Artikel Ilmiah Nadya Rohmatul Lailia I1b015025 Skripsi Fikes 2019 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GAMBARAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN DI BANYUMAS



ARTIKEL ILMIAH



Oleh:



NADYA ROHMATUL LAILIA I1B015025



KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2019



1



Universitas Jenderal Soedirman



GAMBARAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN DI BANYUMAS THE DESCRIPSTION OF ACADEMIC PROCRASTINATION ON NURSING PROFESSION STUDENT IN BANYUMAS Nadya Rohmatul Lailia1, Keksi Girindra Swasti2, Wastu Adi Mulyono3 1



Mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman 2 Departemen Keperawatan Jiwa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman 3 Departemen Manajemen Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Abstract



Background: Academic procrastinasion is a delaying behaviour on starting or finishing a task. Nursing profession students have a potential on doing the academic procrastinasion. This goal of this research was to find out the description of academic procrastinasion on nursing profession students in Banyumas. Methods: The research used quantitative descriptive study method with cross sectional as the type of design. The sample technique was total sampling with 230 students who qualified in inclusion and exclusion criteria. Research instrument used Procrastination Assessment Scale for Student (PASS) quesioner. Frequency distribution has been used as tool on analyzing catagorical data. Result: The respondents characteristics was dominated by women, medical surgical clinic stage, living in boarding house and on the two universities. The academic procastinasion description on this research is 73% low, 23% medium and there is no high category academic procastinasion. Conclusion : Most of the respondents conduct the academic procrastinasion on medium category. Keyword : student, nursing, academic procrastinasion



2



Universitas Jenderal Soedirman



LATAR BELAKANG Program pendidikan keperawatan merupakan pendidikan yang bertujuan menghasilkan perawat profesional melalui dua tahapan, yakni tahapan pendidikan akademik dan profesi. Pendidikan akademik memberikan teori dan konsep pada progam pembelajarannya. Sedangkan pendidikan profesi, ini menerapkan teori dan konsep yang didapatkan saat pendidikan akademik. Program pendidikan profesi ini juga menghasilkan lulusan dengan sikap, tingkah laku dan kemampuan profesional, serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan mandiri (Nursalam 2011). Menurut Nursalam (2008), untuk menjadi perawat profesional mahasiswa profesi dituntut memiliki kemampuan agar dapat meningkatkan kualitas keperawatan. Pada proses pelaksanaannya, tidak sedikit mahasiswa yang kesulitan dalam menjalani program profesi. Kesulitan tersebut seperti pengaturan waktu dalam mengerjakan tugas. Jika seorang mengalami kesulitan melakukan sesuatu melebihi batas waktu yang ditetapkan, sering terlambat dan gagal dalam menyelesaikan tugas, dapat dikatakan sebagai orang yang melakukan prokrastinasi (Ghufron & Risnawati 2010). Orang yang sering melakukan prokrastinasi disebut dengan prokrastinator. Seorang prokrastinator banyak terjadi pada dunia pendidikan, yaitu disebut dengan prokrastinasi akademik. Hal ini diperkuat penelitian oleh Solomon & Rothblum (1984) yang telah mengestimasi bahwa 46% sampai 95% dari mahasiswa secara tetap melakukan prokrastinasi akademik dalam perkuliahannya. Solomon dan



Rothblum (1984) juga menyimpulkan bahwa prokrastinasi akademik dapat bergantung pada tugas, seperti 46% dari mahasiswa melaporkan menunda-nunda saat menulis makalah, 30% saat membaca tugas mingguan, 28% saat belajar untuk ujian, 23% pada tugas kehadiran, dan 11% untuk tugas administratif. Ketika seseorang melakukan prokrastinasi akademik secara berlanjut, maka hal tersebut menjadi masalah penting karena akan memberikan dampak negatif bagi dirinya sendiri. Dampak negatif perilaku prokrastinasi akademik adalah banyaknya waktu yang terbuang sia-sia, tugas menjadi terbengkalai, tugas dapat selesai namun hasil tidak maksimal, serta dapat menyebabkan seorang menjadi kehilangan peluang atau kesempatan dimasa mendatang (Ferrari 1995). Peneliti melakukan observasi sekaligus studi pedahuluan terhadap kegiatan dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh mahasiswa profesi keperawatan, yaitu mengambil data dengan metode wawancara terhadap lima belas mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas. Observasi dan wawancara didapatkan untuk menggantikan enam tugas prokrastinasi akademik yang dibuat oleh Solomon dan Rothblum agar sesuai dengan tugas mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas. Berdasarkan observasi dan wawancara diperoleh bahwa 6 dari 15 mahasiswa profesi keperawatan melakukan penundaan mengerjakan tugas asuhan keperawatan; 5 diantaranya menunda belajar ujian (stase, responsi); 7 diantaranya menunda membaca referensi (buku, jurnal, internet, makalah); 8 diantaranya menunda tugas administrasi akademik (registrasi KRS, keuangan, dll); 6



