5 0 409 KB
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Insipidus
DISUSUN OLEH : 1. FEBILA JALA AYU PUTRI P 2. INDRI ANGGRAENI 3. YASINTHA EVA AMELIA
(2016010) (2016010) (201601072)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KELUARGA BEKASI 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan karuniaNya kami berhasil menyelesaikan penulisan makalah “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Endokrin : Diabetes Insipidus”. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ns.Yeni Mauliyawati. S.kep., M.kep yang sudah memberikan bimbingan, saran, ide dan kesempatan untuk berkonsultasi.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki penulisan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Endokrin : Diabetes Insipisdus ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................. 1 DAFTAR ISI................................................................................................ 2 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 3 A. Latar Belakang .................................................................................. 3 B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 3 C. Sistematika Penulisan ....................................................................... 4 BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................... 5 A. Konsep Medik ................................................................................... 5 a. Definisi ........................................................................................ 5 b. Anatomi Fisiologi ....................................................................... 5 c. Etiologi ........................................................................................ 6 d. Patofisiologi ................................................................................ 7 e. Patoflow ...................................................................................... 8 f. Manifestasi Klinik ....................................................................... 9 g. Komplikasi .................................................................................. 9 h. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................. 9 i. Penatalaksanaan ....................................................................... 10 B. Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................... 10 a. Pengkajian ................................................................................. 10 b. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 11 c. Intervensi Keperawatan ............................................................ 11 d. Implementasi ............................................................................. 12 e. Evaluasi ..................................................................................... 12 BAB III PENUTUP ................................................................................... 13 A. Kesimpulan ..................................................................................... 13 B. Saran ............................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 14
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vasopressin atau Arginen Vaso Previn (AVP) adalah Anti Diuretik Hormon (ADH) yang bekerja melalui reseptor tubuli distal dari ginjal untuk menghemat air dan mengonsentrasi urin dengan menambah aliran osmotic dari lumina-luminake intestinum medular yang membuat kontraksi otot polos. Dengan demikian ADH memelihara konstantanya osmolalitas (konsentrasi larutan ) dan volume dalam tubuh. ADH berfungsi sebagai homeostasis tubuh ketika terjadi dehidrasi, bila cairan esktrasel terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH. Begitu juag sebaliknya, bila cairan ekstrasel terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf untuk menurunkan sekresi ADH. Fungsi ADH dalam tubuh berkaitan erat dengan tingkat hidrasi dalam tubuh, maka jika seseorang mengalami gangguan pada sekresi vasopresinnya akan menimbulkan dehidrasi pada penderita. Gangguan APV salah satunya adalah Diabetes Insipidus. Diabetes Insipidus merupakan gangguan metabolisme air yang disebabkan oleh defisiensi vasopressin (juga dikenal sebagai hormon antidiuretik) yang bersirkulasi atau oleh resistansi ginjal terhadap hormone ini.kehilangan air yang belebihan, hiperosmolalitas, dan hipernatremia terjadi.
B. Tujuan Tujuan umum Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah pengetahuan mengenai penyakit Diabetes Insipidus. Tujuan khusus 1. Untuk memahami pengertian dari Diabetes Insipidus 2. Untuk memahami penyebab/etiologi dari Diabetes Insipidus 3. Untuk memahami patofisiologi dari Diabetes Insipidus 4. Untuk memahami manifestasi klinik dari Diabetes insipidus 5. Untuk memahami komplikasi yang timbul dari Diabetes Insipidus 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Diabetes Insipidus 3
C. Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dri tiga BAB yang disusun secara sistematis, yaitu: BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, sistematika penulisan. BAB II: Tinjauan Teori yang meliputi konsep medik dan konsep asuhan keperawatan BAB III: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medik
1. Definisi Diabetes Insipidus merupakan gangguan metabolisme air yang disebabkan oleh defisiensi vasopressin (juga dikenal sebagai hormon antidiuretik) yang bersirkulasi atau oleh resistansi ginjal terhadap hormone ini. Diabetes Insipidus pituitary disebabkan oleh defisiensi vasopressin, sedangkan Diabetes insipidus Nefrogenik disebabkan oleh resistansi tubuler ginjal terhadap tindakan vasopressin. Diabetes Insipidus ditandai dengan asupan cairan secara berlebihan dan poliuria hipotonik. Diabetes Insipidus yang tidak disertai komplikasi memiliki prognosis baik jika dilakukan penggantian air dengan cukup, dan biasanya pasien menjalani kehidupan normal.
