebutuhan untuk dapat merasa memiliki. 4. Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan penghargaan yang dimiliki seseorang dapat berupa pemberian apresiasi dan reward atas prestasi yang berhasil dilakukan, kecakapan dalam melaksanakan kompetensi serta berupa dukungan dan pengakuan lain atas prestasinya. 5. Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan secara estitika atau dalam menampilkan diri, kebutuhan kognitif, kompetensi dan menyadari akan potensi dirinya. Kebutuhan ini muncul dan akan menjadi tuntutan seseorang apabila kebutuhan dasar yang lain seperti psikologis, rasa aman dan kebutuhan penghargaaan telah terpenuhi. Kebutuhan akan aktualisasi ini akan menjadi prioritas jika ketiga kebutuhan yang lain sudah mampu dipenuhi oleh individu.



2. Konsep Dasar aman nyaman Keselamatan (safety) adalah kondisi ketika individu, kelompok, atau masyarakat terhindar dari segala bentuk ancaman atau bahaya. Sementara itu, keamanan (security) adalah kondisi aman dan tentram, bebas dari ancaman atau penyakit. Untuk mendukung keselamatan dan keamanan diperlukan kerja area sensori motorik yang baik pada korteks serebri. Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis sebagai salah satu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi, bebas dari bahaya fisik, penyebaran organisme pathogen, sanitasi memenuhi syarat, dan bebas dari polusi. 3. Konsep Kebutuhan Dasar Termoregulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu. Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson Manusia mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuhkembang dalam rentang kehidupan (life span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu. Virginia Henderson dalam Potter dan Perry (1997) membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen sebagai berikut: a. Bernafas secara normal b.



Makan dan minum yang cukup



c.



Eliminasi (buang air besar dan kecil)



d.



Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan



e. Tidur dan istirahat f.



Memilih pakaian yang tepat



g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan



h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan i.



Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain



j.



Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran, dan opini



k.



Beribadah sesuai agama dan kepercayaan



l.



Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup



m. Bermain atau berpatisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi n.



Belajar menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia (Mubarok, 2015).



4. Konsep Dasar Suhu Tubuh a. Definisi termoregulasi Termogulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu. Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas. Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda. Temperatur adalah suatu subtansi panas atau dingin. Sementara dalam bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara spontan. Suhu inti (core temperature), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relative konstan sekitar 37°C 1 °F kecuali seseorang yang mengalami demam. Suhu normal rata – rata secara umum adalah 98,0 – 98,6 °F atau 0,6 °F lebih tinggi bila diukur per rektal.



b. Patofisiologi gangguan thermoregulasi Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan kedalam otak melalui traktus (jaras) spinotalamikus (mekanismenya hampir sama dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai tingkat medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam kratus lissauer beberapa segmen diatas atau dibawah,selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I,II, dan III radiks dorsalis. Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan,dan akan berakhir di tingkat retikular batang dan kompleks ventrobasal talamus. Beberapa sinyal suhu tubuh pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks somatosensorik. Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif yaitu rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmonal, kandung kemih, rektal. Suhu permukaan (surface temperature).yaitu suhu tubuh yang terdapat pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40-20°C. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumblah panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang dihasilkan-panas yang hilang = suhu tubuh Mekanisme kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti ( suhu jaringan dalam ) tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang ekstrem



Namun, suhu permukaan berubah suatu aliran



darah ke kuliat dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. karena perubahan tersebut, suhu normal pada 4 manusia berkisar dari 36 – 38°C (98,8 – 100,4°F). Pada rentang ini jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal. (poter & perry). Suhu normal ini dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara panas yang dihasilkan dengan panas yang hilang dan hal ini dikendalikan oleh pusat pengaturan panas didalam hipotalamus. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti termostat. Suhu yang nyaman merupakan merupakan „set-point‟ untuk operasi sistem pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan mengaktifkan pemanas tersebut.



Hipotalamus



mendeteksi



Hipotalamus



anterior



perubahan



mengatur



kecil



kehilangan



pada



suhu



panas,



tubuh.



sedangkan



hipotalamus posterior mengatur produksi panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas diluar batas titik pengaturan (set point), maka implus dikirimkan kehilangan panas adalah keringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi panas. Tubuh akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah permukaan untuk menghilangkan panas.



Pusat pengatur



panas dalam tubuh adalah hipotalamus, hipotalamus ini dikenal sebagai termostat yang berada di bawah otak. Terdapat dua hipotalamus, yaitu hipotalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas dan hipotalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas. Saraf- saraf yang terdapat pada bagian preoptik hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior memperoleh dua sinyal yaitu : a. Berasal dari saraf perifer yang menghatarkan sinyal dari reseptor panas/dingin. b. Berasal dari suhu darah yang mempengaruhi bagian hipotalamus itu sendiri Termostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai dibawah atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai implus untuk menahan panas atau meningktakan pengeluaran panas. c. Macam-mancam gangguan termoregulasi 1) Demam Demam merupakan mekanisme pertahanan yang sangat penting. Peningkatan system imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus ). Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Pirogen, seperti bakteri atau virus meningkatkan suhu tubuh. Pirogen bertindak sebagai antigen yang memicu respons sistem imun.



