13 0 280 KB
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN CTEV CONGENITAL TALIPAS EQUINO VARUS (Ditujukan untuk memenuhi Tugas Keperawatan Anak)
DOSEN PEMBIMBING Ns. Mona Megasari, M.Kep
Disusun Oleh: Siti Hoeriah
Yulia Deswitasari
Tita Lela Rosalina
Yusrizal Pamungkas
Vani Oktaviani Nurinsani
Gantris Adinda
Winda Hardianty
Wanda F
PRODI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan RahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Cimahi, 07 November 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ........................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1 C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 3 A. Pengertian CTEV (Congenital Talipes Equino Varus) ........................................................ 3 B. Etiologi................................................................................................................................. 3 C. Manifestasi Klinis ................................................................................................................ 5 D. Patofisiologi ......................................................................................................................... 7 E. Klasifikasi CTEV ................................................................................................................. 8 F.
Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan CTEV ........................................................................................................ 8 H. Komplikasi CTEV ............................................................................................................. 11 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................................ 13 A. Pengkajian .......................................................................................................................... 13 B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................... 20 C. Intervensi Keperawatan ..................................................................................................... 21 D. Implementasi ...................................................................................................................... 27 E. Evaluasi .............................................................................................................................. 27 BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 28 iii
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 28 B. Saran .................................................................................................................................. 28 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 30
iv
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Congenital talipes equinovarus (CTEV) yang juga dikenal sebagai ‘club foot’ adalah suatu gangguan perkembangan ekstremitas inferior yang sering ditemui, tetapi masih jarang dipelajari. CTEV dimasukkan dalam terminology “sindromik” bila kasus ini ditemukan bersamaan dengan gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari sindrom genetik. CTEV dapat timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik lain, dan sering disebut sebagai CTEV idiopatik. CTEV sindromik sering menyertai gangguan neurologis dan neuromuskular, seperti spina bifida maupun atrofi muscular spinal. Bentuk yang paling sering ditemui adalah CTEV idiopatik; pada bentuk ini, ekstremitas superior dalam keadaan normal. Club foot ditemukan pada hieroglif Mesir dan perawatannya dijelaskan oleh Hipokrates pada 400 SM dengan cara memanipulasi kaki dengan lembut untuk kemudian dipasangi perban. Sampai saat ini, perawatan modern juga masih mengandalkan manipulasi dan immobilisasi. Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara imobilisasi yang saat ini mungkin paling efektif adalah metode ponseti; metode ini dapat mengurangi perlunya operasi. Walaupun demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi operatif. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan CTEV? 2. Bagaimana etiologi dari CTEV? 3. Bagaimana manifestasi klinis dari CTEV? 4. Apa saja klasifikasi dari CTEV? 5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik CTEV? 6. Bagaimana penatalaksanaan dari CTEV? 7. Apa saja komplikasi yang dapat timbul dari CTEV? 1
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mengetahui dan memahami patofisiologi dan asuhan keperawatan klien dengan CTEV.
2. Tujuan khusus 1) Mengetahui definisi CTEV. 2) Mengetahui etiologi CTEV. 3) Mengetahui manifestasi klinis CTEV 4) Mengetahui patofisiologi CTEV 5) Mengetahui klasifikasi CTEV 6) Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada CTEV 7) Mengetahui penatalaksaan dari CTEV 8) Mengetahui komplikasi CTEV
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian CTEV (Congenital Talipes Equino Varus) Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (meng.kuda) dan varus (bengkok ke arah dalam/medial). Congenital Talipes Equino Varus adalah deformitas kaki yang tumitnya terpuntir ke dalam garis tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi. Keadaan ini disertai dengan meningginya tepi dalam kaki (supinasi) dan pergeseran bagian anterior kaki sehingga terletak di medial aksis vertikal tungkai (adduksi). Dengan jenis kaki seperti ini arkus lebih tinggi (cavus) dan kaki dalam keadaan equinus (plantar flexi). Congenital Talipes Equino Varus adalah suatu kondisi di mana kaki pada posisi Plantar flexi talocranialis karena m. Tibialis anterior lemah,Inversi ankle karena m. Peroneus longus, brevis dan tertius lemah, Adduksi subtalar danmidtarsal.