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem endokrin terdiri dari kelenjar endokrin (dan beberapa jaringan endokrin) yang tersebar luas diseluruh tubuh. Kelenjar endokrin yang utama adalah hipotalamus, kelenjar hipofisis, glandulae pinealis, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar timus, pulau langerhans pancreas, kelenjar adrenal, dan ovarium serta testis. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak memiliki duktus dan menyekresikan hormone langsung kecairan jaringan. Sebagian hormone disekresikan kedalam aliran darah dan diangkut ketempat yang jauh, tempat hormone tersebut melaksanakan tugasnya. Produksi hormone oleh setiap kelenjar endokrin berada dalam keseimbangan yang baik. Gangguan endokrin biasanya ditandai dengan kelebihan atau kekurangan produksi hormone tertentu yang mengubah fungsi berbagai sistem tubuh. Hormone memiliki pengaruh yang banyak dan luas pada berbagai proses tubuh yang meliputi reproduksi, tumbuh
5
kembang, reespon stress, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta nutrient didalam darah, dan pengaturan metabolism.
3. Etiologi
Gangguan
yang
didapat
(akuisita),
familial,
ideopatik,
neurogenik, atau nefrogenik.
Berkaitan dengan stroke, tumor hipotalamus atau hipofisis, dan trauma
atau
pembedahan
cranial
(
diabetes
insipidus
neurogenik)
Galur terkait-X rsesesif atau gagal ginjal stadium terminal (enstage renal failure) (diabetes insipidus nefrogenik yang lebih jarang terjadi)
Obat-obat tertentu seperti litium (duralids) ,fenitoin (dilantin) atau alcohol (diabetes insipidus transien)
Fraktur tengkorak atau trauma kepala yang merusak struktur neurohipofiseal
Penyakit granulomatosa
Hipofisektomi atau pembedahan saraf lainnya
Indiopatik atau jarang terjadi, familial
Infeksi
Lesi neoplastik atau metastatic intra cranial
Lesi vaskular
6
4. Patofisiologi Diabetes Insipidus berhubungan dengan insufisiensi ADH yang menimbulkan poliuria dan polidipsia. Ada 2 bentuk Diabetes Insipidus, yaitu neurogenik, nefrogenik . Diabetes Insipidus neurogenik atau central merupakan respon ADH yang tidak adekuat terhadap osmolaritas plasma dan terjadi ketika terdapat lesi organic pada hipotalamus, pedikulus infundibularis, atau hipofisis posterior yang secara parsial atau total menyekat sintesis, transportasi, atau pelepasan ADH. Ada banyak lesi organic yang dapat menyebabkan Diabetes Insipidus dan lesi tersebut meliputi tumor otak, hifofisektomi, aneurisma,
thrombosis,
fraktur
cranium,
infeksi,
serta
gangguan
imunologi. Diabetes Insipidus neurogenik memiliki awitan yang akut. Pada keadaan ini dapat terjadi sindrom 3fase yang meliputi :
Kehilangan progresif jaringan saraf dan peningkatan dieresis
Dieresis normal
Poliuria dan polidipsia yang merupakan manifestasi gangguan permanen pada kemampuan menyekresi ADH dengan jumlah yang memadai.
Diabetes Insipidus nefrogenik disebabkan oleh respon renal yang tidak adekuat terhadap ADH. Permeabilitas duktus pengumpulan terhadap air sebagai respon terhadap sebagai respon terhadap ADH tidak meningkat. Diabetes Insipidus nefrogenik umumnya berhubungan dengan gangguan dan obat obatan yang merusak tubulus renal atau yang menghambat pembentukan CAMP (cyclic adenosine monohospate) dalam tubulus tersebut sehingga aktivasi second messenger tidak terjadi. Gangguan yang menyebabkan
diabetes
insipidus
nefrogenik
meliputi
piolenefritis
amiloidosis, uropati destruktif, penyakit polikistik, dan penyakit ginjal intrinsic. Obat obat yang menyebabkan kondisi ini meliputi litium (eskalith) obat anestesi umum, seperti metoksifluran dan demeklosiklin (declomycin). Disamping itu, hipokalemia atau hiperkalsemia akan menggagu respon ginjal terhadap ADH.