2) Kelelahan akibat panas Kelelahan akibat panas karena terjadi bila diaferosis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan eletrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal umum selama kelelahan akibat panas. tindakan pertama yaitu memindahkan pasien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. 3) Hipertermi Peningkatan



suhu



tubuh



yang



berhubungan



dengan



ketidakmampuan tubuh menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas tersebut disebut hipertermi. Hipertermi terjadi karena adanya beban yang berlebihan pada mekanisme pengaturan suhu tubuh. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme panas. Hipertermi malginan adalah kondisi bawaan yang tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentang mengunakan obat-obatan anastetik tertentu. 4) Heatstroke Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama terhadap matahari atau lingkungan panas akan membebani mekanisme kehilangan, panas pada tubuh kondisi ini mengakibatkan heatstroke yaitu kegawatan berbahaya dengan mortalitas yang tinggi. Pasien yang berisiko adalah anak-anak, lansia, pederita penyakit kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau alkoholisme. Resiko ini juga terdapat pada individu yang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk membuang panas. (fenotiazin, antikolinergik, deuretik, amfetamin, dan antagonis beta-adrenergik), serta pasien yang berolahraga atau bekerja keras (atlet, pekerja bangunan, dan petani). Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa bingung, haus yang sangat, mual, kram otot, gangguan penglihatan dan bahkan inkontinensia. Tanda yang paling penting adalah kulit yang panas dan kering. 5)



Hipotermi Pengeluaran panas yang hilang saat paparan lama terhadap lingkungan dingin akan melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas, sehingga terjadi hipotermi. Hipotermi dikelompokan oleh pengukuran suhu inti.



d. Penatalaksanaan gangguan termogulasi Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obatobatan maupun kombinasi keduanya. a. Secara fisik 1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal\ 2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal 3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat 4) Memberikan kompres b. Obat-obatan Pemberian



obat



antipiretik



merupakan



pilihan



pertama



dalam



menurunkan demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan



kimianya



tetapi



mempunyai



kesamaan



dalam



efek



pengobatannya.Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivate para-aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mg/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mg/kgBB/hari. Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga analgetik dan antiinflamasi. Dosis terapeutik yaitu 5-10 mg/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam. Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Dosis terapeutik 10mg/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan. Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik. Dosis pemberiannya 20 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.



5. Tinjauan Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Budiono, 2015). Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam pengumpulan data dasar, yaitu mengkaji identitas atau biodata klien. Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status kesehatan klien. Status kesehatan klien yang normal maupun yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini dimasuksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik yang efektif optimal maupun yang bermasalah. Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan ada 3, yaitu : a. Anamnesis yaitu suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk mengajak klien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan, mencakup ketrampilan secara verbal dan nonverbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. b. Observasi yaitu pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. c. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode atau teknik PE (Physical Examination) yang terdiri atas : 1) Inspeksi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. 2)



Palpasi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan menggunakan indra peraba.



3)



Perkusi adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mengetuk, dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan menghasilkan suara.



4) Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mendengar suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop



2. Diagnosa keperawatan Selanjutnya, pengertian lain menyebutkan bahwa diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tenteng respons individu, keluarga, ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab. Tujuan penggunaan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut : Memberikan bahasa yang umum Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya (Carpenito dalam Tarwoto, 2010). a. bagi perawat sehingga dapat terbentuk jalinan informasi dalam persamaan persepsi. b.



Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi.



c. Menciptakan standar paratik keperawatan. d. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Berdasarkan patofisilogis penyakit dan manifestasi klinik yang muncul maka dignosa keperawatan yang sering muncul pada pasien kejang demam adalah : 1) Hipertermi Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh. a) Penyebab : 1.



Dehidrasi



2.



Terpapar lingkungan panas



3.



Proses penyakit (mis. Infeksi, Kanker)



4.



Ketidak sesuaian pakaian suhu lingkungan



5.



Peningkatan laju metabolisme



6.



Respon trauma



7.



Aktivitas berlebihan



8.



Penggunaan inkubator



b) Tanda dan gejala mayor hipertermi 1. Subjektif (tidak tersedia) 2.



Objektif Suhu tubuh diatas nilai normal



c) Tanda dan gejala minor hipertermi 1.Subjektif (tidak tersedia) 2. Objektif a. kulit merah b. Kejang c.



Takikardi



d. Takipneu e.



