Artikel PTSD [PDF]

  • Author / Uploaded
  • aliem
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Penanganan dan Perawatan Gangguan Stress Pasca Trauma (Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)) Posted on September 18, 2015 by yurikafauziawardhani Oleh : Yurika Fauzia Wardhani, S.Psi* Pendahuluan Membicarakan kejadian-kejadian bencana bukan lagi masalah yang asing bagi kita. Hampir setiap saat terjadi bencana di tanah air kita, baik yang diakibatkan oleh manusia sendiri, maupun yang terjadi karena proses alamiah yang tidak bisa terlakkan, baik yang berskala kecil (lokal) hingga skala besar bahkan skala internasional. Belum hilang dari ingatan kita peristiwa kerusuhan etnis di Kalimantan Barat, Kerusuhan di Poso, Ambon, Bom Bali, Bom di Hotel JW Marriot, Bom di depan Kedubes Australia, yang terakhir dan terbaru adalah Bom yang meledak di pasar Poso yang menewaskan 21 orang, Kecelakaan Pesawat Garuda di Sungai Bengawan Solo, Kecelakaan Pesawat Lion Air, Bencana Gunung Papandayan, Bencana Tanah Longsor di Garut, Gempa Nabire dan Alor, Gempa dan Gelombang Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara yang menimbulkan korban sangat banyak yang disusul Gempa di Pulau Nias. Herren, Hegel dan Ghetner (1989) mengatakan bahwa bencana yang bersifat kecil (small disaster) jika hanya melibatkan kematian hingga 20 orang, sedangkan skala yang sederhana (medium disaster) melibatkan kematian lebih daripada 100 orang dan bencana yang berskala besar (biggest disaster melibatkan kematian 1000 orang atau lebih seperti bencana Gempa dan Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara serta negara-negara Asia lainnya. (8) Banyak korban yang ditimbulkan akibat bencana dan peristiwa-peristiwa tersebut. Baik korban yang meninggal maupun korban yang masih hidup. Gibson (1991) mengatakan bahwa dampak bencana tidak hanya kepada penduduk yang terlibat, melainkan juga rekan-rekan terdekat, tetangga-tetangga atau pekerja sukarelawan yang terlibat dalam pelayanan sosial bencana.(8) Salah satu resiko yang dapat terjadi pada para korban bencana tersebut yang masih hidup adalah trauma kejiwaan akibat goncangan mental atas cobaan bertubi-tubi yang menimpa diri mereka. Bentuk trauma jiwa tersebut dapat berupa gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder (PTSD)), suatu trauma yang banyak ditemukan pada para veteran perang Amerika.



Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) / gangguan stres pasca trauma sangat penting untuk kita ketahui, selain karena banyaknya bencana yang telah menimpa kita, PTSD dapat menyerang siapapun yang telah mengalami kejadian traumatik, tidak pandang usia dan jenis kelamin. Pengertian PTSD Dr. W. Roan, seorang psikiater di Jakarta dalam tulisannya “Melupakan Kenangan Menghapus Trauma” (intisari, Desember 2003) menyatakan trauma berarti cidera, kerusakan jaringan, luka atau shock. Sementara trauma psikik, dalam Psikologi diartikan sebagai kecemasan hebat dan mendadak akibat suatu peristiwa dilingkungan seseorang yang melampaui batas kemampuannya untuk bertahan, mengatasi atau menghindar.(6) Gangguan stress pasca trauma (Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)) merupakan suatu sindrom kecemasan, labilitas autonomic, ketidakrentanan emosional, dan kilas balik dari pengalaman yang amat pedih itu setelah stress fisik maupun emosi yang melampaui batas ketahanan orang biasa. (10) Menurut website National Institute of Mental Health (NIMH), www.nimh.nih.gov, definisi PTSD adalah gangguang berupa kecemasan yang bisa timbul setelah seseorang mengalami suatu peristiwa yang mengancam keselamatan jiwa atau fisiknya. Peristiwa yang menimbulkan trauma ini bisa berupa serangan kekerasan, bencana alam yang menimpa manusia, kecelakaan atau perang.(1) Sedangkan Hikmat mengatakan bahwa PTSD adalah sebuah kondisi yang muncul setelah pengalaman luar biasa yang mencekam, mengerikan, dan mengancam jiwa seseorang seperti bencana alam, kecelakaan hebat, sexual abuse (kekerasan seksual), atau perang.(9) Pencetus stress (stressor)(4) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Kecelakaan yang serius atau bencana alam Perampokan atau penyerangan Peperangan Pelecehan seksual, pengabaian dan pemukulan pada anak Hukuman penjara, penyiksaan, menjadi sandera, ketika menjadi pengungsi Saksi suatu peristiwa traumatik Kematian yang tidak diinginkan pada orang terdekat