7
Vasopresin diangkut dari badan sel neuron menuju ke ujung saraf yang berada di kelenjer hipofisis posterior. Peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan volume inravaskuler akan merangsang sekresi vasopresin yang kemudian meningkatkan permeabilitas epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air melalui suatu mekanisme yang melibatkan pengaktifan adenolisin dan peningkatan AMP siklik. Akibatnya konsentrasi kemih meningkat dan osmolalitas serum menurun.
5. Patoflow
DIABETES INSIPIDUS
Kelainan Organis
Kelainan ginjal
(lesi yang merusak unit Neurohipofisis&Hipotalamus)
(Diabetes insipidus nefrogenik)
Operasi, penyakit infeksi Tumor/kista
Primer, sekunder (ginjal kronik gangguan elekronik, obat-obatan Sickle cell, gangguan diet, amiloidosis
Pengangkatan ADH/AVP tidak Bekerja dengan baik, sintesis ADH terganggu Kerusakan pada nukleus supraoptik paraventricular Gagalnya pengeluaran vasoperin
Tubulus tidak peka terhadap ADH
Air kemih tidak tertahan Dan tidak pekat Permeabilitas dan Osmolalitas plasma
pengumpulan air pada duktus pengumpul ginjal
POLIURIA POLIDIPSI Nokturia
Gangguan keseimbangan cairan
Kerusakan intergitas kulit
Dehidrasi
Perubahan Eliminasi urin 8
Tidak terganggu
(Badan lemes, lesu, Turgor kulit buruk) Gangguan Eliminasi Urine
Gangguan Pola tidur Kerusakan Volume Cairan
6. Manifestasi Klinik
Polidipsia (tanda utama) asupan cairan 5 hingga 20 L/hari
Poliuria (tanda utama) haluaran urine yang encer sebanyak 2 hingga 20 L dalam periode 24 jam
Nokturia yang menimbulkan gangguan tidur dan rasa lelah
Berat jenis urin yang rendah kurang dari 1.006
Demam
Perubahan tingkat kesadaran
Hipotensi
Takikardi
Sakit kepala dan gangguan penglihatan akibat gangguan elektrolit dan dehidrasi
Rasa penuh pada abdomen, anoreksia, dan penurunan berat badan akibat konsumsi cairan yang hampir terus-menerus
7. Komplikasi
Pelebaran traktus urinarius
Dehidrasi berat
Syok dan gagal ginjal jika dehidrasi berat
8. Pemeriksaan Diagnostik
Urinanalisis memperlihatkan urin yang nyaris tidak berwarna dan memiliki osmolalitas rendah (50-200 mOsm/kg berupa air, 9
sedangkan plasma kurang dari jumlah tersebut) dan gravitasi spesifik yang rendah (kurang dari 1,005)
Uji kehilangan air (uji dehidrasi) diperlukan untuk membuktikan defisiensi vasopressin, yang menyebabkan ginjal tidak mampu menghimpun urin.
9. Penatalaksanaan Medis
Desmopresin (DDAVP), diberikan intranasal, satu atau dua kali pemberian tiap hari untuk mengontrol gejala.
Pemberian ADH intramuscular (vasopressin tanat dalam minyak) tiap 24-96 jam untuk menurunkan volume urin
Klofribat (Atromid-S), suatu agens hipolipidemik, diketahui memiliki
efek
antidiuretik
pada
pasien
yang
mengalami
vasopressin hipotalamikresidual, klorpropamida (Diabinese) dan diuretic tiazid juga dapat digunakan pada tahap ringan penyakit karena obat-obatan ini menguatkan efek vasopressin.
Diuretik Tiazid, deplesi garam ringan, dan inhibitor prostaglandin (ibuprofen [Advil,Motrin], indometasin [Indocin], dan aspirin) digunakan untuk mengatasi bentuk nefrogenik dari diabetes insipidus.
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Data demografi : Identitas klien dan penanggung jawab b. Riwayat sakit dan kesehatan -
Keluhan utama : Biasanya pasien merasa haus,pengeluaran air kemih yang berlebihan, sering kram dan lemas jika minum tidak banyak
-
Riwayat penyakit saat ini : pasien mengalami poliuria, polidipsia, nokturia, kelelahan, konstipasi.