Kulit terasa hangat



2) Termoregulasi tidak efektif Definisi : mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal a. Penyebab : 1. Stumulasi pusat termoregulasi hipotalamus 2. Fluktuasi suhu lingkungan 3. Proses penyakit 4. Proses penuaan 5. Dehidrasi 6. Ketidaksesuaian pakaian suhu lingkungan 7. Peningkatan kebutuhan oksigen 8. Perubahan laju metabolisme 9. Suhu lingkungan ekstrem 10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan 11. Berat badan ekstrem 12. Efek agen farmakologi b. Tanda dan gejala mayor termoregulasi tidak efektif 1. Objektif (tidak tersedia) 2. Subjektif a) Kulit dingin b) Menggigil c) Suhu tubuh fluktuatif c. Tanda dan gejala minor termogulasi tidak efektif 1. Objektif (Tidak tersedia) 2. Subjektif a)Piloereksi b) Pengisian kapiler >3 detik



c) Tekanan darah meningkat d)Pucat e) Frekuensi napas meningkat f) Takikardi g) Kejang h)Kulit kemerahan 3. Rencana Keperawatan Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana seorang tenaga kesehatan mampu menetapakan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien. Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan : a. Menentukan prioritas masalah. b. Menentukan tujuan. c.



Menentukan kriteria hasil.



d.



Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan Rencana tindakan keperawatan dengan hipertermi pada anak kejang demam menurut buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)



Diagnosa Hipertermia Setelah tindakan



Intervensi Utama



Intervensi Pendukung



Manajemen hipertermia 1. Edukasi dilakukan Definisi : keperawatan mengidentifikasi dan



hipertermi mengelola peningkatan teratasi dengan suhu tubuh akibat



analgesia terkontrol



diharapkan



2. Edukasi dehidrasi



dapat



3. Edukasi



kriteria hasil :



disfungsi termoregulasi



a. Suhu tubuh dalam Observasi rentang normal b. Nadi dan RR dalam rentang normal c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing



1. Identifikasi



pengukuran suhu tubuh 4. Edukasi



penyebab



program



hipertermia



pengobatan



(mis. Dehidrasi,



5. Edukasi terapi cairan



terpapar



6. Edukasi termoregulasi



lingkungan, panas)



7. Kompres dingin / panas



2. Monitor suhu tubuh 8. Manajemen cairan 3. Monitor kadar 9. Manajemen kejang elektrolit 10. Pemantauan cairan 4. Monitor keluaran 11. Pemberian obat urin 12. Pemberian 5. Monitor komplikasi akibat



obat



hipertermia



intravena 13. Pemberian obat oral



Terapeutik 1. Sediakan



14. Pencegahan hipertermi



lingkungan yang dingin



keganasan



2. Longgarkan atau lepaskan



15.



pakaian



sirculasi teknik



3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh 4. Berikan cairan oral 5. Ganti linen setiap hari atau



lebih



sering mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) 6. Lakukan pendinginan eksternal



(mis.



Selimut hipotermia



kulit



Perawatan Promosi kulit



ke



atau



kompres



dingin pada dahi, leher,



dada,



abdomen, aksila). 7. Berikan



oksigen



jika perlu Edukasi 1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit Termogulasi tidak



intravena, jika perlu. Regulasi Temperatur 1. Edukasi



efektif Setelah dilakukan Definisi :



aktivitas /



tindakan keperawatan



istirahat



diharapkan termogulasi tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil : a.



b.



Keseimbangan



mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal Observasi



2. Edukasi berat badan efektif 3. Edukasi dehidrasi



1. Monitor suhu anak 4. Edukasi sampai stabil (36,5-



pengukuran



37,5oC)



suhu tubuh



2. Monitor suhu tubuh 5. Edukasi terapi cairan antara produksi anak tiap 2 jam 6. Edukasi panas, panas yang 3. Monitor tekanan termoregulasi darah, diterima, dan 7. Kompres dingin frekuensi kehilangan panas pernapasan dan 8. Kompres panas Seimbang antara nadi 9. Manajemen cairan produksi panas, 10. Manajemen demam panas yang diterima, dan



kehilangan panas



4. Monitor warna



selama



hari



28



pertama



dan suhu kulit 5. Monitor dan catat



kehidupan c.



Temperatur stabil



d.



Tidak ada kejang



tanda hipotermi dan hipertermi



11. Manajemen hipertermi 12. Manajemen hipotermi 13. Manajemen lingkungan 14. Pemantauan cairan 15. Pemantauan tanda vital 16. Pencegahan hipertermi maligna 17. Perawatan bayi 18. Promosi teknik kulit ke kulit



4.Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukann merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain. Perencanaan yang dapat diimplementasikan tergantung pada aktivitas berikut ini: a. Kesinambungan pengumpulan data. b. Penentuan prioritas. c. Bentuk intervensi keperawatan. d. Dokumentasi asuhan keperawatan. e. Pemberian catatan perawatan secara verbal. f. Mempertahankan rencana pengobatan.



5.Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang perawat buat pada tahap perencanaan. Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut : g. Daftar tujuan-tujuan pasien. h. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu. i. Bangdingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien. j. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN B. SARAN



DAFTAR PUSTAKA 1. https://be-songo.or.id/2013/11/14/islam-menciptakan-rasa-aman/ 2.https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/77a862032c68b1170c7989f3 858a1433.pdf