Periode-periode Kejadian Bencana Studi mengenai bencana menyimpulkan bahwa korban-korban mempunyai persamaan dari segi aspek-aspek yang dialami. Secara umumnya, Rice (1999) menjelaskan tiga periode bencana yang berbeda, yaitu(8) : 1. Periode Impak (Impack Period) hanya berlangsung sepanjang kejadian bencana. Pada periode ini, korban-korban selalu diliputi perasaan tidak percaya dengan apa yang mereka alami. Periode ini selalu berlangsung singkat. 2. Periode penyejukan suasana (Recoil Period) berlangsung beberapa hari selepas kejadian. Pada periode ini tampak bahwa korban-korban mulai merasakan diri mereka lapar dan



mencari bekal makanan yang ada untuk dimakan dan mereka tidak memahami bagaimana mereka harus memulihkan keadaan dan mengganti harta benda mereka yang hilang. 3. Periode Post Traumatik (Post Trauma Period) berlangsung lama bahkan sepanjang hayat. Periode ini berlangsung tatkala korban-korban bencana berjuang untuk melupakan pengalaman yang terjadi berupa tekanan, gangguan fisiologi dan psikologi akibat bencana yang mereka alami Tipe-tipe gejala penderita PTSD Ada tiga tipe gejala pada penderita PTSD yang sering terjadi(3)(4) : 1. Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan :    



Selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan Flashback (merasa seolah-olah peristiwa yang menyedihkan terulang kembali) Nightmares (Mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang membuatnya sedih) Reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh kenangan akan peristiwa yang menyedihkan



1. Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan dengan :    



Menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau percakapan yang berhubungan dengan trauma Kehilangan minat Perasaan terpisah dari orang lain Emosi yang dangkal



1. Kesadaran yang meningkat, ditunjukkan dengan :     



Susah tidur Mudah marah / tidak dapat mengendalikan marah Susah berkonsentrasi Kewaspadaan yang berlebih Respon yang berlebihan atas segala sesuatu.



Pola Respon Penderita Terhadap Bencana Leach (1995) menegaskan bahwa korban bencana dapat dikelompokkan ke dalam pola-pola respons mereka terhadap dampak bencana(8). 







Kelompok pertama biasanya relatif bersahaja, pemikiran mereka masih jelas, dan penuh perhitungan dalam tindakan mereka. Mereka ini kerapkali dinamakan sebagai “supercool“. Dari keseluruhan korban biasanya terdapat 10% – 20% masuk ke dalam kategori ini. Kelompok kedua menunjukkan sangat bingung dan membingungkan. Proses berfikir mereka bertipikal salah atau keliru, dan mereka tidak mampu membuat rencana dengan







cara yang masuk akal. Tingkah laku mereka menyerupai robot, dan mereka akan memperlihatkan simptom-simptom fisik dan psikologikal yang nyata khususnya berupa kecemasan (anxiety) yang tinggi. Korban yang masuk ke dalam kategori ini sekitar 75%. Kelompok ketiga selalu menunjukkan beberapa tingkah laku tidak sesuai dan menambahkan lagi risiko atas diri mereka. Beberapa diantaranya ada yang menjadi tidak berdaya (helplesness) dan membeku (cooled) pada situasi dan tempat tertentu. Pada satu ketika mereka dapat berubah menjadi begitu hangat (warm) dan pada saat lain mereka dengan cepat sekali mengalami perubahan (immobile). Beberapa diantara mereka cenderung bertingkah laku yang sangat membahayakan dirinya dan orang lain. Tingkah laku seperti ini selalu berkaitan dengan perilaku dissociative korban-korban bencana alam. Terdapat 10% hingga 15% korban termasuk ke dalam kategori ini.