3



Universitas Jenderal Soedirman



diantaranya menunda bertemu dengan pembimbing, dosen, CI (Clinical Instructur); serta 9 diantaranya melakukan penundaan tugas umum (meminjam buku, mengumpulkan tugas, dll). Berdasarkan latar belakang yang peneliti paparkan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul tentang gambaran prokrastinasi akademik pada mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas.



HASIL Hasil Analisis Univariat Tabel 1 Karakteristik responden



METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di tiga institusi pendidikan keperawatan profesi di Banyumas yaitu Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Harapan Bangsa, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Pengambilan data dilakukan pada 31 Desember 2018 sampai 10 Januari 2019. Teknik pengambilan sampel dengan metode total sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 230 mahasiswa. Kriteria inklusi penelitian ini adalah mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas yang berstatus aktif, mahasiswa profesi regular semester satu dan mahasiswa yang bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah mahasiswa yang tidak melengkapi kuesioner dan telah menjadi responden studi pendahuluan. Instrumen untuk mengukur prokrastinasi akademik menggunakan Procrastination Assessment Scale for Student (PASS) yang diadopsi dari Aziz (2015) dengan reliabilitas 0,913. Pada penelitian ini semua data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Uji penelitian ini menggunakan analisis univariat.



Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa presentase mahasiswa perempuan jauh lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebanyak 178 orang (77,4%), mayoritas responden berada pada stase keperawatan medikal bedah sebanyak 65 orang (28,3%), dan bertempat tinggal dikos yaitu sebanyak 182 orang 79,1%. Sedangkan pada variabel universitas, mayoritas responden adalah mahasiswa universitas 2 yaitu sebanyak 117 orang (51%) Tabel 2 Gambaran prokrastinasi akademik pada mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas (f=230)



Berdasarkan tabel 2 didapati bahwa sebagian besar mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas terindikasi tingkat sedang prokrastinasi akademik, yaitu sebanyak 168 orang



4



Universitas Jenderal Soedirman



(94,4%), dan tiada yang mengalami prokrastinasi akademik tingkat tinggi. Tabel 3 Gambaran prokrastinasi akademik berdasarkan karakteristik responden (f=230).



Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas seluruh tugasnya masuk dalam semua kategori yaitu tinggi, rendah dan sedang. Mayoritas prokrastinasi tugas akademik kategori rendah yaitu pada tugas bertemu dosen, pembimbing, CI (Clinical Instructur) sebanyak 36,5%. Kebanyakan prokrastinasi tugas akademik sedang yaitu pada tugas membaca referensi (buku, jurnal, internet, makalah) sebesar 84,4. Sedangkan mayoritas mahasiswa yang mengalami prokrastinasi tugas akademik kategori tinggi yaitu pada tugas asuhan keperawatan dan tugas administrasi akademik dengan jumlah yang sama sebesar 5,2%.



Berdasarkan tabel 3 didapati bahwa mayoritas laki-laki beradai prokrastinasi akademik kategori sedang sebanyak 86,5%. Prokrastinasi akademik sebagian besar berada pada stase manajemen keperawatan dengan kategori sedang sebesar 100%. Kebanyakan prokrastinasi akademik dialami mahasiswa yang tinggal di rumah dengan kategori sedang sebanyak 83,3%. Sedangkan semua universitas mengalami prokrastinasi akademik lebih dari 70%. Tabel 4 Gambaran bentuk tugas akademik pada mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas (n=230)