-
Riwayat penyakit dahulu : klien pernah mengalami cedera otak, tumor, tbc, dan meningitis 10
-
Riwayat penyakit keluarga : adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang
c. Pemeriksaan Fisik -
Tanda-tanda vital : TD hipotensi postural, Nadi takikardi, suhu normal
-
Kardiovaskuler : kulit dingin dan lembab, pengisian kapiler >3 detik
-
Kulit : turgor kulit menurun, membrane mukosa kering dan panas
2. Diagnosa Keperawatan -
Ketidakseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih
-
Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan permeabilitas tubulus ginjal
-
Gangguan pola tidur berhubungan dengan poliuri
3. Intervensi Keperawatan
Ketidakseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih
-
Pantau eliminasi urin, frekuensi, volume , warna setiap 2 jam (mengetahui perubahan kondisi pasien)
-
Lakukan TTV (TD, suhu, nadi, RR) setiap pergantian shift (memantau keadaan pasien)
-
Berikan
cairan
hipotonik
sesuai
instruksi
untuk
mengurangi
hiperosmolalitas serum dan mencegah kolaps sirkulasi.(menghindari dehidrasi) -
Berikan terapi vasopressin dengan injeksi IM sesuai instruksi (mengetahui respon ginjal terhadap pemberian hormon ADH)
Gangguan pola tidur berhubungan dengan poliuri
-
Batasi asupan cairan waktu malam (meningkatkan kenyamanan agar tidak terasa ingin berkemih)
-
Anjurkan pasien berkemih sebelum tidur (mencegah terbangun di malam hari akibat ingin berkemih)
-
Bantu massage punggung (meningkatkan relaksasi)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
11
-
Jelaskan konsep dasar proses penyakit (memberi pemahaman kepada pasien)
-
Jelaskan pentingnya tindak lanjut rawat jalan yang teratur (agar pasien tahu pentingnya pemantauan penyakit)
-
Jelaskan perlunya untuk menghindari obat yang dijual bebas (untuk menghindari semakin parahnya penyakit)
4. Implementasi
Ketidakseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih
-
Memantau eliminasi urin, frekuensi, volume, warna setiap 2 jam
-
Melakukan TTV (TD, suhu, nadi, RR) setiap pergantian shift
-
Memberikan cairan hipotonik sesuai instruksi untuk mengurangi hiperosmolalitas seruh dan mencegah kolaps sirkulasi.
-
Memberikan terapi vasopressin dengan injeksi IM sesuai instruksi
Gangguan pola tidur berhubungan dengan poliuri
-
Membatasi asupan cairan waktu
-
Menganjurkan pasien berkemih sebelum tidur
-
Membantu massage punggung
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
-
Menjelaskan konsep dasar proses penyakit
-
Menjelaskan pentingnya tindak lanjut rawat jalan yang teratur
-
Menjelaskan perlunya untuk menghindari obat yang dijual bebas
5. Evaluasi -
Kebutuhan akan volume cairan terpenuhi
-
Pola tidur sesuai dengan waktu tidur normal
-
Pengetahuan mengenai penyakit terpenuhi
12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Diabetes Insipidus merupakan gangguan yang ditandai oleh gangguan ginjal dalam melakukan konservasi air yang disebabkan oleh defisiensi sekresi hormone ADH atau resistensi ginjal terhadap ADH. Kehilangan air yang berlebihan, hiperosmolalitas, dan hipernatremia terjadi. Diabetes Insipidus diklasifikasikan menajdi dua yaitu neurogenik dan nefrogenik. Diabetes insipidus neurogenik dapat bersifat idiopatik atau disebabkan oleh pembedahan hipofisis atau kondisi yang mengganggu hipotalamus misalnya trauma kepala, infeksi, atau kematian otak. Diabetes insipidus nefrogenik terjadi jika reseptor ginjal tidak sensitive atau rsistensi terhadap ADH, penyebabnya adalah penyakit ginjal atau terapi obat (litium karbonat, demeklosiklin). Pada semua diabetes insipidus pasien dapat mengeluarkan cairan sebanyak 4-20L/hari. Selama pasien dapat berespon terhadap mekanisme haus, osmolalitas serum akan tetap normal dan dehidrasi dapat dicegah.
B. Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan kita mampu memahami dan mengetahui asuhan keperawatan dari gangguan pada sistem endokrin. Sebagai tenaga kesehatan kita harus paham dengan asuhan keperawatan pada pasien diabetes insipidus karena tentunya ini bisa dijadikan bekal untuk kedepannya dalam bekerja.
13
DAFTAR PUSTAKA Bruner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal-Bedah edisi 12. Jakarta: EGC Kowalak, Jennifer P. 2011, Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC Stillwell, Susan B. 2011. Pedoman Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.Ed.3. Jakarta: EGC William and Wilkins. 2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT Indeks
14