B. Etiologi Etiologi Congenital Talipes Equino Varus sampai saat ini belum diketahui pasti tetapi diduga ada hubunganya dengan : Persistence of fetal positioning, Genetic, Cairan amnion dalam ketuban yang terlalu sedikit pada waktu hamil(oligohidramnion), Neuromuscular disorder (Kadang kala ditemukan bersamaan dengan kelainan lain seperti
3
Spina Bifida atau displasia dari rongga panggul). Ada beberapa teori yang kemungkinan berhubungan dengan CTEV: 1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan muncul sebelum fertilisasi. 2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan. 3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekbvitar minggu ke-7 sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitasclubfoot yang jelas, namun bila hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitasclubfoot yang ringan hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan pada faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”.“Cronon” ini memandu waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon). 4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibatintrauterine crowding. 5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik. 6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot. 4
7. Sindrom Edward, yang merupakan kelainan genetic pada kromosom nomer 18 8. Pengaruh luar seperti penekanan pada saat bayi masih didalam kandungan dikarenakan sedikitnya cairan ketuban (oligohidramnion) 9. Dapat dijumpai bersamaan dengan kelainan bawaan yang lain seperti spina bifida 10. Penggunaan ekstasi oleh ibu saat sedang mengandung
C. Manifestasi Klinis 1. Tidak adanya kelainan congenital lain 2. Berbagai kekakuan kaki 3. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan 4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif memendek. 5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi. 6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. 5
Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rockerbottomdengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya. 7. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya perputaran subtalar ke medial. 8. Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otototot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal. 9. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi. Diagnosis Banding 1. Postural clubfoot- disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat dikoreksi secara manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik dan cepat terhadap serial casting dan jarang akan kambuh kembali. 6
2. Metatarsus adductus (atau varus)- adalah deformitas pada metatarsal saja. Kaki bagian depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat dikoreksi dengan manipulasi dan mempunyai respon terhadap serial casting.
D. Patofisiologi Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa kelainan terjadi karena perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan intrauterine. Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki, dan bilateral pada 50 % kasus. Kemungkinan terjadinya deformitas secara acak adalah 1 : 1000 kelahiran. Pemeriksaan pada bayi kaki pekuk menunjukkan equinus kaki belakang, varus kaki belakang dan kaki tengah, adduksi kaki depan dan berbagai kekakuan. Semua temuan ini adalah akibat dislokasi medial sendi talonavikuler. Pada anak yang lebih tua, atrofi betisdan kaki lebih nyata daripada bayi, tanpa memandang seberapa baik kaki terkoreksi atau fungsionalnya.
7
E. Klasifikasi CTEV Literature medis menguraikan tiga kategori utama clubfoot, yaitu : 1. Clubfoot ringan atau postural dapat membaik secara spontan atau memerlukan latihan pasif atau pemasangan gips serial. Tidak ada deformitas tulang, tetapi mungkin ditemukan penencangan den pemendekan jaringan lunak secara medial dan posterior. 2. Clubfoot tetralogic terkait dengan anomaly congenital seperti mielodisplasia atau artogriposis. Kondisi ini biasanya memerlukam koreksi bedah dan memiliki insidensi kekambuhan yang yang tinggi. 3. Clubfoot idiopatik congenital, atau “clubfoot sejati” hampir selalu memerlukan intervensi bedah karena terdapat abnormalitas tulang.
F. Pemeriksaan Diagnostik Deformitas ini dapat dideteksi secara dini pada saat prenatal dengan ultrasonography atau terdeteksi saat kelahiran.
G. Penatalaksanaan CTEV Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif. Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa : 1. Non-Operative : Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai 8
keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas. Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral. Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada periode ini. Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun. Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur untuk menunjang penyembuhan.
9
Perawatan
“cast”
(termasuk
observasi
terhadap
komplikasi),
dan
menganjurkan orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena deformitas atau therapi yang lama. Perawatan “cast” meliputi : -
Biarkan cast terbuka sampai kering
-
Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari pertama atau sesuai intruksi
-
Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal
-
Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa nyeri
-
Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.