PEMBAHASAN Poin ini menelaah sejumlah hal yang mangacu pada hasil penelitian berupa analisis univariat. Analisis univariat ini mencakup jenis kelamin, tempat tinggal, stase dan gambaran prokrastinasi akademik pada mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas serta ditinjau berdasarkan jenis tugas prokrastinasi akademik. Penelitian ini melihat karakteristik jenis kelamin, dengan hasil bahwa jenis kelamin perempuan lebih dominan, yaitu 178 responden (77,4%). Hal ini karena pada bidang keperawatan membutuhkan sikap seperti naluri keibuan, yang membuat lebih menyayangi dan lebih tekun, termasuk dalam tugas asuhan keperawatan. Hal tersebut didukung oleh pendapat Beauty dan Widodo (2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar kaum perempuan bekerja di bidang keperawatan, karena keperawatan memerlukan sikap sabar, tekun dan telaten lebih banyak agar mampu mengerjakan asuhan keperawatan dengan lebih teliti.



5



Universitas Jenderal Soedirman



Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan stase keperawatan medikal bedah lebih mendominasi dibandingkan dengan stase klinik yang lainnya, yaitu berjumlah 68 orang dengan persentase sebanyak 29,6%. Ini berkaitan dengan jadwal penelitian yang bersamaan dengan jadwal stase medikal bedah yang berada pada semester satu. Hal tersebut membuat setiap universitas memiliki beberapa kelompok mahasiswa profesi yang sedang menjalani stase medikal bedah. Menurut AIPNI (2015) hal tersebut berkaitan dengan kebijakan kurikulum inti menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi, bahwa mahasiwa profesi keperawatan memiliki 9 stase dengan minimal 36 SKS. Keperawatan medikal bedah ini merupakan stase dengan Sistem Kredit Semester (SKS) terbanyak dari SKS yang lainnya, yaitu 6 dari minimal 36 SKS yang ada. Hal ini membuat waktu yang dibutuhkan mahasiswa profesi keperawatan ini jauh lama menjalani stase medikal bedah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 79,1% mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas tinggal di kos. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas adalah seorang pendatang dan bukan penduduk asli Banyumas. Ini membuat mahasiswa membutuhkan perjalanan yang cukup jauh untuk sampai ke rumah sakit. Terlebih ketika stase klinik beripndahpindah, yang mengharuskan mahasiswa untuk berpindah tempat tinggalnya juga, yaitu dengan tinggal dikos yang baru. Hal tersebut didukung oleh data Bapendik dari tiga universitas, bahwa



mayoritas mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas adalah bukan penduduk asli Banyumas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden universitas dua lebih mendominasi dibandingkan dengan universitas lainnya, yaitu sebanyak 117 orang (51%). Karena hal ini berhubungan dengan kebijakan kuota atau daya tampung universitas tersebut yang lebih besar. Informasi ini didukung juga oleh data Bapendik bahwa universitas dua menyelenggarakan program profesi keperawatan satu angkatan dalam satu tahun, yang membuat daya tamping menjadi lebih besar. Prokrastinasi akademik adalah perilaku penundaan saat mengerjakan tugas atau pekerjaaan. Penelitian prokrastinasi akademik ini diukur menggunakan kuesioner Procrastination Assesment Scale Student (PASS) yang terdiri dari 18 pertanyaan dengan skala likert 5 pilihan. Hasil pada tabel 2 memperlihatkan bahwa mayoritas mahasiswa profesi keperawatan sebesar 73% ada pada prokrastinasi tingkat sedang. Hal ini karena banyak mahasiswa terkadang mengulur-ulur mengerjakan tugas. Ini didukung oleh pendapat Saman (2014) bahwa prokrastinasi akademik kategori sedang merupakan kelambanan mengerjakan tugas yang terkadang datang dan pergi sesuai kondisi seseorang. Berdasarkan data yang diperoleh, banyak mahasiswa mengulur waktu mengerjakan tugas. Hal ini menandakan bahwa waktu yang diberikan masih cukup banyak, sehingga responden memilih menundanya. Dilihat tabel 3 pada jenis kelamin, menunjukkan bahwa mayoritas responden yang mengalami prokrastinasi akademik adalah pada