Kriteria Diagnostik Diagnostik ditegakkan berdasar Kriteria Diagnostik Ganggaun Stress Akut berdasar DSM III-R (Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders III-Revisi)(11) : 1. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari berikut ini ditemukan : 1. Orang mengalami, menyaksikan atau dihadapkan dengan suatu kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang sesungguhnya atau cidera yang serius atau ancaman kepada integritas fisik diri sendiri atau orang lain. 2. Respon berupa rasa takut yang kuat dan rasa tidak berdaya atau selalu dihantui perasaan takut yang berlebihan. 2. Salah satu selama mengalami atau setelah mengalami kejadian yang menakutkan, individu memiliki tiga atau lebih gejala disosiatif berikut : 1. Perasaan subjektif kaku, terlepas atau tidak ada responsivitas emosi 2. Penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya 3. Derealisasi 4. Depersonalisasi 5. Amnesia disosiatif (yaitu : ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma) 3. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam sekurangnya satu cara berikut : bayangan, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik yang berulang-ulang, atau suatu perasaan pengalaman hidupnya kembali, pengalaman atau penderitaan saat terpapar dengan pengingat kejadian traumatik. 4. Penghindaran jelas terhadap stimuli yang menyadarkan rekoleksi trauma (misalnya pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat, orang) 5. Gejala kecemasan yang nyata atau peningkatan kesadaran (misalnya kewaspadaan berlebihan, sulit tidur, iritabilitas, konsentrasi buruk dan kegelisahan motorik) 6. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain mengganggu kemampuan individu untuk mengerjakan tugas yang diperlukan, seperti meminta bantuan yang diperlukan atau menggerakkan kemampuan pribadi dengan menceritakan kepada anggota keluarga tentang pengalaman traumatik.



7. Tidak karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan psikotik singkat. Kriteria Diagnostik PTSD berdasar DSM III-R (Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders III-Revisi)(10) : 1. Orang telah mengalami suatu peristiwa luar biasa bagi manusia umumnya dan yang amat menekan terhadap semua orang 2. Peristiwa traumatik itu secara menetap dialami dalam cara yang disebut di bawah ini : 1. Teringat kembali peristiwa itu secara berulang dan sangat mengganggu. 2. Mimpi yang berulang tentang peristiwa itu yang membebani pikiran 3. Perasaan atau tindakan mendadak seolah peristiwa traumatik itu telah terjadi lagi 4. Tekanan jiwa yang amat sangat karena terpaku pada satu peristiwa yang melambangkan atau menyerupai aspek dari peristiwa traumatik itu, termasuk hari ulang tahun trauma tersebut. 3. Pengelakan yang menetap terhadap rangsang yang terkait dengan trauma atau kelumpuhan yang bereaksi terhadap situasi umum (yang tak ada sebelum trauma itu), yang ditunjuk sedikitnya 3 dari yang berikut : 1. Upaya mengelak terhadap gagasan atau perasaan yang terkait dengan trauma itu 1. Upaya untuk mengelak dari kegiatan atau situasi yang menimbulkan ingatan terhadap trauma itu 2. Ketidakmampuan untuk mengingat kembali aspek yang penting dari trauma itu 3. Minat yang sangat berkurang terhadap kegiatan yang penting 4. Rasa terasing dari orang lain 5. Kurangnya afeksi 6. Merasa tidak punya masa depan 2. Gejala meningginya kesiagaan yang menetap (yang tak ada sebelum trauma) yang ditunjukkan oleh 2 dari gajala berikut : 1. Sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur yang cukup 2. Irritable atau mudah marah 3. Sulit berkonsentrasi 4. Amat bersiaga 5. Reaksi kaget yang berlebihan 6. Reaksi rentan faali saat menghadapi peristiwa yang melambangkan atau menyerupai aspek dari peristiwa traumatik 3. Jangka waktu gangguan itu (gejala pada B, C dan D) sedikitnya sebulan. Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan PTSD Adanya tiga tipe gejala PTSD dapat menyebabkan permasalahan-permasalahan dan gangguangangguan yang umumnya muncul sebagai berikut(4) : 1. Panic attack (serangan panik)