-
Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma
-
Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan bendabenda kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak
-
Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
2.
Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air
Operatif 1) Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut : 10
-
Jika terapi dengan gibs gagal
-
Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan
2) Operasi dilakukan dengan melepasakan jaringan lunak yang mengalami kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat. 3) Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu Appley). 4) Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10 tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan artrodesis triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.
H. Komplikasi CTEV 1. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi konservatif mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan dari cast.Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian 11
kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu, dan jarang memerlukan cangkok kulit. 2. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi. 3. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia 4. Komplikasi bila tidak diberi pengobatan : deformitas menetap pada kaki
12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Biodata klien : Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat. bayi laki-laki dua kali lebih banyak menderita kaki bengkok daripada perempuan. Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki. Survei membuktikan dari 4 orang kasus Club foot, maka hanya satu saja seorang perempuan. Itu berarti perbandingan penderita perempuan dengan penderita laki-laki adalah 1:3 dan 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot. 2. Keluhan Utama : Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena adanya keadaan yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai kekakuan kaki, atrofi betis kanan, hipoplasia tibia, fibula dan tulang-tulang kaki ringan. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti Klien tidak mengalami keluhan apa-apa selain adanya keadaan yang abnormal pada kakinya.
13
4. Riwayat penyakit keluarga Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. 5. Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal 1) Antenatal Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang pernah diminum serat kebiasaan selama hamil. 2) Natal Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dan gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital. Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis spontan atau tidak. 3) Postnatal Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya ashyksia, trauma dan infeksi. 14
6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir. Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar, halus, social, dan bahasa. 7. Riwayat Kesehatan Keluarga Sosial , perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman, rumah tangga yan harmonis dan pola suh, asah dan asih. Ekonomi dan adat istiaadat, berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual dan pengetahuan serta ketrampilan anak. Disamping itu juga berhubungan dengan persediaan dan pengadaan bahan pangan, sandang dan papan. 8. Riwayat Imunisasi Riwayat imunisasi anak sangat penting, dengan kelengkapan imunisasi pada anak mencegah terjadinya penyakit yang mungkin timbul. Meliputi imunisai BCG, DPT, Polio, campak dan hepatitis. 9. Pola Fungsi Kesehatan 1) Pola nutrisi, Makanan pokok utama apakah ASI atau PASI. pada umur anak tertentu. Jika diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan frekuensi) pemberiaannya serta makanan tambahan yang diberikan. Adakah makanan yang disukai, alergi atau masalah makanan yang lainnya).
15
2) Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu dikaji BAB atau BAK (Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah serta bau). Bagaimana tingkat toileting trining sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 3) Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan. 4) Pola istirahat, kebutha istirahat setiap hari, adakah gangguan tidur, hal-hal yang mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur. 5) Pola kebersihan diri, bagaiman perawatan pada diri anak apakah sudah mandiri atau masih ketergantuangan sekunder pada orang lain atau orang tua. 10. Pemeriksaan Fisik 1) Pantau status kardiovaskuler 2) Pantau nadi perifer 3) Pucatkan kulit ekstremitas pada bagian distal untuk memastikan sirkulasi yang adekuat pada ekstremitas tersebut 4) Perhatikan keketatan gips, gips harus memungkinkan insersi jari diantara kulit ekstremitasdengan gips setelah gips kering 5) Kaji adanya peningkatan hal-hal berikut: -