6



Universitas Jenderal Soedirman



laki-laki, yaitu dengan kategori sedang. Hal ini karena perempuan pada kesehariannya membiasakan hidup untuk rapi dan teratur, sedangkan lakilaki ketika melakukan sesuatu sulit mengatur waktunya, kecuali jika ada yang mengingatkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Aini (2011) bahwa perempuan yang semenjak kecil terbiasa hidup tertib, teratur, dan terstruktur akan kian menumbuhkan kepribadian diri yang semakin teratur. Hal tersebut bertentangan dengan kaum lelaki yang melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya sendiri dalam kesehariannya, serta lebih suka menggunakan waktu luangnya untuk bersantai. Berdasarkan stase, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan stase manajemen keperawatan cenderung lebih mengalami prokrastinasi akademik kategori sedang, berjumlah 4 orang dengan persentase 100%. Hal ini dikarenakan pada stase manajemen keperawatan, mahasiswa profesi dituntut untuk menjadi seorang leader. Tidak hanya itu, mahasiswa profesi juga banyak yang takut salah dan gagal dalam memutuskan serta mengerjakan sesuatu. Seorang yang tidak terbiasa melakukannya akan menjadi sulit untuk mengerjakannya, misalnya berlatih menjadi kepala ruang yang memiliki tugas membagi kasus, merencanakan tindakan, mengontrol, membuat keputusan, mengevaluasi, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan pendapat (Ghufron & Risnawati 2010) bahwa seorang yang takut salah dan takut gagal hendak mecetuskan penilaian buruk pada keahliannya sendiri. Imbasnya, seorang akan mengulur menuntaskan pekerjaannya. Pada tabel 3 memperlihatkan bahwa mayoritas mahasiswa profesi



keperawatan yang mengalami prokrastinasi bertempat tinggal dirumah yaitu sebesar 40 orang (17,3%). Hal tersebut karena seorang yang tinggal dirumah menjadi tidak mandiri, merasa semuanya sudah ada dan sudah disediakan serta tinggal dirumah tidak memikirkan diri sendiri, yaitu memikirkan semua anggota keluarga, dengan peran terhadap keluarga untuk membantu pekerjaan dirumah sehingga banyak yang harus difikirkan dan dikerjakan juga yang membuat penundaan pada tugas lain. Hal ini didukung oleh penelitian Zakiyah (2010) bahwa mahasiswa tinggal di kos dianggap memiliki nilai prokrastinasi akademik lebih ringan dibanding bersama orang tua. Hal tersebut karena mahasiswa mempersiapkan modal komitmen besar untuk lekas menamatkan perguruan tinggi. Hasil penelitian ini menerangkan bahwa ke tiga universitas mengalami prokrastinasi akademik lebih dari 70%. Hal ini merupakan kondisi yang cukup memprihatinkan, karena bisa menjadi suatu kebiasaan yang membudaya, seperti mahasiswa terbiasa dengan kegiatan yang tidak disiplin dan tidak tepat waktu. Hal ini selaras dengan pendapat Bruno dalam Liu (2010) bahwa sikap penundan dimasukkan dalam kebiasaan hidup yang juga menjadi semacam gaya hidup. Aziz (2015) menambahkan pendapat bahwa jika prokrastinasi akademik dilakukan dalam jangka panjang, maka akan berdampak negatif pada citra perguruan tinggi, terutama bagi fakultas atau jurusan yang sulit meluluskan mahasiswa tepat waktu. Berdasarkan prokrastinasi tugas akademik, pada semua tugas, mayoritas responden mengalami prokrastinasi akademik kategori sedang. Namun



7



Universitas Jenderal Soedirman



berdasarkan per-tugas akademiknya, terdapat juga responden yang mengalami prokrastinasi kategori tinggi. Hal ini dikarenakan pada per-tugas akademiknya responden melakukan prokrastinasi akademik. Jika semua jenis prokrastinasi tugas akademik dikelompokkan secara menyeluruh, hasilnya tidak terdapat prokrastinasi kategori tinggi. Berdasarkan tabel 4 hasil penelitian, menandakan bahwa mayoritas prokrastinasi tugas akademik kategori rendah yaitu penundaan pada tugas bertemu seperti menunda bertemu dosen, pembimbing, CI (Clinical Instructur). Karena hal ini berkaitan dengan kurangnya teguran atau peringatan yang tegas saat keterlambatan menghadiri pertemuan, misalnya saat terlambat berangkat shift. Ellis dan Knaus dalam Catrunada (2008) memprediksi bahwa 95% mahasiswa melakukan penundaan, tampak dari performansi saat perkuliahan berlangsung. Sedangkan Solomon dan Rothblum dalam Fibrianti (2009) berpendapat bahwa seorang yang biasa menunda, meyakini bahwa perilaku tersebut secara signifikan menghalangi pencapaian akademis, kemahiran penguasaan pelajaran, dan kapasitas hidup. Kondisi ini ditandai dengan keterlambatan dalam menghadiri kuliah. Hasil penelitian menerangkan bahwa mayoritas prokrastinasi tugas akademik kategori sedang yakni pada tugas membaca referensi (buku, jurnal, internet, makalah). Hal ini berkaitan dengan kurangnya waktu membaca dan banyak mahasiswa tidak terlalu menyukai membaca, terutama membaca yang bersifat ilmiah. Hal tersebut memiliki persamaan penelitian Purnama (2014) di Fakultas Ilmu Keolahragaan