Individu yang mempunyai pengalaman trauma dapat mengalami serangan panik ketika dihadapkan / menghadapi sesuatu yang mengingatkan mereka pada trauma. Serangan panik meliputi perasaan yang kuat atas ketakutan atau perasaan tidak nyaman yang menyertai gejala fisik maupun psikologis. Gejala fisik meliputi jantung berdebar-debar, berkeringat, gemetar, sesak nafas, sakit dada, sakit perut, pusing, merasa kedinginan, badan panas, mati rasa. Penderita dapat juga mengalami gejala-gejala psikologi seperti perasaan tidak nyata, terpisah atau ketakutan bahwa dirinya akan menjadi gila, meninggal atau terkena serangan jantung. 1. Perilaku menghindar Salah satu gejala PTSD adalah menghindari hal-hal yang dapat mengingatkan penderita pada kejadian traumatis. Kadang-kadang penderita mengaitkan semua kejadian dalam seluruh kehidupannya setiap hari dengan kejadian trauma, padahal kondisi kehidupan sekarang jauh dari kondisi trauma yang pernah dialaminya. Hal ini seringkali menjadi lebih parah sehingga penderita menjadi takut untuk keluar rumah dan harus ditemani oleh orang lain jika harus keluar rumah. 1. Depression Banyak orang menjadi depresi setelah mengalami pengalaman trauma dan menjadi tidak tertarik dengan hal-hal yang disenanginya sebelum peristiwa trauma. Mereka mengembangkan perasaanperasaan yang tidak benar, perasaan bersalah, menyalahkan diri sendiri, dan merasa bahwa peristiwa yang dialaminya adalah merupakan kesalahannya, walaupun semua itu tidak benar. 1. Membunuh pikiran dan perasaan Kadang-kadang orang yang depresi berat merasa bahwa kehidupannya sudah tidak berharga. Hasil penelitian menjelaskan bahwa 50 % korban kejahatan mempunyai pikiran untuk bunuh diri. Jika anda dan orang yang terdekat dengan anda mempunyai pemikiran untuk bunuh diri setelah mengalami peristiwa traumatik, segeralah mencari pertolongan dan berkonsultasi dengan para profesional. 1. Penyalahgunan obat dan alkohol Penderita PTSD seringkali melarikan diri dengan menggunakan alkohol dan obat-obatan untuk menghilangkan rasa sakit yang dideritanya. Mereka juga menyalahgunakan resep obat dan pemakaian obat yang berlebihan. Walaupun hal ini merupakan reaksi yang wajar, penggunaan obat yang tidak tepat akan menyebabkan kegagalan dalam pengobatan. Alkohol dan obat-obatan hanya dapat mengobati secara sementara saja tetapi dalam jangka panjang akan memperburuk situasi. Menghadapi permasalahan tanpa alkohol dan obat-obatan akan membantu penderita agar segera sembuh tanpa permasalahan baru. 1. Merasa disisihkan dan sendiri Penderita PTSD memerlukan dukungan dari lingkungan sosialnya tetapi mereka seringkali merasa sendiri dan terpisah. Karena perasaan mereka tersebut, penderita kesulitan untuk



berhubungan dengan orang lain dan mendapatkan pertolongan. Penderita susah untuk percaya bahwa orang lain dapat memahami apa yang telah dia alami. 1. Merasa tidak percaya dan dihianati Setelah mengalami pengalaman yang menyedihkan, penderita mungkin kehilangan kepercayaan dengan orang lain dan merasa dihianati atau ditipu oleh dunia, nasib atau oleh Tuhan. 1. Mudah marah Marah dan mudah tersinggung adalah reaksi yang umum diantara penderita trauma. Tentu saja kita dapat salah kapan saja, khususnya ketika penderita merasa tersakiti, marah adalah suatu reaksi yang wajar dan dapat dibenarkan. Bagaimanapun, kemarahan yang berlebihan dapat mempengaruhi proses penyembuhan dan menghambat penderita untuk berinteraksi dengan orang lain di rumah, di tempat kerja dan di tempat terapi. 1. Gangguan yang berarti dalam kehidupan sehari-hari Beberapa penderita PTSD mempunyai beberapa gangguan yang terkait dengan fungsi sosial dan gangguan di tempat kerja atau sekolah dalam jangka waktu yang lama setelah trauma. Seorang korban kejahatan mungkin menjadi sangat takut untuk tinggal sendirian. Penderita mungkin kehilangan kemampuannya dalam berkonsentrasi dan melakukan tugasnya dalam bekerja. Bantuan perawatan pada penderita sangat penting agar permasalahan tidak berkembang lebih lanjut. 1. Persepsi dan kepercayaan yang aneh Adakalanya seseorang yang telah mengalami trauma yang menjengkelkan, seringkali untuk sementara dapat mengembangkan ide atau persepsi yang aneh (misalnya : percaya bahwa dia bisa berkomunikasi atau melihat orang-orang yang sudah meninggal). Walaupun gejala ini menakutkan dan menyerupai halusinasi dan khayalan, gejala tersebut seringkali bersifat sementara dan hilang dengan sendirinya. Pengobatan Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan penderita PTSD, yaitu dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi. 1. Farmakoterapi Mulai terapi obat hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yang sudah dikenal, terutama karena penyalah gunaan zat amat banyak pada pasien dengan gangguan stress pasca traumatik Terapi dengan anti depresiva pada gangguan stress pasca traumatik ini masih kontroversial. Obat yang biasa digunakan adalah benzodiazepin, litium, camcolit dan zat pemblok beta – seperti propranolol, klonidin, dan karbamazepin. Obat tersebut biasanya diresepkan sebagai obat yang