Nyeri
-
Bengkak
-
Rasa dingin
-
Sianosis atau pucat
6) Kaji sensasi jari kaki -
Minta anak untuk menggerakkan jari kaki 16
-
Observasi adanya gerakan spontan pada anak yang tidak mampu berespon terhadap perintah
-
Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda ancaman kerusakan sirkulasi
-
Intruksikan anak untuk melaporkan adanya rasa kebas atau kesemutan
7) Periksa suhu (gips plester) -
Reaksi kimia pada proses pengeringan gips, yang meningkatkan panas
-
Evaporasi air, yang menyebabkan kehilangan panas
8) Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau adanya nyeri tekan 9) Inspeksi bagian dalam gips untuk adanya benda-benda yang terkadang dimasukkan oleh anak yang masih kecil 10) Observasi adanya tanda-tanda infeksi -
Periksa adanya drainase
-
Cium gips untuk adanya bau menyengat
-
Periksa gips untuk adanya ”bercak panas” yang menunjukkan infeksi dibawah gips
-
Waspadai adanya peningkatan suhu, letargi dan ketidaknyamanan
11) Observasi kerusakan pernafasan (gips spika) -
Kaji ekspansi dada anak
-
Observasi frekuensi pernafasan
-
Observasi warna dan perilaku
12)
Kaji adanya bukti-bukti perdarahan (reduksi bedah terbuka) : -
13)
Batasi area perdarahan Kaji kebutuhan terhadap nyeri 17
Analisa Data
Data 1.Tanda Mayor : Tanda Minor : -
Etiologi CTEV
Masalah Resiko tinggi cidera
Calcaneus, navicular dan cuboid terotasi kearah medial terhadap talus Inversi pada sendi subtalar (tungkai)
Bentuk kaki abnormal Hambatan mobilitas fisik
2.Tanda Mayor Ds: 1. mengeluh tidak nyaman Do: 1. Gelisah
Resiko tinggi cedera Terapi Terapi operatif Pembedahan Nyeri
Tanda Minor Ds: 1. Mengeluh sulit tidur 2. Tidak mampu rileks 3. Mengeluh kedinginan/kepanasan 4. Merasa gatal 5. Mengeluh mual 6. Mengeluh lelah Do: 1. Menunjukkan gejala distress 2. Tampak merintih/menangis 3. Pola eliminasi berubah 4. Postur tubuh berubah 5. Iritabilitas 18
Gangguan rasa nyaman (Nyeri)
3.Tanda Mayor Ds: Do: 1. Kerusakan jaringan dan/ lspisan kulit Tanda Minor Ds: Do: 1. Nyeri 2. Perdarahan 3. Kemerahan 4. Hematoma 4.Tanda Mayor Ds: 1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas Do: 1. Kekuatan otot menurun 2. Rentang gerak (ROM) menurun
Terapi konserfativ Pemasangan gips
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
Gips terlalu ketat Kompartemen sindrom Kerusakan integritas kulit
CTEV
Kerusakan mobilitas fisik
Calcaneus, navicular dan cuboid terotasi kearah medial terhadap talus Inversi pada sendi subtalar (tungkai)
Bentuk kaki abnormal Tanda Minor Ds: 1. Nyeri saat bergerak 2. Enggan melakukan pergerakan 3. Merasa cemas saat bergerak Do: 1. Sendi kaku 2. Gerakan tidak terkoordinasi 3. Gerakan terbatas 4. Fisik lemah 5.Tanda Mayor Ds: 1. Merasa bingung 2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi 3. Sulit berkonsentrasi Do:
Hambatan mobilitas fisik
CTEV Calcaneus, navicular dan cuboid terotasi kearah medial terhadap talus Inversi pada sendi subtalar (tungkai) 19
Ansietas
1. Tampak gelisah 2. Tampak tegang 3. Sulit tidur
Bentuk kaki abnormal
Tanda Minor Ds: 1. Mengeluh pusing 2. Anoreksia 3. Palpitasi 4. Merasa tidak berdaya Do: 1. Frekuensi napas meningkat 2. Frekuensi nadi meningkat 3. Tekanan darah meningkat 4. Diaforesis 5. Tremor 6. Muka tampak pucat 7. Suara bergetar 8. Kontak mata buruk 9. Sering berkemih 10. Berorientasi pada masa lalu
Ansietas
B. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan adanya gips, pembengkakan jaringan, kemungkinan kerusakan saraf 2. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan cidera fisik 3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gips 4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal 5. Ansietas berhubungan dengan penggunaan dan pengangkatan gips.
20
C. Intervensi Keperawatan No
1.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan
Hasil
Resiko
tinggi Tujuan :
1.
cidera
Pasien
berhubungan
mengalami kerusakan 2.
dengan
Intervensi
1.