(FIK) Universitas Negeri Surabaya, bahwa faktor alasan tertinggi prokrastinasi tugas akademik adalah bahwa mahasiswa FIK sebagian besar dalam perkuliahan lebih banyak praktik dibandingkan dengan teori di kelas. Maka dari itu, kecenderungan mahasiswa FIK membaca lebih sedikit. Hal tersebut sama halnya dengan mahasiswa profesi keperawatan yang sebagian besar waktunya digunakan untuk praktik di rumah sakit, karena pembelajaran teori sudah didapatkan saat pendidikan S1. Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar prokrastinasi tugas akademik kategori tinggi berada pada tugas asuhan keperawatan dan tugas administrasi akademik. Tugas asuhan keperawatan merupakan tugas yang cukup sulit bagi mahasiswa, karena perlu melakukan analisis dan butuh waktu untuk mengerjakannya. Tidak hanya itu, mahasiswa profesi juga kurang mengatur waktu mengerjakan asuhan keperawatan saat praktik dan ketika pulang. Hal ini didukung oleh Carolyne (2017) bahwa banyak perawat yang mengabaikan dokumetasi asuhan keperawatan. Perawat lebih mengutamakan melakukan asuhan keperawatannya, dan sering lupa mencatat kegiatan dokumentasinya. Hal ini tampak dari banyak perawat menunda mendokumentasikan asuhan keperawatan. Tugas administrasi akademik merupakan tugas yang dapat memberikan informasi seputar akademik, kemahasiswaan dan termasuk dalam pengambilan kartu studi, mengembalikan buku perpustakaan, membaca pengumuman dan sebagainya. Hal ini karena mahasiswa banyak yang lebih memprioritaskan melakukan pekerjaan tugas utama seperti asuhan



8



Universitas Jenderal Soedirman



keperawatan yang wajib, bertemu dengan dosen yang mendapat skor untuk nilai, dibandingkan dengan tugas administrasi yang masih bisa mendapat tolerasi, walaupun mendapat denda misalnya seperti terlambat mengembalikan buku diperpustakaan. Hasil ini selaras dengan penelitian (Rochmad 2012) pada mahasiwa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Fakultas Psikologi pada tahun 2012, bahwa terdapat keterlambatan pengembalian buku di seluruh Fakultas UMS yaitu sebanyak 24,83%. Hasil penelitian lainnya juga memiliki kesamaan pendapat oleh (Kirana 2014), yaitu enam dari sepuluh mahasiswa menuturkan cenderung sulit menjalani tugas administrai akademik. Hal itu tampak pada satu dari enam mahasiswa memiliki biaya yang kurang sehingga sulit melunasi biaya kuliah tepat waktu. Lima dari enam mahasiswa sulit mengikuti prosedur pihak institusi dan memerlukan waktu lama. Mahasiswa mau tak mau berpikir untuk mempunyai orang dalam agar lekas memperoleh perizinan penelitian. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa menjadi menunda dalam mengurus izin penelitian.