sudah diberikan sejak lama dan kini dilanjutkan sesuai yang diprogramkan, dengan kekecualian, yaitu benzodiazepin – contoh, estazolam 0,5 – 1 mg per os, Oksanazepam10-30 mg per os, Diazepam (valium) 5 – 10 mg per os, Klonazepam 0,25 – 0,5 mg per os, atau Lorazepam 1- 2 mg per os atau IM – juga dapat digunakan dalam UGD atau kamar praktek terhadap ansietas yang gawat dan agitasi yang timbul bersama gangguan stres pasca traumatik tersebut.(10) 1. Psikoterapi Para terapis yang sangat berkonsentrasi pada maslah PTSD percaya bahwa ada tiga tipe psikoterapi yang dapat digunakan dan efektif untuk penanganan PTSD, yaitu : anxiety management, cognitive therapy, exposure therapy. Terapi bermain (play therapy) mungkin berguna pada penyembuhan anak dengan PTSD. 1. Debriefing Ada banyak kontroversi tentang debriefing baik dalam literatur PTSD umum dan di dalam debriefing yang dipimpin oleh bidan. Sesungguhnya, Cochranc, seorang penulis sebuah buku merekomendasikan ” perlu untuk melakukan debriefing pada kasus korban-korban trauma”.(12) Mengenai debriefing oleh bidan, Small (2000) gagal menunjukkan secara jelas manfaatnya.(13) Meskipun begitu, Boyce dan Condon (2000) itu merekomendasikan bidan untuk melakukan debriefing pada semua wanita yang berpotensi untuk mengalami kejadian traumatik ketika melahirkan.(7) 2. Anxiety Management(4) Pada anxiety management, terapis akan mengajarkan beberapa ketrampilan untuk membantu mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik melalui : 



Relaxation Training



Kita akan belajar untuk mengontrol ketakutan dan kecemasan secara sistematis dan merelaksasikan kelompok otot-otot utamamu. 



Breathing retraining



Kita akan belajar bernafas dengan perut secara perlahan-lahan, santai dan menghindari bernafas dengan tergesa-gesa yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, bahkan reaksi fisik yang tidak baik seperti jantung berdebar dan sakit kepala. 



Positive thinking dan self-talk



Kita belajar untuk menghilangkan pikiran negatif dan mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal-hal yang membuat stress (stresor). 



Assertiveness Training



Kita belajar bagaimana mengekspresikan harapan, opini dan emosi tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. 



Thought Stopping



Kita belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika kita sedang memikirkan hal-hal yang membuat kita stress. 3. Cognitive therapy(4) Terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak rasional yang mengganggu emosi dan mengganggu kegiatan-kegiatan kita. Misalnya seorang korban kejahatan mungkin menyalahkan diri sendiri karena tidak hati-hati. Tujuan kognitif terapi adalah mengidentifikasi pikiran-pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa pikiran tersebut tidak rasional untuk melawan pikiran tersebut yang kemudian mengadopsi pikiran yang lebih realistik untuk membantu mencapai emosi yang lebih seimbang. 4. Exposure therapy(4) Pada exposure terapi, terapis membantu menghadapi situasi yang khusus, orang lain, obyek, memory atau emosi yang mengingatkanmu pada trauma dan menimbulkan ketakutan yang tidak realistik dalam kehidupan sehari-hari. Terapi ini dapat berjalan dengan dua cara : 



Exposure in the imagination



Terapis bertanya kepada penderita untuk mengulang-ulang cerita secara detail kenangankenangan traumatis sampai mereka tidak mengalami hambatan untuk menceritakannya. 