Rasional
Tinggikan 1.
tidak ekstremitas yang di gips 2.
Kaji
1. Untuk menurunkan
bagian pembengkakan,
adanya kerusakan neurologis gips yang terpajan untuk karena
gips,
atau
pembengkakan
Pasien
nyeri, , nyeri bengkak, ekstremitas
jaringan,
mempertahankan
perubahan
kemungkinan
integritas gips
(sianosis
atau
pulsasi,
hangat,
kerusakan saraf
sirkulasi
dan mengetahui
Kriteria Hasil: –
Jari kaki hangat,
merah muda, sensitif, dan
kapiler
warna meningkatkan
dan 2.
bergerak 3. basah
2.
untuk Adanya tanda Rawat
dengan
tangan,
dengan segera
pucat), aliran balik vena
kemampuan
3. menunjukkan
pengisian
adanya peninggian
tandatersebut
gips menandakan
telapak terjadinya hindari gangguan
penekanan gips dengan sirkulasi –
Gips mengering ujung jari (gips plester) 3.
dengan cepat, tetap 4. bersih dan utuh
4.
Tutupi
tepi Karena
gips yang kasar dengan ” penekanan dapat petal” adesif
21
3.
menyebabkan
5.
5. menutupi
Jangan area tekan gips
yang 4.
masih basah 6.
4. Untuk melindungi tepi
6.
Jangan gips
mengeringkan
dan
gips mencegah iritasi
dengan kipas pemanas kulit atau pengering 7.
5. Untuk
7. Gunakan kipas mengeringkann biasa dengan
di
lingkungan ya dari dalam kelembaban keluar
tinggi 8.
5.
6.
6.
8. Bersihkan area Karena yang kotor dari gips terjadi
dapat luka
dengan kain basah dan bakar dan gips sedikit pembersih putih hanya yang rendah abrasif.
akan
kering di bagian luar tetapi tidak di bagian dalam 7.
7. Untuk sirkulasi udara
8.
8. Agar area tetap bersih
22
dan tidak terjadi abrasi
2.
Gangguan nyaman
rasa Tujuan : (Nyeri) ketidaknyamanan
berhubungan dengan fisik
1.
1. Berikan posisi 1.
1.
yang nyaman, gunakan Mengurangi
yang dialami pasien bantal untuk menyokong ketegangan
cidera tidak
ada
atau area dependen
minimal
2.
Kriteria Hasil: –
Anak
menunjukkan
2. batasi
ekstremitas
Bila
perlu yang di gips
aktivitas
yang 2.
tidak melelahkan bukti3.
2. Untuk mencegah nyeri
3. Hilangkan rasa 3.
bukti
gatal
ketidaknyamanan
dengan
–
yang ditiupkan dari spuit gatal
ketidaknyamanan
minor
dapat
dibawah
3. Udara
gips dingin
udara
asepto,
dingin mengurangi rasa
fan,
atau 4.
pengering rambut.
ditoleransi 4.
4.
dapat
4. Karena
Hindari substansi
ini
menggunakan bedak atau mempunyai lotion dibawah gips
kecenderungan untuk ”menggumpal” dan
23
menimbulkan iritasi
3.
Resiko
tinggi Tujuan :
kerusakan integritas berhubungan dengan gips
1.
Pasien
iritasi dan bebas dari proyeksi halus
kulit
pengiritasi
Kriteria Hasil :
2.
Tidak ditemukannya
Tepi
dapat
mengiritasi kulit
2.
Jangan 2.
membiarkan
2. Untuk
anak mencegah
memasukkan sesuatu ke trauma kulit
tanda-tanda
kulit
1.
tidak semua tepi gips halus gips yang tidak
kulit mengalami
kerusakan
1. Pastikan bahwa 1.
integritas
dalam gips
3.
3.
3. Untuk
3. Waspadai anak mendorong yang lebih besar untuk kepatuhan tidak
memasukkan 4.
benda-benda
4.
kedalam Karena
gips, jelaskan mengapa yang
tidak
ini penting
dapat
4.
bersih
4. Jaga agar kulit memicu yang
terpajan
tetap timbulnya iritasi
bersih dan bebas dari 5. iritan 5.