Banyumas yaitu semuanya berada pada kategori sedang. Hasil nya adalah tugas asuhan keperawatan dengan persentase 82,6%; belajar ujian (stase dan responsi) 76,1%; membaca referensi (buku, jurnal internet, makalah) 84,4%; tugas administratisi akademik (registrasi KRS, keuangan, dll) 60%; bertemu dengan pembimbing, dosen, CI (Clinical Instructur) 60%; dan tugas umum (meminjam buku, mengumpulkan tugas, dll) 70%. SARAN Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat memiliki kesadaran prokrastinasi akademik, khususnya pada stase manajemen keperawatan. Mahasiswa profesi keperawatan diharapkan dapat mengantisipasinya dan lebih bisa mengatur waktu dengan baik. Jika sudah terlanjur menjadi prokrastinator, selanjutnya cobalah untuk lebih memiliki target dalam menggali ilmu dan bertanggung jawab melakukan segala sesuatu. Bagi institusi, diharapkan pihak jurusan untuk melakukan evaluasi pembelajaran per-semester yang akan meringankan pihak jurusan. Untuk meminimalkannya, dilakukan pendekatan individual agar segera dihentikan dan tidak dilakukan terusmenerus. Pada penelitian mendatang, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih mendalam, seperti prokrastinasi akademik pada mahasiswa profesi saat menjalani stase manajemen keperawatan. Penelitian mendatang juga diharapkan dapat melakukan penelitian prokrastinasi non-akademik pada mahasiswa profesi keperawatan dari berbagai rentang usia (anak, remaja, dewasa, atau bahkan lansia). Tidak



SIMPULAN Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, mayoritas mahasiswa profesi keperawatan didominasi oleh laki-laki, pada stase keperawatan medikal bedah, tinggal di kos, dan sebagian besar mahasiswa pada universitas dua. Kedua, mayoritas mahasiswa profesi keperawatan di Banyumas mengalami prokrastinasi akademik kategori sedang. Ketiga, prokrastinasi tugas akademik pada mahasiswa profesi keperawatan di



9



Universitas Jenderal Soedirman



hanya itu, untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan memberikan intervensi untuk mencegah atau mengatasi prokrastinasi tersebut.



Ellis,



A & Knaus, W.J. 1997, ‘Overcoming procrastination’, New York, Institute for Rational Living. Ferrari. 1995, Procrastination and task avoidance, New York, USA, Plenum Press. Fibrianti, D. 2009, ‘Hubungan antara dukungan orangtua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang’, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang. Ghufron & Risnawati. 2010, Teori-teori psikologi, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media. Liu, K. 2010, The relationship between academic procrastination and academic achievement in Chinese University students, State University, New York. Kirana 2014, ‘Prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang mengontrak kembali usulan penelitian di Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung’, Thesis, Fakultas Psikolog Universitas Maranatha, Bandung. Nursalam 2011, Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktik, Jakarta, Salemba Medika. Nursalam 2008, Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan, Jakarta, Salemba Medika. Purnama, S. 2014, ‘Prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya’, Jurnal BK Unesa, vol. 4, no. 3, pp. 682692.



DAFTAR PUSTAKA AIPNI.



2015, Kurikulum inti pendidikan ners Indonesia, Jakarta , Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI). Aini, N. 2011, ‘Hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Universitas Muria Kudus’, Jurnal Psikologi Pitutur, vol. 1, no.2, pp. 65-71. Aziz, R. 2015, ‘Model perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa pascasarjana’, Journal of Islamic Education, vol. 1, no. 2, pp. 269-295. Beauty, S. 2011, ‘Hubungan antara peran dosen pembimbing dengan kecemasan mahasiswa keperawatan dalam menghadapi tugas akhir skripsi di Fakultas Ilmu Kesehatan UMS’, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Carolyne 2017, ‘Pengaruh motivasi terhadap kinerja tim perawat pelaksana dalam pendokumentasian keperawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai’, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Medan. Catrunada 2008, ‘Perbedaan kecenderungan prokrastinasi tugas skripsi berdasarkan tipe kepribadian introvert dan ekstrovert’, Thesis, Program Pascasarjana Universitas Gunadarma, Jakarta.



10



Universitas Jenderal Soedirman



Rochmad 2012, ‘Prokrastinasi akademik ditinjau dari tempat tinggal dan jenis kelamin’, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Saman, A. 2017, ‘Analisis prokrastinasi akademik mahasiswa (pada mahasiswa jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan’, Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, vol. 3, no. 2, pp. 5562. Solomon & Rothblum 1984, ‘Academic procrastination: frequency and cognitive-behavioral correlates’, Journal of Counseling Psychology, vol. 31, no.4, pp. 503-509. Zakiyah 2010, ‘Hubungan antara penyesuaian diri dengan prokrastinasi akademik siswa sekolah berasrama SMP N 3 Peterongan Jombang, Jurnal Psikologi Undip, vol. 8, no.2, p. 156-164.



11



Universitas Jenderal Soedirman