Exposure in reality



Terapis membantu untuk menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi ingin dihindari karena menyebabkan ketakutan yang sangat kuat (misalnya : kembali ke rumah setelah terjadi perampokan di rumah). Ketakutan itu akan bertambah kuat jika kita berusaha untuk mengingat situasi tersebut dibanding berusaha untuk melupakannya. Pengulangan situasi yang disertai penyadaran yang berulang-ulang akan membantu kita menyadari bahwa situasi lampau yang menakutkan tidak lagi berbahaya dan kita dapat mengatasinya. 5. Play therapy(4) Terapi bermain digunakan untuk menerapi anak-anak dengan PTSD. Terapis menggunakan permainan untuk memulai topik yang tidak dapat dimulai secara langsung. Hal ini dapat membantu anak-anak untuk lebih merasa nyaman dalam berproses dengan pengalaman traumatiknya. 6. Support Group Therapy(14)



Seluruh peserta dalam Support Group Therapy merupakan penderita PTSD, yang mempunyai pengalaman serupa (misalnya korban bencana tsunami, korban gempa bumi) dimana dalam proses terapi mereka saling menceritakan tentang pengalaman traumatis mereka, kemdian mereka saling memberi penguatan satu sama lain. 7. Terapi Bicara(1) Sejumlah studi penelitian membuktikan bahwa terapi berupa saling berbagi cerita mengenai trauma mampu memperbaiki kondisi kejiwaan penderita. Dengan berbagi pengalaman, korban bisa memperingan beban pikiran dan kejiwaan yang dipendamnya selama ini. Bertukar cerita dengan sesama penderita membuat mereka merasa senasib, bahkan merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Kondisi ini memicu seseorang untuk bangkit dari trauma yang dideritanya dan melawan kecemasan. 8. Pendidikan dan supportive konseling(4) Konselor ahli mempertimbangkan pentingnya penderita PTSD (dan keluarganya) untuk mempelajari gejala PTSD dan bermacam-macam treatmen (terapi dan pengobatan) yang cocok untuk PTSD. Walaupun kamu mempunyai gejala PTSD dalam waktu lama, langkah pertama yang pada akhirnya dapat ditempuh adalah mengenali gejala dan permasalahannya sehingga kita mengerti apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasinya. 9. Tipe psikoterapi yang lain(4) Beberapa tipe dari psikoterapi yang lain (eye movement desensitization reprocessing [EMDR], hypnotherapy, dan psikodinamik psikoterapi) seringkali digunakan untuk terapi PTSD dan kadang-kadang sangat membantu bagi sebagian penderita. Selain menggunakan kedua macam terapi, profesional dan keluarga atau teman penderita dapat melakukan berbagai hal yang dapat membantu penderita PTSD, diantaranya(2) 1. Mendengarkan cerita dan keluh kesah penderita dengan rasa empati. Seorang pendengar yang mampu berempati dengan penderita sangat dibutuhkan oleh penderita 2. Luangkan waktu bersama dengan penderita. Kehadiran anda sangat berarti bagi para penderita. 3. Berilah bantuan yang diperlukan oleh penderita dengan simpati 4. Jangan mengatakan pada penderita bahwa dirinya lebih beruntung karena ada yang mempunyai kondisi lebih buruk dari penderita. Orang yang telah mengalami trauma tidak akan menjadi lebih baik bila kita menceritakan atau menunjukkan kondisi yang lebih buruk dari dirinya. 5. Sebaiknya beritahu mereka bahwa anda bersimpati dengan kondisi yang telah menimpa mereka dan anda mau memahami dan membantu mereka 6. Pahami dan berikan waktu bagi keluarga penderita untuk saling berbagi perasaan Apabila anda juga merupakan salah satu penderita, maka ada beberapa hal yang dapat anda lakukan(2) :