24
kulit
5. Karena
5. Lindungi gips dapat
kulit teriritasi
selama mandi, kecuali akibat
adanya
jika gips sintetik tahan air di dalam gips terhadap air 6.
6.
6.
6. Selama gips Karena dilepas, basuh
rendam kulit
gips
dan akan mengeras
dengan dengan
perlahan
kulit
terdeskuamasi dan
sekresi
sebasea
4.
Kerusakan mobilitas
Tujuan :
1.
fisik Pasien
1. Dorong untuk 1. ambulasi
berhubungan
mempertahankan
dengan
penggunaan otot pada 2.
kerusakan
area yang tidak sakit
sesegera meningkatkan
mungkin
muskuloskeletal
1. Untuk
mobilitas
2.
Ajarkan 2.
penggunaan
2. Untuk
alat membantu
mobilisasi seperti kurk melatih untuk kaki yang di gips
ekstremitas
Kriteria hasil : –
3. Ekstremitas
3. Dorong anak dengan bantuan dengan
alat
ambulasi 3.
penopan
yang tidak sakit tetap untuk berambulasi segera g berat badan mempertahankan setelah kondisi umumnya 4.
3. Untuk
tonus otot yang baik. memungkinkan
25
melatih
dan
–
Anak 4.
melakukan
4.
aktivitas aktivitas
Dorong meningkatkan bermain
dan mobilitas
yang sesuai dengan pengalihan usia dan kondisi anak5.
5.
4. Untuk
5. Dorong anak melatih untuk
otot
menggunakan yang tidak sakit
sendi-sendi di atas dan di 6. bawah gips
5. Untuk mempertahanka n
fleksibilitas
dan fungsi sendi 5.
Ansietas
Tujuan :
1.
berhubungan
Pasien mendapatkan yang akan dilakukan dan Menghilangkan
dengan
dukungan
selama anak untuk membantu
pengangkatan
pemasangan
gips.
pengangkatan gips
dan 2.
selama
menjalani
prosedur pemasangan pengangkatan
gips dengan distres minimal
dan
kerja
26
2.
pengangkatan Menghilangkan
gips; kebisingan gergaji, rasa takut kulit sensasi
geli
karena terpotong
getaran, ketidakmungkinan cidera karena
prosedur,
menunjukkan keamanan
sama
mendorong
2. Jelaskan apa kerja sama yang akan dialami anak 2.
Kriteria Hasil :
dan
1.
yang apa yang dapat dilakukan rasa takut dan
penggunaan dan adekuat
Anak
1. Jelaskan apa 1.
gergaji pada diri sendiri dan orang lain
D. Implementasi Implementasi adalah suatu penerapan atau tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun atau dibuat dengan cermat dan terperinci sebelumnya.
E. Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses identifikasi untuk mengukur atau menilai apakah suatu kegiatan atau program yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai.
27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim dan perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan. Treatment dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas,mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas. Pemasangan gips serial segera dimulai setelah kelahiran.
B. Saran Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kepada para pembaca khususnya pada orang tua, jika mempunyai bayi baru lahir, sebaiknya memperhatikan kondisii bayinya, bila orang tua malihat ketidaksesuain bentuk dari kedua kaki bayi segeralah meminta konfirmasi pada petugas medis tentang keadaan kaki bayi. Bila ternyata ada kelainan 28
sebaiknya segera berobat ke dokter spesialis orthopedic untuk mendapatkan pengobatan sedini mungkin karena pengobatan CTEV ini secara bertahap dan berkelanjutan sehingga harus sabar dan rutin kontrol serta mematuhi anjuran dokter agar tercapai hasil yang optimal. Selain itu, diharapkan juga kepada tenaga medis khususnya perawat agar lebih tepat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan CTEV.
29
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, K. A. C., & SpOT, K. A. Congenital Talipes Equino Varus (CTEV). 2015 Salter, RB. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal system: An introduction to orthopaedics, fractures, and joint injuries, rheumatology, metabolic bone disease, and rehabilitation. Lippincott Williams & Wilkins, 1999.
30