1. Berikan waktu bagi diri anda untuk bersedih, tetapi jangan berlama-lama hanyut dalam kesedihan 2. Pusatkan perhatian pada kekuatan dan ketrampilan untuk mengatasi keadaan anda. 3. Tentukan hal-hal penting yang dapat anda lakukan dan pusatkan semua tenaga dan sumber daya yang anda miliki untuk melakukan hal penting tersebut 4. Tetapkan tujuan-tujuan yang kecil dan realistik untuk membantu mengatasi halangan 5. Makan makanan yang menyehatkan dan berolah raga untuk membantu meredakan tekanan 6. Lakukan istirahat yang cukup untuk menghemat tenaga anda 7. Gunakan rasa sakit yang anda alami sebagai pendorong untuk melakukan perubahan yang berguna sebagai penyembuh rasa sakit itu 8. Bercerita dan berbagi dengan orang lain dapat meringankan beban anda 9. Terimalah dukungan dari keluarga dan teman-teman anda 10. Jauhkanlah diri anda dari alkohol dan minuman keras lainnya karena hal itu akan menimbulkan masalah baru bagi anda. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh tenaga sukarela untuk membantu korban bencana alam(5) : 1. Tahap darurat Dalam konteks masyarakat yang porak poranda, yang dapat dilakukan adalah :    



Membantu masyarakat mengakses barang dan jasa untuk pemenuhan kebutuhan dasar Membangun struktur organisasi darurat diantara para korban (misalnya pendaftaran korban selamat) Melakukan social first aid termasuk membantu masyarakat mencatat dan melaak keluarga yang terpisah Mengarahkan dan memastikan kelompok yang paling rentan dan paling lemah agar mendapat prioritas bantuan



2. Tahap pemulihan o Yakinkan korban bahwa mereka mesih memiliki keluarga, ikatan kekerabatan dan mendapat perhatian dari negara o Bertindak sebagai penghubung antara perorangan, keluarga, kelompok masyarakat, yang membutuhkan layanan dan bantuan dengan sistem sumberdaya yang ada o Kembangkan jaringan dengan phak-pihak yang berwenang, berbagai disiplin ilmu (kedokteran, psikologi, hukum) serta dengan instansi penyedia layanan dan bantuan Kesimpulan Negara kita merupakan negara yang sering mengalami bencana. Bencana yang terjadi tidak hanya menimbulkan korban fisik yang berupa cacat atau korban meninggal, akan tetepi ada juga korban yang secara fisik baik-baik saja, akan tetapi mengalami trauma kejiwaan akibat



goncangan mental atas peritiwa traumatik yang telah dialaminya. Bentuk trauma yang dialami adalah Post traumatic Stress Disorder (PTSD) / Gangguan Stress Pasca Kejadian Trauma. Gangguan stress pasca traumatic (Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)) merupakan suatu sindrom kecemasan, labilitas autonomic, ketidakrentanan emosional, dan kilas balik dari pengalaman yang amat pedih itu setelah stress fisik maupun emosi yang melampaui batas ketahanan orang biasa.(10) Selain karena kita tinggal di daerah yang sering mengalami bencana, pengetahuan akan PTSD sangat berguna karena PTSD dapat terjadi pada siapapun, yang telah mengalami kejadian traumatik. Pengetahuan tentang PTSD juga berguna agar kita dapat menolong teman, keluarga atau orang yang dekat dengan kita yang mengalami PTSD. Kriteria Diagnostik PTSD didasarkan pada kriteria penderita Stres Akut dan kriteria PTSD yang ada pada pada DSM III-R. Kriteria diagnostik itu didasarkan pada dua kriteria di atas (Stress akut dan PTSD) karena seringkali penderita PTSD juga mengalami stres, bahkan stres yang akut. Permasalahan-permasalahan yang timbul karena gejala PTSD pada umumnya adalah panic attack (serangan panik), perilaku menghindar, depression, membunuh pikiran dan perasaan, penyalahgunan obat dan alkohol, merasa disisihkan dan sendiri, merasa tidak percaya dan dihianati, mudah marah, gangguan yang berarti dalam kehidupan sehari-hari, persepsi dan mempunyai kepercayaan yang aneh. Treatment untuk mengatasi penderita PTSD dapat dilakuakn dengan Psikoterapi dan Farmakologi. Selain menggunakan psikoterapi dan farmakologi, banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang yang terdekat dengan korban dan sukarelawan yang ingin menolong korban.